Anda di halaman 1dari 5

Nur Hasanah_P07133113028_Hakli I

Prinsip Pemusnahan Mikroba

A. Dengan Antiseptik dan Desinfektan


1. Antiseptik
Antiseptik adalah zat yang dapat menghambat atau menghancurkan mikroorganisme
pada jaringan hidup. Sedangkan desinfeksi hanya digunakan pada benda mati. Antiseptik
adalah substansi kimia yang dipakai pada kulit atau selaput lendir untuk mencegah
pertumbuhan mikroorganisme dengan menghalangi atau merusaknya.
Beberapa antiseptik merupakan germisida, yaitu mampu membunuh mikroba, dan
ada pula yang hanya mencegah atau menunda pertumbuhan mikroba tersebut. Anti
bakterial adalah antiseptik yang hanya dapat dipakai untuk melawan bakteri. Antiseptik
dapat digunakan untuk:
 Disinfeksi tangan: menjadi pengganti atau menyempurnakan membasuh tangan
dengan air. Tenaga medis dan paramedis harus melakukan disinfeksi tangan dengan
antiseptik sebelum dan sesudah melakukan tindakan medis.
 Disinfeksi pra-tindakan: antiseptik diterapkan ke lokasi tindakan untuk mengurangi
flora kulit.
 Disinfeksi membran mukosa: irigasi antiseptik dapat ditanamkan ke dalam uretra,
kandung kemih atau vagina untuk mengobati infeksi atau membersihkan rongga
sebelum kateterisasi.
 Disinfeksi mulut dan tenggorokan: Obat kumur antiseptik dapat digunakan untuk
mencegah dan mengobati infeksi mulut dan tenggorokan.

2. Desinfektan
Desinfektan adalah bahan kimia yang digunakan untuk mencegah terjadina infeksi
atau pencemaran jasad renik seperti bakteri dan virus, juga untuk membunuh atau
menurunkan jumlah mikroorganisme atau kuman penyakit lainnya. Disinfektan
digunakan untuk membunuh mikroorganisme pada benda mati dengan bahan kimia
atau secara fisik, hal ini dapat mengurangi kemungkinan terjadi infeksi dengan jalan
membunuh mikroorganisme patogen. Desinfeksi dilakukan apabila sterilisasi sudah tidak
mungkin dikerjakan, yaitu meliputi penghancuran dan pemusnahan mikrorganisme patogen
yang ada tanpa tindakan khusus untuk mencegah kembalinya mikroorganisme tersebut. 10
kriteria suatu desinfektan dikatakan ideal, yaitu :
1. Bekerja dengan cepat untuk menginaktivasi mikroorganisme pada suhu kamar
2. Aktivitasnya tidak dipengaruhi oleh bahan organik, pH, temperatur, dan kelembapan
3. Tidak toksik pada hewan dan manusia
4. Tidak bersifat korosif
5. Tidak berwarna dan meninggalkan noda
6. Tidak berbau/ baunya disenangi
7. Bersifat biodegradable/ mudah diurai
Nur Hasanah_P07133113028_Hakli I

8. Larutan stabil
9. Mudah digunakan dan ekonomis
10. Aktivitas berspektrum luas

Cara kerja desinfektan berdasarkan proses-prosesnya adalah sebagai berikut:


 Denaturasi protein mikroorganisme, yakni perubahan strukturnya hingga sifat-sifat
khasnya hilang.
 Pengendapan protein dalam protoplasma (zat-zat halogen, fenol, alkohol, dan garam
logam).
 Oksidasi protein (oksidansia).
 Mengganggu sistem dan proses enzim (zat-zat halogen, alkohol, dan garam-garam
logam).
 Nodifikasi dinding sel dan atau membran sitoplasma (desinfektansia dengan aktivitas
permukaan).

