Anda di halaman 1dari 10

 EDI SI KORAN

 REPUBLI KA TV

 GERAI

 I HRAM

Tuesday, 12 Zulhijjah 1440 / 13 August 2019

 LOGI N

 HOME

 NEWS

O
O

 KHAZANAH

 INTERNASIONAL

O
O

 EKONOMI

 REPUBLIKBOLA

O
O

 LEISURE

 KOLOM

 REPUBLIKA TV

O
 SASTRA

 RETIZEN

 INDEKS

 LAINNYA


NEWS
Tuesday, 12 Zulhijjah 1440 / 13 August 2019

o LOGI N

o REGI STER

 HOME

 POLITIK

 HUKUM

 PENDIDIKAN

 UMUM

 NUSANT ARA

 JABODETABEK

 NEWS ANALYSIS

 UMM

 UBSI
 TELKO HIGHLIGHT

 INDONESIA BERDAY A

 PORA

 UM AMI

 Home >

 News >

 Nasional

KPAI Sayangkan Sekolah yang


Menolak Siswa dengan HIV/AIDS
Kamis 14 Feb 2019 16:01 WIB
Rep: Mabruroh/ Red: Andi Nur Aminah

 4

 1

Komisioner Bidang Pendidikan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Retno Listyarti
Foto: ROL/Havid Al Vizki
Penolakan umumnya muncul karena ada kekhawatiran anak lain akan tertular
HIV.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI)


menyayangkan penolakan orangtua siswa terhadap 14 siswa yang diduga
mengidap HIV/AIDS. Sehingga para siswa tersebut harus meninggalkan
bangku sekolah di salah satu sekolah dasar (SD) di kota Solo, Jawa Tengah.

"Ini bukan kali pertama anak-anak dengan HIV/Aids ditolak bersekolah di


sekolah formal dengan alasan para orang tua siswa lain di sekolah tersebut
khawatir anak-anaknya tertular," kata Komisioner KPAI bidang Pendidikan,
Retno Listyarti dalam siaran pers yang diterima Republika.co.id pada Kamis
(14/2).

Baca Juga
 Cerita Ibu Pengidap HIV Positif Lahirkan Anak

 Cerita Penyintas Cegah Penularan HIV dari Ibu ke Anak

 Warga Jakarta Diimbau Deteksi Dini HIV-AIDS

Retno berujar, pada 2011, pernah terjadi penolakan serupa di salah satu
sekolah di Jakarta. Kemudian pada 2012 terjadi di Gunung Kidul yogjakarta
dan pada 2018 kejadian serupa menimpa enam anak di Nainggolan, Samosir,
Sumatra Utara.

Alasan penolakan, Retno mengatakan, umumnya karena kekhawatiran anak-


anak lain di sekolah tersebut tertular HIV. Padahal, penularan HIV sangat
spesifik, yaitu melalui melalui cairan Air Susu Ibu (ASI), cairan vagina dan
cairan sperma, serta cairan darah melalui trasfusi darah. Selain itu
penggunaan jarum suntik yang sama juga berpotensi kuat tertular HIV.

"Jadi kalau bersalaman, berpelukan, bahkan makan dan minum dengan


penderita HIV tidak akan membuat kita tertular virus HIV," ungkapnya.

Namun, tetap saja kata dia, karena keterbatasan pengetahuan masyarakat


maka terjadilah penolakan kuat dari masyarakat terhadap anak-anak
penderita HIV tersebut bersekolah di sekolah regular. Akibatnya, anak-anak
itu harus kehilangan hak atas pendidikannya.

Atas kejadian ini, KPAI mendorong Kemendikbud RI, Pemerintah Kota Solo,
dan masyarakat untuk melindungi serta memenuhi hak-hak dasar anak
korban penderita HIV. Karena hal itu tertuang dalam UU RI No 35 Tahun
2014 Tentang Perubahan Atas UU No 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan
Anak.
Retno menegaskab, mendiskriminasi apalagi menolak seorang anak dengan
HIV jelas melanggar seluruh ketentuan peraturan perundangan.
Mengeluarkan anak dengan HIV dari sekolah merupakan bentuk kekerasan
terhadap anak yang akan berdampak berat pada psikologisnya. Kondisi
tersebut dikhawatirkan berdampak pada menurunnya kondisi kesehatan
anak-anak tersebut.

Selanjutnya, KPAI juga mendorong dan meminta negara hadir dan segera
memenuhi hak atas pendidikan anak-anak dengan HIV/AIDS. Sehingga
mereka dapat bersekolah di tempat yang mereka ingin, yaitu sekolah formal.

"Mereka juga ingin bergaul, bersosialisasi, bermain, mengembangkan potensi


dirinya, dan berprestasi seperti anak-anak lainnya di masa pertumbuhannya,"
kata dia.

KPAI menyesalkan status kesehatan ke-14 anak tersebut terbuka ke publik


sehingga memunculkan stigma negatif terhadap sang anak. Retno juga
mengaku khawatir hal ini akan berpotensi membuat anak menjadi tertekan
secara psikologis, menutup diri dan menganggu tumbuh kembangnya.

Terakhir, dia menyampaikan, mengingat besarnya potensi kasus penolakan


anak-anak dengan HIV bersekolah di sekolah formal, maka KPAI mendorong
Kemendikbud, Kemenkes dan Kemenag bekerjasama dalam
mensosialisasikan bahwa penyakit HIV/AIDS tidak menular karena kontak
fisik. Namun penularannya sangat spesifik.

Anda mungkin juga menyukai