Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

MANAJEMEN PERBANKAN
MANAJEMEN AKTIVA DAN PASIVA
“BANK BTN”

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Manajemen


Perbankan yang Diampu Oleh Dr. Susanti, S.Pd., M. Si.

DisusunOleh :
Cicik Mahmudah Mukhafi 16080574059
Ninda Agustina 16080574101
Angdriani Puspita Dewi 16080574116

Manajemen Keuangan 2016 C

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN MANAJEMEN
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang melimpahkan Rahmat
dan Hidayah-Nya sehingga makalah yang berjudul “Manajemen Aktiva dan
Pasiva Bank BTN” dapat ter-selesaikan.

Kami mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu Dr. Susanti, S.Pd., M.Si. di Universitas Negeri Surabaya atas


bimbingannya.
2. Semua pihak terkait yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Dengan mengingat keterbatasan dan kemampuan, penyusun menyadari


dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu saran dan
kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan

Harapan penyusun agar penulisan makalah ini dapat menambah khazanah


ilmu pengetahuan dan bermanfaat bagi pembaca.

Surabaya, 12 September 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manajemen Perbankan Merupakan suatu Ilmu yang mempelajari segala
kegiatan penyerapan atau pengumpulan dana, penyaluran utang piutang,
pelaksanaan lalu lintas transaksi keuangan serta pertukaran mata uang hal ini
dilakukan agar lebih efektif terhadap pencapaian tujuan yang telah dibuat.
Ada beberapa kegiatan yang dilaksanakan oleh suatu bank, di antaranya adalah
pengumpulan dan penarikan dana, menetapkan segala kebijakan yang mengatur
penarikan tabungan dan penyaluran kegiatan kredit, membuat rencana tabungan,
mengatur lalu lintas dana asing dan dana sendiri, serta mengatur keseimbangan
antara investasi primer dan dana bank.
Asset membutuhkan manajemen yang baik agar lebih mudah untuk dipantau
dan ditelusuri.Begitu juga dengan sumber pendanaan atau pasiva yang juga
membutuhkan manajemen yang baik agar lebih mudah untuk dipantau dan untuk
memaksimal kan dana yang telah dihimpun. Dalam makalah ini, kami akan
membahas tentang bagaimana perusahaan tersebut mengelola dan mengolah asset.

1.2 Rumusan Masalah


1. Pengertian manajemen aktiva dan pasiva
2. Pos-pos neraca bank komersial
3. Aktiva dan Produktif
4. Kolektibilitas aktiva produktif
5. Pengelolaan aktiva, pasiva dan resiko
6. Assets and Liability Committe ( ALCO )
1.3 Tujuan
1. Untuk mengidentifikasi pos-pos Bank BTN
2. Untuk mengidentifikasi macam-macam aktiva yang produktif
3. Untuk mengidentifikasi kolektibilitas aktiva produktif
4. Untuk mennjelaskan macam-macam pengelolaan aktiva dan pasiva
5. Untuk mengetahuin pembuatan dan pengelolaan ALCO

1
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Manajemen Aktiva dan Pasiva


Manajemen Aktiva dan Pasiva adalah pengelolaan kedua sisi neraca bank
(aktiva-pasiva) yang dilakukan secara terpadu dengan maksud memperoleh
keuntungan dan meningkatkan nilai modal pemilik saham. Tujuan dari
Manajemen Aktiva dan Pasiva adalah menyusun portofolio aktiva dan
pasiva secara maksimal guna menghasilkan keuntungan bagi pemilik bank
dan memutuskan model perencanaan keuangan yang sesuai dalam
manajemen dana bank yang bersifat jangka pendek.
2.2. Pos-pos Neraca Bank Komersial

2.3. Aktiva dan Produktif


2.4. Kolektibilitas Aktiva Produktif
Kolektibilitas (Bahasa Inggris: collectability) merupakan
klasifikasi status keadaan pembayaran angsuran bunga atau
angsuran pokok dan bunga kredit oleh debitur serta tingkat kemungkinan
diterimanya kembali dana yang ditanamkan dalam surat-surat berharga atau
penanaman lainnya.
Aktiva Produktif adalah earning assets yaitu penanaman dana bank
dalam bentuk kredit, surat berharga, penyertaan, dan penanaman lain
untuk memperoleh penghasilan. Berdasarkan penggolongannya dalam
kolektibilitas aktiva produktif, dibagi dalam:

1. Aktiva Lancar

Adalah uang tunai dan saldo rekening giro di bank serta kekayaan-
kekayaan lain yang dapat diharapkan bisa dicairkan menjadi uang tunai atau
rekening giro bank, atau dijual maupun dipakai habis dalam operasi
perusahaan, dalam jangka pendek (satu tahun atau satu siklus operasi
normal perusahaan).

