PENDAHULUAN
Negara Indonesia memiliki sumber daya alam berupa lautan yang sangat luas.
produk kelautan yang melimpah berupa ikan dan biota laut lainnya. Akan tetapi
yang sering dibudidayakan oleh sebagian masyarakat Indonesia adalah dari jenis
ikan air tawar seperti Ikan Nila (Oreochromis niloticus). Ikan Nila merupakan
jenis ikan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi dan merupakan komoditas
penting dalam bisnis ikan air tawar dunia ( Sucipto, dalam Noerkhaerin, 2010).
dengan sistem keramba jaring apung. Hal ini dilakukan karena cara pembuatannya
mudah dilakukan. Akan tetapi kendala yang dihadapi petani saat ini adalah
tingginya kematian Ikan Nila. Hal ini disebabkan oleh serangan bakteri
akan terjadi kematian yang diduga karena adanya toksin, kehilangan cairan pada
2011). Oleh karena itu sebelum ikan terkena penyakit tersebut cara yang paling
1
Salah satu cara efektif untuk pencegahan adalah dengan membuat kekebalan
spesifik pada ikan melalui pemberian vaksin. Hal ini karena vaksin dapat
merangsang kekebalan spesifik dan kekebalan yang timbul relatif tinggi. Vaksin
DNA dapat dijadikan sebagai vaksin alternatif karena kelebihannya yang dapat
setelah dilakukan vaksinasi maka Ikan Nila dengan sendirinya akan resisten
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
1. Menekan angka kematian benih Ikan Nila yang disebabkan oleh bakteri
Streptococcus agalictiae
1.4 Hipotesis
2
II.TINJAUAN PUSTAKA
Ikan Nila berasal dari daerah Afrika bagian timur seperti di bawah sungai
Nil, Danau Tangayika, Nigeria yang pada awal perkembangan Ikan Nila masih
yang mengerami telur dalam ikan betina yang disebut Mouth Breeder. Nama Ikan
Nila diambil dari tempat asalnya yaitu sungai Nil (Satyani,,dalam Rehulina,2012).
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Ordo : Pernoprophi
Famili : Chicildidae
Genus : Oreochromis
Selama ini Ikan Nila dikenal sebagai jenis ikan yang cepat tumbuh, teknik
budidayanya relatif mudah serta relatif tahan terhadap penyakit. Dengan demikian
Ikan Nila diharapkan dapat menjadi primadona budidaya ikan air tawar sebagai
dapat dilihat dari peningkatan produksi yang tinggi dari tahun 2007 hingga tahun
3
2011 yaitu 206.904 ton menjadi 481.440 ton pertahun (Kelautan dan Perikanan
Ikan Nila memiliki bagian tubuh yang memanjang ramping dan relatif
pipih. Sisiknya besar dan kasar, bentuknya ctenoid, gurat sisi terputus-putus di
bagian tengah badan ikan ( Gambar 1). Warna sisik abu-abu kecoklatan (nila
hitam) dan putih atau merah (nila merah). Posisi mulut terletak di ujung mulut dan
terminal. Pada sirip punggung terdapat jari-jari sirip punggung yang keras dan
Rehulina, 2012).
Ikan Nila memiliki ciri pada tubuh secara fisik perbandingannya adalah
2:1 antara panjang dan tinggi. Sirip punggung dengan 16-17 duri tajam dan 11-15
duri lunak dan pada bagian anal terdapat 3 duri dan 8-11 jari-jari. Tubuh berwarna
kehitaman atau keabuan dengan beberapa pita hitam belang yang semakin
memudar atau samar-samar kelihatan pada saat ikan dewasa. (Satyani, 2001
4
Cara membedakan antara jantan dan betina dapat dilihat melalui bentuk
dan alat kelamin yang ada pada bagian tubuh ikan. Ikan jantan memiliki sebuah
lubang kelamin yang bentuknya memanjang dan menonjol. Berfungsi sebagai alat
pengeluaran sperma dan air seni. Warna sirip memerah, terutama pada saat
matang gonad. Ikan betina memiliki dua lubang kelamin di dekat anus, berbentuk
seperti bulan sabit dan berfungsi untuk keluarnya telur. Lubang yang kedua
berada di belakang saluran telur dan berbentuk bulat dan berfungsi sebagai tempat
Ikan Nila banyak hidup di daerah sungai dan danau. Ikan Nila sangat
cocok dengan dipelihara pada perairan yang tenang, kolam atau reservoir. Ikan
Nila merupakan ikan tropis yang hidup pada perairan hangat yang berasal dari
benua Afrika dan memiliki sifat cepat tumbuh dan berkembang biak pada umur
Dilihat dari segi makanannya Ikan Nila termasuk jenis ikan omnivore
dimana pada habitat aslinya ikan ini memakan semua jenis makanan seperti
fitoplankton, zooplankton, perifiton, tumbuhan air yang lunak dan cacing. Ikan
nila akan memperlihatkan pertumbuhan yang baik apabila diberi pakan dengan
5
Kingdom : Bacteria
Filum : Firmicutes
Kelas : Bacilli
Ordo : Lactobacillales
Family : Streptococcacea
Genus : Streptococcus
2.3.2. Morfologi
batang atau ovolid fan tersusun seperti rantai.Coccus membelah pada bidang yang
tegak lurus sumbu panjang rantai. Panjang rantai bervariasi dipengaruhi oleh
pada biakan yang lama dan bakteri yang mati Streptococcus agalactiae akan
kehilangan gram positifnya dan terlihat seperti gram negatif. (Jawets dkk, 2007)
6
2.3.3. Bakteri Streptococcus agalactiae Pada Ikan
menyerang budidaya ikan rinbow trout pada tahun 1957 di Jepang, sedangkan
pada ikan air tawar pertama kali ditemukan pada ikan golden sea bream. Saat ini
et al., 2011).
