Anda di halaman 1dari 7

ANALISIS AKTIVITAS INVESTASI

Akhila Santika K (F0316007)

Lailatul Fitri (F0316054)

Yuni Astari (F0316102)

A. AKTIVA LANCAR
Aktiva lancar terdiri dari kas dan asset lainnya yang langsung dapat diubah menjadi kas
melalui siklus operasi perusahaan, atau dengan kata lain likuiditasnya tinggi.

1. Kas dan Setara Kas


Kas mencakup uang kas dan deposito. Sedangkan setara kas merupakan investasi jangka
pendek yang siap dikonversi menjadi kas dan hampir jatuh tempo. Likuiditas adalah
fleksibilitas untuk memanfaatkan kondisi perubahan pasar dan untuk mengambil langkah
strategis. Likuiditas juga terkait dengan kermampuan perusahaan membayar kewajiban
jangka pendek/ segera jatuh tempo.
Analisis dalam menentukan besarnya aset lancar suatu perusahaan harus
mempertimbangkan hal berikut:
a. Sejauh mana setara kas diinvestasikan pada efek ekuitas.
b. Kas dan setara kas sering kali dibutuhkan sebagai saldo kompensasi.
2. Piutang
Piutang adalah nilai jatuh tempo yang didapat dari penjualan barang atau jasa yang
belum dibayarkan oleh pembeli, atau dari aktivitas meminjamkan dana pada perusahaan
lain.
a. Penilaian Piutang
Penting halnya untuk menganalisa piutang karena akan mempengaruhi posisi
aset dan arus pendapatan suatu perusahaan. Berdasarkan pengalaman, perusahaan
seringkali tidak dapat mengumpulkan semua piutangnya. Kehilangan piutang dapat
menjadi sangat substansial dan mempengaruhi aset lancar, laba bersih kini, dan laba
bersih masa depan.
b. Analisis Piutang
Risiko Kolektibilitas
Alat analisis untuk memeriksa kolektibilitas mencakup:
- Membandingkan persentase piutang terhadap penjualan.
- Memperhatikan konsentrasi pelanggan, risiko akan meningkat jika piutang
terkonsentrasi satu pelanggan.
- Menghitung dan menginvestigasi trend rata-rata waktu pengumpulan piutang
(collection period).dibandingkan dengan ketentuan kredit pelanggan untuk industri
masing-maisng perusahaan.
- Menentukan porsi piutang/wesel yang merupakan perpanjangan dari piutang/wesel
lama.
Autentisitas/kebenaran Piutang
Deskripsi dari piutang dalam laporan keuangan biasanya tidak cukup untuk
memberikan petunjuk yang dapat diandalkan mengenai apakah piutang itu benar,
andal, dan berpotensi tertagih. Salah satu faktor yang memengaruhi keandalan piutang
adalah kebijakan kredit perusahaan. Kebijakan kredit yang ketat berdampak pada
kualitas piutang yang lebih tinggi.
Sekuritisasi Piutang
Perusahaan menjual semua atau sebagian piutangnya pada pihak ketiga.
Penjualan piutang kepada bank atau perusahaan keuangan komersil disebut factoring.
Piutang dapat dijual dengan atau tanpa recourse dari pembeli. Yang dimaksud recouse
adalah garansi kolektilibilitas. Penjualan piutang dengan menyertakan recourse tidak
secara efektif memindahkan resiko kepemilikan piutang dari penjualnya.

3. Beban Dibayar Dimuka


Merupakan pembayaran di muka atas barang/jasa yang belum diterima (sewa, asuransi,
utilitas, dan pajak bangunan).
B. PERSEDIAAN
Persediaan merupakan barang yang dimiliki yang bersedia dijual dalam aktivitas operasi
perusahaan.
Persamaan persediaan:

Persediaan awal + Pembelian Bersih – Harga Pokok Penjualan = Persediaan Akhir

Terdapat beberapa arus biaya Persediaan:


 First-in, first-out (FIFO) : barang yang pertama dibeli merupakan barang yang
pertama dijual.
 Last-in, first-out (LIFO) : barang yang terakhir dibeli merupakan barang yang
pertama dijual.
 Biaya rata-rata : unit yang dijual tidak memperhatikan urutan pembelian,
HPP : dihitung dari rata-rata sediaan yang ada.