2
Aktiva lancar adalah aktiva yang berupa uang tunai atau aktiva yang mudah
dijual dalam jangka waktu kurang dari satu tahun. Aktiva lancer merupakan
harta yang dalam satu masa perputaran kegiatan usaha (umumnya satu
tahun) dapat dicairkan atau dijual atau dipakai habis. Yang termasuk dalam
kategori aktiva lancar adalah kas dan bank, surat-surat berharga yang mudah
dijual, wesel tagih, persediaan, deposito jangka pendek, piutang usaha dan
piutang lain yang akan direalisasikan dalam jangka waktu satu tahun.

Gambar 2. 1 : Asset lancar Bank Tabungan Negara


Sumber: Financial Statement, Laporan Tahunan BTN 2018

2. Aktiva Tidak Lancar

Aktiva tidak lancer adalah aktiva yang digunakan untuk operasi normal
perusahaan, mempunyai umur ekonomis lebih dari satu tahun atau satu siklus
operasi normal dan tidak dimaksudkan untuk dijual sebagai barang dagangan.
Misalnya: tanah untuk lokasi baru, gedung, mesin-mesin dan peralatan produksi,
peralatan kantor, kendaraan.

Gambar 2. 2 : Asset tetap Bank Tabungan Negara


Sumber: Financial Statement, Laporan Tahunan BTN 2018

3
a. Aktiva Berwujud (Tangible Assets)
Pengertian aktiva berwujud adalah aset-aset yang dapat kita sentuh,
lihat dan rasakan. Semua aktiva tetap berwujud. Selain itu, beberapa
aktiva lancar seperti persediaan dan uang tunai juga termasuk dalam
kategori aset berwujud.

b. Aktiva Tidak Berwujud (Intangible Assets)


Aktiva tidak berwujud tidak dapat dilihat, dirasakan atau disentuh
secara fisik. Beberapa contoh aset tidak berwujud adalah perjanjian
waralaba, paten, hak cipta, merek, merek dagang, dan lain lain. Aktiva
ini juga diklasifikasikan menjadi aset karena pemilik bisnis memperoleh
keuntungan moneter dengan aset tidak berwujud ini. Merek dagang,
merek, dan keistimewaan perusahaan berkontribusi pada pemasaran dan
penjualan produknya. Banyak pembeli membeli barang hanya dengan
melihat merek dagang dan mereknya di pasar.
3. Aktiva diragukan dan macet

Aktiva Produktif Bermasalah adalah adversely classified assets yaitu


aktiva_produktif_yang_tingkat tagihan atau_ kolektibilitas _tergolong
kredit kurang lancar, kredit diragukan, dan kredit macet; yang dimaksud
dengan aktiva produktif dalam hal ini adalah kredit, penanaman pada
bank lain, surat berharga yang dimiliki, dan penyertaan.

a. Kurang Lancar (Kolektibilitas 3), apabila terdapat tunggakan


pembayaran pokok dan/atau bunga sampai dengan 120 hari.
b. Diragukan (Kolektibilitas 4), apabila terdapat tunggakan
pembayaran pokok dan atau bunga sampai dengan 180 hari.
c. Macet (kolektibiltas 5), apabila terdapat tunggakan pembayaran
pokok dan/atau bunga di atas 180 hari.

Kolektibilitas Kredit PT Bank Tabungan Negara Tbk,


Perseroan memiliki komitmen menjaga kualitas aset produktif
ditengah ekspansi kredit dan bisnis perbankan lainnya. Per 31 Desember
2018, rasio NPL gross sebesar 2,82% sedangkan rasio NPL net 1,83%.

4
Kedua rasio Bank ini pada tahun 2017 masing-masing sebesar 2,66%
dan 1,66%. Kolektibilitas aset produktif Perseroan pada nilai tercatatnya
sebelum cadangan kerugian penurunan disajikan dalam tabel dibawah.
Berbagai upaya yang dilakukan oleh Perseroan untuk meminimalkan
jumlah kredit macet di tahun 2018 diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Melakukan prinsip kehati-hatian terhadap pemberian kredit dan


pembiayaan atas kredit baru,

2. Melakukan pembinaan dan penagihan atas debitur non performing,


termasuk restrukturisasi debitur yang masih memiliki potensi bisnis,

3. Melakukan eksekusi agunan atas debitur non performing dengan


melakukan lelang agunan dan Mencari mitra strategis dalam
pengelolaan aset Perseroan.

