BAB III
TUGAS KHUSUS
3.1 Judul
Menghitung Efisiensi Reboiler LS E-6 STAB III pada RFCCU (Riser
Fluidized Catalytic Cracking Unit) seksi light end di PT. Pertamina (Persero) RU
III Plaju - Sungai Gerong
3.3 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan laporan ini adalah :
53
1. Menghitung efisiensi alat Reboiler LS E-6 STAB III pada RFCCU (Riser
Fluidized Catalytic Cracking Unit) seksi light end di PT. Pertamina
(Persero) RU III Plaju - Sungai Gerong
2. Membandingkan data desain dan data aktual pada Reboiler LS E-6 STAB
III pada RFCCU (Riser Fluidized Catalytic Cracking Unit) seksi light end
di PT. Pertamina (Persero) RU III Plaju - Sungai Gerong menggunakan
Metode Kern.
3.4 Manfaat
Adapun manfaat dari pembuatan laporan ini adalah:
1. Memberikan informasi serta masukan kepada Industri mengenai kondisi
kinerja alat Reboiler LS E-6 STAB III pada RFCCU (Riser Fluidized
Catalytic Cracking Unit) seksi light end di PT. Pertamina (Persero) RU III
Plaju - Sungai Gerong yang dilakukan dengan perhitungan manual
berdasarkan data kondisi design dan aktual dengan menggunakan metode
Kern.
2. Mengaplikasikan ilmu yang didapat selama proses pembelajaran di bangku
kuliah dalam skala Industri, khusunya pada RFCCU (Reser Fluidized
Catalytic Cracking Unit) di PT. Pertamina RU III.
Panas adalah salah satu bentuk energi yang dapat dipindahkan dari suatu
tempat ke tempat lain, tetapi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan sama sekali
(Fauzy dkk, 2011).
Proses perpindahan panas yang terjadi pada suatu fluida proses merupakan
bagian terpenting dalam proses industri kimia. Perpindahan panas adalah ilmu
yang berkaitan dengan laju perpindahan panas antara fluida panas dengan fluida
dingin yang disebut source and receiver (Kern, 1983).
Mekanisme perpindahan panas ini disebabkan beda temperature antara
fluida yang satu dengan fluida yang lain, baik perpindahannya secara konduksi,
konveksi maupun radiasi (Kern, 1983).
Perpindahan panas terjadi bila dua buah benda mempunyai suhu yang
berbeda mengalami kontak secara langsung maupun tidak langsung, maka panas
dari benda yang suhunya tinggi mengalir ke benda yang suhunya lebih rendah.
Tdingin
7. Furnace
Alat ini digunakan bertujuan untuk menaikan suhu feed sampai temperatur
tertentu sebelum diproses lebih lanjut pada kolom Crude Distiller Unit (CDU),
58
High Vacuum Unit (HVU), dan Riser Fluidized Catalytic Cracking Unit (RFCCU)
(Kreith, 1973).
proses, dikarenakan jenis ini mampu menerima laju alir fluida umpan dalam
jumlah yang besar dan bersifat kontinyu (Geankoplis, 1993).
Pertukaran panas pada jenis aliran ini yaitu, kedua fluida (dingin dan
panas) masuk pada sisi penukar panas yang sama, kemudian mengalir dengan arah
yang sama dan keluar pada sisi yang sama pula. (Ti) merupakan fluida panas
masuk sedangkan (ti) merupakan fluida dingin yang masuk. Kedua fluida tersebut
akan kontak pada jarak disepanjang heat exchanger dan keluar pada jalur yang
sama, namun temperatur kedua fluida tersebut akan berbeda dari temperatur
sebelum masuk ke heat exchanger dikarenakan fluida panas yang masuk akan
mentransfer panasnya kepada fluida yang temperaturnya lebih rendah saat masuk
(Cabe, 1993).
Sumber: Mc.Cabe,1993
Gambar 3.7 Co-current flow
Keterangan :
To = Fluida panas yang keluar (0C)
Ti = Fluida panas yang masuk (0C)
to = Fluida dingin yang keluar (0C)
ti = Fluida dingin yang masuk (0C)
3.6.6.2 Aliran Berlawanan Arah (Counter – current flow)
Pertukaran panas pada jenis aliran ini yaitu, kedua fluida (dingin dan panas)
masuk pada sisi penukar panas yang berlawanan arah, kemudian mengalir dengan
arah yang berlawanan dan keluar pada sisi yang berbeda. (Ti) merupakan fluida
panas masuk sedangkan (ti) merupakan fluida dingin yang masuk. Kedua fluida
tersebut akan kontak pada jarak disepanjang heat exchanger dan keluar pada jalur
yang berlawanan arah, namun temperatur kedua fluida tersebut akan berbeda dari
62
Sumber:.Cabe,1993
Gambar 3.8 Counter current flow
Keterangan :
To = Fluida panas yang keluar (0C)
Ti = Fluida panas yang masuk (0C)
to = Fluida dingin yang keluar (0C)
ti = Fluida dingin yang masuk (0C)
Pada shell and tube Heat Exchanger, fluida yang satu mengalir dalam
pipa-pipa kecil (tube) dan fluida yang lain mengalir melalui selongsong (shell).
