Anda di halaman 1dari 27

PERHITUNGAN NILAI CHART DATUM STASIUN PASANG SURUT JEPARA BERDASARKAN PERIODE

PERGERAKAN BULAN,
BUMI, DAN MATAHARI MENGGUNAKAN DATA PASUT TAHUN 1994 S.D 2013
ISNA USWATUN KH
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Muka surutan peta atau chart datum merupakan bidang referensi kedalaman untuk
proses pemetaan di laut. Chart datum merupakan bidang terendah yang mungkin terjadi
dan nilai surut air laut hampir tidak pernah lebih bawah dari chart datum (De Jong,
2002). Penentuan chart datum disuatu wilayah akan berbeda dengan penentuan chart
datum di wilayah yang lain, karena chart datum sangat dipengaruhi oleh pergerakan
muka air laut dalam hal ini gerakan pasang surut air laut di wilayah tersebut.
Pasang surut air laut merupakan gerakan naik turunnya permukaan air laut secara
periodik. Pergerakan tersebut disebabkan karena pengaruh gaya tarik menarik benda -
benda angkasa, khususnya bulan dan matahari terhadap laut di berbagai tempat di bumi.
Variasi periodik pergerakan tersebut berhubungan erat dengan variasi kedudukan bulan
maupun matahari dalam orbitnya. Kedudukan atau pergerakan bulan, bumi, dan
matahari bervariasi secara periodik sehingga bisa dihitung dan diketahui dengan teliti.
Periode gerakan bulan, bumi, dan matahari tersebut adalah 1 bulan merupakan waktu
yang dibutuhkan untuk bulan mengelilingi bumi, 1 tahun yang merupakan periode untuk
bumi mengelilingi matahari, 8,85 tahun merupakan waktu yang dibutuhkan untuk
melakukan gerakan orbital presesi dan 18,6 tahun merupakan waktu yang dibutuhkan
untuk berhimpitnya node bulan dan ekliptik (Ali, dkk, 1994).
Chart datum dapat dihitung dari data pengamatan pasut di lokasi tertentu yaitu
dengan menggunakan nilai MSL (So) dan jarak muka surutan peta (Zo) yang diperoleh
dari penjumlahan konstanta harmonik pasut hasil proses analisis pasut. Proses
pengolahan data pengamatan pasut yang memiliki periode berbeda akan menghasilkan
konstanta harmonik pasut yang berbeda, yang selanjutnya akan menghasilkan nilai Zo
yang berbeda dan akhirnya mempengaruhi hitungan nilai chart datum. Pada penelitian
ini dilakukan analisis pengaruh periode pengamatan pasut sesuai dengan periode
pergerakan bulan, bumi, dan matahari terhadap perhitungan nilai chart datum. Studi

1
PERHITUNGAN NILAI CHART DATUM STASIUN PASANG SURUT JEPARA BERDASARKAN PERIODE
PERGERAKAN BULAN,
BUMI, DAN MATAHARI MENGGUNAKAN DATA PASUT TAHUN 1994 S.D 2013 2
ISNA USWATUN KH
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

kasus untuk penelitian ini adalah Stasiun pasut Jepara, karena Stasiun pasut Jepara
memiliki data pengamatan pasut dengan periode panjang yaitu 20 tahun dari tahun 1994
s.d 2013.

I.2. Rumusan Masalah


Chart datum dihitung berdasarkan konstanta harmonik yang merupakan hasil
proses analisis harmonik pasang surut. Peristiwa pasang surut air laut sangat dipengaruhi
oleh pergerakan bulan, bumi dan matahari yang memiliki periode tertentu. Periode
tersebut adalah 1 bulan, 1 tahun, 8,85 tahun dan 18,6 tahun. Namun demikian belum
diketahui seberapa jauh pengaruh dari periode pergerakan bulan, bumi dan matahari
dalam menentukan nilai chart datum. Pada penelitian ini mengkaji periode data pasut
terhadap hitungan nilai chart datum dengan studi kasus Stasiun pasut Jepara.
Berdasarkan hal tersebut, maka pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh periode pengamatan yang berdasarkan pergerakan


bulan, bumi dan matahari yaitu 1 bulan, 1 tahun, 8,85 tahun dan 18,6 tahun
terhadap nilai amplitudo konstanta harmonik?
2. Bagaimana hubungan konstanta harmonik pasut dari periode data 1 bulan, 1
tahun, 8,85 tahun dan 18,6 tahun terhadap penentuan nilai chart datum?
3. Berapakah periode yang optimal untuk menentukan chart datum berdasarkan
periode pergerakan bulan, bumi dan matahari?
4. Berapakah rekomendasi nilai chart datum yang sesuai untuk Stasiun pasut
Jepara?

I.3. Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui kualitas data pengamatan pasut Stasiun pasut Jepara selama 20
tahun dari tahun 1994 s.d 2013 .
2. Menganalisis pengaruh periode pergerakan bulan, bumi dan matahari
terhadap nilai konstanta harmonik pasut dan MSL (S0).

2
PERHITUNGAN NILAI CHART DATUM STASIUN PASANG SURUT JEPARA BERDASARKAN PERIODE
PERGERAKAN BULAN,
BUMI, DAN MATAHARI MENGGUNAKAN DATA PASUT TAHUN 1994 S.D 2013 3
ISNA USWATUN KH
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

3. Menganalisis pengaruh konstanta harmonik pasut dari periode pergerakan


bulan, bumi dan matahari dalam menentukan nilai chart datum di Stasiun
pasut Jepara.
4. Mengetahui periode optimal untuk menentukan nilai chart datum
berdasarkan periode pergerakan bulan, bumi dan matahari.
5. Menentukan nilai chart datum yang paling sesuai di Stasiun pasut Jepara.

I.4. Manfaat Penelitian


Manfaat dilaksanakan penelitiaan ini dapat dilihat secara praktis dan ilmiah.
Secara praktis dengan diketahuinya kondisi pasut Jepara, maka dapat membantu proses
navigasi dan pengelolaan wilayah pesisir. Secara ilmiah, dengan diketahuinya nilai MSL
dan chart datum maka dapat digunakan sebagai sistem referensi untuk proses pemetaan
di darat dan di laut selain itu dapat juga digunakan untuk mengkoreksi pengukuran
geodesi teliti yang memerlukan koreksi pasut.