Gambar 2. 3 : Kolektibilitas asset produktif 2018 Bank Tabungan Negara


Sumber: Annual Report BTN 2018

2.5. Pengelolaan Aktiva, Pasiva dan Resiko


Manajemen aktiva adalah bagaimana Bank mengelola dananya,
sedangkan manajemen pasiva adalah bagaimana Bank mengelola sumber-
sumber dananya. Karena dana yang di alokasikan bank adalah dana yang
berhasil dihimpun sebagai dari bagian pasiva, maka pengaturan keduanya
merupakan bagian yang teramat penting dalam aktivitas operasional bank.

5
Dalam aktiva ada aktiva tetap dan lancar, yang di maksud aktiva tetap
adalah asset yang tidak menghasilkan atau tidak produktif, seperti gedung,
tanah, kendaraan, dan mesin. Sedangkan aktiva lancar adalah asset yang
menghasilkan atau bias dikatakan produktif, seperti piutang, surat-surat
berharga dan lain-lain . Pendekatan manajemen pasiva dalam perbankan
dewasa ini adalah berkaitan erat dengan sisi penggunaannya di sisi assets,
jadi tidak dapat dipisahkan antara bagaimana mendapatkan dana dari pihak
ketiga dan kemudian mengoptimalkan dana yang dihimpun tersebut untuk
mendapatkan keuntungan bagi bank.

Sisi passiva dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian utama, yaitu


: dana pihak pertama yang bersal dari pemilik dan laba bank, dana pihak
kedua yang dapat diperoleh melalui pasar uang serta dana pihak ketiga yaitu
dana yang bersal dari masyarakat berupa giro, tabungan, deposito
berjangka, sertifikat deposito, Setoran jaminan serta kewajiban lainnya yang
segera dibayar.

1. Penyusunan Manajemen Aktiva dan Pasiva


1. Manajemen Kas
Secara umum, kas merupakan asset yang paling tidak produktif
dibanding asset yang lain. Terdapat 3 hal yang dilakukan untuk
mengelola kas.

a. mempercepat pemasukan kas

pemasukan kas bertujuan untuk menaikkan ketersediaan kas


sehingga perusahaan mempunyai kesempatan yang lebih besar
untuk memanfaatkan kas tersebut, tanpa mengurangi reputasi
perusahaan tersebut. Penjualan kas , cara ini merupakan cara yang
paling langsung. Dengan penjualan secara kas, tanpa piutang,
manajer keuangan memperoleh kas. Apabila pesaing-pesaing
perusahaan menawarkan penjualan kredit, maka perusahaan yang
menawarkan penjualan secara tunai akan kalah dalam persaingan
ini, maka pihak perusahaan juga diperlukan penjualan secara
kredit, tapi harus ada cara-cara untuk mempercepat kembalinya

6
kas.Potongan kas , potongan kas bertujuan untuk mempercepat
kembalinya piutang oleh pembeli/pelanggan.

b. memperlambat pengeluaran kas

Yaitu agar perusahaan mempunyai kesempatan lebih lama


untuk menggunakan kas. Pembelian dengan kredit pembelian
dengan kredit berarti supplier menandai terlebih dahulu
pembelian yang dilakukan oleh perusahaan.
Memanfaatkan float. Float merupakan selisih perbedaan saldo
bank dengan saldo kas perusahaan. Misalkan perusahaan
mempunyai saldo 1juta kemudian perusahaan mengeluarkan cek
300ribu , dalam kas perusahaan di catat kas adalah 700ribu
sedangkan di bank masih tercatat 1juta karena cek tidak langsung
diambil. Menggunakan draft, draft merupakan tanda bayar yang
harus diotorisasi oleh pihak perusahaan untuk kemudian
dibayarkan. Apabila ada tagihan datang akan dibuatkan surat
pembayaran, yang kemudian baru bisa diuangkan beberapa hari
kemudian. Pembayaran secara sentral. Dalam cara ini setiap
tagihan yang datang kecabang perusahaan harus diotorisasi dari
pusat, setelah mencapai dipusat dan pusat telah memberikan
otorisasi, baru kemudian diserahkan lagi ke cabang dan kemudian
baru bisa dibayarkan. Cek dibayar pada hari tertentu. Missal gaji
pegawai dibayar dengan cek, yang dibayar pda hari jum’at.
Biasanya cek tidak langsung di uangkan, apalagi hari jum’at
adalah hari pendek.