Perpindahan panas dapat terjadi di antara kedua fluida, dimana panas akan
mengalir dari fluida bersuhu lebih tinggi ke fluida bersuhu lebih rendah
(Geankoplis, 1993).
Diameter shell standar yang digunakan yaitu kurang dari 23 in, sesuai
dengan American Society for Testing and Material (ASTM). Namun ukuran
tersebut bukanlah menjadi standar wajib yang digunakan oleh heat exchanger
pada industri, dikarenakan ukuran shell pada heat exchanger harus menyesuaikan
kondisi dari fluida yang digunakan. Jarak antara baffle (pusat ke pusat) adalah
baffle pitch, atau baffle spacing (Cabe, 1993).
63
3.6.8 Dasar Pertimbangan Fluida yang Mengalir di bagian Shell dan Tube
67
1. Fluida yang kotor selalu melalui bagian yang mudah dibersihkan, yaitu
melalui tube, terutama jika tube bundle bisa diambil. Tapi dapat melalui
shell, bila kotorannya mengandung banyak coke, maka harus melalui
shell karena lebih mudah dibersihkan.
2. Fluida yang cepat memberikan kotoran, tekanan tinggi, korosif dan air
selalu melalui tube tahan terhadap tekanan tinggi dan biaya
pemeliharaan tube lebih mudah dibersihkan.
3. Fluida dalam bentuk campuran non condensable gas melalui Tube agar
non condensable gas tidak terjebak.
Faktor yang menyebabkan terjadinya fouling pada alat heat exchanger adalah:
1. Kecepatan aliran fluida
2. Temperatur fluida
3. Temperatur permukaan dinding Tube
4. Fluida yang mengalir di dalam dinding Tube
Pencegahan fouling dapat dilakukan dengan tindakan – tindakan sebagai
berikut :
1. Menggunakan bahan konstruksi yang tahan terhadap korosi.
2. Menekan potensi fouling, misalnya dengan melakukan penyaringan.
Nilai JH untuk sisi Shell dapat diketahui dari (Gambar C.13, Hlm. 120).
2. Tube side
Nilai JH untuk sisi Tube dapat diketahui dari (Gambar C.10, Hlm. 120).
h. Menentukan Thermal Function
Pada tiap suhu, yaitu Tc (hot fluid) untuk Shell dan tc (cold fluid) untuk
Tube diperoleh masing-masing nilai c pada (Gambar C.7, Hlm. 114) serta
untuk nilai µ (viskositas) dan nilai k (konduktivitas) didapatkan dari
(Gambar C.6, Hlm. 113).
(c x µ / k)1/3
Dimana : c = panas spesifik (Btu/lb oF)
K = konduktivitas thermal (Btu/hr.ft.oF)
i. Menentukan nilai Outside Film Coefficient (ho) dan Inside Film
Coefficient (hi)
1. Shell side
1/ 3
k c
ho = jH Фs
De k
2. Tube side
1/ 3
k c
hi = jH Фt
D k
hio hi ID
x
t t OD
Dimana :
ho = Outside film coefficient (Btu/hr.ft 0F)
hio = Inside film coefficient (Btu/hr.ft 0F)
j. Menentukan Tube wall Temperature, tw
Temperatur dinding rata-rata Tube dapat dihitung dengan temperature
kalorik, jika diketahui nilai koefisien perpindahan panas fluida Shell dan
Tube pada kondisi operasi sedang berlangsung.
ho / s
tw = tc + x Tc tc
hio / t ho / s
Dimana : tw = temperatur dinding Tube (0F)
72
Dimana :
Rd = Fouling Factor (hr.ft2.oF/ Btu)
UD = Dirty Overall heat transfer coefficient (Btu/hr.ft2 oF)
UC = Clean Overall heat transfer coefficient (Btu/hr.ft2 oF)
o. Perhitungan Pressure Drop
1. Shell side
2
f x Gs x Ds x N 1
ΔPs =
5,22 x1010 De x s x s
Dimana :
ΔPs = Total Pressure drop pada Shell (psi)
f = Friction factor Shell (ft2/in2) (Gambar C.14, Hlm. 121)
Gs = Mass velocity (lb/hr.ft2)
s = Spec.Gravity
N + 1 = jumlah lintasan aliran melalui baffle
2. Tube side
2
f x Gt x L x n
ΔPt =
5,22 x 1010 D x s x t
Dimana :
ΔPt = Pressure drop tube (psi)
f = Friction factor tube (ft2/in2) (Gambar C.14, Hlm. 121)
Gt = Mass velocity (lb/hr.ft2)
Spgr = Spec.Gravity
D = Inside diameter (ft)
n = jumlah pass Tube
4 xn V2
ΔPr = x
s 2g
Dimana :
ΔPr = Return pressure drop pada tube (psi)
V2
= Velocity head (psi)
2g
s = Spec.Gravity
74
Maka :
ΔPT = ΔPt + ΔPr
Dimana :
ΔPT = Total Pressure Drop pada Tube (psi)
p. Perhitungan Effisiensi
Data pengamatan Reboiler LS E-6 pada hari pertama (tanggal 23 Juli 2015)
75
3.8.2 Pembahasan
berasal dari unit High Vacuum Unit (HVU) yaitu Heavy Vacuum Gas Oil
(HVGO) dan Medium Vacuum Gas Oil (MVGO) serta minyak berat (Long
Residu) untuk menjadi produk minyak ringan yang memiliki nilai yang lebih
tinggi.
