Otitis media supuratif kronis (OMSK) dahulu disebut otitis media perforata atau dalam
masyarakat Indonesia biasa disebut congek adalah infeksi kronis pada telinga tengah karena
adanya perforasi membran timpani dan sekret (encer atau kental dan bening atau berupa nanah)
yang keluar dari lubang telinga luar secara terus-menerus atau hilang timbul (Djafaar et al., 2007).
1. Etiologi
Sumbatan pada tuba eustachius merupakan penyebab utama dari otitis media. Pertahanan
tubuh pada silia mukosa tuba eustachius terganggu, sehingga pencegahan invasi kuman ke dalam
telinga tengah terganggu juga. Selain itu, ISPA juga merupakan salah satu faktor penyebab yang
paling sering walaupun perkembangan dari OMSK merupakan lanjutan dari mulainya infeksi akut,
bakteri yang ditemukan pada sekret otitis media supuratif kronis berbeda dengan yang ditemukan
pada otitis media supuratif akut. Bakteri yang sering di jumpai pada OMSK adalah Pseudomonas
aeruginosa, Staphylococcus aureus dan Proteus sp. Sedangkan bakteri pada OMSA yaitu
Streptococcus pneumoniae, H. influenza dan Morexella kataralis (Nursiah, 2003).
Bakteri lain yang dijumpai pada OMSK yaitu E. Coli, Difteroid, Klebsiella dan bakteri
anaerob seperti Bacteriodes sp. Infeksi telinga biasanya masuk melalui tuba dan berasal dari
hidung, sinus parasanal, adenoid atau faring. Dalam hal ini penyebab biasanya adalah
Pneumococcus, Streptococcus atau Haemophylus influenzae. Tetapi pada OMSK keadaan ini agak
berbeda karena adanya perforasi membran timpani, infeksi lebih sering berasal dari luar yang
masuk melalui perforasi
tadi. Pengobatan penyakit infeksi ini sebaiknya berdasarkan kuman penyebab dan hasil uji
kepekaan kuman (Nursiah, 2003).
Terjadinya OMSK hampir selalu dimulai dengan otitis media berulang pada anak dan
jarang dimulai setelah dewasa. Faktor infeksi biasanya berasal dari nasofaring (adenoiditis,
tonsilitis, rinitis dan sinusitis) mencapai telinga tengah melalui tuba eustachius. Fungsi tuba
eustachius yang abnormal merupakan faktor predisposisi yang dijumpai pada anak dengan cleft
palate dan Down’s syndrom. Adanya tuba patulous menyebabkan refluk isi nasofaring yang
merupakan faktor insiden OMSK yang tinggi di Amerika Serikat (Nursiah, 2003).
Pada dasarnya tinitus bukan penyakit, tetapi gejala adanya masalah lainnya. Beberapa hal
yang bisa menimbulkan tinitus antara lain penyumbatan saluran atau liang telinga oleh rumah lilin,
alergi makanan tertentu atau alergi lain, reaksi terhadap obat-obatan kimia tertentu, infeksi telinga
tengah (radang kronis), ketidakberesan saluran darah di otak, ketidaknormalan saraf auditori
(karena rentan terhadap suara keras), diabetes mellitus, kolesterol tinggi, pilek, hipertensi, tumor
otak, susah tidur, serta vertigo.
Penyebab Tinitus
Banyak hal yang dapat menyebabkan terjadinya tinnitus. Beberapa diantaranya adalah :
1. Kelainan vascular baik pada arteri atau vena
2. Kelainan muscular
3. Lesi pada saluran telinga dalam
4. Gangguan kokhlea: trauma akibat bising, trauma tulang temporal
5. Ototoksisitas
6. Kelainan telinga tengah
2. Tinnitus
Untuk mengatasi otitis media dapat digunakan obat-obatan untuk mengurangi gejala yang
dideritanya, yaitu :
a. Sedative
Sedative dalam dosis ringan seperti fenobarbital atau trankulizer seperti diazepam (Valium)
sering menolong pasien rileks dan menurunkan frekuensi serangan vertigo
c. Depresan vestibuler
Depresan vestibuler digunakan untuk mencegah atau mengurangi keparahan serangan
vertigo dan untuk terapi pasien selama eksaserbasi penyakit ini sampai terjadi remisi
spontan.
2. Tinnitus
Terapi non farmakologi, diantaranya :
a. Pemberian vitamin
Pemberian vitamin berdasarkan atas teori bahwa penyait tinnitus akibat defisiensi vitamin.
Gambar: Pegagan
Nama daerah : Peugaga (Aceh), jalukap (Banjar), daun kaki kuda (Melayu), ampagaga (batak),
antanan, dulang sontak(Sunda), gagan-gagan, rendeng, cowek-cowekan, pane gowang (Jawa),
piduh (Bali), bebele (Lombok), sandanan (Irian) broken copper coin, semanggen
(Indramayu,Cirebon), pagaga (Makassar), daun tungke (Bugis), Pigago (Minang), daun tapak
kudo (solok), jelukap/jalukap (Kutai/Borneo)
Bagian yang digunaka : herba
Kandungan kimia : Asiaticoside, thankuniside, isothankuniside, madecassoside, brahmoside,
brahminoside, brahmic acid, madasiatic acid, meso-inositol, centellose, carotenoids, garam-garam
mineral seperti garam kalium, natrium, magnesium, kalsium, besi, vellarine, zat samak.
Senyawaan glikosida triterpenoida yang disebut asiaticoside dan senyawaan sejenis, mempunyai
kasiat anti lepra (Morbus Hansen)
Cara membuat : Herba pegagan segar sebanyak 20g direbus dengan 5 gelas air hingga tersisa 3
gelas.
Aturan pakai : ramuan diminum 3 kali sehari pada pagi, siang dan sore hari sebelum
makan.sekali minum 1 gelas
b. Sambiloto
Gambar: Sambiloto
Nama daerah : sambilata (Melayu); ampadu tanah (Sumatera Barat); sambiloto, ki pait, bidara,
andiloto (Jawa Tengah); ki oray (Sunda); pepaitan (Madura), sedangkan nama asingnya Chuan xin
lien (Cina)
Bagian yang digunakan : herba
Kandungan kimia : Deoksiandrografolid, andrografolid (zat pahit), neoandrografolid, 14-deoksi-
11-12- didehidroandrografolid, dan homoandrografolid. Juga terdapat flavonoid, alkane, keton,
aldehid, mineral (kalium, kalsium, natrium), asam kersik, dan damar. Flavotioid diisolasi
terbanyak dari akar, yaitu polimetoksiflavon, andrografin, pan.ikulin, mono-0- metilwithin, dan
apigenin-7,4- dimetileter.
Cara membuat : Herba sambiloto kering sebanyak 5 – 10 gram direbus dengan 5 gelas air hingga
tersisa 3 gelas.
Aturan pakai : diminum 3 kali sehari pada pagi, siang dan sore hari sebelum makan. Sekali
minum 1 gelas.
c. Daun dewa
Gambar: Tempuyung
Bagian yang digunakan : herba
Kandungan kimia : Oc-laktuserol, P-laktuserol, manitol, inositol, silika, kalium, flavonoid, dan
taraksasterol.
Cara membuat : Herba tempuyung segar sebanyak 7 lembar yang dibilas dengan air matang, lalu
digiling atau ditumbuk hingga halus dan airnya diperas menggunakan air bersih.
Aturan pakai : Air perasan selanjutnya diteteskan ke telingasebanyak 2 tetes 3 – 4 kali sehari
hingga dengung di telinga menghilang.