Anda di halaman 1dari 25

DEFISIT PERAWATAN DIRI

D
I
S
U
S
U
N
Oleh kelompok :

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
MEDAN
2019
KATA PENGANTAR
Saya panjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat dan
karunia-Nya sehingga saya dapat menyusun makalah “DEFISIT PERAWATAN

DIRI” dengan baik.Selesainya penyusunan ini berkat bantuan, bimbingan, pengarahan,


petunjuk, dorongan dari berbagai pihak.

Pada kesempatan ini kelompok mengucapkan terimakasih kepada Bapak/Ibu:


1. Parlindungan Purba,SH,MM, selaku Ketua Yayasan Sari Mutiara Medan.
2. Dr. Ivan Elisabeth Purba,M.Kes, selaku Rektor Universitas Sari Mutiara Indonesia
3. Taruli Rohana Sinaga SP.M.KM, selaku Dekan Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan
Universitas Sari Mutiara Indonesia
4. Ns. Rinco Siregar,S.Kep, MNS, selaku Ketua Program Studi Ners Fakultas Farmasi dan
Ilmu Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia
5. Ns.Jek Amidos Pardede,M.Kep,Sp,Kepj selaku Dosen Pengajar yang telah memberikan
bimbingan, arahan dan saran kepada kelompok dalam menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari bahwa penyusun makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari isi
maupun susunannya, untuk itu saya membuka diri terhadap kritik dan saran yang bersifat
membangun dari semua pihak dami kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini
bermanfaat dari pembaca dan bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan khusunya
dibidang keperawatan. Akhir kata penulis mengucapkan terimaksih.

Medan,2 oktober 2019


Penulis

Kelompok
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya. Defisit
perawatan diri merupakan suatu kondisi pada seseorang yang mengalami kelemahan
kemampuan dalam melakukan/melewati aktivitas perawatan diri secara mandiri.

Pemeliharaan hygiene perorangan diperlukan untuk kenyamanan individu, keamanan, dan


kesehatan. Seperti pada orang sehat dapat memenuhi kebutuhan personal hygienenya sendiri.
Cara perawatan diri menjadi rumit dikarenakan kondisi fisik atau keadaan emosional klien.
Selain itu,beragam faktor pribadi dan sosial budaya mempengaruhi praktik hygiene klien.

Menurut Poter. Perry (2005), Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara
kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis, kurang perawatan
diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan diri. Defisit
Perawatan Diri adalah suatu kondisi pada seseorang yang mengalami kelemahan kemampuan
dalam melakukan/melewati aktivitas perawatan diri secara mandiri.

1. 2 Tujuan

Tujuan utama dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan mata kuliah Keperawatan Jiwa.Adapun tujuan lainnya yaitu:

a. Mahasiswa mengetahui dan memahami defisit perawatan diri.

b. Mahasiswa mengetahui dan memahami etiologi defisit perawatan diri.

c. Mahasiswa mengetahui manifestasi klinis defisit perawatan diri.

d. Mahasiswa mengetahui mekanisme koping defisit perawatan diri.

e. Mahasiswa mengetahui dan memahami intervensi dari defisit perawatan diri


dan dapat mengimplementasikannya.
BAB 11

TINJAUAN TEORITIS

2.1

Kurangnya perawatan diri pada pasien gangguan jiwa terjadi akibat adanya perubahan proses
pikir sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri menurun, kurang
perawatan diri ketidakmampuan merawat kebersihan diri, makan secara mandiri, berhias diri
secara mandiri, dan toileting (Buang Air Besar atau Buang Air Kecil) (Mukhripah, 2008).
Higiene adalah ilmu kesehatan, cara perawatan diri manusia untuk memelihara kesehatan
mereka karena kondisi fisik atau keadan emosi klien disebut higiene perorangan (perry &
poter, 2006). Personal hygiene berasal dari Bahasa Yunani yang berarti Personal yang artinya
perorangan dan Hygien berarti sehat kebersihan perorangan adalah suatu tindakan untuk
memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis sesuai
kondisi kesehatannya (Wartonah, 2006). Defisit Perawatan Diri gangguan kemampuan
melakukan aktivitas yang terdiri dari mandi, berpakaian, berhias, makan, toileting atau
kebersihan diri secara mandiri (Nanda, 2006). Keadaan individu mengalami kerusakan
fungsi motorik atau fungsi kognitif, yang menyebabkan penurunankemampuan untuk
melakukan masing-masing dari kelima aktivitas perawatan.diri (makan, mandi atau higiene,
berpakaian atau berhias, toileting, instrumental) (Carpenito, 2007).