I.5. Cakupan Penelitian


Pada penelitian ini membahas mengenai pengaruh dari periode pergerakan bulan,
bumi, dan matahari yaitu periode data 1 bulan, 1 tahun, 8,85 tahun dan 18,6 tahun
terhadap konstanta harmonik pasut yang digunakan untuk menentukan nilai chart datum
di Stasiun pasut Jepara. Cakupan penelitian ini adalah sebagai barikut :

1. Metode analisis harmonik yang digunakan adalah hitung kuadrat terkecil


menggunakan aplikasi t-tide v.1.3 yang di jalankan dengan Matlab R 2008 a.
2. Nilai chart datum dihitung berdasarkan rumus DISHIDROS TNI AL dan rumus
The International Hydrographic Organization (IHO).
3. Data yang digunakan adalah data pasut hasil pengukuran di Stasiun pasut Jepara
menggunakan alat thalimedes selama 20 tahun dari tahun 1994 s.d 2013.
4. Data pasut diperoleh dari Badan Informasi Geospasial (BIG).

3
PERHITUNGAN NILAI CHART DATUM STASIUN PASANG SURUT JEPARA BERDASARKAN PERIODE
PERGERAKAN BULAN,
BUMI, DAN MATAHARI MENGGUNAKAN DATA PASUT TAHUN 1994 S.D 2013 4
ISNA USWATUN KH
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

I.6. Tinjauan Pustaka


Pengetahuan Pasang surut dapat digunakan untuk mendukung keperluan baik
praktis maupun ilmiah. Salah satu pemanfaatan data pasang surut adalah untuk
menentukan titik referensi baik MSL atau chart datum. Mengingat pentingnya
pengetahuan tentang pasang surut, maka banyak penelitian yang dilakukan untuk
meneliti tentang pasang surut. Pangesti (2012) melakukan penelitian mengenai pengaruh
lama waktu pengamatan pasang surut terhadap nilai muka surutan peta. Penelitian ini
dilakukan di Stasiun pasut Prigi dengan membandingkan lama waktu pengamatan yaitu
15 hari, 29 hari, 6 bulan, 1 tahun dan 3 tahun. Data pasang surut diambil dari
http://www.ioc-sealevelmonitoring.org (intergovernment Oceanographic Comission)
antara tahun 2009-2011. Penanganan data yang dilakukan untuk penelitian ini berupa
penghilangan spike dan mengisi data kosong dengan Not a Number (NaN). Aplikasi
yang digunakan pada penelitian ini adalah t-tide. Kesimpulan penelitian adalah semakin
lama pengamatan pasang surut, maka akan menghasilkan konstanta harmonik lebih
banyak dan akan menghasilkan nilai muka surutan peta atau chart datum yang semakin
rendah.
Salah satu metode yang digunakan untuk proses analisis harmonik pasut adalah
metode least square atau hitung kuadrat terkecil. Jun SHU (2003) melakukan penelitian
mengenai model matematis yang digunakan untuk proses analisis dan prediksi dari pasut
dan arus pasang surut. Metode yang dikembangkan adalah metode least square, yaitu
dengan membuat algoritma analisis harmonik pasut dan prediksi pasut menggunakan
hubungan antara konstanta pasut dan pada algoritma yang dibuat meperhitungkan
faktor ill-condition. Gelombang pasang surut dan arus pasut merupakan penjumlahan
dari konstanta – konstanta pembentuk pasut yang merupakan hasil dari analisis
harmonik. Kesimpulan dari penelitiannya menyebutkan bahwa metode least square
banyak digunakan untuk proses analisis harmonik pasut karena perkembangan
komputer, algoritma yang baik tidak hanya dapat memfasilitasi hitungan yang cepat
akan tetapi harus dapat digunakan untuk menyelesaikan konstanta-konstanta pasut dari

4
PERHITUNGAN NILAI CHART DATUM STASIUN PASANG SURUT JEPARA BERDASARKAN PERIODE
PERGERAKAN BULAN,
BUMI, DAN MATAHARI MENGGUNAKAN DATA PASUT TAHUN 1994 S.D 2013 5
ISNA USWATUN KH
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

data pengamatan secara efisien. Untuk menghasilkan konstanta harmonik maka jumlah
data pengamatan pasut harus dipenuhi.
Perhitungan menggunakan data pasut periode panjang dilakukan oleh Zuke, el.al
(1996) yang menyatakan bahwa amplitudo dan beda fase yang dapat dihasilkan dari
pengolahan data pasut selama 19 tahun adalah 472 konstanta dengan konstanta perairan
dangkal lebih dari 100 konstanta. Kestabilan proses analisis harmonik pasut disebabkan
karena faktor astronomis, efek nonlinier dan karena variasi topografi dasar laut,
kemudian meteorologi juga dapat mempengaruhi kestabilan dari analisis pasut akan
tetapi pengaruhnya tidak terlalu besar. Pada penelitiannya disebutkan bahwa untuk
menghasilkan semua konstanta yang dapat menunjukan pengaruh dari gaya pembangkit
pasut memerlukan periode panjang selama 19 tahun karena periode 1 tahun belum bisa
mengeluarkan seluruh konstanta.
Banna (2013) melakukan pengolahan data pasut periode panjang selama 8,85
tahun di Stasiun pasut Surabaya. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh periodik
mana dari pergerakan bumi, bulan dan matahari pada periode pengamatan satu bulan,
satu tahun dan 8,85 tahun yang paling optimal dalam menentukan nilai amplitudo
konstanta harmonik dan MSL. Hasil dari penelitian menyebutkan bahwa semakin
panjang periode pengamatan pasut untuk proses analisis harmonik, maka cenderung
akan menghasilkan konstanta harmonik yang lebih banyak, serta periode data paling
optimal adalah periode data satu tahun karena dengan periode data lebih pendek dapat
memberikan hasil yang tidak berbeda jauh dengan periode data panjang selama 8,85
tahun.
Pada penelitian ini membahas mengenai pengaruh periode pergerakan bulan, bumi
dan matahari yaitu 1 bulan, 1 tahun, 8,85 tahun dan 18,6 tahun untuk menentukan nilai
chart datum yang digunakan sebagai referensi pengukuran dan pemetaan. Berdasarkan
hasil tinjauan pustaka, maka penulis belum menemukan adanya penelitian yang sama
dalam menghitung nilai chart datum di Stasiun pasut Jepara berdasarkan pengaruh
periode pergerakan rotasi dan revolusi bulan, revolusi bumi, orbital presesi dan nodal
presesi. Pada penelitian ini dilakukan perlakuan khusus terhadap data pasang surut yang

5
PERHITUNGAN NILAI CHART DATUM STASIUN PASANG SURUT JEPARA BERDASARKAN PERIODE
PERGERAKAN BULAN,
BUMI, DAN MATAHARI MENGGUNAKAN DATA PASUT TAHUN 1994 S.D 2013 6
ISNA USWATUN KH
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

kurang baik karena mengandung data kosong dan outlier. Metode yang digunakan untuk
melakukan analisis pasang surut adalah metode kuadrat terkecil karena metode ini dapat
menghasilkan konstanta-konstanta harmonik pasut dari data pengamatan pasut dengan
periode panjang. Proses analisis pasut menggunakan aplikasi t-tide v 1.3 yang dijalankan
menggunakan Matlab R 2008a.

