Akuntansi Konsinyasi - Odt
Akuntansi Konsinyasi - Odt
Konsinyasi adalah penjualan dengan cara pemilik menitipkan barang kepada pihak lain
untuk dijualkan dengan harga dan syarat yang telah diatur dalam perjanjian. Perjanjian
konsinyasi berisi mengenai hak dan kewajiban kedua belah pihak.
Penjualan konsinyasi disebut juga dengan penjualan titipan, pihak yang menyarankan
barang (pemilik) disebut consignor (konsinyor) atau pengamanat,sedang pihak yang menerima
titipan barang tersebut disebut konsinyi,komisioner.
1. Transaksi konsinyasi harus diikhtisarkan terpisah dan laba atas masing-masing konsinyasi
harus dihitung terpisah dari laba penjualan regular
2. Transaksi konsinyasi harus disatukan dengan transaksi lain
Kegiatan konsinyasi melibatkan dua belah pihak, yaitu pengamanat dan komisioner. Oleh
karena itu akuntansinya juga diselenggarakan oleh kedua belah pihak.Akuntansi yang
diselenggarakan oleh masing-masing pihak adalah sebagai berikut:
Akuntansi oleh pengamanat dapat diselenggarakan dengan 2 metode,yaitu metode terpisah dan
metode tidak terpisah. Kedua metode tersebut akan menghasilkan laba atau rugi yang sama.
Pencatatan menurut masing-masing metode adalah sebagai berikut:
1. Metode Terpisah
Dalam metode terpisah semua laba ataupun rugi yang diperoleh dari kegiatan konsinyasi
akan disajikan secara terpisah dari laba-rugi yang biasa. Untuk memisahkan tersebut maka
pendapatan dan biaya yang berhubungan dengan kegiatan konsinyasi juga harus dipisahkan. Alat
yang digunakan untuk mengumpulkan pendapatan dan biaya tersebut adalah rekening “Barang
Konsinyasi” . Rekening ini akan didebit dengan biaya yang berhubungan dengan barang konsinyasi
dan dikredit dengan pendebitan dan pengkreditan terhadap rekening “ Barang Konsinyasi” adalah :
Pendebitan Pengkreditan
• Harga pokok barang konsinyasi yang Pengkreditan terhadap rekening barang
dikirim konsinyasi adalah hasil penjualan barang
• Biaya pengiriman barang-barang konsinyasi.
konsinyasi Apabila seluruh barang konsinyasi sudah terjual
mka saldo rekening barang konsinyasi akan
• Biaya yang berhubungan dengan barang menunjukkan laba (apabila bersaldo kredit) atau
konsinyasi yang dibayar oleh komisioner rugi (apabila bersaldo debit).Apabila pada akhir
akan tetapi ditanggung oleh pengamanat. periode masih terdapat barang konsinyasi yang
belum terjual, sebaiknya disajikan di dalam
neraca sebagai elemen persediaan dan disajikan
secara terpisah dari persediaan yang ada
digudang (didisclosure).
Masalah yang perlu diketahui dalam penggunaan metode ini adalah bahwa pengamanat tidak
menutup rekening pendapatan atau kerugian dari konsinyasi pada akhir periode transaksi
konsinyasi. Jadi, laba atau rugi karena adanya penjualan konsinyasi tidak dibuatkan jurnal penutup
atau tidak ditutup kerekening laba rugi.
Akuntansi oleh Komisioner
Bagi Consignee setiap transaksi pendapatan yang berhubungan dengan penjualan konsinyasi
dimasukkan ke dalam rekening barang komisi atau consignment in.
