Anda di halaman 1dari 5

A.

Definisi
Dispnea adalah gejala pertama yang dirasakan pasien akibat
terganggunya pertukaran oksigen dan karbon dioksida dalam alveoli yang
berisi cairan. Dispnea akan semakin parah apabila melakukan aktivitas
yang berat seperti naik tangga dan mengangkat beban yang berat.
(Bradero et al, 2008).
Sedangkan pengertian dispnea menurut Djojodibroto (2009)
dispnea adalah gejala subjektif berupa keinginan penderita untuk
meningkatkan upaya untuk mendapatkan udara pernapasan. Karena
dispnea sifatnya subjektif sehingga dispnea tidak dapat diukur.

B. Klasifikasi
Dyspnea biasanya ditentukan dengan klasifikasi Hugh-Jones dalam
Sudoyo dkk. (2009) yang dapat dibagi menjadi:
 Derajat pertama: kerja tampak sama dengan mereka yang
memiliki usia sama, berjalan, naik tangga mungkin seperti orang
sehat lainnya.
 Derajat dua: walaupun obstruksi tidak didapatkan, pasien tidak
dapat untuk berjalan seperti orang lainnya yang berusia sama.
 Derajat tiga: walaupun tidak dapat berjalan seperti orang sehat
pada level biasa, pasiennya masih dapat berjalan satu kilometer
atau lebih dengan langkahnya sendiri.
 Derajat empat: orang berjalan 50 m atau lebih membutuhkan
istirahat atau tidak dapat melanjutkannya.
 Derajat lima: sesak napas terjadi ketika ganti baju atau istirahat;
dan orang tersebut biasanya tidak dapat meninggalkan rumah.

C. Etiologi
Penyebab dispnea menurut Djojodibroto (2009) adalah :
1. Sistem kardiovaskuler : gagal jantung
2. Sistem pernapasan : PPOK, Penyakit parenkim paru, hipertensi
pulmonal, faktor mekanik di luar paru (asites, obesitas, efusi pleura)
3. Psikologis (kecemasan)
4. Hematologi (anemia kronik)
5. Otot pernafasan yang abnormal (penyakit otot, kelumpuhan otot)

D. Epidemiologi

E. Faktor Resiko
1. Sesak Nafas karena Faktor Keturunan
Pada asalnya memang seseorang tersebut memiliki paru – paru
dan organ pernapasan lemah. Ditambah kelelahan bekerja dan
gelisah, maka bagian-bagian tubuh akan memulai fungsi tidak
normal. Tetapi, ini tidak otomatis membuat tubuh menderita, sebab
secara alami akan melindungi diri sendiri. Namun demikian, sistem
pertahanan bekerja ekstra, bahkan kadang-kadang alergi dan asma
timbul sebagai reaksi dari sistem pertahanan tubuh yang bekerja
terlalu keras.
2. Sesak Nafas karena Faktor lingkungan
Udara dingin dan lembab dapat menyebabkan sesak nafas.
Bekerja di lingkungan berdebu atau asap dapat memicu sesak nafas
berkepanjangan. Polusi pada saluran hidung disebabkan pula oleh
rokok yang dengan langsung dapat mengurangi suplai oksigen.

6. Patofisiologi

7. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pada dyspnea adalah
a. Manifestasi Pulmoner
Berupa keluhan atau tanda penyakit, baik akibat langsung
maupun akibat tidak langsung dari proses yang ada di paru.
Manifestasi ini dapat berupa : (a) manifestasi pulmoner primer,
merupakan tanda yang ditimbulkan langsung oleh proses setempat.
(b) manifestasi pulmoner sekunder, merupakan perubahan akibat
kelainan paru yang dapat menimbulkan gangguan dalam pertkaran
gas dan penigkatan pembuluh darah.
b. Manifestasi Ekstrapulmoner
Berupa perubahan – perubahan atau kelainan yang terjadi di luar
paru akibat dari penyakit yang ada di paru; (a) metastasis, merupakan
penyebaran penyakit paru ke luar paru seperti kanker paru menyebar
ke tulang, hati, otak, dan organ tubuh lainnya. (b) non metastasis,
merupakan gejala sistemik yang dapat berupa gejala umum (panas,
anorexia, rasa lelah) dan gejala khusus (jari tabuh, osteoartropi).

8. Pemeriksaan Diagnostik
Gejala-gejala pasien dan temuan klinis saat pemeriksaan fisik
memberikan petunjuk awal pada masalah pasien. Pemeriksaan
diagnostik lainnya termasuk rontgen dada. Pemeriksaan fungsi pulmonari
(terutama spirometri), gas-gas darah arteri (untuk mengkaji fungsi
ventilasi dan pertukaran gas pulmonari), serta hitung darah lengkap
(HDL).
Pemeriksaan fungsi pulmonari biasanya menunjukkan
peningkatan kapasitas paru total (TLC) dan volume residual (RV). Terjadi
penurunan dalam kapasitas vital (VC) dan volume ekspirasi kuat (FEV).
Temuan-temuan ini menegaskan kesulitan yang dialami pasien dalam
mendorong udara keluar dari paru-paru. Hemoglobin dan hematokrit
mungkin normal pada tahap awal penyakit. Rontgen dada menunjukkan
hiperinflasi, pendataran diafragma, pelebaran margin interkosta, dan
jantung normal. Dengan berkembangnya penyakit, gas-gas darah arteri
dapat menunjukkan hipoksia ringan dan hiperkapnia.

9. Penatalaksanaan
a. Manajemen dispnea yang paling penting adalah mengobati penyakit
dasar serta komplikasinya.
b. Penatalaksaan simptomatis antara lain:
 Pemberian oksigen 3 lt/menit untuk nasal, atau 5 lt/menit dengan
sungkup
 Mengurangi aktifitas yang dapat menyebabkan sesak dengan tirah
baring.
 Posisi
 Bronkodilator (theophylline)
 Pada keaadan psikogenik dapat diberikan sedative
 Edukasi
 Psikoterapi

10. Komplikasi
Dispnea dapat ditemukan pada penyakit kardiovaskuler, emboli
paru, penyakit paru interstisial atau alveolar, gangguan dinding dada,
penyakit obstruktif paru (emfisema, bronkitis, asma), kecemasan. Sesak
napas dapat disebabkan oleh beberapa penyakit seperti asma,
penggumpalan darah pada paru – paru sampai pneumonia. Sesak napas
juga dapat disebabkan karena kehamilan (Price dan Wilson, 2006).
Dalam bentuk kronisnya, sesak napas atau dispnea merupakan suatu
gejala penyakit – penyakit seperti asma, emfisema, berupa penyakit paru
– paru lain.
DAFTAR PUSTAKA
Baradero, M., Wilfrid Dayrit, Yakobus Siswadi., 2008. Klien Gangguan
Kardiovaskular. Jakarta : EGC
Djojodibroto, D., 2009. Respirologi (Respiratory Medicine). Jakarta : EGC.
Sudoyo WA, Setiyohadi B, Alwi I, dkk. Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ke-5.
Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam. 2009

Anda mungkin juga menyukai