2. Manajemen Piutang dagang

Piutang dagang merupakan aktiva lancar yang cukup


penting. Secara umum perusahaan senang menjual secara tunai,
karena akan mempercepat penerimaan kas dan memperpendek
siklus pendek kas. Tetapi tekanan persaingan yang menyebabkan
penjualan secara kredit, terjadilah piutang jika penjualan secara
kredit itu dilakukan. Piutang muncul ketika penjualan terjadi

7
tetapi perusahaan belum menerima kas. Kebijakan piutang yang
baik adalah trade off keuntungan dan resiko (kerugian) dari
piutang tersebut. Pada akhirnya para pembeli akan melunasi
utang-utangnya. Semakain tinggi piutang semakin besar tingkat
penjualannya itu yang diharapkan perusahaan. Jika posisi piutang
dagang lebih besar dari yang seharusnya, manajer keuangan perlu
melakukan tindakan perbaikan. Besarnya piutang dagang
tergantung dari penjualan kredit per periode dan lamanya periode
pengumpulan piutang. Sebagai contoh : jika suatu perusahaan
mempunyai tingkat penjualan secara kredit sebesar 1 juta per
hari,dan pengumpulan piutang adalah 30 hari, maka piutang
perusahaan tersebut ketika sudah setabil adalah: Rp 1 juta x 30
hari = Rp 30 juta. Piutang dagang merupakan suatu bentuk
investasi. Karena itu piutang harus didanai menggunakan sumber
dana tersendiri. Jika keuntungn (margin) perusahaan adalah 25%,
maka 75% dari piutang dagang harus di danai. Dalam contoh di
atas, bagian piutang dagang yang harus di danai adalah 0,75 x Rp
30 juta = Rp 22,5 juta. Rp 7,5 juta adalah bagian dari laba (profit)
yang dengan demikian tidak perlu didanai.

3. Manajemen Sumber Dana Bank (Pasiva)

Sumber-sumber dana bank (pasiva) adalah usaha bank dalam


memperoleh dana dalam rangka membiayai kegiatan
operasinya.Untuk menopang kegiatan bank sebagai penjual uang
(memberikan pinjaman),bank harus lebih dulu membeli uang
(menghimpun dana) sehingga dari selisih bunga tersebutlah bank
memperoleh keuntungan.

Sumber-sumber dana bank ada 2 yaitu :

a. Dana Yang Bersumber Dari Bank Itu Sendiri (Internal). Setoran


modal dari pemegang saham. Cadangan-cadangan bank, yaitu
cadangan-cadangan laba pada tahun lalu yang tidak dibagikan
kepada pemegang saham. Laba yang belum di bagi, laba yang

8
belum dibagi merupakan laba yang memang belum di bagikan pada
tahun yang bersangkutan sehingga dapat dimanfaatkan
sebagai,modal untuk sementara waktu.

b. Dana Yang Berasal Dari Masyarakat Luas (Eksternal), simpanan


giro (Demand deposit), simpanan tabungan (Saving Deposit),
simpanan deposito (Time Deposit).

2. Pengalokasikan Dana Bank


1. Berdasarkan Prioritas
a. Cadangan Primer, untuk memenuhi:
 Kebutuhan likuiditas wajib minimum
 Keperluan operasional bank sehari-hari
 Penyelesaian kliring, transaksi dengan bnak koresponden
 Penarikan dana oleh kreditur, permintaan kredit oleh
masyarakat
Bentuk: kas, rekening giro di BI atau bank lain, Warkat
b. Cadangan Sekunder, untuk memenuhi:
 likuiditas musiman dan kebutuhan kas jangka pendek
 kebutuhan yang sulit diprediksi sebelumnya
 kredit jangka Panjang
Bentuk: SBI, SBPU, Sertifikat Deposito, Commercial Paper
c. Penyaluran Kredit, merupakan pendapatan utama bank
d. Investasi, dengan membeli saham/ obligasi.
3. Pengelolaan Aktiva, Pasiva menurut Analisis Kinerja Keuangan PT
Bank Tabungan Negara Tbk
A. Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas dipakai untuk mengetahui kemampuan


Perseroan dalam memenuhi kewajibannya. Dalam hal ini, rasio
Loan to Deposit Ratio (LDR) merupakan salah satu parameter
untuk mengukur rasio likuiditas yang sehat. Rasio ini adalah
perbandingan antara jumlah kredit yang diberikan kepada pihak
ketiga terhadap dana pihak ketiga (simpanan nasabah). LDR