B. Pengandalian Mikroba Secara Fisik dan Kimia


1. Pengandalian Mikroba Secara Fisik
a). Panas
Panas sangat dipercaya dan secara umum merupakan metode yang digunakan dalam
sterilisasi. Sebagai tipe lain disinfeksi, sterilisasi suatu populasi bakteri dengan panas
merupakan proses yang umum, dan kinetik kematian populasi tersebut adalah eksponensial.
Yang pertama kali harus diperhatikan dalam inaktivasi dengan menggunakan panas adalah
suatu bagian konstanta organisme yang mengalami perubahan senyawa kimia dalam setiap
unit waktu dan salah satu dari perubahan tersebut, cukup untuk menginaktifkan suatu
organisme.
b). Pembekuan
Meskipun beberapa bakteri dapat dibunuh dengan temperatur paparan dingin,
pembekuan merupakan metode yang tidak layak untuk sterilisasi. Penggunaannya terutama
untuk mengawetkan biakan bakteri. Pembekuan dan pencairan secara berulang, lebih
merusak bakteri daripada memperpanjang penyimpannya pada suhu pembekuan.
Pembekuan bakteri tersebut, akan membentuk kristal es di luar sel yang menyebabkan arus
balik air dari bagian dalam sel, mengakibatkan suatu peningkatan elektrolit intraseluler dan
denaturasi protein. Membran sel dirusak, dan terjadi suatu kebocoran senyawa organik
intraseluler. Kebocoran bahan-bahan yang mengandung fosfor anorganik, ribosa, peptida,
dan nukleotida yang meningkat sebagai akibat aktivasi peptidase dan ribonuklease laten.
c). Pendinginan
Temperatur di bawah temperatur optimum pertumbuhan dapat menekan laju
metabolisme, dan bila temperatur terlalu rendah, maka metabolisme serta pertumbuhan
akan terhenti. Temperatur rendah sangat bermanfaat untuk mengawetkan biakan karena
mikroorganisme mempunyai kemampuan yang unik untuk dapat bertahan hidup pada
keadaan yang sangat dingin. Metode ini baik untuk mengawetkan beberapa biakan tetapi
tidak untuk semua mikroorganisme, karena ada bakteri yang tumbuh optimum pada
temperatur tersebut, sehingga media pertumbuhan akan habis dan dapat membunuh
Nur Hasanah_P07133113028_Hakli I

bakteri tersebut. Dengan demikian menjadi jelas bahwa temperatur rendah, betapapun
ekstrimnya, tidak dapat diandalkan untuk disinfeksi ataupun sterilisasi.
d). Radiasi
Sinar matahari memiliki aktivitas bakterisida dan menjadikan peranan penting dalam
sterilisasi yang bersifat spontan yang terjadi pada keadaan alami. Peran desinfektan tersebut
terutama karena kandungan sinar ultravioletnya, yang sebagian besar disaring oleh kaca dan
adanya ozon pada atmosfer bumi dan polutan atmosfer (asap). Sinar elektromagnetik lain
dengan panjang gelombang lebih pendek, seperti sinar-x dan sinar-g, juga sinar yang
dihasilkan dari kerusakan radioaktif dan oleh akselerator ion, juga dapat memperlihatkan
efeknya jika diserap oleh bakteri.
e). Vibrasi Sonik Dan Ultrasonik
Vibrasi suara pada frekuensi tinggi, dalam rentang ultrasonik dan dapat didengar (20-
1000 kc), merupakan teknik yang sering digunakan untuk merusak sel mikroba. Generator
gelombang suara yang secara luas digunakan untuk keperluan operasi, dalam rentang
frekuensi 9-100 kc/s. Tidak ditemukan frekuensi khusus, tetapi secara umum dengan
meningkatkan frekuensi gelombang ultrasonik. Vibrasi ultrasonik juga dapat menyebabkan
depolimerisasi makromolekul dan pengelompokan-kembali intramolekuler. Pelepasan
rantai-ganda oleh vibrasi sonik dihasilkan untuk pemindahan DNA, dan integrasi kedalam
genom inang dapat dihambat.
f). Penyaringan
Penyaringan atau filtrasi merupakan metode yang digunakan dalam laboratorium
untuk sterilisasi bahan-bahan yang tidak-tahan panas. Meskipun saringan mekanik
memainkan peranan dalam semua proses penyaringan, fenomena absorpsi dan elektrostatik
dan konstruksi fisik filter juga secara nyata memiliki pengaruh. Sejumlah tipe filter sudah
digunakan untuk keperluan sterilisasi.
g). Pengeringan
Pengeringan sel mikroorganisme dan lingkungannya sangat mengurangi atau
menghentikan aktivitas metabolik, yang diikuti dengan kematian sejumlah sel. Secara
umum, jangka waktu hidup mikroorganisme setelah pengeringan bervariasi tergantung pada
macam mikroorganisme, bahan yang dipakai untuk mengeringkan mikroorganisme,
kesempurnaan proses pengeringan, dan kondisi fisik (cahaya, temperatur, kelembaban)
yang dikenakan pada mikroorganisme yang dikeringkan.
h). Tekanan osmotik
Tekanan osmosis ialah tekanan difusi melintasi membran semipermiabel (yang
memisahkan) dua macam larutan dengan konsentrasi zat terlarut yang berbeda. Proses ini
cenderung untuk menyamakan konsentrasi zat terlarut pada kedua sisi membran tersebut.
Jadi sel itu akan terhidrasi, efeknya serupa seperti mengeringkan sel, proses ini dikenal
dengan nama plasmolisis.

