Oleh:
HAYKAL WILDAN TAMIMI
1553010025
ABSTRAK
Kata kunci : arch bridge, jembatan Sembayat, profil box, sambungan, pot
bearing, stabilitas struktur
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT berkat Rahmat, Hidayah, dan Karunia-Nya
kepada kita semua sehingga kami dapat menyelesaikan proposal tugas akhir
0+493”. Laporan proposal tugas akhir ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
mengerjakan tugas akhir pada program Strata-1 Program Studi Teknik Sipil,
selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak. Karena itu pada kesempatan ini kami
2
3
7. Ibu Ir. Wahyu Kartini, MT, selaku Koordinator Tugas Akhir Program Studi
penulis.
9. Orang tua, saudara-saudara kami, atas doa, bimbingan, serta kasih sayang
kerjasamanya.
11. Seluruh civitas akademika Program Studi Teknik Sipil, FT-UPN yang telah
13. Kami menyadari proposal tugas akhir ini tidak luput dari berbagai
15.
16.
Penulis
3
DAFTAR ISI
defined.
82. 4.1.2. Perhitungan Pembebanan......................................................46
83. 4.1.3. Perhitungan Penulangan........................................................46
84. 4.2. Perhitungan Pelat Lantai...........Error! Bookmark not defined.
67
101. 4.5.2..........Perhitungan Gelagar Melintang Sesudah Komposit
70
102. 4.5.3................................................................... Kontrol Lendutan
72
103. 4.5.4......................................................... Kontrol Local Buckling
74
104. 4.5.5............................................................... Kontrol Gaya Geser
74
105. 4.5.6.............................................. Perhitungan Shear Connector
75
106. 4.5.7....................................................... Perhitungan Sambungan
76
79
108. 4.7................................................... Perhitungan Ikatan Angin Atas
90
109. 4.8............................................................... Perhitungan Ikatan Rem
90
110. 4.9........................................................ Perhitungan Struktur Utama
90
..........................................................................................................................91
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1. Jembatan Sembayat Baru II di Kabupaten Gresik pada STA 0+400 -
STA 0+493........................................................................................15
Gambar 1.2. Jembatan Eksisting Sembayat Baru II...............................................15
Gambar 4.3. Sistem Lengkung Diperkaku.............................................................19
Gambar 2.4. Perbandingan Performa Pada Konfigurasi Hanger...........................21
Gambar 2.5. (a) bracing tipe K, (b) bracing tipe diamond, (c) bracing tipe
vierendeel.........................................................................................22
Gambar 2.6. Pot Bearings......................................................................................23
Gambar 2.7. Jenis-Jenis Sambungan......................................................................26
Gambar 3.8. Diagram Alir Perencanaa..................................................................27
Gambar 3.9. Potongan Memanjang Jembatan Sembayat Baru II..........................28
Gambar 3.10. Potongan Memanjang Jembatan Rencana.......................................29
Gambar 3.11. Konfigurasi Ikatan Angin Atas........................................................31
Gambar 3.12. Konfigurasi Pot Bearings................................................................32
Gambar 3.13. Beban lajur “D”...............................................................................34
Gambar 2.14. Ilustrasi Beban Hidup “T”...............................................................34
Gambar 3.15. Bentuk Tipikal Respon Spektra di Permukaan Tanah.....................38
Gambar 3.16. Tata Letak Baut...............................................................................44
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Tipe Jembatan Bentang Panjang Menurut Barker dan Puckett.............17
BAB I
PENDAHULUAN
bentang panjang karena bentuk busur pada struktur pemikul utama mampu
mengurangi nilai momen lapangan yang terjadi akibat beban luar. Dengan bentang
yang sama, dimensi jembatan busur dapat lebih kecil daripada jembatan girder
(Tristanto, Lanneke dan Redrik Irawan, 2010). Akantetapi, bentang maksimum yang
dapat dijangkau oleh struktur busur beton tidak dapat sejauh dengan struktur busur
baja. Bentang maksimum jembatan busur beton adalah 420 m, sedangkan jembatan
busur baja memiliki bentang maksimum 550 m (Barker dan Puckett, 2013).