9
Bank sebesar 103,25% dibandingkan rasio tahun sebelumnya
103,13% yang masih berada dalam batas ketentuan Bank
Indonesia dan memenuhi kriteria “likuid”. Rasio lainnya adalah
pemenuhan rasio Giro Wajib Minimum (GWM). Bank BTN
secara konsisten mampu memenuhi rasio tersebut melebihi batas
minimal yang ditetapkan Bank Indonesia. Pencapaian Bank
dalam pemenuhan rasio ini adalah sebagai berikut:

Gambar 2. 3 : Kolektibilitas asset produktif 2018 Bank Tabungan Negara


Sumber: Annual Report BTN 2018
B. Rasio Solvabilitas
Rasio permodalan adalah salah satu parameter yang
digunakan dalam mengukur rasio solvabilitas. Sesuai dengan
komitmennya untuk menjalankan bisnis perbankan dengan
prinsip kehati-hatian dan sesuai dengan regulasi yang berlaku,
Perseroan memastikan Rasio Kecukupan Modal (Capital
Adequacy Ratio [CAR]) mampu memenuhi risiko kredit, risiko
pasar dan risiko operasional. CAR adalah rasio modal terhadap
Aset Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) atau (Risk-Weighted
Assets [RWA]). Jumlah modal untuk risiko kredit terdiri dari
Modal Inti (“Tier I”) dan Modal Pelengkap (“Tier II”)
Total modal Perseroan mencapai Rp23,33 triliun terdiri dari
modal inti dan pelengkap masing-masing sebesar Rp20,46 triliun
dan Rp2,87 triliun di tahun 2018, lebih tinggi dibandingkan posisi
total modal tahun sebelumnya yang mencapai Rp22,09 triliun
dengan modal inti dan pelengkap masingmasing senilai Rp18,73
triliun dan Rp3,37 triliun.
C. Rasio Profitabilitas dan Efisiensi

10
Rasio Profitabilitas dan Efisiensi Untuk mengukur
profitabilitas dan efisiensi kinerja Perseroan rasio-rasio keuangan
yang digunakan oleh perbankan adalah Laba terhadap Aset
(ROA), Laba terhadap Ekuitas (ROE), Marjin Bunga Bersih
(NIM), dan rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan
Operasional (BOPO). Rasio BOPO Perseroan di tahun 2018
mengalami kenaikan menjadi 85,58% dari posisi tahun
sebelumnya sebesar 82,06% sejalan dengan ekspansi bisnis
berkelanjutan yang dilakukan Perseroan. Kenaikan ini turut
mempengaruhi profitabilitas Bank ditengah tantangan persaingan
antar bank yang semakin tinggi di Indonesia. Faktor ini
berpengaruh kepada rasio NIM Bank sebesar 4,32% di tahun
2018 dari 4,76% di tahun 2017. Sementara itu, ROA dan ROE
Bank adalah sebesar 1,34% dan 14,93% di tahun yang sama
dibandingkan 1,71% dan 18,11% di tahun 2017.

2.6. Assets and Liability Committe (ALCO)


ALCO (Asset and Liability Committee) adalah suatu lembaga
organisasi bank umum untuk mendukung efektifitas pelaksanaan Asset and
Liablity Management (ALMA). Cakupan kebijakan ALCO meliputi :

a. Uraian tentang tanggung jawab, frekuensi ALCO meetings, dan


keanggotaan ALCO.
b. Uraian tentang jalur pelaporan antara ALCO dan Direksi.
c. Uraian tentang strategi penanaman dana.
d. Strategi hedging.
e. Strategi pendanaan.
f. Strategi penetapan harga.
g. Pengelolaan risiko suku bunga, yaitu :
1.) Peneteapan limit terhadap exposure tertentu.
2.) Pengukuran risiko dengan menggunakan Gap Analysis, Duration
Analysis atau Simulation Model.

11
Tanggung jawab ALCO antara lain mencakup :

1. Pengembangan, kaji ulang modifikasi strategi ALM


2. Evaluasi posisi risiko suku bunga bank dan strategi ALMA guna
memastikan bahwa hasil risktaking position bank telah konsisten dengan
tujuan pengelolaan risiko suku bunga.
3. Kaji ulang penetapan harga (pricing) aktiva dan pasiva untuk memastikan
bahwa pricing tersebut dapat mengoptimalkan hasil penanaman dana,
meminimumkan biaya dana, dan memelihara struktur neraca bank sesuai
dengan strategi ALMA bank.
4. Kaji ulang deviasi antara hasil aktual dengan proyeksi anggaran dan rencana
bisnis bank.
5. Penyampaian informasi kepada Direksi mengenai setiap perkembangan
ketentuan dan peraturan terkait yag mempengaruhi strategi dan kebijakan
ALMA.