I.7. Landasan Teori


I.7.1. Pasang Surut
Pasang surut merupakan peristiwa naik turunnya muka laut secara berkala akibat
adanya gaya tarik benda-benda angkasa terutama matahari dan bulan terhadap massa air
di Bumi. Peristiwa naik turunnya muka air adalah periodik dengan rata-rata periodenya
12,4 jam (dibeberapa tempat 24,8 jam) (Pond dan Pickard,1983 dalam Rufaida, 2008).
Pengertian pasang surut menurut The International Hydrographic Organization (IHO)
adalah naik turunnya permukaan air laut secara periodik yang disebabkan oleh pengaruh
gaya tarik benda-benda langit terutama bulan dan matahari di bumi yang berotasi.
Berdasarkan pengertian diatas, maka bisa diketahui bahwa pasang surut yang terjadi di
Bumi disebabkan oleh gaya tarik matahari dan bulan, walaupun sebetulnya benda-benda
angkasa yang lain juga mempengaruhi, akan tetapi pengaruhnya dapat diabaikan karena
jaraknya lebih jauh dan ukurannya lebih kecil (IHO dalam Joyosumarto, 2013).

I.7.2. Teori Pasang Surut Setimbang (Equilibrium Tide)

Ali, dkk (1994) dalam bukunnya menyebutkan bahwa teori pasut setimbang atau
equilibrium tide merupakan pasut semu yang terjadi dipermukaan laut, dimana setiap
saat seluruh permukaan bumi memiliki potensial gravitasi yang konstan dan sama besar.
Hipotesa yang menjadi dasar bagi teori kesetimbangan adalah bahwa bumi berbentuk
bola sempurna, yang seluruhnya ditutupi oleh lapisan tipis air yang tidak memiliki gaya
viskositas maupun gaya inertial yang kemudian dianggap bahwa bumi dan air yang
melapisinya dalam keadaan diam sampai ada gaya yang mengganggunya bekerja.
Gerakan bulan dan matahari menjadi dasar perhitungan gaya pembangkit pasut
yang dapat menghasilkan gejala pasang surut. Gerakan bulan dan matahari memiliki

6
PERHITUNGAN NILAI CHART DATUM STASIUN PASANG SURUT JEPARA BERDASARKAN PERIODE
PERGERAKAN BULAN,
BUMI, DAN MATAHARI MENGGUNAKAN DATA PASUT TAHUN 1994 S.D 2013 7
ISNA USWATUN KH
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

periode yang tertentu sehingga gaya-gaya yang menghasilkan pasang surut dapat
dikembangkan menjadi komponen yang periodik. Komponen pasut teoritis hanya dapat
dikembangkan pada kondisi bumi ideal.
Kondisi ideal bumi untuk mencapai pasut setimbang adalah bahwa bumi
merupakan bola sempurna yang seluruhnya diliputi oleh laut yang dalamnya 20 km.
Dalam kenyataannya, kedalaman laut rata-rata di dunia jauh lebih kecil dari itu sehingga
sebenarnya pasut setimbang tidak pernah terjadi di bumi. Namun demikian, teori tentang
pasut setimbang masih tetap penting karena menurut hukum yang dikemukakan oleh
Laplace bahwa osilasi muka laut memiliki periodisitas yang sama (identik) dengan
periode dari gaya –gaya yang menghasilkan osilasi tersebut. Dengan demikian maka
komponen harmonik pasut yang sebenarnya dimanapun dimuka bumi memiliki periode
yang sama dengan komponen harmonik pasut teoritis yang dikembangkan dari kondisi
pasut setimbang. Ketidaksesuaian kondisi muka bumi dan laut yang sebenarnya dari
konsisi idealnya akan menyebabkan terjadinya perubahan amplitudo serta keterlambatan
fase setiap komponen harmonik pasut.

1.7.3. Gaya Pembangkit Pasang Surut


Gaya yang mempengaruhi pasut merupakan gaya tarik menarik benda-benda
angkasa khususnya bulan dan matahari terhadap berbagai tempat di bumi. Tiga gerakan
utama yang perlu diperhatikan dalam peristiwa pasang surut adalah gerakaan rotasi bumi
pada sumbunya, orbit bulan mengelilingi bumi dan orbit bumi mengitari matahari. Posisi
dan gerakan lintasan orbit bumi, bulan dan matahari dapat dilihat pada gambar I.1.

Gambar I.1. Posisi bumi terhadap bulan dan matahari


(sumber: Soeprapto, 2001)

7
PERHITUNGAN NILAI CHART DATUM STASIUN PASANG SURUT JEPARA BERDASARKAN PERIODE
PERGERAKAN BULAN,
BUMI, DAN MATAHARI MENGGUNAKAN DATA PASUT TAHUN 1994 S.D 2013 8
ISNA USWATUN KH
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Gaya pembangkit pasang surut (pasut) yang selanjutnya disebut GPP merupakan
resultan gaya tarik bulan, matahari dan gaya sentrifugal yang mempertahankan
kesetimbangan dinamik pada seluruh sistem yang ada. Gambaran arah gaya tarik bulan
terhadap bumi dan gaya sentrifugal dapat dilihat pada gambar I.2.

P
Fc Fp
R
a
ϕ ⍺
r
BUMI
BULAN

Gambar I.2. Arah gaya sentrifugal dan gaya tarik bulan


(Sumber : Modifikasi Ali, dkk, 1994)
Dari gambar I.2 dapat diketahui bahwa besarnya gaya sentrifugal (Fc) dapat
dihitung dengan persamaan (I.1) sebagai berikut :

(I.1)

Kemudian untuk gaya tarik dititik P terhadap bulan besarnya tergantung jarak
antara posisi P dengan pusat bulan. Besarnya gaya tarik bulan terhadap titik P (Fp) dapat
dihitung dengan persamaan (I.2) berikut :

(I.2)

Setelah diketahui gaya tarik bulan terhadap suatu titik dipermukaan bumi dan gaya
sentrifugalnya, maka dapat dihitung gaya pembangkit pasang surut (Fpp) dengan
persamaan (I.3) berikut :
(I.3)
Dalam hal ini :
Fc : Gaya centrifugal
Fp : Gaya tarik bulan
Fpp : Gaya pembangkit pasut (GPP)
Mm : Massa bulan
Me : Massa bumi