B. Etiologi Menurut Depkes (2000) penyebab kurang perawatan diri adalah:

1. Faktor Predisposisi

a. Perkembangan

Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga

perkembangan inisiatif terganggu.

b. Biologis Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan diri.

c. Kemampuan realitas turun

Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang

menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.


d. Sosial

Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya. Situasi


lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.

2. Faktor presipitasi
Menurut Wartonah (2006) ada beberapa faktor persipitasi yang dapat menyebabkan
seseorang kurang perawatan diri. Faktor-faktor tersebut dapat berasal dari berbagai
stressor antara lain:

a. Body image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya
karena adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli terhadap kebersihannya.

b. Praktik sosial

Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi
perubahan pola personal hygiene.

c. Status sosioekonomi

Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, sampo,
alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.

d. Pengetahuan

Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat
meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes mellitus dia harus
menjaga kebersihan kakinya. Yang merupakan faktor presipitasi defisit perawatan diri
adalah kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perseptual, hambatan
lingkungan, cemas, lelah atau lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan
individu kurang mampu melakukan perawatan diri (Nanda, 2006).

3. Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene menurut Wartonah (2006)
yaitu :

a. Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya
kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang sering terjadi adalah :
Gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan
telinga dan gangguan fisik pada kuku.

b. Dampak psikososial

Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan kebutuhan
rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri
dan gangguan interaksi sosial.

C. Tanda Dan Gejala

Menurut Mukhripah (2008) kurang perawatan diri sering ditemukan adanya tanda dan
gejala sebagai berikut :

a. gangguan kebersihan diri, ditandai dengan rambut kotor, gigi kotor, kulit berdaki dan
bau, kuku panjang dan kotor.

b. ketidakmampuan berhias atau berdandan, ditandai dengan rambut acakacakan, pakaian


kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, pada pasien laki-laki tidak bercukur, pada
pasien wanita tidak berdandan.

c. ketidakmampuan makan secara mandiri, ditandai dengan ketidakmampuan mengambil


makan sendiri, makan berceceran, dan makan tidak pada tempatnya.

d. ketidakmampuan BAB atau BAK secara mandiri, ditandai dengan BAB atau BAK tidak
pada tempatnya, tidak membersihkan diri dengan baik setelah BAB atau BAK.

D. Manifestasi Klinik

Adapun jenis dan karakteristik kurang perawatan diri tanda dan gejala menurut Nanda
(2006) meliputi :

1. Kurang perawatan diri mandi atau hygiene Kerusakan kemampuan dalam memenuhi
aktivitas mandi atau kebersihan diri secara mandiri, dengan batasan
karakteristikketidakmampuan klien dalam memperoleh atau mendapatkan sumber air,
mengatur suhu atau aliran air mandi, mendapatkan perlengkapan mandi, mengeringkan
tubuh, serta masuk dan keluar kamar mandi.

2. Kurang perawatan diri berpakaian atau berhias Kerusakan kemampuan dalam


memenuhi aktivitas berpakaian dan berhias untuk diri sendiri, dengan batasan
karakteristik ketidakmampuan klien dalam mengenakan pakaian dalam, memilih
pakaian, menggunakan alat tambahan, menggunakan kancing tarik, melepaskan
pakaian, menggunakan kaos kaki, mempertahankan penampilan pada tingkat yang
memuaskan, mengambil pakaian dan mengenakan sepatu.

3. Kurang perawatan diri makan

Kerusakan kemampuan dalam memenuhi aktivitas makan, dengan batasan karakteristik


ketidakmampuan klien dalam mempersiapkan makanan, menangani perkakas,
mengunyah makanan, menggunakan alat tambahan, mendapatkan makanan, membuka
container, memanipulasi makanan dalam mulut, mengambil makanan dari wadah lalu
memasukkannya ke mulut, melengkapi makan, mencerna makanan menurut cara yang
diterima masyarakat, mengambil cangkir atau gelas, serta mencerna cukup makanan
dengan aman.