1. Dampak biaya persediaan terhadap profitabilitas


Saat harga barang naik, FIFO memberikan laba kotor yang lebih tinggi dibandingkan LIFO.
Keuntungan fiktif ketika menggunakan FIFO:
laba kotor = economic profit + holding gain
Laba ekonomi = jumlah yang terjual X selisih antara harga jual dan breplacement
cost
Holding gain = jumlah unit terjual X selisih replacement cost dengan biaya
perolehan awal.

2. Dampak biaya persediaan terhadap neraca


Saat harga naik, LIFO melaporkan persediaan akhir pada harga yang lebih rendah
dibandingkan dengan replacement cost. Hasilnya neraca perusahaan tidak secara akurat
mencerminkan investasi lancar yang dimiliki perusahaan dalam persediaannya.
3. Dampak biaya persediaan terhadap arus kas
Peningkatan laba kotor dengan metode FIFO menyebabkan laba sebelum pajak lebih tinggi,
sehingga utang pajak lebih tinggi. Saat periode harga meningkat, perusahaan dapat terjebak
pada pengurangan arus kas karena mereka membayar pajak yang lebih tinggi dan perlu
mengganti persediaan yang terjual pada replacement cost yang lebih tinggi dibandingkan
dengan biaya pembelian awal. Hal ini dapat mengarah pada masalah likuiditas.

C. AKTIVA JANGKA PANJANG


1. Kapitalisasi, Alokasi, dan Penurunan Nilai
Kapitalisasi adalah proses penangguhan biaya yang terjadi pada periode berjalan, tetapi
manfaatnya diharapkan dapat berlangsung selama beberapa periode ke depan. Kapitalisasi
ini menciptakan suatu akun aset.
Alokasi merupakan proses pembebanan biaya tangguhan (aset) secara periodik
sepanjang satu atau lebih periode manfaat yang diharapkan. Proses ini
dinamakan penyusutan untuk aset berwujud, amortisasi untuk aset tak berwujud,
dan deplesi untuk sumber daya alam.
Penurunan Nilai (impairment) merupakan proses penurunan nilai buku aset saat arus kas
yang diharapkan tidak lagi cukup untuk menutupi biaya tersisa yang masih tercatat pada
neraca.

2. Kapitalisasi versus Pembebanan


Dampak terhadap Laporan Keuangan dan Rasio
a. Dampak Kapitalisasi terhadap Laba
i. Kapitalisasi menangguhkan pengakuan biaya, menghasilkan laba yang lebih tinggi saat
akuisisi, tetapi menghasilkan laba yang lebih rendah pada periode berikutnya.
ii. Kapitalisasi menghasilkan serial laba.
b. Dampak Kapitalisasi terhadap Tingkat Pengembalian Investasi
Kapitalisasi mengurangi volatilitas dalam pengukuran pendapatan dan demikian pula
rasio return on investment.
c. Dampak Kapitalisasi terhadap Rasio Solvabilitas
Pada pembebanan biaya asset secara langsung, rasio solvabilitas mencerminkan kondisi
perusahaan yang lebih buruk dari kondisi sebenarnya.
d. Dampak Kapitalisasi terhadap Arus Kas Operasi
Ketika biaya atas asset dibebankan langsung, biaya ini dilaporkan sebagai arus kas
keluar aktivitas operasi. Sebaliknya, jika asset dikapitalisasi, biaya ini dilaporkan
sebagai arus kas keluar aktivitas investasi.