telah menjadi salah satu kendala yang harus mendapatkan perhatian serius dalam
dan slaput otak) dan Panophthalmitis (radang mata) merupakan penyakit yang
terjadi pada budidaya Ikan Nila yang berdampak pada tingkat kematian ikan 30-
dibeberapa sentra budidaya Ikan Nila umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri
seperti lemah, warna tubuh gelap, hilang nafsu makan, hilang keseimbangan,
infeksi S.agalactiae pada ikan Nila bersifat akut, Sedangkan infeksi S. Iniae lebih
berpotensi sebagai penyebab penyakit streptoccosis yang lebih serius pada tingkat
budidaya.
7
Evans,et al., (2008) menerangkan bahwa penularan penyakit ini dapat
tergantung pada tingkat serangan, yaitu akut dan kronis. Pada tingkat kronis,
gejala yang nampak yaitu adanya memar seperti luka dipermukaan tubuh, bercak
merah pada sirip, berenang lambat, sering berada di dasar akuarium dan
keseimbangan (whirling disease). Apabila serangan akut terjadi, maka akan terjadi
kematian yang diduga karena adanya toksin, kehilangan cairan pada saluran
diserang adalah bagian otak (Cerebellum) dimana terjadi degenerasi dan nekrosa
otak belakang. Sedangkan pendarahan juga terjadi pada jaringan dalam organ.
Penyebaran S. agalactiae ke dalam organ ikan melalui darah, dimana bakteri ini
masuk kedalam aliran darah, dapat tumbuh dan berkembang serta menyebar
8
2.4. Sistem Imun Pada Ikan
Sistem kekebalan pada ikan terbagi atas sistem pertahanan non spesifik
struktur fisik, kerja mekanik alat pertahanan dan pengeluaran substansi kimiawi
yang sangat sederhana, namun sangat penting sebagai wujud pertahanan non
tersebut. Jika mekanisme tersebut tidak bekerja efektif, maka infeksi akan
berlanjut dan mampu menimbulkan gejala klinis penyakit. Pada saat itu sistem
kekebalan spesifik mulai terjadi, dan jika ikan mampu bertahan hidup maka
ikan akan terbentuk anti bodi spesifik ada gen infeksi pada level titel protektif
dan terbentuk pula sel-sel memori. Jika terjadi terinfeksi oleh agen penyakit
sejenis, maka ikan tersebut akan kebal, mampu menahan infeksi karena
respon kekebalan skunder akan terjadi, sebagai efek booster. Sistem kekebalan
untuk melawan segala jenis pathogen yang menyerang dan bersifat alamiah.
9
kulit dan mukus. Mukus memiliki fungsi menghambat kolonisasi
imunoglobulin alami dan bukan sebagai respon dari pemaparan anti gen.
menyerang tubuh. Adapun sisik dan kulit berperan dalam melindungi ikan dari
Ada beberapa substansi sel dan organ yang berperan dalam sistem
dengan sistem kekebalan (Immune system). Organ yang termasuk dalam sistem
Sel yang berperan dalam sistem tanggap kebal terdiri dari dua jenis sel
limfosit yaitu limfosit-B dan limfosit-T. Aktifitas yang pasti dari sel-T pada ikan
belum banyak diketahui tapi yang jelas peran utamanya adalah sistem
kekebalan seluler dan biasanya disebut dengan imun perantara sel (Sel mediated
tertentu pada limpa dan mungkin juga pada organ hati (Supriyadi et al, 1997).
antara lain :
10
1. Suhu
mekanisme pertahanan tubuh adalah sangat tergantung pada suhu dan berkembang
lebih cepat pada suhu lingkungan yang optimal untuk organisme yang
demikian, suhu yang terlalu tinggi juga dapat menekan fungsi kekebalan tubuh.
Proses rekasi anti gen – anti body yang dimulai dengan celluler co-operation antar
sel makrofag dengan sel limfosit adalah sangat dipengaruhi oleh suhu. Fungsi
normal sel limfosit ikan sangat tergantung pada adaptasi homoviscois darikondisi
dengan enzyme. Beberapa hasil kajian juga telah membuktikan bahwa respon
kekebalan tubuh (CMI dan Humoral) ikan relatif lambat pada suhu rendah
(Moekti. 1997).
2. Kondisi Stres
disebabkan oleh faktor biologis, kimia maupun fisik. Respon stress akan diikuti
dengan penurunan kadar limfosit dalam darah dan juga dalam organ-organ
Peningkatan gula darah akibat sekresi hormon dari kelenjar adrenalin. Persediaan
gula seperti glykogen dalam hati dimetabolisme sebagai persediaan energi untuk
kondisi tersebut ikan air tawar cenderung mengabsorsi air dari lingkungan (Over-
11
hydrate). Ikan air laut cenderung kehilangan air dari dalam tubuh (Hydrate).