2. Pengandalian Mikroba Secara Kimia


Banyak zat-zat kimia yang dewasa ini digunakan untuk membunuh atau mengurangi
jumlah mikroorganisme, terutama mikroorganisme patogen. Pengendalian secara kimia
umumnya lebih efektif digunakan pada sel vegetatif bakteri, virus dan fungi, tetapi kurang
efektif untuk menghancurkan bakteri dalam bentuk endospora.
a). Bahan Yang Merusak Membran sel.
Keutuhan struktur membran bergantung pada protein dan lipid yang menyusunnya.
Larutan organik dan deterjen merusak struktur tersebut, menyebabkan gangguan fungsi
Nur Hasanah_P07133113028_Hakli I

pada membran yang normal. Pengaruhnya yang lain adalah melepaskan metabolit kecil dari
sel dan mengganggu transpor aktif dan metabolisme energi.
b). Bahan Kationik.
Yang terpenting dalam bahan aktif-permukaan bakterisida ialah senyawa kationik
yang memiliki residu hidrofobik diseimbangkan dengan muatan positif grup hidrofilik,
seperti inti amonium kuarterner. Ketika bakteri dipapar oleh bahan tipe ini, grup yang
beruatan positif akan berhubungan dengan grup fosfat fosfolipid membran, sedangkan
bagian nonpolar menembus ke dalam interior hidrofobik membran. Menghasilkan
penyimpangan yang menyebabkan kehilangan semipermeabilitas membran dan kebocoran
senyawa yang mengandung-fosfor dan nitrogen. Bahan kationik itu sendiri dapat memasuki
sel dan mendenaturasi protein. Aktivitas terbaik senyawa amonium kuarterner ini pada pH
alkalin.
c). Bahan Anionik.
Diantara deterjen anionik terdapat sabun dan asam lemak yang terpisah untuk
menghasilkan ion muatan negatif. Bahan ini lebih aktif pada pH asam, aktif menyerang
bakteri gram positif tetapi relatif tidak efektif untuk spesies gram negatif karena
lipopolisakarida membran luarnya. Melalui penggabungan suatu bahan anionik dengan
asam, surfaktan asam-anionik sangat efektif sebagai pembersih yang bersifat sinergistik dan
memainkan peran bakterisida secara cepat (dalam 30 detik).
d). Senyawa Fenolik.
Pada konsentrasi rendah, senyawa ini bersifat bakterisida, secara cepat
menyebabkan kebocoran kandungan sel dan secara irreversibel menginaktifkan oksidase
dan hidrogenase terikat membran. Senyawa fenolik induk (asam karbolat) digunakan secara
terbatas terutama untuk menguji bahan bakterisida baru.
e). Senyawa Difenil
Senyawa difenil terhalogenasi memperlihatkan komponen antibakteri yang unik. Dari
senyawa ini, yang terpenting adalah heksaklorofen yang merupakan derivat fenol.
Heksaklorofen sangat efektif menyerang bakteri Gram-positif, khususnya Streptococcus dan
Staphylococcus. Heksaklorofen, merupakan bakterisida jika digunakan pada konsentrasi
yang cukup tinggi, tidak seperti beberapa disinfektan, tetap memiliki kemampuan
antimikroba ketika dicampurkan dengan sabun atau ditambahkan pada berbagai bahan
kosmetik.
f). Alkohol
Alkohol memberikan pengertian mengenai interaksi pelarut organik dengan
membran lipid. Alkohol memecah struktur lipid melalui penembusan ke dalam daerah
hidrokarbon. Sebagai tambahan, pengaruhnya pada membran, alkohol dan pelarut organik
lain dapat mendenaturasi protein seluler. Oleh karena itu membran sel akan rusak dan
enzim-enzim mengalami inaktivasi.
Nur Hasanah_P07133113028_Hakli I