Jembatan Sembayat Baru II terletak di Kabupaten Gresik melintasi Sungai
Bengawan Solo dan pada saat ini struktur jembatan tersebut telah rampung
kelas nasional yang terletak di Jalur Pantura, dimana jalur tersebut memiliki peran
Baru II memiliki bentang maksimal 354,7 meter, dimana panjang bentang tengah
jembatan yaitu 93 meter dengan menggunakan struktur busur beton dan lebar total
10
11
Dalam tugas akhir ini, struktur pada bentang tengah Jembatan Sembayat Baru
dengan desain tetap menggunakan struktur busur dengan sistem pelat lantai
pada gelagar lantai dan batang penggantung dibandingkan dengan material beton
Irawan, 2010).
Pemilihan batang penggantung dengan konfigurasi diagonal dilakukan karena
dapat mengurangi momen lentur akibat beban luar, sehingga lendutan yang terjadi
jembatan busur dengan tipe pelat lantai kendaraan berada di bawah (through arch)
karena ruang bebas di bawah jembatan terbatas. Apabila menggunakan tipe lantai
kendaraan di atas maupun di tengah, maka pangkal busur akan terkena muka air
beberapa batang baja membentuk kesatuan konstruksi. Oleh karena itu, sambungan
Permasalahan detail yang ditinjau dari perencanaan struktur jembatan Sembayat Baru
I.3. Tujuan
Setelah mengetahui rumusan masalah maka dapat dicapai tujuan yaitu, dapat
waktu dalam penyusunan tugas akhir ini, maka perlu adanya pembatasan masalah,
I.5. Manfaat
13
a. Struktur jembatan Sembayat Baru II dengan struktur busur baja dapat menjadi
Lokasi penelitian pada tugas akhir ini yaitu Jembatan Sembayat Baru II
terletak di Jalan Raya Bungah, Kabupaten Gresik pada STA 0+490 sampai dengan
STA 0+493
STA 0+400
14
Gambar 1.1. Jembatan Sembayat Baru II di Kabupaten Gresik pada STA 0+400 -
STA 0+493
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Umum
Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,
lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah
permukaan tanah dan air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api,
jalan lori, dan jalan kabel. Jalan termasuk infrastruktur transportasi yang berfungsi
sebagai alat yang menghubungkan antar daerah, sehingga sangat penting bagi
jurang, sungai, dan menghindari persimpangan yang sebidang dengan jalan raya
maupun rel kereta api. Untuk melalui rintangan tersebut, maka perlu dibangun
2006 tentang Jalan, yang dimaksud dengan jembatan adalah jalan yang terletak di
atas permukaan air dan/atau di atas permukaan tanah. Jembatan adalah jalan yang
terletak di atas permukaan air atau diatas permukaan tanah yang dibangun untuk
menyebrangi jurang atau hambatan seperti sungai, rel kereta api, jalan raya.
Karena sangat penting, maka jembatan harus dibangun dengan memenuhi kriteria,
yaitu kuat, tahan lama, ringan, dan ekonomis namun memiliki nilai dari sisi
estetika.
15
16
jembatan juga harus berfungsi untuk dapat mengangkut beban pada masa
sekarang dan masa yang akan datang. Jembatan juga harus direncanakan dengan
jumlah jalur lalu lintas, termasuk jalur sepeda dan jalur pejalan kaki. Pelat lantai
jembatan harus memperhitungkan trotoar, median jalan, drainase, muka air, dan
beban masa depan. Dalam kasus pada dataran rendah, jembatan harus berfungsi
secara normal selama periode debit air sungai yang tinggi, tanpa terjadi
penyempitan yang diakibatkan puing-puing dan aliran air (Barker dan Puckett,
2013).