Komisioner hanya membuat jurnal saat:
a. menjual barang konsinyasi,
b. mengeluarkan biaya-biaya yang berhubungan dengan konsinyasi
c. mencatat pendapatan komisi dan
d. pengiriman uang ke pengamanat (consignor)
Akuntansi oleh komisioner dapat diselenggarakan dengan 2 metode,yaitu metode terpisah dan
metode tidak terpisah. Kedua metode tersebut akan menghasilkan laba atau rugi yang
sama.pencatatan menurut masing-masing metode adalah sebagai berikut:
1. Metode terpisah
Didalam metode ini semua laba ataupun rugi yang diperoleh dari kegiatan konsinyasi akan
disajikan secara terpisah dari laba-rugi yang biasa. Untuk memisahkan tersebut maka pendapatan
dan biaya yang berhubungan dengan kegiatan komisioner juga harus dipisahkan.Alat yang
digunakan untuk mengumpulkan pendapatan dan biaya tersebut adalah rekening “Barang Komisi”.
Rekening ini akan didebit dengan biaya yang berhubungan dengan barang komisi dan dikredit
dengan pendapatan yang berhubungan dengan barang komisi.Jadi pendebitan dan pengkreditan
terhadap rekening “Barang Komisi” adalah:
Pendebitan Pengkreditan
Pendebitan terhadap rekening ini terdiri atas: mencakup 4 transaksi,yaitu:
• Biaya perikatan a. Membayar biaya angkut
• Jumlah yang harus dibayarkan kepada b. Menjual barang komisi
pengamanat c. Mengirim laporan pertanggungjawaban
kepada pengamanat mengirim
pembayaran kepada pengamanat
komisioner.
Contoh :
Toko Super menerima barang titipan dari pabrik pakaian olahraga PT Karim di Surabaya.
Transaksi anatar keduannya salam satu tahun adalah sebagai berikut :
1. Menerima 1.000 pasang pakaian olahraga dari pengamanat
2. Membayar ongkos kirim yang belum dibayar oleh pengamanat sebesar Rp 480.000
3. Membayar biaya promosi dan penjualan sebesar Rp 800.000
4. Penjualan 1.000 pasang pakaian olahraga secara tunai
5. Pada akhir tahun mengirimkan sebagian hasil uang hasil penjuualan kepada pengamanat
sebesar Rp 9.000.000
6. Komisi yang ditetapkan oleh pengamanat sebesar 16%
7. Harga jual pakaian tersebut @15.000 dan harga pokok nya 9.000
Berdasarkan data pada contoh diatas apabila metodee laba tak terpisah digunakan maka jurnal
dan perhitungannya yg harus dibuat Toko Sparta disemarang adalah ?
Jawab :
1. Tidak ada jurnal untuk menerima kiriman 1.000 pasang pakaian dari pengamanat
2. PT. Kanoraga Rp480.000
Kas Rp 480.000
(pembayaran ongkos kirim )
3. PT. Kanoraga Rp800.000
kas Rp800.000
(membayar biaya promosi dan penjualan)
4. Kas Rp15.000.0000
penjualan Rp15.000.000
(penjualan 1.000 pasang pakaian : 1.000 x Rp 15.000 = 15.000.000 )
5. Harga Poko Penjualan Rp12.600.0000
PT.Kanoraga Rp12.600.000
(mencatat HPP sebesar penjuualan dikurangi komisi :
penjualan Rp15.000.000
komisi 16% 2.400.000
HPP 12.600.000
Berdasarkan informasi dalam buku besar tersebut tampak bahwa rekening PT. Kanoraga
menunjukan saldo kredit Rp. 2.320.000 yang berarti komisioner belum menyetorkan uang hasil
penjualan konsinyansi sebesar Rp 2.320.000.
3. Masalah uang muka dalam penjualan konsinyasi
Perjanjian konsinyasi bisa disertai dengan persyaratan adanya uang muka yang harus
dibayar komisioner. Uang muka tersebut berfungsi sebagai jaminan atau dapat juga berfungsi
sebagai tanda kesanggupan komisioner untuk menjualkan barang milik pengemanat.
Apabila hal ini terjadi maka komisioner pada awal transaksi terlebih dahulu harus membayar
sejumlah uang yang besarnya ditentukan dalam perjanjian pada komisioner. Jurnal yang harus
dibuat oleh komisioner pada saat menyerahkan uang muka adalah :
Uang muka yang disetorkan kepada pengamanat tersebut,pada akhir periode konsinyasi
dapat dimintan kembali oleh komisioner atau langsung dikurangkan pada uang hasil penjualan
konsinyasi sebelum disetorkan kepada pengamanat.