4. Kurang perawatan diri toileting Kerusakan kemampuan dalam memenuhi aktivitas


toileting, dengan batasan karakteristik ketidakmampuan klien dalam pergi ke toilet
atau menggunakan pispot, duduk atau bangkit dari jamban, memanipulasi pakaian
untuk toileting, membersihkan diri setelah BAB atau BAK dengan tepat, dan
menyiram toilet atau kamar kecil.

E. Mekanisme Koping Mekanisme koping mempengaruhi respon individu dalam


menanggapi stressor meliputi status sosialekonomi, keluarga, jaringan interpersonal,
organisasi yang dinaungi oleh lingkungan sosial yang lebih luas,
juga menggunakan kreativitas untuk mengekspresikan stress interpersonal seperti
kesenian, musik, atau tulisan (Stuart and Sundeen, 1998).
F. Masalah Keperawatan Menurut Keliat (2006) masalah keperawatan yang muncul untuk
kasus ini adalah :

1. Gangguan pemeliharaan kesehatan.

2. Defisit perawatan diri : mandi, berhias.

3. Menarik diri.

G. Pohon Masalah

Gangguan pemeliharaan kesehatan

CORE PROBLEM
DEFISIT PERAWATAN DIRI: MANDI
BERHIAS

Isolasi sosial : menarik diri

Skema 1 : pohon masalah defisit perawatan diri : mandi, berhias

(Sumber : Keliat, 2006)

H. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan dari skema pohon masalah defisit perawatan diri adalah sabagai
berikut :

1. Gangguan pemeliharaan kesehatan

2. Defisit perawayan diri

3. Menarik diri
BAB II

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN TN. T

DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI

Pengkajian dilakukan pada hari kamis pada tanggal 19 agustus 2010 pada pukul 16.00
WIB di RSUD Bandung, pada saat datang ke RS pasien mengeluuh sulit merawat dirinya,
sulit berpakaian, dan merasa depresi. pasien mengatakan sulit untuk berfikir dan bertingkah
seperti orang yang depresi. tidak mau mandi selama 3 hari, badan bau dan tampak kotor,
tidak sikatt gigi, rambut acak-acakan.

A. PENGKAJIAN
1. Identitas
a) Identitas pasien
Nama klien : Tn. T
Umur : 35 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Jl. S. NANO BANDUNG
b) Identitas penanggung jawab
Nama klien : Ny. M
Umur : 30 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jl. S. NANO BANDUNG
Hubungan dengan klien : Istri
c) Identitas rumah sakit
Tanggal masuk : 19 Agustus 2010
Ruang : Kamboja
DX. Medis : Defisit Perawatan Diri
No. RM : 21089
2. Alasan masuk
Keluarga klien mengatakan pasien pendiam, terlihat depresi, sulit berpakaian, tidak mau
mandi selama 3 hari, badan bau.

3. Faktor predisposisi
a. Riwayat penyakit sekarang
pasien mengeluuh sulit merawat dirinya, sulit berpakaian, dan merasa depresi. pasien
mengatakan sulit untuk berfikir dan bertingkah seperti orang yang depresi. tidak mau mandi
selama 3 hari, badan bau dan tampak kotor.
b. Riwayat penyakit dahulu
Keluarga klien mengatakan klien pernah mengalami gangguan jiwa saat klien kelas 3 SMA
c. Riwayat penyakit keluarga
Keluarga klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.
4. Pemeriksaan fisik
a. Survei umum
Tanda - tanda vital :
TD = 120/80 mmHg,
N = 70 x/mnt,
S = 37, 2 °C dan
RR = 18 x/mnt.
Berat badan 80 kg, tinggi badan 170 cm
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik
1) Kepala, leher
Kepala : rambut pasien kusam, acak-acakan dan kusut, berwarna hitam, pada saat
dipalpasi tidak terdapat benjolan dan nyeri tekan pada kepala.
Leher : tidak terdapat pembesaran vena jugularis, tidak terdapat nyeri tekan.
2) Mata
Bentuk mata simetris, penglihatan baik, tidak memakai alat bantu penglihatan.
3) Telinga
Bentuk simetris, pendengaran baik dibuktikan Tn. Y dapat menjawab
pertanyaan perawat, telinga kotor
4) Hidung
Hidung Tn. Y simetris, fungsi penciuman baik, tidak terdapat polip.
5) Mulut
Bibir Tn. Y simetris, gigi Tn. Y kotor, mukosa bibir kering, kotor dan mulut bau.
6) Integumen
Warna kulit sawo matang, kulit tampak kering dan terlihat kotor, turgor kulit kering
7) Dada
a. Dada : Simetris, tidak ada kelainan bentuk, tidak ada sesak nafas