8
PERHITUNGAN NILAI CHART DATUM STASIUN PASANG SURUT JEPARA BERDASARKAN PERIODE
PERGERAKAN BULAN,
BUMI, DAN MATAHARI MENGGUNAKAN DATA PASUT TAHUN 1994 S.D 2013 9
ISNA USWATUN KH
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Mp : Massa benda dititik P


G : Kontanta gaya gravitasi universal (6.67 x 10-11 newton.m2/kg2)
g : Konstanta gaya gravitasi
a : jari-jari bumi (6371 m)
r : jarak antara pusat bumi dan pusat bulan
R : jarak dari pusat bulan ke permukaan bumi

I.7.4. Sistem Bumi Bulan Matahari


Banyak penyebab yang mengakibatkan berbagai kejadian dinamis di laut dan
berpengaruh terhadap permukaan air laut, yaitu pengaruh kejadian geodinamis dan
geotermis di perut bumi, pengaruh mekanis dan fisika kimiawi yang ditimbulkan oleh
radiasi matahari dan kerja atmosfer, dan pengaruh kosmis atau benda-benda angkasa.
Dari sekian banyak penyebab, perubahan muka air laut yang teratur dan periodik
disebabkan oleh pengaruh benda-benda angkasa, terutama bulan dan matahari.
(Soeprapto,2001). Gerakan-gerakan tersebut membentuk suatu sistem yang menentukan
“denyut” paras laut di bumi. Gerakan-gerakan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

1.7.4.1. Revolusi bulan terhadap bumi.

Orbit bulan berbentuk elip. Bulan melakukan gerakan rotasi terhadap sumbunya
sekaligus melakukan gerakan mengelilingi bumi (revolusi) selama 29,5 hari. Akibat
periode rotasi bulan dan revolusi mengelilingi bumi yang sama, maka massa dari bulan
lebih berat di satu sisi dan karena gaya tarik bumi maka menyebabkan permukaan
dengan massa bulan yang lebih berat selalu mengarah ke bumi. Posisi bulan terhadap
bumi dalam melakukan gerakannya dapat dilihat pada gambar I.3. Berdasarkan gambar
1.3 dapat dilihat bahwa bulan melakukan pergerakan dan berpindah posisi setiap hari
sebesar 130. Apabila dilihat dari bumi, maka bulan terlihat berbeda-beda. Bulan
memiliki delapan fase yang memberikan pengaruh terhadap kondisi pasut di bumi. Fase
bulan menyebabkan dua fenomena pasut, yaitu pasang purnama dan pasang perbani.
Gambar pasut purnama dan perbani dapat dilihat pada gambar 1.4.

9
PERHITUNGAN NILAI CHART DATUM STASIUN PASANG SURUT JEPARA BERDASARKAN PERIODE
PERGERAKAN BULAN,
BUMI, DAN MATAHARI MENGGUNAKAN DATA PASUT TAHUN 1994 S.D 2013 10
ISNA USWATUN KH
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Gambar I.3. Revolusi bulan terhadap bumi


(Sumber : http://cseligman.com/text/sky/moonmotion.htm)

Gambar 1.4. Pasut purnama dan perbani


(Sumber : Gill dan Schultz, 2001)
I.7.4.2. Revolusi bumi terhadap matahari.

Revolusi bumi mengelilingi matahari dengan orbit yang berbentuk elip


memerlukan periode 365,25 hari untuk menyelesaikan satu putarannya. Gambar gerakan
revolusi bumi terhadap matahari dapat dilihat pada gambar I.5.

10
PERHITUNGAN NILAI CHART DATUM STASIUN PASANG SURUT JEPARA BERDASARKAN PERIODE
PERGERAKAN BULAN,
BUMI, DAN MATAHARI MENGGUNAKAN DATA PASUT TAHUN 1994 S.D 2013 11
ISNA USWATUN KH
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Gambar I.5. Revolusi bumi terhadap matahari


(Sumber : http://www.webquest.hawaii.edu/kahihi/sciencedictionary/R/revolution.php)

Pada periode selama 365,25 hari, maka terjadi deklinasi maksimum dan deklinasi
minimum sebanyak dua kali sehingga akan terjadi pasang maksimum ketika deklinasi
matahari bernilai nol atau deklinasi minimal dan sebalikanya ketika deklinasi maksimum
maka akan terjadi pasang minimum.

I.7.4.3. Gerakan orbital presesi.

Gerakan orbital presesi atau sering disebut juga presesi bulan merupakan gerakan
dari titik noda perigee dan apogee. Perigee merupakan titik paling dekat dengan bumi
pada orbit bulan yang berbentuk elips, sedangkan apogee merupakan titik pada orbit
bulan yang paling jauh dari bumi. Karena adanya gaya tarik matahari, maka proyeksi
kedua titik perigee dan apogee juga bergerak sepanjang bidang ekliptika setiap 8,85
tahun sekali. (Ali, dkk, 1994). Gerakan orbital presesi dapat dilihat pada gambar 1.6.
Apabila posisi bulan berada pada titik perigee yang paling dekat dengan bumi, maka
akan terjadi pasang maksimum dan sebaliknya apabila bulan berada pada titik terjauh
atau apogee maka air laut akan mengalami pasang minimal.

11
PERHITUNGAN NILAI CHART DATUM STASIUN PASANG SURUT JEPARA BERDASARKAN PERIODE
PERGERAKAN BULAN,
BUMI, DAN MATAHARI MENGGUNAKAN DATA PASUT TAHUN 1994 S.D 2013 12
ISNA USWATUN KH
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Gambar I.6. Gerakan orbital presesi


(sumber : http://oceanservice.noaa.gov/education/kits/tides/tides07_cycles.html)
I.7.4.4. Gerakan nodal presesi.

Nodal presesi merupakan peristiwa berhimpitnya node bidang bulan dan ekliptik.
Gambar gerakan nodal presesi dapat dilihat pada gambar I.7.

Gambar I.7. Gerakan nodal presesi


(Sumber : Gill dan Schultz, 2001)

12
PERHITUNGAN NILAI CHART DATUM STASIUN PASANG SURUT JEPARA BERDASARKAN PERIODE
PERGERAKAN BULAN,
BUMI, DAN MATAHARI MENGGUNAKAN DATA PASUT TAHUN 1994 S.D 2013 13
ISNA USWATUN KH
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Keterangan gambar :
N : Kutub utara langit
S : Kutub selatan langit
Adanya gaya tarik matahari, maka bulan tidak akan memotong ekliptika pada titik
yang sama setiap kali (selesai 1 putaran) orbit. Dengan demikian titik noda akan
senantiasa berpindah. Titik ini akan bergerak ke barat sepanjang bidang ekliptika dengan
kecepatan lebih besar dari gerakan vernal equinox, yaitu mengelilingi ekliptika dengan
periode 18,6 tahun.