Tabel 2.1. Tipe Jembatan Bentang Panjang Menurut Barker dan Puckett
Jembatan busur memiliki nilai lebih pada estetika dan dari segi ekonomis
juga dapat bersaing dengan jembatan model lainnya. Lengkung jembatan dapat
Berada di Bawah (Through Arch); dan Lantai Kendaraan Berada di Tengah (Half
Through Arch). Tipe deck arch adalah jembatan yang letak lantai kendaraannya
berada di atas busur. Idealnya dibangun untuk melintasi lembah dengan tipikal
tanah yang bebatuan (Chen dan Duan, 2013). Pada tipe through arch, letak lantai
kendaraan berada di bagian bawah busur, sejajar dengan kaki-kaki bawah busur.
tersebut menjadikan lantai kendaraan berperan sebagai batang tarik (Tied Beam)
pada struktur jembatan. Tipe ini bermanfaat apabila ruang bebas dibawah
jembatan terbatas. Letak lantai kendaraan pada tipe half through berada di antara
puncak dan kaki-kaki busur. Struktur dengan lantai kendaraan ditengah banyak
lengkung kaku; dan lengkung diperkaku. Pada sistem lengkung kaku perletakan
jembatan berupa jepit. Oleh karena itu, Terjadi reaksi tekan yang besar pada
struktur lengkung, sedangkan pada gelagar lantai terjadi gaya normal tarik yang
kecil. Diperlukan tanah dasar yang baik untuk mengakomodasi gaya tekan
horizontal dan aksial (Tristanto, Lanneke dan Redrik Irawan, 2010). Pada sistem
lengkung diperkaku perletakan jembatan berupa sendi dan rol. Oleh karena itu,
struktur lengkung mengalami gaya normal tekan sebanding dengan gaya normal
18
tarik gelagar lantai. Gelagar lantai menerima gaya terbesar dan berada pada gaya
normal tarik terbesar. Sistem ini digunakan pada daerah-daerah yang memiliki
karakteristik tanah yang kurang bagus (Wai-Fah Chen dan Lian Duan, 2013).
Sistem lengkung diperkaku dapat memungkinkan untuk terjadinya rotasi
dan translasi di kaki-kaki busur. Sistem struktur ini merupakan statis tertentu
tidak menerima gaya horizontal. Gaya horizontal dialami oleh gelagar lantai
dengan tipe through arch, beban dari lantai kendaraan ditransfer menuju busur
melalui penggantung. Gelagar lantai kendaraan dapat berupa pelat girder baja, box
girder baja, maupun girder beton pratekan. Sistem lengkung diperkaku dapat
Struktur busur dengan tipe pelat lantai kendaraan di bawah dapat dibangun
dengan material beton pratekan dan baja. Sistem struktur dengan material baja
dapat berupa rangka dan sistem dinding penuh. Menurut Tristanto dan Irawan
(2010), jembatan busur dengan tipe pelat kendaraan di bawah yang menggunakan
meter menggunakan material beton pratekan, struktur busur dan gelagar lantai
menggunakan dimensi 400x400 mm. Sementara itu, berdasarkan jurnal Julian dan
Wahyuni (2018) jembatan struktur busur rangka baja dengan bentang 92 meter
menggunakan profil box 400x400x25 untuk rangka dengan tinggi tampang busur
gelagar lantai kendaraan menggunakan profil box 500x500x16. Oleh karena itu,
akan lebih ekonomis jika menggunakan material baja secara keseluruhan yang
juga akan mencapai bentang lebih panjang (Tristanto, Lanneke dan Redrik Irawan,
2010).
Tinggi busur dapat mempengaruhi perilaku dan kekuatan through arch.