D. AKTIVA TETAP DAN SUMBER DAYA ALAM


1. Menilai properti, bangunan, dan Peralatan
Properti, bangunan, dan peralatan dinilai menggunakan biaya hstoris karena alasan
objektivitas. Penilaian biaya historis mengharuskan suatu perusahaan pertama kali
mencatat sebesar nilai wajar.
2. Menilai sumber daya alam
Perusahaan melaporkan sumberdaya alam pada biaya historis diambah biaya
penemuan, eksplorasi, dan pengembangan.
3. Penyusutan
Penyusutan merupakan alokasi biaya properti, bangunan, dan peralatan sepanjang
masa manfaatnya. Beberapa faktor yang mempengaruhi besaran penyusutan yaitu masa
manfaat dan metode alokasi (garis lurus, dipercepat, dan metode special).
4. Menganalisis aktiva tetap dan sumber daya alam
Penilaian aktiva tetap dan sumber daya alam menekankan objektivitas biaya
historis, prinsip konservatisme, dan akuntansi atas uang yang diinvestasikan pada aktiva
tersebut. Aturan akuntansi untuk penurunan nilai aktiva jangka panjang mewajibkan
perusahaan untuk secara berkala menelaah kejadian atau perubahan kondisi yang
memungkinkan penurunan nilai. Berdasarkan aturan terkini, perusahaan menggunakaan
“uji perolehan kembali” (recoverability test) untuk menentukan apakah terdapat
penurunan nilai, yaitu perusahaan harus mengestimasi taksiran arus kas bersih masa
depan aktiva tersebut dan nilai disposisi akhirnya.
DEPLESI
Deplesi adalah berkurangnya harga perolehan (cost) atau nilai sumber-sumber alam
seperti tambang dan hutan kayu. Menurunnya harga perolehan tersebut disebabkan oleh
perubahan (pengolahan) sumber-sumber alam tersebut sehingga menjadi persediaan

IMPAIRMENT
Impairment adalah penurunan nilai aset karena nilai tercatat aset (carrying amount)
melebihi nilai yang akan dipulihkan (recoverable amount) melalui penggunaan atau
penjualan asset. Impairment atau penurunan nilai terjadi nilai tercatat aset melebihi
nilai terpulihkan.

E. AKTIVA TAK BERWUJUD


Aktiva tak berwujud merupakan hak, keistimewaan, dan manfaat atas kepemilikan atau
pengendalian. Dua karakteristik umum aktiva tak berwujud adalah tingginya
ketidakpastian masa manfaat dan tidak adanya wujud fisik. Aset tak berwujud sering
kali :

1. Tidak dapat dipisahkan dari suatu perusahaan atau segmennya

2. Masa manfaat yang tidak terhingga

3. Mengalami perubahan penilaian yang besar karena kondisi yang kompetitif

Akuntansi Aset Tak Berwujud

 Aset Tak Berwuujud dapat Diidentifikasi


Merupakan aset tak berwujud yang dapat diidentifikasikan terpisah dan dikaitkan
dengan hak tertentu atau keistimewaan selama periode manfaat yang terbatas. Dicatat
sebesar biayanya dan mengamortisasi biaya sepanjang periode manfaat. Tidak
diperbolehkan menghapus untuk dibebankan pada saat akuisisi.
 Aset Tak Berwujud tidak dapat Diidentifikasi
Merupakan aset yang dapat dikembangkan secara internal atau dibeli namun tidak dapat
diidentifikasi dan seringkali memiliki masa manfaat yang tak terhingga. Biaya
pengembangan, pemeliharaan dan pemulihan aset tak berwujud dibebankan saat
terjadinya.
 Amortisasi Aset Tak Berwujud
Saat kapitalisasi biaya aset tak berwujud yang dapat atau tidak diidentifikasi, biaya ini
selanjutnya diamortisasi sepanjang periode manfaat aset ini. Jika aset tak berwujud
mengalami penurunan nilai yang materiel (setelah uji pemulihan), maka aset diturunkan
nilainya. Berdasar sstandar akuntansi goodwill tidak diamortisasi tetapi diuji penurunan
nilai setiap tahunnya.

Menganalisis Aset Tak Berwujud

Analisis harus waspada terhadap :

1. Saat mengevaluasi aset tak berwujud karena sering terjadi kesalahan penilaian

2. Goodwill yang dicatat hanya saat akuisisi, dan sebagian besar goodwill terdapat pada
neraca.

3. Perlakuan amortisasi manajemen. Yaitu dengan meningkatkan laba yang dilaporkan


dengan cara mengamortisasi aset tak berwujud sepanjang periode yang melebihi periode
manfaat

4. Komposisi, penilaian dan disposisi goodwill.

Aset Tak Berwujud dan Kontinjensi yang Tak Tercatat

Dalam praktik, pengeluaran untuk menciptakan goodwill dibebankan saat


terjadinya. Jika goodwill dapat menghasilkan laba itu karena pembebanan pengembangan
goodwill. Analis harus menyesuaikan aset dan kewajiban secara layak.

Anda mungkin juga menyukai