I.7.5. Periode Sinodik


Ali, dkk (1994) menyebutkan bahwa banyaknya gelombang yang akan diperoleh
dari hasil analisis pasang surut tergantung pada panjang data pengamatan pasut. Panjang
data pengamatan pasut dapat diperoleh menggunakan kriteria Reyleigh, yaitu bahwa
komponen A dan B dapat saling dipisahkan apabila lama pengamatan data pasut
melebihi periode tertentu yang dikenal dengan periode sinodik. Periode sinodik dapat
didefinisikan sebagai berikut :

(I.4)

dalam hal ini :


PS : Periode sinodik dinyatakan dalam jam
: Kecepatan sudut dinyatakan dalam derajat/ jam dari komponen A dan
B.
Dari penjelasan diatas, maka periode sinodik merupakan lama pengamatan
minimum yang digunakan untuk analisa harmonik pasut agar dapat digunakan untuk
menghitung amplitudo dan beda fase dari dua buah komponen A dan B.
Sebagai contoh kasus dalam memisahkan antara konstanta diurnal dan semidiurnal
yaitu K1 dan M2, maka cukup menggunakan data yang pendek. Kecepatan sudut dari
K1 adalah 28,984 dan kecepatan sudut konstanta M2 adalah 15,041, maka akan
diperoleh periode sinodiknya 32 jam. Hal ini berarti dengan pengamatan pasut selama 32
jam akan dapat diperoleh konstanta K1 dan M2. Semakin kecil perbedaan frekuensi

13
PERHITUNGAN NILAI CHART DATUM STASIUN PASANG SURUT JEPARA BERDASARKAN PERIODE
PERGERAKAN BULAN,
BUMI, DAN MATAHARI MENGGUNAKAN DATA PASUT TAHUN 1994 S.D 2013 14
ISNA USWATUN KH
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

komponen A dan B, maka semakin panjang pula periode data yang diperlukan untuk
dapat memisahkan konstanta keduanya. Seperti halnya akan memisahkan konstanta
harmonik semidiurnal yaitu K2 dan S2 yang memiliki kecepatan sudut masing-masing
30o,082 dan 30o, maka memerlukan periode pengamatan selama 182 hari, dengan
demikian jumlah komponen harmonik pasut yang diperoleh dari analisa harmonik sangat
bergantung pada panjang data pengamatan.
Ada cara yang dapat digunakan untuk memisahkan dua konstanta harmonik pasut
apabila jumlah pengamatan kurang dari periode sinodik, yaitu dengan menggunakan
harga perbandingan antara dua komponen equilibrium tide. Seperti misalnya akan
menghitung nilai komponen K2 dari data satu bulan. Dari data satu bulan kita dapat
memperoleh nilai konstanta S2. Untuk dapat menghitung K2, maka digunakan hubungan
perbandingan amplitudo dan beda fase antara K2 (komponen lemah) dengan komponen
S2 (komponen kuat). Amplitudo (A) K2 dihitung berdasarkan perbandingan K2/S2 dan
beda fase (g) dihitung dari pengurangan beda fase S2 dikurangi beda fase K2 di Stasiun
acuan.
Apabila di tempat yang di amati tidak ada Stasiun acuan, maka dapat digunakan
harga perbandingan amplitudo antara dua komponen equilibrium tide nya dengan
persamaan :

⍺e = (I.5)

Jadi, misalnya untuk menghitung K2 dapat menggunakan perbandingan dari


komponen equilibrium dari:

⍺e =

Berikut disajikan tabel yang berisi harga perbandingan amplitudo equilibrium dari
beberapa komponen terhadap komponen acuan.
Tabel I.1. Hubungan amplitudo equilibrum
Komponen yang Komponen Hubungan equlibrum
dihitung acuan Perbedaan amplitudo Beda fase
P1 K1 0.331 0
K2 S2 0.272 0

14
PERHITUNGAN NILAI CHART DATUM STASIUN PASANG SURUT JEPARA BERDASARKAN PERIODE
PERGERAKAN BULAN,
BUMI, DAN MATAHARI MENGGUNAKAN DATA PASUT TAHUN 1994 S.D 2013 15
ISNA USWATUN KH
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

I.7.6. Analisis Harmonik Pasang Surut


Analisis harmonik pasut adalah suatu cara untuk mengetahui sifat dan karakter
pasut di suatu tempat dari hasil pengamatan pasut dalam kurun waktu tertentu. Analisis
pasut dilakukan dengan cara menghitung nilai-nilai konstanta harmonik pasut, yaitu
besarnya amplitudo dan beda fase dari unsur-unsur pasut dengan menggunakan metode
tertentu. Berdasarkan definisi tersebut, maka tujuan dari analisis harmonik pasut adalah
menghitung amplitudo hasil respons dari kondisi laut setempat terhadap pasut setimbang
dan beda fase dari gelombang tiap komponen di tempat itu terhadap keadaan pasut
setimbangnya (Ali, dkk, 1994).
Variasi tinggi muka air laut di lokasi tertentu dapat dinyatakan sebagai hasil dari
superposisi dari berbagai gelombang konstanta harmonik pasut. Tinggi muka air laut
pada saat t dituliskan oleh Pawlowicz, et.al (2002) sebagai berikut :

(I.6)
dalam hal ini :
: tinggi muka air pada waktu t
Bo : tinggi muka air rata-rata saat t=0
: tinggi muka air rata-rata saat t
: amplitudo
N : konstituen pasut dengan bilangan Doodson
: frekuensi yang diperoleh dari potensial
Persamaan (I.6) dapat disederhanakan dengan pendekatan model pasut
menggunakan pendekatan tradisional sinusoidal sebagai berikut :
(I.7)

Dengan = + dan = -
Metode yang biasa digunakan untuk proses analisis pasut adalah metode harmonik
menggunakan metode hitung kuadrat terkecil (least square). Prinsip analisis pasut
dengan metode kuadral terkecil yaitu dengan meminimkan perbedaan sinyal komposit