Frekuensi ALCO Meeting dapat dilakukan secara bulanan, atau


triwulanan sesuai dengan perubahan perekonomian, kondisi bank dan profil
risiko suku bunga dan risiko likuiditas :

 ALCO meeting bulanan harus menkaji ulang keputusan peanaman dana


(jangka pendek), penetapan harga dan keputusan pendanaan lainnya,
trend perkembangan dana dan pinjaman (loan mix) serta realisasi dan
rencana anggaran. Apabila perlu strategi ALMA disesuaikan dengan
perkembangan terkini.
 ALCO meeting triwulanan sekurang-kurangnya mengkaji ulang
anaylsis rsiko suku bunga secara lengkap, penyesuaian manajemen
risiko suku bunga dan menerapkan perubahan strategi serta
menyediakan arah (policy direction) kepada ALCO.

Pelaporan :

Laporan harus fokus dan didokumentasikan, antara lain meliputi :

(1) ALCO minutes, termasuk minutes sebelumnya.

12
(2) Laporan Laba Rugi, yang menyajikan perbandingan dengan periode
satu tahun sebelumnya.
(3) Neraca, yang menyajikan perbandingan dengan periode satu tahun
sebelumnya.
(4) Proyeksi anggaran
(5) Laporan kredit baru
(6) Laporan margin analysis
(7) Laporan analysis likuiditas, terutama laporan penerimaan dan
penggunaan dana.
(8) Analysis dana pihak ketiga (DPK) yang menggambarkan trend
berbagai produk DPK tersebut.
(9) Laporan data penetapan harga (pricing) yang merefleksikan harga
atau biaya dari suatu produk.
(10) Laporan model simulasi (apabila bank menggunakan model
tersebut) atau gap untuk menggambarkan profil suku bunga.
(11) Laporan hedging apabila bank melakukan strategi hedging.

ALMA (Asset and Liability Management)

Pengelolaan Asset and Liability Management adalah salah satu proses


penerapan manajemen risiko pada Bank Umum . Bank menerapkan
ALMA untuk melaksanakan fungsi pengendalian risiko suku bunga ,
risiko nilai tukar , dan risiko likiditas .
Untuk mendukung efektifitas pelaksanaan ALMA , bank membentuk
Asset and Liability Committee(ALCO)yang besaran organisasi komite
dimaksud disesuaikan dengan volume dan kompleksitas transaksi
perbankan yang terkait dengan pelaksanaan ALMA .
Anggota ALCO terdiri dari bidang perkreditan,tresuri, pendanaan
yangdiberi wewenang serta Direksi terkait.
Kebijaksanaan ALMA harus menggambarkan secara jelas tanggung
jawab dan kewenangan dalam :
(a) Identifikasi risiko suku bunga yang berasal dari transaksi dan produk
bank.
(b) Penetapan sistem pengukuran risiko suku bunga.

13
(c) Formulasi dan eksekusi strategi pengelolaan eksposur risiko suku
bunga.
(d) Otorisasi dan mekanisme pengecualian kebijakan

ALCO yang berhasil memiiliki Karakteristik sbb:


 Anggota ALCO menilai penting untuk melaksanakan rapat ALCO
secara periodik;
 Semua kepentingan unit kerja yang relevan terwakili pada rapat
ALCO;
 Rapat ALCO mempunyai agenda yang jelas dengan penekanan pada
masa depan, bukan hanya atas dasar analisa data historis;
 Keputusan ALCO sebaiknya berupa strategi yang memberikan arah
bagi keputusan investasi, produk dan tingkat bunga kredit, produk
dan tingkat bunga dana simpanan, perlakuan pada deposan besar,
keputusan melakukan proses lindung nilai (hedging) dan
manajemen permodalan.
 Keputusan pada rapat ALCO menetapkan pihak yang
bertanggungjawab untuk melaksanakan keputusan tersebut dan
batas waktu pelaksanaan.
 Bahan rapat ALCO hendaknya dibuat secara ringkas, jelas dan
mudah dipahami, memuat informasi yang diperlukan untuk
mengambil keputusan, tidak sekedar data historis.
 Anggota Komite hendaknya memahami dan memiliki keyakinan
pada akurasi bahan rapat ALCO.
 Kebijakan ALCO dibuat dan didokumentasikan sesuai dengan
perspektif bisnis pertumbuhan bank, tidak sekedar untuk memenuhi
ketentuan regulasi.
Pada dasarnya, proses ALCO difokuskan pada peningkatan profil
risiko dan imbal hasil bank melalui pengambilan keputusan yang efektif,
dan melalui strategi dan implementasi, tidak hanya fokus pada
kepatuhan pada regulasi. Proses ALCO hendaknya menghasilkan
keputusan oleh komite yang memahami profil risiko dan imbal hasil
pada saat ini, dan memahami dampak positif dengan menerapkan