Pemindahan Penyakit oleh Mikroba

Pemindahan penyakit oleh mikroba atau masuknya organisme tertentu,misalnya


bakteri atau mikroba ke dalam tubuh inang untuk kemudian berkembanng biak disebut
dengan infeksi. Dan tidak semua infeksi menimbulkan penyakit. Dalam kondisi normal,
sistem kekebalan tubuh manusia akan bertindak cepat untuk menghalangi perkembangan
penyakit. Penyakit yang ditransfer dari orang yang terinfeksi kepada orang sehat sehingga
menjadi sakit disebut sebagai penyakit menular.
Untuk bisa menyebabkan penyakit pada manusia, pertama kali bakteri harus bisa
melewati hambatan dari kulit dan jaringan.
Jika berhasil melewati kulit dan jaringan, bakteri akan masuk ke dalam tubuh dan
menyebabkan penyakit. Berikut adalah beberapa cara bakteri masuk ke dalam tubuh
manusia:
1. Kontak
Salah satu cara bakteri masuk ke dalam tubuh adalah melalui kontak langsung
maupun tidak langsung. Pada kasus penularan difteri, terjadi kontak tidak langsung dimana
orang sehat kontak dengan benda-benda yang sudah terinfeksi seperti pensil, gelas, handuk,
mainan, dan lainnya. Sedangkan kontak langsung contohnya pada kasus gonorrhea.
2. Inhalasi/Pernapasan
Sebagian besar infeksi pernapasan menyebar karena menghirup udara yang
mengandung bakteri. Bakteri jenis ini cenderung berada di udara dalam bentuk aerosol.
Bakteri ini tersebar di lingkungan melalui bersin, batuk, berbicara, atau meludah. Meskipun
ludah akan mengering, namun ada beberapa bakteri yang tahan pada kondisi kering dan
tetap berada di udara untuk jangka waktu yang lama. Jadi, saat orang yang sehat menghirup
udara yang mengandung bakteri, dia akan tertular infeksi pernapasan.
3. Pencernaann
Infeksi saluran pencernaan biasanya disebabkan karena tidak sengaja menelan
bakteri patogen atau toksin bakteri. Infeksi ini bisa ditularkan melalui perantara air
(waterborne), makanan (food-borne), dan bersentuhan tangan (hand-borne). Bakteri
patogen ini masuk ke saluran pencernaan melalui mulut dan dalam beberapa kasus melalui
hidung atau mata. Contoh penyakit yang disebabkan oleh infeksi saluran pencernaan
diantaranya termasuk kolera, disentri, dan keracunan makanan.
4. Inokulasi
Bakteri yang terinokulasi ke dalam jaringan subkutan bisa menyebabkan infeksi.
Misalnya, luka yang dalam bisa terinfeksi bakteri Clostridium tetani yang menyebabkan
tetanus. Demikian pula bakteri yang menyebabkan gangren akan menyebabkan kematian sel
dan kerusakan jaringan.
5. Kongenital/Bawaan
Patogen yang mampu melewati penghalang plasenta dan menginfeksi janin di dalam
rahim disebut infeksi kongenital. Infeksi ini dapat menyebabkan kelainan bawaan pada bayi.

Anda mungkin juga menyukai