proses yaitu Feed System, Reaktor dan Regenerator, Main Fractionator, dan Light
End Unit. Reboiler LS E-6 adalah alat yang digunakan untuk memanaskan
3
akan dipanaskan kembali agar propane (C ) dapat naik lagi keatas dan
sebagiannya lagi diambil sebagai produk buthane untuk LPG. Dan sebagian
Produk atas nya dimpurkan dengan feed drum LS D-1 dan sebagiannya lagi
dimasukkan kedalam LS D-2 yang menghasilkan Off Gas dan Raw PP sebagai
(Riser Fluidized Catalytic Cracking Unit) seksi Light Ends dengan menggunakan
metode perhitungan Kern terhadap data aktual selama 5 hari, maka diperoleh
beberapa nilai yang berkaitan dengan kinerja alat Reboiler LS E-6 seperti: fouling
Grafik 3.1 Pengaruh temperatur terhadap fouling factor pada Reboiler LS E-6
Dari Grafik 3.1, menunjukkan harga fouling factor pada perhitungan hari
kedua berada pada posisi terendah yaitu 0,0007420 hr.ft2.oF/Btu. Pada kondisi ini,
suhu pada shell / n-buthane berada pada kondisi suhu umpan paling rendah
dibandingkan dengan keempat hari lainnya yaitu 98,0029 oC. Sehingga, dapat
78
Harga Pressure Drop yang diperoleh pada sisi shell berdasarkan hasil
perhitungan secara aktual, nilai Pressure Drop yang ditampilkan pada Grafik 3.2
masih berada sedikit di atas nilai batas maksimal pressure drop pada desain
peralatan Reboiler LS E-6 yaitu 0,23 Kg/cm2. Nilai Pressure Drop berdasarkan
hasil perhitungan secara aktual, Hal ini menunjukkan bahwa jika pressure drop
melebihi data desain yang diperbolehkan maka hal ini akan mengakibatkan
Semakin tinggi Pressure Drop mengindikasikan banyak terjadinya fouling dan hal
ini membuat laju alir fluida yang mengalir pada shell akan naik dari kondisi
desain. Dengan naiknya laju alir fluida pada Reboiler memerlukan lebih banyak
pompa untuk meningkatkan flow ratenya, hal ini sangat tidak diinginkan dari segi
ekonomi. Mass flowrate yang lebih besar akan mengakibatkan timbulnya friksi
antara fluida dan dinding.Terbukti pada shell terdapat friksi yang cukup besar
pada hari ke 2 dan ke 4. Akan tetapi nilai Pressure Drop pada sisi shell hanya
berada sedikit diatas batas maksimal sehingga dianggap masih layak dioperasikan.
80
3.9.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisa dan perhitungan terhadapan kinerja dari Heat Exchanger
Reboiler LS E-6 STAB III pada RFCCU (Riser Fluidized Catalytic Cracking
Unit), dapat diperoleh beberapa kesimpulan berupa :
1. Reboiler LS E-6 STAB III pada RFCCU (Riser Fluidized Catalytic Cracking
Unit) berfungsi mempertahankan suhu bottom depropanizer dan mengubah
sebagian fase dari bottom depropanizer yang berupa fase cair menjadi fase
uap agar fraksi ringan yang masih terikut dapat dipisahkan sempurna dengan
memanfaatkan fluida pemanas berupa Steam.
2. Fouling Faktor (Rd) yang didapat dari perhitungan data aktual selama 5 hari,
harga dari fouling factor tersebut masih berada sedikit dibawah batas desain
yaitu 0,001 hr.ft2.oF/Btu. Hal ini menunjukkan bahwa Reboiler tersebut masih
cukup baik untuk dioperasikan.
3. Nilai pressure drop pada tube masih di perbolehkan, dikarenakan masih
berada dibawah data desain pressure drop yaitu 0,08 kg/cm2. Akan tetapi nilai
pressure drop pada bagian shell lebih besar dari pada desain yaitu 0,23
Kg/cm2. hal ini menunjukkan bahwa terjadinya hilang tekan yang terlalu
tinggi pada proses perpindahan panas
4. Effisiensi kinerja peralatan Reboiler LS E-6 yang didapat dari hasil
perhitungan data secara aktual selama 5 hari, berada pada kisaran 58 –
69,1717%. Hal ini menunjukkan bahwa hilang tekan pada saat proses
berlangsung tidak begitu besar sehingga Heat Exchanger tersebut masih baik
untuk dioperasikan.
3.9.2 Saran
83