14
strategi dari keseimbangan risiko dan imbal hasil sesuai keputusan rapat,
dan memahami risiko yang akan terjadi apabila bank tidak melakukan
langkah-langkah yang diperlukan untuk melakukan mitigasi pada risiko
suku bunga.

Assets and Liability Comitte pada Bank BTN


Asset and Liability Management Committee (ALCO) merupakan Executive
Committee yang berfungsi sebagai wadah penganalisa/pengevaluasi
pelaksanaan pengelolaan asset and liabilities dan pengambilan keputusan
dengan merumuskan kebijakan, strategi dan sasaran dalam rangka Asset
Liability Management (ALMA). Asset and Liability Management
Committee (ALCO) telah melaksanakan tugasnya sebagai berikut.
1. Melakukan evaluasi capaian kinerja Perseroan secara periodik,
2. Monitoring perubahan suku bunga kredit kepada debitur,
3. Melakukan evaluasi kinerja kinerja asset dan liabilities dan
Strategi rekomposisi dana pihak ketiga,
4. Melakukan evaluasi strategi pengelolaan cost of fund dana pihak
ketiga, Melakukan evaluasi penyesuaian tingkat suku bunga kredit
konsumer,
5. Melakukan evaluasi kinerja likuiditas dan rekomposisi dana pihak
ketiga, Melakukan evaluasi strategi pencapaian pertumbuhan total
dana pihak ketiga.
A. Kebijakan Bank BTN yang mengatur fungsi dan peranan Direktur Risk,
Compliance and Human Capital dan SKAI dalam rapat ALCO Bank BTN
adalah Peraturan Direksi yang di dalamnya telah mengatur fungsi
Direktur Risk, Compliance and Human Capital dan IAD dalam rapat
ALCO sebagai berikut:
Dalam melaksanakan tugasnya, ALCO memiliki susunan personil:
 Anggota Tetap diantaranya adalah Seluruh Direktur (termasuk di
dalamnya adalah Direktur Risk, Compliance and Human Capital).
 Anggota Tidak Tetap diantaranya adalah Kepala Audit Internal
Division (IAD).

15
Tugas Ketua, Sekretaris dan Anggota ALCO, termasuk Direktur Risk,
Compliance and Human Capital sebagai anggota tetap dan Kepala Audit
Internal Division sebagai anggota Tidak Tetap terdiri adalah sebagai
berikut:
Ketua ALCO:
a. Memimpin Rapat ALCO sehingga dapat diperoleh keputusan
strategis dari rekomendasi untuk pemecaharl masalah yang ada.
b. Mengesahkan hasil rapat ALCO agar dapat ditindaklanjuti oleh
divisildesk sebagai dasar pelaksanaan kebijakan.
Sekretaris ALCO:
a. Membantu tugas-tugas Ketua ALCO dalam menentllkan
keputusankeputusan Rapat ALCO Bank.
b. Mempersiapkan segala kebutuhan yang diperlukan bagi
terselenggaranya rapat ALCO.
c. Mempresentasikan materi Rapat ALCO.
d. Mencatat seluruh hasil rapat ALCO dan menyampaikan kepada
anggota ALCO dan divisi/desk terkait yang akan menjalankan
keputusan rapat ALCO tersebut.
e. Dalam pelaksanaannya, Sekretaris ALCO dibantu oleh Treasury
Division Head.
Anggota ALCO:
a. Mengikuti rapat dan memberikan pendapat, usul maupun informasi,
terutama yang menyangkut bidang kerjanya.
b. Memberikan data dan masukan kepada ALCO atas berbagai hal
yang menyangkut bidang kerjanya untuk memperkaya materi
ALCO yang akan dibahas dalam rapat berikutnya.
c. Menindaklanjuti keputusan-keputusan Rapat ALCO yang telah
disahkan oleh Ketua ALCO sebagai pedoman pelaksanaan yang
bersifat strategis.
B. Tata cara penyelenggaraan rapat ALCO yang mengatur kuorum Rapat
ALCO ditetapkan dengan kehadiran Ketua ALCO, Sekretaris ALCO dan
Direktur yang membidangi Kepatuhan dan Manajemen Risiko serta