(3). Pernafasan meningkat, tensi darah meningkat, dan persediaan sel darah
merah direlease kesistem resirkulasi, dan (4). Respon inflamasi ditekan oleh
besar terhadap sistem kekebalan tubuh, dengan akibat yang sangat variatif
tergantung pada jenis kualitas dan kuantitas dari polutan atau logam berat
tersebut. Obat-obatan atau bahan kimia antibiotik juga dapat berperan sebagai
limbah rumah tangga dll) dapat menyebabkan ikan sakit dengan berbagai kondisi.
dari aliran sungai yang melewati daerah pemukiman, daerah industri atau daerah
terlarut hasil pengikisan atau erosi tanah permukaan akibat pengelolaan lahan
yang kurang baik atau unsur-unsur kimia yang berbahaya bagi kehidupan ikan,
berturut-turut antara lain Hg, Cd, Cu, Zn, Ni, Pb, Cr, Al dan Co. Sifat racun dari
didalam air terdiri dari jenis ion-ion yang sinergetik, dan sebaliknya melemah
12
berpengaruh pada tingkat kelarutan ion-ion logam, umumnya kelarutan dan
aktifitas ion logam akan meningkat pada pH air yang rendah.Sebagai gambaran
pengaruh unsur Hg terhadap ikan dapat meracuni sistem syaraf ikan, dan unsur Cd
mematikan telur-telur tersebut pada saat berkembang sebelum menjadi larva, dan
lain-lain.
4. Keseimbangan Nutrisi
ikan sangat berpengaruh terhadap sistem kekebalan tubuh ikan. Kondisi ini juga
5. Mikro Nutrien
biologis tersebut telah terbukti dapat meningkatkan daya tahan tubuh ikan
telah terbukti sangat potensial sebagai unsur yang memiliki pengaruh sangat baik
terhadap sistem kekebalan tubuh ikan apabila diberikan pada dosis yang tepat dan
menunjukkan pengaruh yang baik terhadap status kesehatan ikan, terutama ikan-
ikan berpigmen
13
6. Immunomodulators
Adjuvant merupakan unsur yang apabila dicampur dengan anti gen untuk
respon kekebalan spesifik), dan juga akan melipat gandakan produksi sel-sel
pelepasan antigen, sehingga antigen akan kontak lebih lama dengan sel
2.5. Darah
haemoglobin, jumlah eritrosit (sel darah merah), dan jumlah leukosit (sel darah
putih).
maupun ikan terinfeksi virus dapat dilakukan melalui pemeriksaan jumlah sel
14
darah dan differensiasi Leukosit (Malole 2006). Menurut Malole (2006) ikan
dengan memperbanyak sel darah putih sehingga konsentrasi darah putih akan
meningkat dari kadar normal. Sedangkan penghitungan komposisi sel darah putih
dapat digunakan untuk diagnose awal serangan penyakit ikan dengan hipotesa
sebagai berikut :
1. Apabila terdapat banyak lymposit dan monosit maka dicurigai ikan tersebut
terinfeksi virus;
2006).
dalam bentuk medium cair, plasma dan pada beberapa invetrebrata disebut
sisa produk buangan (eksetori) ke seluruh, antar dan dari jaringan-jaringan dan
organ tubuh. Darah disirkulasikan oleh aktivitas otot-otot di pembuluh darah dan
jantung (Murwantoko, 2007). Sel darah terdiri dari dua komponen utama yaitu sel
Pada ikan, penelitian tentang profil darah lebih banyak dikaitkan dengan
pemberian hormon dan immunostimulan. Jumlah sel darah merah pada ikan
teleostei adalah 1,05-3 x 106sel/mm3 dan jumlah sel darah putih adalah 15.000-
300.000 sel/mm3. (Irianto 2005) . Jumlah sel darah sangat bervariasi tergantung
15
Pada ikan-ikan musim empat seperti rainbouw trout jumlah sel darah
merah berkisar antara 0,77 hingga 1,58 x 106 sel/mm3 dan jumlah sel darah putih
antara 7,8-20,9 x 106 sel/mm3, dengan komposisi sel darah merah dan sel darah
putih pada ikan normal antara 96-98% : 2-3,5%. Pemeriksaan profil darah untuk
walaupun ikan adalah vertebrata yang paling primitif tetapi memiliki sistem
sempurna karena semua agen patogen pada ikan yaitu partikel virus, bakteri,
(1998), pemeriksaan darah pada ikan merupakan salah satu prosedur yang dapat
prognosis.