15
PERHITUNGAN NILAI CHART DATUM STASIUN PASANG SURUT JEPARA BERDASARKAN PERIODE
PERGERAKAN BULAN,
BUMI, DAN MATAHARI MENGGUNAKAN DATA PASUT TAHUN 1994 S.D 2013 16
ISNA USWATUN KH
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

dan sinyal ukuran. Persamaan metode kuadrat terkecil dapat dilihat pada persamaan (I.8)
sebagai berikut :
(I.8)
dimana :

h(t) : tinggi muka air fungsi dari waktu


Ai : amplitudo komponen ke-i
i : kecepatan sudut komponen ke-i
gi : fase komponen ke-i
hm : tinggi muka air rerata
t : waktu
k : jumlah komponen
V(tn) : residu
Dari rumus diatas dapat diuraikan menjadi persamaan sebagai berikut:
(I.9)
jika dimisalkan :
(I.10)
maka hasilnya menjadi :
(I.11)

dimana :
Ar dan Br : konstanta harmonik ke-i,
k : jumlah komponen pasut,
tn : waktu pengamatan tiap jam (tn = -n, n+1, n; tn = 0 adalah waktu tengah-
tengah pengamatan).
Besarnya ( hm ) hasil hitungan dengan persamaan diatas mendekati elevasi pasut
pengamatan h(t) jika :
(I.12)
Persamaan diatas kemudian diturunkan terhadap Ari dan Bri

16
PERHITUNGAN NILAI CHART DATUM STASIUN PASANG SURUT JEPARA BERDASARKAN PERIODE
PERGERAKAN BULAN,
BUMI, DAN MATAHARI MENGGUNAKAN DATA PASUT TAHUN 1994 S.D 2013 17
ISNA USWATUN KH
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

v 2

 0  2 h(t )  (hm   M )  cos(i t )  
N
(I.13)
Ar n 1

v 2

 0  2 h(t )  (hm   M )  sin(i t )  
N
(I.14)
Br n 1

Dari hubungan persamaan tersebut diperoleh 2n + 1 persamaan dimana n adalah


banyaknya komponen harmonik pasut laut. Sehingga dapat ditentukan besaran S0, Ar,
dan Br. Selanjutnya berdasarkan estimasi kuadrat terkecil maka persamaan dapat
diuraikan dalam tahap – tahap sebagai berikut :
1. persamaan pengamatan tinggi muka laut L = AX
2. persamaan koreksi v = (AX) – L, maka :
(I.15)
Berikut ini desain matrik pengamatan pasutnya :
1 cos1t 1 s in2t 1  cosk t 1 s in1t 1  s ink t 1 
1 cos t s in t  cos t s in t  s in t 
 1 1 2 1 k 1 1 1 k 1
n Ak 
  
 
1 cos1t n s in2t n  cosk t n s in1t n  s ink t 
h1 
L   
hn 

X  ( AT PA) 1 ( AT PL)

h0 
A 
 1
 
 
k X 1  Ak 
 B1 
 
 
B 
 k
Menentukan nilai amplitude komponen pasut laut :
Ai  Ari  Bri (I.16)

17
PERHITUNGAN NILAI CHART DATUM STASIUN PASANG SURUT JEPARA BERDASARKAN PERIODE
PERGERAKAN BULAN,
BUMI, DAN MATAHARI MENGGUNAKAN DATA PASUT TAHUN 1994 S.D 2013 18
ISNA USWATUN KH
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Menentukan nilai fase komponen pasut laut :


Bri
tan g i  (I.17)
Ari
Dalam hal ini :
L : data tinggi muka laut
A : matrik koefisien
X : parameter komponen harmonik pasut laut
V : nilai koreksi
Ar : parameter A komponen pembentuk pasut
Br : parameter B komponen pembentuk pasut
: kecepatan sudut gelombang harmonik
t : waktu pengamatan
Ai : amplitude
g : fase

Pada umumnya analisa harmonik berdasarkan panjang data pengamatan antara


satu bulan sampai satu tahun, maka nilai amplitudo dan fase yang dihasilkan masih
bergantung pada beberapa komponen pasang yang memiliki periode panjang. Untuk itu
perlu dilakukan koreksi terhadap amplitudo dan fase yang dihasilkan. Jika letak lintang
diketahui, maka koreksi nodal dapat dihitung menggunakan persamaan sebagai berikut
(Pawlowicz, et.al, 2002) :
= = + (I.18)
Dari persamaan umum di atas, didapatkan persamaan koreksi nodal berikut:
=1+ ≈1+ (I.19)

Dengan dan merupakan koreksi amplitudo dan merupakan koreksi nodal.


Koreksi terhadap fase dan amplitudo ditunjukkan pada persamaan seperti di bawah
ini (Ali, dkk, 1994):
(I.20)

(I.21)

18
PERHITUNGAN NILAI CHART DATUM STASIUN PASANG SURUT JEPARA BERDASARKAN PERIODE
PERGERAKAN BULAN,
BUMI, DAN MATAHARI MENGGUNAKAN DATA PASUT TAHUN 1994 S.D 2013 19
ISNA USWATUN KH
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Faktor koreksi amplitudo (f), koreksi fase (u), dan fase komponen (V) dapat dihitung
dari fungsi-fungsi di bawah ini:
s = 277,025 + 129,38481 (Y-1900) + 13,17640 (D+L) (dalam derajat)
h = 260,190 – 0,23872 (Y-1900) + 0,98565 (D+L) (dalam derajat)
p = 334,385 + 40,66249 (Y-1900) + 0,11140 (D+L) (dalam derajat)
N = 259,157 – 19,32818 (Y-1900) + 0,05295 (D+L) (dalam derajat)
Keterangan:
Y : tahun masehi
D : jumlah hari yang telah berlaku dari jam 00.00 tanggal 1 Januari tahun Y
L : bagian integer dari (1/4)(Y-1901)
Selanjutnya menghitung nilai argumen astronomis untuk koreksi nilai amplitudo
dan fase konstanta harmonik yang sering disebut sebagai koreksi nodal , , dan .
Untuk menghitung nilai menggunakan persamaan sebagai berikut:
= 1,0004 + 0,0373 cos N + 0,0002 cos 2N
=1
=
= 1,006 + 0,115 cos N – 0,008 cos 2N + 0,0006 cos 3N
= 1,0089 + 0,1871 cos N – 0,00147 cos 2N + 0,0014 cos 3N
=
=
= 1,0241 + 0,2863 cos N + 0,0083 cos 2N – 0,0015 cos 3N
=1
=0
Untuk menghitung nilai menggunakan persamaan sebagai berikut:
= -2,14° sin N
=0
=
= -8,86° sin N + 0,68° sin 2N – 0,07° sin 3N
= 10,8° sin N – 1,34° sin 2N + 0,04° sin 3N

19
PERHITUNGAN NILAI CHART DATUM STASIUN PASANG SURUT JEPARA BERDASARKAN PERIODE
PERGERAKAN BULAN,
BUMI, DAN MATAHARI MENGGUNAKAN DATA PASUT TAHUN 1994 S.D 2013 20
ISNA USWATUN KH
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

= +
=
= -17,74° sin N + 0,68° sin 2N – 0,04° sin 3N
=0
=0
Untuk menghitung nilai menggunakan persamaan sebagai berikut:
= -2s + h + x CT
= x CT
= 3s + 2h + p + x CT
= h + 90° + x CT
= -2s + h 270° + x CT
=
= -2s + x CT
= 2h + x CT
= -h + 270° + x CT
=0
Pada persamaan di atas, CT merupakan jam atau data pasang surut yang tepat di
tengah-tengah periode pengamatan. Untuk memperoleh nilai ( + ) masing-masing
konstituen, dapat dilakukan dengan menjumlahkan dan dari masing-masing
komponen harmonik pasut yang bersesuaian.