b. Abdomen : Tidak ada nyeri tekan pada Abdomen, tidak asietas, tidak ada luka
memar

c. Ekstremitas:
Ektremitas atas : Tangan kanan terpasang infus,

Ekstremitas bawah : kedua kaki nyeri, kaki terasa nyeri untuk berjalan, terdapat luka di
kaki kiri pasien.

d. Genetalia : Bersih tidak ada kelainan dibuktikan tidak terpasang kateter

5. Psikososial

b. Pola istirahat dan tidur


Sebelum masuk RS : pasien tidak mengalami gangguan tidur. Kualitas tidur sekitar 3
jam pada siang hari dari jam 12.00 WIB – 15.00 WIB dan 7 jam pada malam hari dari jam
22.00 WIB – 05.00 WIB
Setelah masuk RS : kualitas tidur pasien terganggu karena sulit merawat diri, pasien di RS
tidur sekitar 2 jam pada siang hari dari jam 13.00 WIB – 15.00 WIB dan 5 jam pada malam
hari dari jam 24.00 WIB – 05.00 WIB.
c. Pola Persepsi dan Kognitif
Pendengeran dan penglihatan pasien tidak mengalami gangguan, pasien masih bisa
mendengar dan melihat dengan jelas, pasien kurang mampu berkomunikasi dengan lancar.
d. Pola persepsi dan konsep diri
Klien tidak mengalami gangguan persepsi sensori ilusi dan halusinasi, baik itu halusinasi
pendengaran, penglihatan, perabaan, pengecapan, dan penghidu.
e. Pola Peran dan Hubungan
Pasien berperan sebagai ayah dan tulang punggung keluarga.
f. Pola reproduksi dan seksual
Selama pernikahan dengan istrinya pasien dikaruniai 1 orang anak. Selama di RS pasien tidak
pernah melakukan hubungan seksual lagi.
g. Pola Kooping Terhadap Strees
Dalam menghadapi masalah, pasien selalu menyembunyikannya
h. Pola Tata Nilai dan Kepercayaan
Pasien tinggal dalam lingkungan muslim. Sebelum sakit ia bisa melakuka shalat, setelah
sakit, klien tidak bisa shalat.
b. Pola istirahat dan tidur
Sebelum masuk RS : pasien tidak mengalami gangguan tidur. Kualitas tidur sekitar 3
jam pada siang hari dari jam 12.00 WIB – 15.00 WIB dan 7 jam pada malam hari dari jam
22.00 WIB – 05.00 WIB
Setelah masuk RS : kualitas tidur pasien terganggu karena sulit merawat diri, pasien di RS
tidur sekitar 2 jam pada siang hari dari jam 13.00 WIB – 15.00 WIB dan 5 jam pada malam
hari dari jam 24.00 WIB – 05.00 WIB.
c. Pola Persepsi dan Kognitif
Pendengeran dan penglihatan pasien tidak mengalami gangguan, pasien masih bisa
mendengar dan melihat dengan jelas, pasien kurang mampu berkomunikasi dengan lancar.
d. Pola persepsi dan konsep diri
Klien tidak mengalami gangguan persepsi sensori ilusi dan halusinasi, baik itu halusinasi
pendengaran, penglihatan, perabaan, pengecapan, dan penghidu.
e. Pola Peran dan Hubungan
Pasien berperan sebagai ayah dan tulang punggung keluarga.
f. Pola reproduksi dan seksual
Selama pernikahan dengan istrinya pasien dikaruniai 1 orang anak. Selama di RS pasien tidak
pernah melakukan hubungan seksual lagi.
g. Pola Kooping Terhadap Strees
Dalam menghadapi masalah, pasien selalu menyembunyikannya
h. Pola Tata Nilai dan Kepercayaan
Pasien tinggal dalam lingkungan muslim. Sebelum sakit ia bisa melakuka shalat, setelah
sakit, klien tidak bisa shalat
6. Status Mental
a) Penampilan
Penampilan klien kurang rapi, pakaian kotor dan jarang mandi
b) Pembicaraan
Klien berbicara dengan nada yang pelan dan lambat, jelas dan mudah dimengerti. Namun
klien tidak mampu untuk memulai pembicaraan kepada orang lain.
c) Aktivitas motorik
Klien tampak lesu, malas beraktivitas, klien lebih sering berdiam diri dan sering
menghabiskan waktunya ditempat tidur.
d) Afek dan Emosi
 Afek klien tumpul, berespon apabila di berikan stimulus yang kuat.
 Emosi klien stabil. Pasien mengatakan saat ini sedih karna tidak pernah lagi dijenguk
keluarganya.
e) Interaksi selama wawancara
Selama wawancara kontak mata klien baik, pasien tampak ragu dalam menjawab pertanyaan
perawat sehingga perawat harus mengulangi beberapa pertanyaan kepada klien, tingkat
konsentrasi klien baik, ditandai dengan ketika wawancara, klien terfokus kepada perawat.
Selain itu klien tidak memiliki keinginan untuk berinteraksi kecuali perawat yang memulai.
f) Alam perasaan
Klien mengatakan merasa sedih karena rindu dengan keluarga, klien juga mengatakan merasa
sedih dan marah karena gagal menikah.
g) Tingkat kesadaran
Tingkat kesadaran klien bingung. klien mengalami gangguan orientasi tempat, terbukti
dengan klien mengatakan bahwa dirinya berada di rumah sakit. Orientasi waktu klien baik di
buktikan dengan klien mengetahui hari dan tanggal.
h) Memori
Klien mengalami gangguan daya ingat jangka panjang, namun klien mengalami gangguan
mengingat jangka pendek dan saat ini. Dibuktikan dengan klien masih ingat ketika dibawa ke
rumah sakit dan nama perawat yang setiap hari merawatnya.