Sel darah merah atau eritrosit merupakan sel-sel yang berinti dan
tubuh. Molekul oxygen dibawa dalam molekul haemoglobin dalam sel. Eritrosit
pada ikan terdiri dari dua kelompok yaitu eritrosit yang sudah matang (mature
erythrocyte) yang berbentuk memanjang, bulat panjang atau oval dengan inti
terletak di tengah dan eritrosit yang belum matang (immature eryhtrocyte) biasa
juga disebut polychromatocytes yang berbentuk lebih membulat, dengan inti sel
Jumlah eritrosit pada ikan sangat bervariasi tergantung pada species dan
kondisi kesehatan ikan dalam species tersebut, sebagai contoh pada ikan
16
Rainbouw Trout (Oncorhynchus mykiss) jumlah eritrosit berkisar antara 0.77
hingga 1.58 x 106 sel /mm3. Sedangkan komposisi eritrosit dalam darah Ikan Sea
Bass (Dicentrarchus labrax) adalah sebanyak 96.5%, pada Ikan White Bream
(Diplodus sargus) sebanyak 96.5% dan pada Ikan Saupe (Sarpa salpa) sebanyak
bersifat non spesifik. Leukosit beredar dalam berbagai tipe di saluran darah.
Leukosit beredar lebih sedikit jumlahnya dibanding sel darah merah, namun
dalam keadaan infeksi bakteri, netrofil akan meningkat dengan hebat. Sedangkan
pada infeksi viral jumlah netrofil menurun dan limposit meningkat. Menurut
Blaxhall (1972 dalam Hendriyanto, 2007) Perubahan nilai leukosit dan hitungan
jenis leukosit dapat dijadikan indikator adanya penyakit infeksi tertentu yang
terjadi pada ikan. Leukosit umumnya terdapat dalam aliran darah biasa
yaitu : netrofil, eosinofil dan basofil. Netrofil granularnya halus dan bening (tidak
asam) dan basofil granular agak lebih halus dari eosinofil warna biru (menyerap
17
basa). Granulosit pada ikan berbeda dengan mamalia. Tiap spesies ikan
menunjukkan variasi bentuk dan reaksi pewarnaan sehingga sampai saat ini belum
sedangkan limfosit kecil intinya kecil daripada sisa sitoplasmanya dan untuk
monosit ukurannya relatif lebih besar dan intinya tunggal seperti kacang. Limfosit
yang intinya lebih besar dibandingkan dengan sisa sitoplasmanya adalah limfosit
besar, sedangkan limfosit kecil intinya kecil daripada sisa sitoplasmanya (VI-3-9).
Lymposit merupakan sel-sel respon pertahanan tubuh terpenting pada ikan dan
kemampuan untuk bertranformasi menjadi sel plasma yaitu sel yang memproduksi
Monosit ukurannyarelative lebih besar dan intinya tunggal seperti kacang (VI-3-
pathogen
dengan menggunakan cairan pengencer Hayem untuk sel darah merah dan Turk
untuk sel darah putih. Darah ikan diambil dengan spuit yang telah diberi
(0,5). Tambahkan cairan pengencer Hayem atau Turk kemudian hisap sampai
batas tera 101 untuk sel darah merah dan 11 untuk sel darah putih. Homogenkan
cairan dalam pipet dengan cara membuat gerakan bolak balik seperempat
18
lingkaran atau gerakan angka delapan, posisi pipet mandatar. Kemudian teteskan
cairan ke ujung kaca penutup pada kamar hitung, biarkan sampai sel darah
darah merah dihitung pada kotak-kotak yang terdapat ditengah kamar hitung,
yaitu pada empat kotak pojok dan kotak tengah sedangkan sel darah putih
dihitung pada 4 x 16 kotak yang terdapat di empat sudut kamar hitung. Hasil
Penghitungan Akhir (HPA) jumlah sel darah merah : n x 10.000 dihitung sebagai
jumlah per ml3. sedangkan HPA sel darah putih n x 40 dihitung sebagai jumlah
per ml3.
darah dan diberi pewarnaan giemsa. Darah dengan atau tanpa antikoagulan
objek glass lainnya ke sepanjang permukaan objek glass dan biarkan kering.
Fiksasi pada methanol selama 5 menit dan biarkan kering, kemudian rendam
dalam giemsa 10% selama 30-60 menit, angkat dan keringkan. Cuci dengan
aquades atau alir mengalir dan keringkan. Tetesi dengan immersi oil, amati di
mikroskop. Masing-masing jenis darah putih dihitung pada area tepi ulas darah.
dipersentasekan.