Berdasarkan jurnal oleh Hidayat (2019), penelitian dilakukan dengan tinggi busur
menghasilkan bahwa semakin tinggi busur, maka diperoleh gaya-gaya dalam yang
semakin kecil. Selain itu, semakin tinggi busur maka batang penggantung
mengalami gaya tarik yang semakin besar. Namun busur yang lebih tinggi akan
lantai kendaraan berada di atas busur, maka beban disalurkan kepada struktur
kelebihan yaitu dapat mengurangi defleksi atau lendutan serta mereduksi momen
lentur pada struktur busur dan lantai kendaraan. Konfigurasi batang penggantung
20
diagonal menghasilkan struktur busur dan gelagar lantai kendaraan lebih ramping
sehingga menjadi lebih ekonomis (Shanack dan Brunn, 2009). Performa dari
yang jauh lebih kecil. Konfigurasi hanger diagonal dapat mengurangi kebutuhan
material baja hingga lebih dari 50%. Hal tersebut akan meningkatkan keuntungan
biaya seperti pada proses erection yang lebih mudah, dan penampang yang lebih
kecil.
penahan gaya lateral yang diakibatkan oleh beban angin dan gempa untuk
tersebut diteruskan kepada portal akhir dan selanjutnya ke pondasi. Tipe bracing
yang umum digunakan pada struktur jembatan busur adalah sebagai berikut:
21
(a)
(b)
(c)
Gambar 2.5. (a) bracing tipe K, (b) bracing tipe diamond, (c) bracing tipe
vierendeel
utama dengan struktur bawah jembatan. Menurut Chen dan Duan (2013) ,
bearings. Fixed bearings adalah bantalan yang memungkinkan adanya rotasi dan
Pot bearings dapat mendukung gaya aksial yang besar dibanding perletakan jenis
lain. Gaya tersebut disalurkan melalui piston baja menuju piringan elastomeric
yang tidak tertekan. Pergeseran pada pot bearings perlu dibatasi, untuk itu
Perletakan tipe fixed mampu mengalami rotasi namun tidak dapat mengalami
rotasi dan hanya dapat mengalami pergerakan secara horizontal arah memanjang
atau melintang saja. Perletakan tipe multidirection mampu mengalami rotasi dan
II.4. Sambungan
penyalur beban dari satu komponen ke komponen yang lain (Setiawan, 2013).
Baut adalah pengencang dengan batang bulat dan berulir. Ujung baut
baut mutu normal dan baut mutu tinggi. Baut mutu normal dikencangkan dengan
kekuatan tangan. Baut mutu normal digunakan pada struktur ringan yang
menahan beban statis. Baut mutu tinggi dikencangkan dengan kekuatan tangan,
tinggi memerlukan gaya tarik awal yang cukup yang diperoleh dari pengencangan
awal. Gaya ini akan memberikan friksi sehingga cukup kuat untuk memikul beban
memanasinya hingga suhu yang tepat dengan atau tanpa pemberian tekanan dan
sambungan lainnya.
3. Komponen struktur dapat terhubung secara kontinu.
4. Tingkat kebisingan lebih rendah.
5. Mudah untuk membuat perubahan desain dalam struktur.
Kekurangan dari sambungan las adalah las dapat mengurangi tahanan lelah
bahan (fatigue strength) dan tidak mungkin untuk memastikan kualitas las yang
baik.
Jenis-jenis sambungan las yang sering dijumpai antara lain:
las ini harus menyalurkan secara penuh beban yang bekerja, maka las ini harus
memiliki kekuatan yang sama dengan batang yang disambungnya. Las tumpul
dimana terdapat penyatuan antara las dan bahan induk sepanjang tebal penuh
sambungan dinamakan las tumpul penetrasi penuh. Apabila tebal penetrasi lebih
24
kecil daripada tebal penuh sambunga, dinamakan las tumpul penetrasi sebagian
(Setiawan, 2013).
Tipe las sudut adalah tipe las yang paling banyak digunakan dari pada tipe
2013).
Jenis las ini biasanya digunakan bersama-sama dengan las sudut. Manfaat
utama las tipe ini adalah menyalurkan gaya geser pada sambungan lewatan bila
ukuran panjang las terbatas oleh panjang yang tersedia untuk las sudut (Setiawan,
2013).
.