16
minimal 6 (enam) anggota tetap ALCO lainnya. Rapat diselenggarakan
minimal satu kali dalam sebulan, tetapi jika dipandang perlu Ketua ALCO
dapat menyelenggarakan 1 rapat sewaktu-waktu. Apabila Kepala Divisi
anggota ALCO berhalangan hadir karena sebab-sebab yang telah diketahui
sebelumnya seperti keluar kota, sakit, tugas belajar dan lain-lain, maka
Anggota ALCO tersebut dapat menunjuk pejabat lain dari Divisi yang sama
untuk mewakili.
C. Implementasi fungsi dan peranan Direktur Risk, Compliance and Human
Capital dan IAD dalam rapat ALCO adalah sebagai berikut:
 Rapat ALCO yang dilakukan setiap bulan dengan dikoordinir oleh
Divisi Treasury selalu mengundang Direktur Risk, Compliance and
Human Capital sebagai anggota tetap dan Kepala Internal Audit
Division sebagai anggota tidak tetap.
 Direktur Kepatuhan selalu menghadiri undangan Rapat ALCO setiap
bulan karena sesuai ketentuan intern akan menentukan kuorumnya
anggota rapat.
 Kepala Internal Audit Division menghadiri Rapat ALCO bulanan jika
tidak sedang berhalangan dengan penugasan lain seperti exit meeting
ke Kantor-Kantor Cabang, pendidikan-seminar-workshop atau
penugasan lain. Dalam hal berhalangan tersebut maka kehadiran
Kepala diwakilkan kepada pejabat IAD yang lain.
 Risalah rapat ALCO selalu didistribusikan kembali kepada seluruh
anggota ALCO (termasuk Direktur Risk, Compliance and Human
Capital dan Internal Audit Division) untuk ditindaklanjuti secara
proporsional sesuai wewenang dan tugas masing-masing anggota.
 Dalam menghadiri rapat ALCO, Direktur Risk, Compliance and
Human Capital senantiasa menjaga agar Direksi Bank tidak menempuh
kebijakan dan atau menetapkan keputusan yang menyimpang dari
ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku, disamping
memastikan 1 bahwa hasil keputusan rapat dapat dilaksanakan dengan
sebaik-baiknya melalui proses monitoring dan evaluasi yang
dilaksanakan melalui unit kerja kepatuhan. Dalam rapat ALCO, setiap

17
pelaksanaan rapat dimaksud, Direktur Risk, Compliance and Human
Capital memantau dan atau memastikan bahwa hasil keputusan rapat
ALCO sebelumnya telah dipastikan dapat dilaksanakan dengan baik di
lapangan berdasarkan laporan yang disampaikan unit kerja kepatuhan.

Gambar 2. 4 : Struktur Tata Kelola


Sumber: Annual Report BTN 2018

Gambar 2. 5 : Struktur Tata Kelola


Sumber: https://www.btn.co.id/Tata-Kelola

18
BAB 3
PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Dalam manajemen sumber daya manusia terdapat berbagai risiko. Jika tidak
ditangani dengan baik akan berdampak buruk pada perusahaan dan akan
menghambat kinerja perusahaan dalam melakukan kegiatan usahanya. Risiko yang
timbul baik perusahaan besar maupun kecil dalam sumber daya manusia akan selalu
ada.
Maka dari itu perlu dilakukan engawasan yangbenar-benar terkontrol agar
tidak terjadi hal yang tidak diinginkan, baik itu risiko yang timbul dari pihak
perusahaan maupun risiko yang timbul dari pihak luar yang tak terduga. Dan semua
itu harus diperhitungkan terlebih dahulu supaya jika suatu saat risiko itu terjadi,
maka diharapkan risiko yang terjadi tidak terlalu berpengaruh kepada kinerja
perusahaan.
1.2 Saran
Makalah ini tentunya jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu masukan serta
saran dari para pembaca sangat kami harapkan demi tercapainya kesempurnaan
tersebut.

19
DAFTAR PUSTAKA

http://hikmatrukmana.blogspot.com/2014/11/resiko-sumber-daya-manusia.html
(Diakses pada tanggal 10 Maret 2019 Pukul 23.00 WIB)

20

Anda mungkin juga menyukai