tubuh ikan. Leukosit merupakan sel darah yang berperan dalam sistem kekebalan
infeksi patogen melalui sistem tanggap kebal dan respon lainnya. Leukosit dapat
19
digunakan sebagai penanda adanya infeksi dalam tubuh. Tubuh akan
memproduksi lebih banyak leukosit ketika ada benda asing yang masuk kedalam
2.5.3. Hemoglobin
rendah. Hal ini menyebabkan ikan lemah dan tidak memiliki nafsu makan serta
Menurut Salasia et al. (2001), kadar hemoglobin kan nila berkisar 5,05-
8,33 g/dl. Kadar hemoglobin yang rendah berdampak pada jumlah oksigen yang
rendah pula didalam darah. Banyak faktor yang mempengaruhi rendahnya kadar
rendahnya kandungan protein pakan, defisiensi vitamin dan kualitas air buruk atau
2.5.4. Hematokrit
plasma, sehingga hematokrit memberikan rasio total eritrosit dengan total darah
dalam tubuh. Nilai hematokrit dipengaruhi oleh ukuran dan jumlah eritrosit (
Ganong, 1995). Nilai hematokrit pada ikan teleostei berkisar antara 20 -30%
dan pada ikan laut bernilai sekitar 42% (Bond, 1979). Presentase nilai hematokrit
20
al.,1985). Nilaihematokrit secara langsung berhubungan dengan jumlah eritrosit
budidaya ikan. Ada beberapa macam vaksin yang biasa digunakan dalam
budidaya ikan antara lain vaksin sel utuh, vaksin dari komponen sel dan vaksin
DNA. Pemilihan vaksin yang digunakan bergantung pada jenis bakteri yang
digunakan, kondisi ikan dan lingkungan. Ada beberapa hal yang perlu
imunitas yang relatif rendah dan cara aplikasinya di lapangan (Pasaribu dalam
Nuryati S. et al 2010). Selain itu, efikasi vaksin sangat bergantung pada jenis dan
penyakit Streptococcosis pada ikan nila. Vaksin tersebut mampu mulai aktif 1-2
minggu pasca vaksinasi, dan proteksi berlangsung selama 3-4 bulan. Untuk
meningkatkan kadar antibodi serta periode proteksi hingga lebih dari 4 bulan perlu
dilakukan vaksinasi ulang atau Booster. Aplikasi vaksin ini dapat dilakukan
21
dengan 3 cara yaitu perendaman, melalui pakan dan penyuntikan. (Pasaribu dalam
Nuryati S. et al 2010)
22
III. METODE PELAKSANAAN
(RAL) dimana menggunakan 3 (tiga) perlakuan dan 2 (dua) ulangan secara linear.
Yij = µ + Ti + Eij
Keterangan :
23
b. Baskom
c. Aerasi
a. Ikan Uji
Ikan uji yang digunakan adalah Ikan Nila dengan jumlah 100 ekor per
akuarium yang berasal dari daerah Desa Hajimena Kabupaten Lampung Selatan
Provinsi Lampung
b. Vaksin strepto-vac
24
c. Pakan Ikan
Pakan ini adalah pakan komersial dan merupakan pakan jenis pakan apung
2. Pengisian air media sebanyak 80% dari volume aquarium yaitu sebanyak 102
liter
3. Persiapan ikan uji berupa benih Ikan Nila . Adapun ikan umur 3-5 minggu
4. Persiapan vaksin
Vac dilakukan melalui pakan dengan cara di semprotkan pada pakan yang
akan diberikan pada ikan. Penyemprotan vaksin pada pakan dilakukan pada
5. Persiapan pakan ikan yang digunakan adalah pakan apung ukuran 1mm
a. Protein minimal 38 %
b. Lemak minimal 6%
25
3.4. Jumlah Sel Darah Ikan Nila Sebelum Penelitian
Berikut ini adalah jumlah sel darah Ikan Nila sebelum penelitian
Hemoglobin(Hgb)(g/ Hematokrit
A 5 x 10 ³̽ _ _ _
3-5 minggu memiliki sel darah yang sangat sedikit sehingga tidak terbaca oleh
alat hematologi analizer. Sedangkan bila diamati secara visual bentuk sel
darahnya pun sangat kecil. Hal ini dapat dilihat pada gambar 3.
26
3.5. Pelaksanaan Percobaan
aquarium dipasang maka ikan uji ditebar sesuai dengan nomor akuarium yang
telah disiapkan. Penebaran ikan uji dilakukan pada pagi hari untuk menghindari
Pemberian pakan dilakukan 3 kali dalam sehari secara kenyang yaitu pada
Jam 8 pagi, jam 2 siang dan jam 5 sore. Pakan yang digunakan adalah pakan
dengan cara vaksin tersebut dicampurkan dengan pakan dengan dosis 0,3ml/kg
ikan. Pemberian vaksin ini dilakukan saat awal masa pemeliharaan selama 7 hari.
ikan, sampling bobot, sampling ukuran panjang ikan dan sampling kualitas air.
Proses sampling ini dilaksanakan setiap satu minggu sekali selama proses
percobaan. Proses sampling harus dilakukan secara perlahan, hal ini bertujuan
27
3.6. Parameter Penelitian
jumlah eritrosit (sel darah merah), dan jumlah leukosit (sel darah putih) yang
ii. Menyalakan Alt (saklar on/off yang berada pada sisi kanan atas alat)
antikoagulan
viii. Menekan bagian atas dari tempat sampel dan letakkan sampel kedalam
adaptor
Selain jumlah, ukuran darah juga akan menjadi salah satu parameter yang
dilihat, hal ini diperlukan untuk dapat melihat perubahan ukuran darah setelah
dengan membandingkan ukuran darah pada mikroskop yang telah difoto dengan
28
1) Darah dihisap dengan pipet yang berisi bulir pengaduk warna putih yang
telah ditambah dengan anti koagulan Na-Sitrat 3,8% sampai skala 0,5.
Turk’s ini bersifat asam yang akan mengakibatkan lisisnya sel darah
3) Membuang dua tetes pertama larutan darah dari dalam pipet, kemudian
4) Melihat sel darah dengan bantuan mikroskop binokuler olympus cx21 dan
ukuran darah sebelum dan setelah divaksin melalui foto kamera Asus.
Keterangan:
SR : Kelangsungan hidup
Nt : Jumlah Ikan yang hidup sampai akhir pemeliharaan (ekor)
No : Jumlah Ikan yang hidup saat awal pemeliharaan (ekor)
29
menggunakan alat timbang digital. Proses penimbangan dan pengukuran panjang
dengan rumus :
G= Wt – Wo G= Wt
Keterangan :
dengan rumus :
G= Pt – Po
Keterangan :
Parameter kualitas air yang diukur adalah suhu, pH, DO dan Amonia.