Gambar 2.7. Jenis-Jenis Sambungan
(Setiawan, 2013)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
25
III.2. Studi Literatur
peraturan sebagai bahan pustaka dalam pengerjaan tugas akhir, yaitu sebagai
berikut:
Perencanaan Jembatan)
7. SE Menteri PUPR nomor 02/SE/M/2018 (Perancangan Jembatan Pelengkung)
berikut:
III.3.2.Gambar Rencana
Pada tugas akhir ini direncanakan jembatan dengan busur baja, hanya
26
Gambar 3.10. Potongan Memanjang Jembatan Rencana
(levelling) yang dilakukan untuk mengetahui dari ketinggian suatu lokasi. Hasil
pengukuran topografi berupa peta kontur yang menunjukkan elevasi tanah, denah
(site plan) dan longitudinal section pada jalan, profil sungai, dan instalasi.
III.3.5.Data Tanah
Data tanah merupakan data hasil pengujian tanah untuk menentukan nilai
III.4.1.Mutu Bahan:
27
III.4.2.Gelagar
Pada tugas akhir ini direncanakan gelagar lengkung dan gelagar pelat
lantai menggunakan profil box baja, sedangkan gelagar memanjang dan melintang
berbentuk diagonal berupa strand. Hanger bekerja eksternal secara dinamis akan
lebih cepat mengalami fatigue maka tegangan total akibat beban mati dan hidup
pada keadaan batas layan tidak boleh melebihi 45% dari tegangan putus dan
keadaan batas ultimate tidak boleh melebihi 60% tegangan putus (Tristanto,
28
III.4.4.Konfigurasi Ikatan Angin
menggunakan profil siku baja yang dapat dilihat pada gambar 3.12. berikut:
3. Ikatan rem
menggunakan profil siku baja yang dapat dilihat pada gambar berikut:
Pelat lantai berfungsi sebagai jalan kendaraan pada jembatan yang harus
mempunyai tebal minimum ts, dan harus memenuhi kedua ketentuan BMS
29
Dimana satuan ts adalah dalam mm
III.4.6.Dimensi Busur
1 f 1
Syarat tinggi busur : ≤ ≤ ......................................................( 3.2 )
8 L 5
Dimana:
longitudinal yang diakibatkan oleh beban gempa dan beban rem. Perletakan
sedemikian rupa agar mampu menahan gaya lateral terssebut. Konfigurasi pot
30
Keterangan:
III.5. Pembebanan
bekerja pada jembatan, yaitu terdiri dari beban mati dan beban layan. Hasil akhir
III.5.1.Beban Mati
elemen struktur dan berat mati tambahan seperti pelat lantai kendaraan dan aspal.
Berat isi selanjutnya dikalikan dengan faktor beban. Besarnya beban mati dapat
Beban lajur “D” terdiri atas beban terbagi rata (BTR) yang digabungkan
dengan beban garis terpusat (BGT). Besarnya faktor beban lajur “D” di tunjukkan
Keterangan:
q adalah intensitas beban terbagi rata (BTR) dalam arah memanjang jembatan.
L adalah panjang total jembatan yang dibebani (meter).
31
Gambar 3.15. Beban lajur “D”
Beban garis terpusat (BGT) ditempatkan tegak lurus terhadap arah lalu
Beban truk "T" tidak dapat digunakan bersamaan dengan beban “D”.
Beban truk dapat digunakan untuk perhitungan struktur lantai. Faktor beban “T”
dapat dilihat pada SNI 1725:2016 tabel 13. Ilustrasi beban truk dapat ditunjukkan
direncanakan untuk dapat memikul beban pejalan kaki dengan intensitas 5 kPa
32
dan dianggap bekerja secara bersamaan dengan beban kendaraan pada masing-
III.5.5.Beban Angin
secara merata pada permukaan yang terekspos oleh angin. Persamaan beban angin
sebagai berikut:
2
V DZ
PD =PB ( )
VB
..............................................................................(3.6 )
Keterangan:
SNI 1725:2016.