I.7.7. Konstanta Harmonik Pasut


Konstanta harmonik pasut adalah konstanta-konstanta yang dapat menyebabkan
terjadinya pasut. Konstanta-konstanta pasut memilliki sifat yang harmonik terhadap
waktu, sehingga dinamakan konstanta harmonik pasut. Secara garis besar konstanta
harmonik pasut dapat dibagi menjadi tiga kelompok seperti di bawah ini :
1. Konstanta harmonik pasut periode harian (diurnal period tide)
2. Konstanta harmonik pasut periode harian ganda (semidiurnal period tide)
3. Konstanta harmonik pasut periode panjang (long period tide)

20
PERHITUNGAN NILAI CHART DATUM STASIUN PASANG SURUT JEPARA BERDASARKAN PERIODE
PERGERAKAN BULAN,
BUMI, DAN MATAHARI MENGGUNAKAN DATA PASUT TAHUN 1994 S.D 2013 21
ISNA USWATUN KH
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Selain konstanta-konstanta yang disebutkan di atas, terdapat konstanta harmonik


pasut lain yang dipengaruhi oleh perairan dangkal. Konstanta- konstanta harmonik pasut
dapat dilihat pada Tabel I.2.
Tabel I.2. Komponen harmonik pasang surut
Tipe Pasut Komponen Simbol Kecepatan Periode Gaya yang
Harmonik sudut (jam ditimbulkan
(0/jam) matahari)
Ganda Bulan Utama M2 28,9841 12,42 100
(Semi- Matahari Utama S2 30,0000 12,00 47
diurnal) Elip Bulan Besar N2 28,4397 12,66 19
Bulan-Matahari K2 30,0821 11,97 13
Tunggal Bulan – Matahari K1 15,0411 23,93 58
(Diurnal) Bulan Utama O1 13,9430 25,82 42
Matahari Utama P1 14,9589 24,07 19
Periode Bulan 2 mingguan Mf 1,0980 327,86 17
Panjang Bulan Matahari Msf 1,0159 354,36 9
(Long mingguan
Period) Bulan 4 mingguan Mm 0,5444 661,30 8
Matahari Ssa 0,0821 4384,90 8
semesteran
Perairan Dua kali kecepatan M4 59,97 6,21 -
Dangkal sudut M2
(Shallow Kombinasi antara MS4 59,98 6,20 -
water) M2 dan S2
(Sumber: modifikasi dari De Jong, 2002)

21
PERHITUNGAN NILAI CHART DATUM STASIUN PASANG SURUT JEPARA BERDASARKAN PERIODE
PERGERAKAN BULAN,
BUMI, DAN MATAHARI MENGGUNAKAN DATA PASUT TAHUN 1994 S.D 2013 22
ISNA USWATUN KH
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Untuk keperluan rekayasa, umumnya digunakan 9 unsur utama pembangkit pasut


atau komponen utama konstanta harmonik pasut, yaitu M2, S2, K2, N2, K1, O1, P1, M4,
dan MS4. Dari 9 komponen harmonik utama pasut, terdapat 4 konstanta harmonik yang
biasa digunakan dalam menentukan tipe pasut, yaitu M2, S2, K1, dan O1. Klasifikasi
ditentukan berdasarkan perbandingan antara jumlah amplitudo konstanta harmonik
tunggal A(K1), A(O1), dengan jumlah amplitudo konstanta harmonik ganda yaitu A(M2),
A(S2). Perbandingan ini dikenal dengan “Formzal”, persamaannya yaitu :

(I.22)

Keterangan :
F : Bilangan Formzahl
A(K1) : Nilai Amplitudo konstanta harmonik K1
A(O1) : Nilai Amplitudo konstanta harmonik O1
A(M2) : Nilai Amplitudo konstanta harmonik M2
A(S2) : Nilai Amplitudo konstanta harmonik S2
Pengklasifikasian tipe pasut berdasarkan bilangan Formzahl dapat dilihat pada
tabel I.3. Selanjutnya Gambar gelombang sesuai tipe pasut dapat dilihat pada gambar I.8

Tabel I.3. Tipe pasut berdasarkan nilai bilangan Formzhal


Tipe Pasut Nilai F
Pasut harian ganda (semi-diurnal)
Pasang surut harian tunggal (Diurnal)
Pasut campuran condong ke harian ganda
Pasut campuran condong ke harian tunggal

22
PERHITUNGAN NILAI CHART DATUM STASIUN PASANG SURUT JEPARA BERDASARKAN PERIODE
PERGERAKAN BULAN,
BUMI, DAN MATAHARI MENGGUNAKAN DATA PASUT TAHUN 1994 S.D 2013 23
ISNA USWATUN KH
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Gambar I.8. Tipe pasang surut


(Sumber : http://oceanservice.noaa.gov/education/kits/tides/tides01_intro.html)

I.7.8. Chart Datum


Chart datum adalah bidang permukaan acuan pada suatu perairan yang
didefinisikan terletak dibawah permukaan air laut terendah yang mungkin terjadi. Chart
datum digunakan sebagai dasar penentuan angka kedalaman pada peta bathimetri, pada
asarnya chart datum merupakan bidang nol peta batimetri yang ditentukan dari suatu
bidang muka air terendah yang mungkin terdapat di wilayah yang bersangkutan. Setiap
daerah mempunyai tipe dan karakteristik pasut yang berbeda-beda, oleh karena itu
banyak model untuk menentukan muka surutan peta (chart datum). Kedudukan chart
datum dapat dilihat pada Gambar I.9.
Secara umum, nilai chart datum (CD) dapat ditentukan dengan persamaan (I.23)
o (I.23)
Dalam hal ini :
CD : chart datum / muka surutan peta
So : titik duduk tengah di atas titik nol palem
Zo : jarak surutan peta