i) Tingkat konsentrasi dan berhitung


Klien mampu untuk berkonsentrasi penuh, klien mampu berhitung sederhana dibuktikan
dengan klien dapat menyebutkan perhitungan dari 1-10 dan sebaliknya dari 10-1.
j) Kemampuan penilaian
Klien tidak ada masalah pada kemampuan penilaian, terbukti dengan pada saat diberi pilihan
mau makan setelah mandi atau mandi setelah makan, klien memilih makan setelah mandi.
k) Daya tilik diri
Klien mengatakan ia tidak tahu sedang sakit apa, ia bertanya-tanya mengapa saya diberi obat
yang efek sampingnya membuat saya mengantuk dan lemah.
7. Kebutuhan Persiapan Pulang
a) Kemampuan klien memenuhi kebutuhan
Klien mampu memenuhi kebutuhan mandi, ganti pakaian, personal hygine, makan dan
minum secara mandiri, sedangkan untuk kebutuhan lainnya seperti keamanan, perawatan
kesehatan, pakaian, transportasi, tempat tinggal, keuangan dan lain-lain belum dapat dipenuhi
secara mandiri.
8. Mekanisme Koping
Klien mengatakan apabila memiliki masalah lebih baik menghindar dari malasah tersebut,
dan jika ada masalah, klien akan menceritaan pada istrinya
9. Masalah Psikososial dan Lingkungan
Klien mempunyai masalah dengan lingkungannya, karena jarang berinteraksi dengan orang
lain. Klien lebih suka menyendiri daripada berkumpul dengan orang lain.
10. Pengetahuan Tentang Masalah Kejiwaan
Klien mengatakan ia tidak tahu ia sakit apa, dan ia juga bingung mengapa ia diberi obat yang
efek sampingnya akan membuat ia menjadi mengantuk dan lemah, klien juga mengatakan
saat dirumah pernah diberi obat, namun klien malas untuk meminum obat tersebut karena
akan membuatnya

B. ANALISA DATA
Hari/tgl/jam NO Data Fokus Masalah PARAF
DX Keperawatan

Kamis, 1 DS: Defisit perawatan


19 agustus  Klien mengatakan malas untuk diri
2010 mandi,
16.00 WIB DO:.
 Keadaan pasien tampak bau
 Klien tampak rambut acak-acakan
 Kulit kotor, tampak malas untuk
menyisir rambut dan sulit ganti
pakaian

Kamis, 2 DS Penurunan
19 agustus  Mengatakan tidak mau mandi, kemampuan dan
2010 tidak mau ganti baju
motivasi merawat
16.00 WIB DO
 Apatis, ekspresi sedih, selalu diri
menyendiri, komunikasi kurang,

C. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN


1. Defisit perawatan diri
2. Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri
3. Isolasi social

D. POHON MASALAH

Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri

Defisit perawatan diri E.

Isolasi social
F. intervensi
Dx kep tujuan Criteria evaluasi Tindakan rasioanal
keperawatan
Deficit TUM: - Klien mampu menjaga SP I : 2. Mengetahui
Klien mampu melakukan perawatan diri: kebersihan diri secara1. Identifikasi masalah permasalahan yang
perawan higiene. mandiri pera-watan diri: terjadi pada diri klien
TUK I : - Klien mampu menyebut- kebersihan diri,3. Agar klien tahu
diri - Klien dapat menyebutkan pengertian dan kan pengertian dan berdandan, pentingnya kebersihan
tanda- tanda kebersihan diri tanda-tanda kebersihan makan/minum, diri
- Klien dapat mengetahui pentingnya diri BAK/BAB 4. Memberitahu klien
kebersihan diri - Klien dapat mengetahui2. Jelaskan pentingnya bagaimana cara
- Klien dapat mengetahui bagaimana cara pentingnya kebersihan kebersi-han diri perawatan diri dan alat
menjaga kebersihan diri. diri 3. Jelaskan cara dan alat yang digunakannya
kebersihan diri 5. Agar klien bisa
4. Latih cara menjaga melakukan kebersihan
kebersihan diri: mandi diri secara mandiri
dan ganti pakaian, sikat
gigi, cuci rambut, potong
kuku
5. Masukan pada jadwal
kegiatan untuk latihan
mandi, sikat gigi (2x
sehari), cuci rambut (2x
perminggu), potong kuku
(1x perminggu).

TUK II : Klien dapat berdandan secara Klien mampu mengganti SP II : 1. Untuk mengetahui
1. Evaluasi kegiatan kemajuan klien dalam
mandiri baju secara rutin, kebersi-han diri. Beri merawat diri dan sebagai
rambut dan pujian. respon positif terhadap
menyisir
tindakan klien
memotong kuku 2. Jelaskan cara dan alat2. Memberitahu klien
untuk berdandan. bagaimana cara
3. Latih cara berdandan berdandan dan alat yang
setelah kebersihan diri: digunakannya
sisiran, rias muka untuk3. Agar klien bisa
perempuan; sisiran, berdandan secara mandiri
cukuran untuk pria. 4. Agar klien terbiasa
4. Masukan pada jadwal dengan kegiatan yang
kegiatan untuk telah diajarkan
kebersihan diri dan
berdandan.
G. Catatan Perkembangan
Sp 1
IMPLEMENTASI EVALUASI
DATA : S S: Saat ditanya, klien mengatakan akan menjaga
- Klien mengatakan malas untuk mandi dan kebersihan dirinya.
berdandan, merasa lebih nyaman dengan kondisi
seperti ini ( tidak mau mandi). O : O- Penampilan klien terlihat lebih rapi
- Bila diminta mandi klien marah-marah, klien - Klien menjawab pertanyaan perawat tentang cara
tampak rambut acak-acakan dan banyak kutu, menjaga kebersihan.
kuku panjang dan hitam, kulit kotor, tampak
malas untuk menyisir rambut dan ganti pakaian
A : ADefisit perawatan diri belum teratasi
harus disuruh petugas
DIAGNOSA : P : P :Anjurkan klien untuk menjaga kebersihan
Defisit perawatan diri dirinya
THERAPHY :
1. Mengidentifikasi masalah perawatan diri:
kebersihan diri, berdandan, makan/minum,
BAK/BAB.
2. Menjelaskan pentingnya kebersihan diri.
3. Membantu pasien mempraktekkan cara
menjaga kebersihan.
4. Menjelaskan cara menjaga kebersihan.
5. Menganjurkan klien memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian.
RTL :
1. Bantu klien cara membersihkan dirinya
2. Ajarkan cara berdandan pada diri klien

SP 11
IMPLEMENTASI EVALUASI
DATA : S : S klien mengatakan mau mandi dan sikat
- Mengatakan tidak mau mandi, tidak mau sikat gigi, gigi
tidak menyisir rambut, tidak mau ganti baju, tidak mau
memotong kuku. O : O Klien tampak lebih bersih
- Rambut klien terlihat panjang dan tampak acak- - Rambut klien terlihat rapi, dan tidak kotor
acakan, kuku klien panjang dan kotor.
DIAGNOSA : A : A Gangguan berdandan pada diri klien (-)
Defisit perawatan diri
THERAPHY : P : P Menganjurkan klien untuk memasukkan
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien dalam jadwal harian
2. Menjelaskan cara berdandan - Berikan reinforcement atas usaha yang
3. Membantu klien mempraktekkan cara berdandan klien lakukan
4. Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
RTL :
Ajarkan klien bagaiman cara memenuhi kebutuhan
makan minum yang baik
BAB 111

KESIMPULAN

A. SIMPULAN
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada Tn. T dengan gangguan defisit
perawatan diri, maka dapat disimpulkan :
1. Pengkajian yang dilakukan tanggal 19 AGUSTUS 2010 klien dengan diagnosa
keperawatan defisit perawatan diri, diperoleh data subjektif klien
mengatakan malas mandi dan keramas jika rambutnya bau, jarang menyisir rambut
Data obyektifnya penampilan klien tidak terawat, rambut klien terlihat kotor dan tercium bau
kurang enak,
3. Diagnosa keperawatan yang penulis temukan pada klien adalah : defisit perawatan diri.
4. Rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi diagnosa pada klien
dengan defisit perawatan diri adalah membina hubungan saling percaya,
klien mampu menjelaskan pentingnya perawatan diri, klien dapat melaksanakan cara
makan, mandi, berhias, toileting dengan benar, mandiri dan memasukan dalam kegiatan
harian klien.
5. Implementasi pada klien dengan defisit perawatan diri yaitu
mendiskusikan pentingnya perawatan diri, mengajarkan klien makan,
mandi, berhias, toileting dengan benar dan mandiri, mengajarkan klien untuk
memasukan ke jadwal kegiatan harian.
6. Evaluasi pada klien dengan defisit perawatan diri adalah masalah teratasi
sebagian, ini dikarenakan klien masih belum mampu untuk melakukan perawatan diri
secara mandiri dan teratur.
B. SARAN
1. Bagi pasien
Hendaknya klien sering berlatih untuk meningkatkan perawatan diri dan melakukan
perawatan diri secara mandiri dan teratur.
2. Bagi keluarga
Hendaknya sering mengunjungi klien di rumah sakit, sehingga
keluarga dapat mengetahui perkembangan kondisi klien dan dapat membantu perawat
dalam pemberian asuhan keperawatan bagi klien.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC.

Depkes. 2000. Standar Pedoman Perawatan jiwa.

Kaplan Sadoch. 1998. Sinopsis Psikiatri. Edisi 7. Jakarta : EGC

Keliat. B.A. 2006. Modul MPKP Jiwa UI . Jakarta : EGC

Keliat. B.A. 2006. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC

Nurjanah, Intansari S.Kep. 2001. Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa. Yogyakarta :
Momedia

Perry, Potter. 2005 . Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC


Rasmun S. Kep. M 2004. Seres Kopino dan Adaptasir Toors dan Pohon Masalah
Keperawatan. Jakarta : CV Sagung Seto

Stuart, Sudden, 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa edisi 3. Jakarta : EGC

Santosa, Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda, 2005 – 2006. Jakarta : Prima
Medika.

Stuart, GW. 2002. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta: EGC.

Tarwoto dan Wartonah. 2000. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta.

Townsend, Marry C. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Perawatan Psikiatri edisi
3. Jakarta. EGC

Anda mungkin juga menyukai