30
Parameter Satuan Alat Ukur
Suhu C Termometer
pH pH Meter
DO Mg/l DO Teskit
NH3 Mg/l NH3/NH4 Teskit
Data yang diperoleh dari variable percobaan disajikan dalam bentuk table
dan dianalisa statistic sidik ragam (Anova). Apabila nilai variable menunjukkan
perbedaan nyata maka pengujian dilakukan dengan uji BNT. Parameter yang tidak
31
IV.HASIL DAN PEMBAHASAN
Hal ini dilakukan untuk melihat respons imun pada benih Ikan Nila terhadap
vaksin Strepto-vac. Adapun data hasil pengamatan sel darah Ikan NIla dapat
eritrosit, hemoglobin dan hematokrit tertinggi ada pada perlakuan B yaitu dengan
nilai setelah aplikasi vaksin, leukosit 18,5 x 10 ̽³, eritrosit 2,06 x 10 ̽⁶,
hemoglobin 9,37 dan hematokrit 21.25. Data jumlah sel darah Ikan Nila setelah
vaksin dapat dilihat pada tabel 3. Pada ikan, penelitian tentang profil darah lebih
banyak dikaitkan dengan timbulnya sistem kekebalan tubuh karena adanya suatu
merah pada ikan teleostei adalah 1,05-3 x 106sel/mm3 dan jumlah sel darah
hemoglobin pada darah ikan nila sebesar 5,05-8,33 gr/dl (Salasia et al., 2001)
32
Pemeriksaan sel darah penting untuk membantu peneguhan diagnosa
gambaran sel darah tertinggi secara kuantitatif setelah perlakuan terdapat pada
perlakuan B (Tabel 3). Adapun gambar darah putih benih Ikan Nila dapat dilihat
pada gambar 4.
Gambar diatas menunjukkan bahwa benih Ikan Nila yang telah divaksin
memiliki ukuran sel darah yang lebih besar dibandingkan dengan sel darah
sebelum vaksin. Artinya terdapat respon imun benih Ikan Nila terhadap vaksin
paling efektif adalah pengunaan vaksin pada ikan yang berumur 6-8 minggu atau
berukuran 3 – 5 cm, hal ini berdasarkan tabel 3 yang menunjukan nilai gambaran
33
darah tertinggi terdapat pada perlakuan B dengan ikan perlakuan yang berumur
6-8 minggu dimana ikan yang mengalami serangan benda asing (vaksin) akan
sehingga konsentrasi darah putih akan meningkat dari kadar normal (Tabel 1),
dengan ini dapat diasumsikan bahwa vaksin yang diberikan pada ke tiga perlakuan
masuk kedalam benih Ikan Nila efektif pada perlakuan B. Berdasarkan hasil
leukosit rata-rata P-value 0,68, Eritrosit P-value 0,18, dan Hematokrit P-value
agalactiae dengan umur yang berbeda tidak berpengaruh secara signifikan atau
tidak berbeda nyat. Sedangkan untuk hemoglobin p-value 0,013 yaitu beda nyata
jumlah seluruh ikan yang dipelihara dalam suatu wadah (Effendi, 1978).
Rata – rata kelangsungan hidup ikan tertinggi terdapat pada perlakuan B yaitu
99%, Hal ini menunjukkan bahwa ikan uji pada perlakuan B memiliki tingkat
keseluruhan survival rate pada semua perlakuan (A,B dan C) memiliki nilai SR
yang tinggi yaitu ≥ 90% (SNI 7550: 2009). Rata – rata tingkat kelangsungan
34
Kelangsungan Hidup (%)
99
100
Survival Rate
95 91.5
90
90 Survival Rate rata rata
(%)
85
A B C
Akuarium
bahwa nilai P-Value sebesar 0,52 (lampiran 3). Hal ini berarti kelangsungan
hidup benih Ikan Nila terhadap respons imun tidak berbeda nyata karena nilai p-
dari suatu ikan selama waktu tertentu. Pertumbuhan panjang mutlak adalah
perubahan panjang rata-rata individu pada tiap perlakuan dari awal hinga akhir
individu pada tiap perlakuan dari awal hinga akhir pemeliharaan (Effendi, 1997).
Pertumbuhan panjang dan bobot mutlak ikan selama penelitian dapat di lihat pada
A 0.7 0.65
B 1.2 0.75
C 1.3 0.65
35
Data diatas merupakan data pertumbuhan panjang dan bobot mutlak benih
Ikan Nila. Bobot tertinggi benih Ikan Nila terdapat pada perlakuan C yaitu 1,3
gram. Sedangkan bobot terendah benih Ikan Nila rata-rata terdapat pada
perlakuan A yaitu 0,7. Sedangkan bobot rata-rata perlakuan B adalah 1,2 gram.