23
PERHITUNGAN NILAI CHART DATUM STASIUN PASANG SURUT JEPARA BERDASARKAN PERIODE
PERGERAKAN BULAN,
BUMI, DAN MATAHARI MENGGUNAKAN DATA PASUT TAHUN 1994 S.D 2013 24
ISNA USWATUN KH
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Gambar I.9. Kedudukan chart datum


(Sumber : modifikasi dari Soeprapto,2001)
Perhitungan nilai chart datum dipengaruhi oleh besarnya Zo. Beberapa definisi
dalam penentuan Zo dimuat dalam Admiralty Tidal Handbook no.1 (Suthons,1985
dalam Soeprapto,1993) adalah sebagai berikut:
1. Menurut definisi Hidrografi Internasional (IHO)
(I.24)
dengan Ai adalah amplitudo komponen pasut ke-i dan n adalah jumlah
komponen.
2. Menurut definisi di Perancis
2 + 2+ 2) (I.25)
3. Menurut definisi admiralty Inggris
2 + 2) (I.26)
4. Menurut definisi Indian Spring Low Water
K1 + O1 + 2+ 2) (I.27)
5. Menurut dinas Hidro-oceanografi TNI AL
Zo = So - (I.28)
Dengan Ai kombinasi konstanta harmonik utama pasut
Penentuan chart datum secara teoritis dipilih dengan pertimbangan sebagai
berikut:

24
PERHITUNGAN NILAI CHART DATUM STASIUN PASANG SURUT JEPARA BERDASARKAN PERIODE
PERGERAKAN BULAN,
BUMI, DAN MATAHARI MENGGUNAKAN DATA PASUT TAHUN 1994 S.D 2013 25
ISNA USWATUN KH
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

1. Air ketika surut tidak pernah berada dibawah muka surutan peta atau chart datum
sehingga para pemakai peta batimetri yakin bahwa pada kondisi normal
kedalaman air sesuai dengan yang tertera pada chart.
2. Chart datum tidak boleh lebih rendah daripada batas kedangkalan perairan yang
bersangkutan, sehingga tidak dijumpai kedalaman yang bernilai negatif.
3. Chart datum tidak boleh berbeda terlalu banyak dalam setiap perubahan lokasi
melainkan harus harmonis dengan chart datum perairan disekitarnya.
4. Dalam menentukan chart datum sebaiknya menyertakan semua konstanta
harmonik yang membentuknya.

I.7.9. Kontrol Kualitas Data

Kontrol kualitas data pasut bertujuan untuk melakukan verifikasi data pasut
sehingga dapat dilakukan deteksi terhadap keanehan atau anomali terhadap data pasut.
Keanehan yang mungkin muncul meliputi outliers atau spikes perubahan time series dari
data pasut,dll (Tides Control Quality by SHOM, 2013 dalam Banna, 2013). Proses
kontrol kualitas data dapat dilakukan secara numeris yaitu dengan melakukan uji global
pada data pasut. Pada uji global salah satu rentang kepercayaan yang dipakai adalah
tiga standar deviasi (3 ) atau 99,7 %. Rentang ini dipilih berdasarkan pada rentang
kepercayaan yang dipakai oleh BIG. Pengecekan dilakukan untuk data pasut setiap satu
tahun, yaitu dengan menghitung standar deviasi kelompok data pertahun menggunakan
persamaan (I.29) :

(I.29)

Keterangan :
: standar deviasi
Xi : nilai data ke i
: nilai rata-rata data setiap tahun
n : jumlah data
kemudian menghitung batas kanan dan batas kiri untuk data pasut tersebut, yaitu dengan
persamaan (I.30) dan persamaan (I.31) :

25
PERHITUNGAN NILAI CHART DATUM STASIUN PASANG SURUT JEPARA BERDASARKAN PERIODE
PERGERAKAN BULAN,
BUMI, DAN MATAHARI MENGGUNAKAN DATA PASUT TAHUN 1994 S.D 2013 26
ISNA USWATUN KH
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

(I.30)
(I.31)

Apabila nilai ketinggian data pasut lebih dari “ >” batas kanan dan kurang dari “<”
batas kiri, maka nilai data pasut tersebut tertolak kemudian diganti dengan “NaN”. Data
pasut yang diterima adalah data yang terletak diantara batas kanan dan batas kiri. Setelah
diperoleh data pasut yang diterima kemudian dihitung prosentase data yang diterima
untuk mengetahui berapa persen data pasut yang diterima dan ditolak.

I.8. Hipotesis
Peristiwa pasang surut air laut sangat dipengaruhi oleh gaya tarik dari benda-benda
angkasa khususnya bulan dan matahari yang melakukan gerakan-gerakan secara
periodik. Periode 18,6 tahun adalah periode yang dibutuhkan untuk posisi relatif benda-
benda langit terhadap bumi kembali pada posisi yang sama (Vanicek & Krakiwsky,
1982 dalam Sinaga, 2010) sehingga proses analisis harmonik pasut menggunakan data
pasut periode 18,6 tahun dapat mengeluarkan semua konstanta gaya pembangkit pasut
(Zuke, et.al, 1996). Oleh karena itu, hipotesis pada penelitian ini adalah :
1. Semakin lama pengamatan pasut yang memiliki kualitas baik maka akan
menghasilkan konstanta harmonik signifikan yang semakin banyak.
2. Periode pengamatan pasut selama 18,6 tahun akan menghasilkan komponen
harmonik pasut yang paling banyak sehingga menghasilkan nilai Zo semakin
besar dan nilai chart datum yang semakin kecil.
3. Periode untuk menghitung nilai chart datum dikatakan optimal apabila waktu
yang digunakan untuk pengamatan pasut lebih pendek dan dapat menghasilkan
konstanta-konstanta harmonik pasut yang sama dengan periode panjang sehingga
nilai chart datum yang dihasilkan relatif sama. Periode data yang optimal dalam
menentukan chart datum adalah periode data pasut 1 tahun karena selama
periode tersebut dapat mengeluarkan konstanta harmonik yang cukup banyak
dari gaya pembangkit pasut. Pada periode 1 tahun sudah melingkupi peristiwa
revolusi bulan dan revolusi bumi terhadap matahari.

26
PERHITUNGAN NILAI CHART DATUM STASIUN PASANG SURUT JEPARA BERDASARKAN PERIODE
PERGERAKAN BULAN,
BUMI, DAN MATAHARI MENGGUNAKAN DATA PASUT TAHUN 1994 S.D 2013 27
ISNA USWATUN KH
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

4. Nilai chart datum yang dihasilkan dari periode 18,6 tahun dapat dijadikan
rekomendasi nilai chart datum yang sesuai di Stasiun pasut Jepara.

27

Anda mungkin juga menyukai