Jumlah uang muka diserahkan tersebut,tidak boleh dimasukan dalam rekening konsinyasi
masuk sebelah debit, sebab uang muka tersebut merupakan transaksi diluar barang konsinyasi dan
bersifat sebagai pengikat atau jaminan. Dalam laporan keuangan komisioner,uang muka konsinyasi
tersebut disajikan dalam neraca sebagai piutang sampai penyelesaian transaksi konsinyasi tersebut
berakhir.
Masalah Barang Konsinyasi yang Belum Laku Terjual Sampai Akhir Periode
Akuntansi
Barang konsinyasi milik si pengamanat yang dititipkan kepada komisioner, ada kalanya
tidak habis terjual atau dengan kata lain komisioner belum mampu menjual seluruhnya sampai akhir
periode akuntansi. Apabila terjadi hal demikian, maka pengamanat sebagai pemilik barang
konsinyasi tersebut harus mengadakan pencatatan atau penyesuaian terhadap catatan barang
dagangannya. Jika tidak dilakukan penyesuaian maka laporan keuangan pengamanat tidak
mencerminkan keadaan nilai barang danggangan yang sebenarnya. Bagi pihak komisioner adanya
barang konsinyasi yang belum terjual tidak mempengaruhi catatan barang dagangannya, sebab
barang konsinyasi tersebut memang bukan barang dagangan milik nya sehingga dalam hal ini
komisioner tidak perlu mengadakan jurnal penyesuaian.
Barang Konsinyasi Yang Belum Terjual Pada Akhir Periode Untuk Pengamanat
Apabila terdapat barang konsinyasi yang belum terjual pada akhir periode akuntansi maka
perlu adanya penyesuaian terhadap barnag-barang yang dititipkan kepada komisioner. Secara fisik
barang tersebut pada akhir periode telah menyerap biaya-biaya untuk pengelolaan barang tersebut.
Untuk barang konsinyasi yang telah terjual semuanya tidak ada masalah terhadap biaya-
biaya yang telah dikeluarkan karena langsung dapat dibebankan atau diperhitungkan pada saat
penyelesain pembayaran. Tetapi untuk barang konsinyasi yang belum terjual, maka perlu diadaakna
penyesuaiam demgan cara memperhitungkan biaya-biaya yang telah dikeluarkan baik yang melekat
barang yang telah dijual maupun yang belum terjual. Penyesuaian terhadap biaya-biaya ini sangat
penting dalam penentuan laba-rugi periodic.
Apabila telah dapat dipisahkan biaya-biaya yang melekat pada masing-masing barang konsinyasi,
maka perlakuan biayanya adalah sebagai berikut :
a. Untuk biaya yang melekat pada barang konsinyasi yang telah terjual, maka biaya
tersebut diperlakukan sebagai “biaya operasi” pada periode penjualan.
b. Untuk biaya yang melekat pada barang konsinyasi yang belum terjual maka biaya
tersebut diperlakuakan dan dicatat sebagai “persekot biaya” atau “biaya yang ditangguhkan
pembebanannya”.
Berikut ini adalah contoh apabila barang konsinyasi tidak semuanya laku terjual.
Toko elektronik ”CC” di Surabaya pada tanggal 15 Maret 2006 menitipkan 5 buah kulkas
dan 10 buah Tape Compo ke toko elektronik ”DD” di Malang untuk dijualkan. Harga
pokok Kulkas Rp4.000.000,00/buah sedangkan Tape Compo berharga pokok
Rp2.000.000,00/buah. Komisi penjualan sesuai kesepakatan sebesar 10% dan barang
konsinyasi dijual dengan harga masing-masing Rp5.000.000,00 untuk kulkas dan
Rp2.500.000,00 untuk Tape Compo. Jurnal yang dibuat komisioner (Toko ”DD”) dan
Pengamanat (Toko ”CC”) adalah sebagai berikut: