D
I
S
U
S
U
N
Oleh kelompok :
Saya menyadari bahwa penyusun makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari isi
maupun susunannya, untuk itu saya membuka diri terhadap kritik dan saran yang bersifat
membangun dari semua pihak dami kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini
bermanfaat dari pembaca dan bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan khusunya
dibidang keperawatan. Akhir kata penulis mengucapkan terimaksih.
Kelompok
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya. Defisit
perawatan diri merupakan suatu kondisi pada seseorang yang mengalami kelemahan
kemampuan dalam melakukan/melewati aktivitas perawatan diri secara mandiri.
Menurut Poter. Perry (2005), Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara
kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis, kurang perawatan
diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan diri. Defisit
Perawatan Diri adalah suatu kondisi pada seseorang yang mengalami kelemahan kemampuan
dalam melakukan/melewati aktivitas perawatan diri secara mandiri.
1. 2 Tujuan
Tujuan utama dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan mata kuliah Keperawatan Jiwa.Adapun tujuan lainnya yaitu:
TINJAUAN TEORITIS
2.1
Kurangnya perawatan diri pada pasien gangguan jiwa terjadi akibat adanya perubahan proses
pikir sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri menurun, kurang
perawatan diri ketidakmampuan merawat kebersihan diri, makan secara mandiri, berhias diri
secara mandiri, dan toileting (Buang Air Besar atau Buang Air Kecil) (Mukhripah, 2008).
Higiene adalah ilmu kesehatan, cara perawatan diri manusia untuk memelihara kesehatan
mereka karena kondisi fisik atau keadan emosi klien disebut higiene perorangan (perry &
poter, 2006). Personal hygiene berasal dari Bahasa Yunani yang berarti Personal yang artinya
perorangan dan Hygien berarti sehat kebersihan perorangan adalah suatu tindakan untuk
memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis sesuai
kondisi kesehatannya (Wartonah, 2006). Defisit Perawatan Diri gangguan kemampuan
melakukan aktivitas yang terdiri dari mandi, berpakaian, berhias, makan, toileting atau
kebersihan diri secara mandiri (Nanda, 2006). Keadaan individu mengalami kerusakan
fungsi motorik atau fungsi kognitif, yang menyebabkan penurunankemampuan untuk
melakukan masing-masing dari kelima aktivitas perawatan.diri (makan, mandi atau higiene,
berpakaian atau berhias, toileting, instrumental) (Carpenito, 2007).
1. Faktor Predisposisi
a. Perkembangan
b. Biologis Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan diri.
2. Faktor presipitasi
Menurut Wartonah (2006) ada beberapa faktor persipitasi yang dapat menyebabkan
seseorang kurang perawatan diri. Faktor-faktor tersebut dapat berasal dari berbagai
stressor antara lain:
a. Body image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya
karena adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli terhadap kebersihannya.
b. Praktik sosial
Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi
perubahan pola personal hygiene.
c. Status sosioekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, sampo,
alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.
d. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat
meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes mellitus dia harus
menjaga kebersihan kakinya. Yang merupakan faktor presipitasi defisit perawatan diri
adalah kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perseptual, hambatan
lingkungan, cemas, lelah atau lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan
individu kurang mampu melakukan perawatan diri (Nanda, 2006).
3. Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene menurut Wartonah (2006)
yaitu :
a. Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya
kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang sering terjadi adalah :
Gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan
telinga dan gangguan fisik pada kuku.
b. Dampak psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan kebutuhan
rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri
dan gangguan interaksi sosial.
Menurut Mukhripah (2008) kurang perawatan diri sering ditemukan adanya tanda dan
gejala sebagai berikut :
a. gangguan kebersihan diri, ditandai dengan rambut kotor, gigi kotor, kulit berdaki dan
bau, kuku panjang dan kotor.
d. ketidakmampuan BAB atau BAK secara mandiri, ditandai dengan BAB atau BAK tidak
pada tempatnya, tidak membersihkan diri dengan baik setelah BAB atau BAK.
D. Manifestasi Klinik
Adapun jenis dan karakteristik kurang perawatan diri tanda dan gejala menurut Nanda
(2006) meliputi :
1. Kurang perawatan diri mandi atau hygiene Kerusakan kemampuan dalam memenuhi
aktivitas mandi atau kebersihan diri secara mandiri, dengan batasan
karakteristikketidakmampuan klien dalam memperoleh atau mendapatkan sumber air,
mengatur suhu atau aliran air mandi, mendapatkan perlengkapan mandi, mengeringkan
tubuh, serta masuk dan keluar kamar mandi.
3. Menarik diri.
G. Pohon Masalah
CORE PROBLEM
DEFISIT PERAWATAN DIRI: MANDI
BERHIAS
H. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan dari skema pohon masalah defisit perawatan diri adalah sabagai
berikut :
3. Menarik diri
BAB II
TINJAUAN KASUS
Pengkajian dilakukan pada hari kamis pada tanggal 19 agustus 2010 pada pukul 16.00
WIB di RSUD Bandung, pada saat datang ke RS pasien mengeluuh sulit merawat dirinya,
sulit berpakaian, dan merasa depresi. pasien mengatakan sulit untuk berfikir dan bertingkah
seperti orang yang depresi. tidak mau mandi selama 3 hari, badan bau dan tampak kotor,
tidak sikatt gigi, rambut acak-acakan.
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
a) Identitas pasien
Nama klien : Tn. T
Umur : 35 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Jl. S. NANO BANDUNG
b) Identitas penanggung jawab
Nama klien : Ny. M
Umur : 30 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jl. S. NANO BANDUNG
Hubungan dengan klien : Istri
c) Identitas rumah sakit
Tanggal masuk : 19 Agustus 2010
Ruang : Kamboja
DX. Medis : Defisit Perawatan Diri
No. RM : 21089
2. Alasan masuk
Keluarga klien mengatakan pasien pendiam, terlihat depresi, sulit berpakaian, tidak mau
mandi selama 3 hari, badan bau.
3. Faktor predisposisi
a. Riwayat penyakit sekarang
pasien mengeluuh sulit merawat dirinya, sulit berpakaian, dan merasa depresi. pasien
mengatakan sulit untuk berfikir dan bertingkah seperti orang yang depresi. tidak mau mandi
selama 3 hari, badan bau dan tampak kotor.
b. Riwayat penyakit dahulu
Keluarga klien mengatakan klien pernah mengalami gangguan jiwa saat klien kelas 3 SMA
c. Riwayat penyakit keluarga
Keluarga klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.
4. Pemeriksaan fisik
a. Survei umum
Tanda - tanda vital :
TD = 120/80 mmHg,
N = 70 x/mnt,
S = 37, 2 °C dan
RR = 18 x/mnt.
Berat badan 80 kg, tinggi badan 170 cm
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik
1) Kepala, leher
Kepala : rambut pasien kusam, acak-acakan dan kusut, berwarna hitam, pada saat
dipalpasi tidak terdapat benjolan dan nyeri tekan pada kepala.
Leher : tidak terdapat pembesaran vena jugularis, tidak terdapat nyeri tekan.
2) Mata
Bentuk mata simetris, penglihatan baik, tidak memakai alat bantu penglihatan.
3) Telinga
Bentuk simetris, pendengaran baik dibuktikan Tn. Y dapat menjawab
pertanyaan perawat, telinga kotor
4) Hidung
Hidung Tn. Y simetris, fungsi penciuman baik, tidak terdapat polip.
5) Mulut
Bibir Tn. Y simetris, gigi Tn. Y kotor, mukosa bibir kering, kotor dan mulut bau.
6) Integumen
Warna kulit sawo matang, kulit tampak kering dan terlihat kotor, turgor kulit kering
7) Dada
a. Dada : Simetris, tidak ada kelainan bentuk, tidak ada sesak nafas
b. Abdomen : Tidak ada nyeri tekan pada Abdomen, tidak asietas, tidak ada luka
memar
c. Ekstremitas:
Ektremitas atas : Tangan kanan terpasang infus,
Ekstremitas bawah : kedua kaki nyeri, kaki terasa nyeri untuk berjalan, terdapat luka di
kaki kiri pasien.
5. Psikososial
B. ANALISA DATA
Hari/tgl/jam NO Data Fokus Masalah PARAF
DX Keperawatan
Kamis, 2 DS Penurunan
19 agustus Mengatakan tidak mau mandi, kemampuan dan
2010 tidak mau ganti baju
motivasi merawat
16.00 WIB DO
Apatis, ekspresi sedih, selalu diri
menyendiri, komunikasi kurang,
D. POHON MASALAH
Isolasi social
F. intervensi
Dx kep tujuan Criteria evaluasi Tindakan rasioanal
keperawatan
Deficit TUM: - Klien mampu menjaga SP I : 2. Mengetahui
Klien mampu melakukan perawatan diri: kebersihan diri secara1. Identifikasi masalah permasalahan yang
perawan higiene. mandiri pera-watan diri: terjadi pada diri klien
TUK I : - Klien mampu menyebut- kebersihan diri,3. Agar klien tahu
diri - Klien dapat menyebutkan pengertian dan kan pengertian dan berdandan, pentingnya kebersihan
tanda- tanda kebersihan diri tanda-tanda kebersihan makan/minum, diri
- Klien dapat mengetahui pentingnya diri BAK/BAB 4. Memberitahu klien
kebersihan diri - Klien dapat mengetahui2. Jelaskan pentingnya bagaimana cara
- Klien dapat mengetahui bagaimana cara pentingnya kebersihan kebersi-han diri perawatan diri dan alat
menjaga kebersihan diri. diri 3. Jelaskan cara dan alat yang digunakannya
kebersihan diri 5. Agar klien bisa
4. Latih cara menjaga melakukan kebersihan
kebersihan diri: mandi diri secara mandiri
dan ganti pakaian, sikat
gigi, cuci rambut, potong
kuku
5. Masukan pada jadwal
kegiatan untuk latihan
mandi, sikat gigi (2x
sehari), cuci rambut (2x
perminggu), potong kuku
(1x perminggu).
TUK II : Klien dapat berdandan secara Klien mampu mengganti SP II : 1. Untuk mengetahui
1. Evaluasi kegiatan kemajuan klien dalam
mandiri baju secara rutin, kebersi-han diri. Beri merawat diri dan sebagai
rambut dan pujian. respon positif terhadap
menyisir
tindakan klien
memotong kuku 2. Jelaskan cara dan alat2. Memberitahu klien
untuk berdandan. bagaimana cara
3. Latih cara berdandan berdandan dan alat yang
setelah kebersihan diri: digunakannya
sisiran, rias muka untuk3. Agar klien bisa
perempuan; sisiran, berdandan secara mandiri
cukuran untuk pria. 4. Agar klien terbiasa
4. Masukan pada jadwal dengan kegiatan yang
kegiatan untuk telah diajarkan
kebersihan diri dan
berdandan.
G. Catatan Perkembangan
Sp 1
IMPLEMENTASI EVALUASI
DATA : S S: Saat ditanya, klien mengatakan akan menjaga
- Klien mengatakan malas untuk mandi dan kebersihan dirinya.
berdandan, merasa lebih nyaman dengan kondisi
seperti ini ( tidak mau mandi). O : O- Penampilan klien terlihat lebih rapi
- Bila diminta mandi klien marah-marah, klien - Klien menjawab pertanyaan perawat tentang cara
tampak rambut acak-acakan dan banyak kutu, menjaga kebersihan.
kuku panjang dan hitam, kulit kotor, tampak
malas untuk menyisir rambut dan ganti pakaian
A : ADefisit perawatan diri belum teratasi
harus disuruh petugas
DIAGNOSA : P : P :Anjurkan klien untuk menjaga kebersihan
Defisit perawatan diri dirinya
THERAPHY :
1. Mengidentifikasi masalah perawatan diri:
kebersihan diri, berdandan, makan/minum,
BAK/BAB.
2. Menjelaskan pentingnya kebersihan diri.
3. Membantu pasien mempraktekkan cara
menjaga kebersihan.
4. Menjelaskan cara menjaga kebersihan.
5. Menganjurkan klien memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian.
RTL :
1. Bantu klien cara membersihkan dirinya
2. Ajarkan cara berdandan pada diri klien
SP 11
IMPLEMENTASI EVALUASI
DATA : S : S klien mengatakan mau mandi dan sikat
- Mengatakan tidak mau mandi, tidak mau sikat gigi, gigi
tidak menyisir rambut, tidak mau ganti baju, tidak mau
memotong kuku. O : O Klien tampak lebih bersih
- Rambut klien terlihat panjang dan tampak acak- - Rambut klien terlihat rapi, dan tidak kotor
acakan, kuku klien panjang dan kotor.
DIAGNOSA : A : A Gangguan berdandan pada diri klien (-)
Defisit perawatan diri
THERAPHY : P : P Menganjurkan klien untuk memasukkan
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien dalam jadwal harian
2. Menjelaskan cara berdandan - Berikan reinforcement atas usaha yang
3. Membantu klien mempraktekkan cara berdandan klien lakukan
4. Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
RTL :
Ajarkan klien bagaiman cara memenuhi kebutuhan
makan minum yang baik
BAB 111
KESIMPULAN
A. SIMPULAN
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada Tn. T dengan gangguan defisit
perawatan diri, maka dapat disimpulkan :
1. Pengkajian yang dilakukan tanggal 19 AGUSTUS 2010 klien dengan diagnosa
keperawatan defisit perawatan diri, diperoleh data subjektif klien
mengatakan malas mandi dan keramas jika rambutnya bau, jarang menyisir rambut
Data obyektifnya penampilan klien tidak terawat, rambut klien terlihat kotor dan tercium bau
kurang enak,
3. Diagnosa keperawatan yang penulis temukan pada klien adalah : defisit perawatan diri.
4. Rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi diagnosa pada klien
dengan defisit perawatan diri adalah membina hubungan saling percaya,
klien mampu menjelaskan pentingnya perawatan diri, klien dapat melaksanakan cara
makan, mandi, berhias, toileting dengan benar, mandiri dan memasukan dalam kegiatan
harian klien.
5. Implementasi pada klien dengan defisit perawatan diri yaitu
mendiskusikan pentingnya perawatan diri, mengajarkan klien makan,
mandi, berhias, toileting dengan benar dan mandiri, mengajarkan klien untuk
memasukan ke jadwal kegiatan harian.
6. Evaluasi pada klien dengan defisit perawatan diri adalah masalah teratasi
sebagian, ini dikarenakan klien masih belum mampu untuk melakukan perawatan diri
secara mandiri dan teratur.
B. SARAN
1. Bagi pasien
Hendaknya klien sering berlatih untuk meningkatkan perawatan diri dan melakukan
perawatan diri secara mandiri dan teratur.
2. Bagi keluarga
Hendaknya sering mengunjungi klien di rumah sakit, sehingga
keluarga dapat mengetahui perkembangan kondisi klien dan dapat membantu perawat
dalam pemberian asuhan keperawatan bagi klien.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC.
Nurjanah, Intansari S.Kep. 2001. Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa. Yogyakarta :
Momedia
Stuart, Sudden, 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa edisi 3. Jakarta : EGC
Santosa, Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda, 2005 – 2006. Jakarta : Prima
Medika.
Stuart, GW. 2002. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta: EGC.
Townsend, Marry C. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Perawatan Psikiatri edisi
3. Jakarta. EGC