Adapun dari hasil data statistik menunjukkan bahwa bobot mutlak pada benih
Ikan Nila memiliki nilai P-value 0,0026. Hal ini dapat diartikan bahwa bobot
mutlak terhadap respons imun benih Ikan Nila berbeda nyata pada umur benih
yang berbeda.
yaitu 0,75 cm. Sedangkan pada perlakuan A dan C rata-rata pertumbuhan panjang
Pada pengamatan data statistik nilai P-value pada panjang mutlak benih
Ikan Nila adalah 0,89. Hal ini menunjukkan bahwa panjang mutlak terhadap
respons imun benih Ikan Nila tidak berbeda nyata pada umur benih yang berbeda.
masa pemeliharaan (Khairuman dan Amri, 2002). Parameter kualitas air yang
diukur selama penelitian meliputi suhu, ammonia, Do, dan pH, Kualitas air media
pemeliharan selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 5. Nilai kualitas air media
pemeliharaan selama penelitian masih berada pada kisaran yang ideal bagi
pertumbuhan ikan nila (Tabel 5). Suhu optimal untuk ikan nila antara 24 – 32oC.
Pertumbuhan ikan nila biasanya akan terganggu apabila suhu habitatnya lebih
rendah dari 14oC atau pada suhu tinggi 38oC. Ikan nila akan mengalami kematian
pada suhu 6oC atau 42oC (Khairuman dan Amri, 2011). Ikan nila dapat tumbuh
dengan baik pada kisaran pH 6.5-9 (Arie, 1998 dalam Nugroho A, et al., 2013),
36
hal ini berarti pH selama penelitian berada pada kisaran yang ideal. Oksigen
terlarut selama pemeliharaan adalah ≥5 mg/l, nilai ini dapat dikatakan optimum
sesuai dengan (BSN 7550: 2009) bahwa kandungan oksigen terlarut dalam media
budidaya ikan nila harus lebih tinggi dari 3,0 mg/L. Kualitas air yang baik dan
sesuai untuk kehidupan ikan berpengaruh terhadap tingginya nilai Survival Rate
(SR) pada semua perlakuan, hal ini sesuai dengan pernyataan Spote (1987) dalam
Badare (2001) bahwa kualitas air turut mempengaruhi SR dan pertumbuhan dari
O2 (mg/l) ≥8 ≥8 ≥8 ≥8 ≥8 ≥5
6.93 -
pH 6.93 - 7.58 6.93 - 7.58 6,69-7.59 7.06 - 8.08 6.93 - 7.58
7.58
37
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
agalictiae efektif diberikan pada ikan berusia 6-8 minggu dengan dosis 3 ml
(perlakuan B). Hal ini dilihat dari bentuk sel darah Ikan Nila setelah divaksin
lebih besar dari pada sel darah Ikan Nila sebelum divaksin. Ikan Nila pada
perlakuan B juga memiliki nilai tingkat kelangsungan hidup paling tinggi yaitu B
99 %.
5.2 Saran
Agar dapat meningkatkan sistem imun pada benih Ikan Nila, dari hasil
penelitian ini dianjurkan pemberian vaksin strepto-vac pada umur 6-8 minggu
dengan dosis 3 ml. Selain itu perlu adanya penelitian lanjutan untuk pemberian
vaksin Strepto-vac pada benih Ikan Nila dengan dosis yang berbeda dan
38
DAFTAR PUSTAKA
BSN (Badan Standar Nasional). 2009. Produksi Ikan Nila (Oreochromis niloticus
Bleeker). Kelas Benih Sebar. BSN (Badan Standar Nasional). SNI
7550:2009. 12 hlm.
Khairuman dan Amri.2002. Budidaya Ikan Gurame secara Intensif. Agro media
pustaka. Bogor.
Malole, M.B. 2006. Biosekuriti Penting, Karena Vaksinasi Tidak Selalu Berhasil.
Majalah Poultry Indonesia. September 2006.
39
Effendie, M.I. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama, Yogyakarta
Matofani AS, Hastuti S, basuki f.2013. Profil darah ikan nila kunti (oreochromis
niloticus) yang diinjeksi streptococcus agalactiae dengan kepadatan
berbeda. Journal of Managemen t and Technology Volume 2, Nomor 2,
Tahun 2013, Halaman 64- 72.
Utami, D.T., dkk, 2013 “ Gambaran Parameter Hematologis Pada Ikan Nila
(Oreochromis niloticus) Yang Diberi Vaksin DNA Streptococcus iniae
Dengan Dosis Yang Berbeda, Sukabumi
40
LAMPIRAN
41
Lampiran 1. Denah penelitian
Akuarium
B1
Akuarium
Ket : A2
Akuarium A: Benih umur 3-5 minggu
Akuarium B: Benih umur 6-8 minggu
Akuarium C: Benih umur 9-11 minggu
Akarium
B2
Akuarium
C2
Akuarium
A1
Akuarium
C1
42
Lampiran 2. Data Jumlah Sel Darah Benih Ikan Nila Setelah Vaksin
Annova
Source of
Variation SS df MS F P-value F crit
Between Groups 43,52083 2 21,76042 0,43081 0,684743 9,5520945
Within Groups 151,5313 3 50,51042
Total 195,0521 5
b. Eritrosit
Summary
Groups Count Sum Average Variance
A 2 3 1,5 0
B 2 1,62 0,81 0,0722
C 2 1,77 0,885 0,19845
Anova
Source of
Variation SS df MS F P-value F crit
Between Groups 0,5733 2 0,28665 3,177351 0,181609 9,5520945
Within Groups 0,27065 3 0,090217
Total 0,84395 5
43
c. Hemoglobin
Summary
Groups Count Sum Average Variance
A 2 20 10 0
B 2 6,25 3,125 0,78125
C 2 6 3 3,125
Anova
Source of
Variation SS df MS F P-value F crit
Between
Groups 64,1875 2 32,09375 24,648 0,01374 9,552094
Within Groups 3,90625 3 1,302083
Total 68,09375 5
d. Hematokrit
Summary
Anova
Source of
Variation SS df MS F P-value F crit
Between
Groups 76,75 2 38,375 9,21 0,052415 9,552094
Within 4,16666666
Groups 12,5 3 7
Total 89,25 5
44
Lampiran 3. Data Kelangsungan Hidup Benih Ikan Nila ( Oreochromis niloticus)
selama Penelitian .
45
Perlakuan Survival Rate rata rata (%)
A 91.5
B 99
C 90
ANOVA
Source of Variation SS df MS F P-value F crit
0,81818 0,52049 9,55209
Between Groups 93 2 46,5 2 4 4
56,8333
Within Groups 170,5 3 3
Total 263,5 5
46
Lampiran 4. Data Pertumbuhan Benih Ikan Nila
Anova
Source of Variation SS df MS F P-value F crit
Between Groups 0,023333 2 0,011667 0,112903 0,89686 9,552094
Within Groups 0,31 3 0,103333
Total 0,333333 5
47
Data Bobot Benih Ikan Nila
MINGGU KE (gram)
PERLAKUAN ULANGAN
0 1 2 3 4
1 0,3 0,3 0,4 0,4 1,1
A
2 0,3 0,44 0,3 0,4 0,9
TOTAL 0,6 0,74 0,7 0,8 2
RATA-RATA 0,3 0,37 0,35 0,4 1
1 1,1 1,44 1,2 1,42 2,3
B
2 0,8 1,5 1,1 1,6 2
TOTAL 1,9 2,94 2,3 3,02 4,3
RATA-RATA 0,95 1,47 1,15 1,51 2,15
1 4,2 4 4,3 3,7 5,6
C
2 3,3 3,3 3,3 3,7 4,5
TOTAL 7,5 7,3 7,6 7,4 10,1
RATA-RATA 3,75 3,65 3,8 3,7 5,05
Anova
Source of Variation SS df MS F P-value F crit
Between Groups 0,413333 2 0,206667 15,5 0,02621 9,552094
Within Groups 0,04 3 0,013333
Total 0,453333 5
48
Lampiran 5. Data Pengukuran Kualitas Air
Sampling 0
Sampling Kualitas Air 0 ( 25/1/18)
Akuarium
A1 A2 B1 B2 C1 C2
Suhu (ͦ◦C) 25 25 25 25 25 25
NH4 (mg/l) 1 1 0.5 1 5 1
NH3(mg/L) 0,006 0,006 0,003 0,006 0,03 0,006
O2 (mg/l) 11 8 11 11 11 11
PH 7.07 6.86 7.13 7.062 7.055 7.14
Sampling 1
Sampling Kualitas Air 1 ( 4/2/18)
Akuarium
A1 A2 B1 B2 C1 C2
Suhu (ͦ◦C) 25 25 25 25 25 25
NH4 (mg/l) 0 0.5 0 5 5 1
NH3(mg/L) 0 0,003 0 0,03 0,09 0,02
O2 (mg/l) 11 11 11 11 11 8
PH 7.02 6.87 7.2 7.16 7.53 7.52
Sampling 2
Sampling Kualitas Air 2 ( 10/2/18)
Akuarium
A1 A2 B1 B2 C1 C2
Suhu (ͦ◦C) 25 25 25 25 25 25
NH4 (mg/l) 0 0 0 1 0.5 5
NH3(mg/L) 0 0 0 0,006 0,009 0,03
O2 (mg/l) 11 8 11 11 11 8
PH 7.36 7.03 7.55 7.38 7.4 7.3
Sampling 3
49
Sampling 4
A1 A2 B1 B2 C1 C2
Suhu (ͦ◦C) 25-26 25-26 25-26 25-26 25-26 25-26
NH4
(mg/l) 0-1 0-1 0-0.5 0-5 0-5 0-5
0- 0.006 -
NH3(mg/L) 0.006 0-0.006 0-0.003 0-0.03 0-5 0.03
O2 (mg/l) ≥8 ≥8 ≥8 ≥8 ≥8 ≥5
6.69 - 7.1 - 7.06 - 6.93 -
PH 7-7.59 7.37 8.08 7.38 7.58 7.16 - 7.52
50
Lampiran 6. Gambar Kegiatan Percobaan Ikan Nila Divaksinasi
51
Gambar 3. Pencampuran vaksin pada pakan
52
Gambar 5. Sample darah ikan yang akan diuji
53
Gambar 7. Uji darah di layar Hematology Analizer
54
Gambar 8. Melakukan penyiponan
55
Gambar 10. Aquarium untuk pemeliharaan
56
Lampiran 7. Jumlah pakan selama pemeliharaan
Jumlah
Pakanselama
pemeliharaan
Akuarium (gram) FCR EP (%)
57
58