Nilai kecepatan angin dasar yang dibutuhkan dari persamaan dapat
V 10
V DZ =2,5× V o × ( )( )
VB
ln
Z
Z0
......................................................( 3.7 )
Dimana:
(km/jam)
Z : Elevasi struktur diukur dari permukaan air (mm)
V0 : Kecepatan gesekan angin (km/jam)
Z0 : Panjang gesekan di hulu jembatan (km/jam)
33
III.5.6.Beban Rem
yang akan datang, semua lajur dirubah menjadi satu arah. Beban tersebut
diasumsikan bekerja secara horizontal arah memanjang. Beban rem diambil yang
terbesar dari:
III.5.7.Beban Temperatur
mengakibatkan muai dan susut jembatan. Sehingga hal itu membuat jembatan
T LTmax-Tmin..............................................................................( 3.8 )
Dimana:
α : koefisien muai temperatur(mm/˚C) (lihat tabel 19 SNI 1725:2016)
L : panjang komponen jembatan (mm)
T : temperatur rata-rata (˚C ) (lihat tabel 18 SNI 1725:2016)
III.5.8.Beban Gempa
untuk lapisan setebal 30 meter sesuai dengan yang didasarkan pada korelasi
∑ti
N=
ti ......................................................................................( 3.9 )
∑
Ni
Dimana:
34
Ni : Nilai N-SPT
Kelas situs tanah dapat diketahui dengan korelasi nilai N yang dapat
faktor amplifikasi untuk PGA, periode pendek T=0,2 detik dan periode T=1 detik.
batuan dasar (FPGA), faktor amplifikasi periode pendek (Fa) dan faktor amplifikasi
terkait percepatan yang mewakili getaran periode 1 detik (Fv). Faktor amplifikasi
untuk PGA, faktor amplifikasi periode pendek, dan periode 1 detik masing-
AS = FPGA × PGA................................................................................(3.10)
SDS = Fa × SS........................................................................................(3.11)
SD1 = FV × S1.......................................................................................(3.12)
Keterangan:
SDS : nilai spektra permukaan pada periode pendek T=0,2 detik
SD1 : nilai spektra permukaan tanah pada periode T=1 detik
35
III.6. Perhitungan Struktur Sekunder
III.6.1.Concrete Barrier
Beban akibat tumbukan kendaraan dapat dilihat pada SNI 1725:2016 tabel 33.
1. Syarat kelangsingan
λ < λp..................................................................................................(3.13)
5 q l4 L
< .................................................................................(3.14)
384 EI 180
3. Kuat nominal
Mn = Mp.............................................................................................(3.15)
Mnaktual = As . fy d− ( a2 ) ..................................................................(3.17)
As . fy
a= ............................................................................(3.18)
0,85. f ' c . bw
Mu
Mn= .......................................................................................(3.19)
ϕ
Mnaktual > Mn ..................................................................................(3.20)
III.6.2.Pelat Lantai
36
2. Perhitungan geser pons:
U
Vu=K TT × T ×(1+ DLA) ...............................................................(3.25)
2
Vc=0,17 × 1+ (βh )
× √ f ' c ≤ 0,34 × √ f ' c .......................................(3.26)
Vn=Vc × A pons ...............................................................................(3.27)
Vu< Vn ...........................................................................................(3.28)
3. Syarat lendutan
5 ql4
δ= ...................................................................................(3.29)
384 E I x
L
δ ijin= .......................................................................................(3.30)
180
δ < δ ijin ............................................................................................(3.31)
III.7.1.Gelagar Memanjang
1. Syarat kelangsingan
h
Sayap : λ=
tw
1680
: λp=
√ fy
b
Badan : λ=
2 tf
170
: λp=
√ fy
2. Syarat kuat nominal terhadap momen ultimate
III.7.2.Gelegar Melintang
1. Syarat kelangsingan
h
Sayap : λ=
tw
1680
: λp=
√ fy
b
Badan : λ=
2 tf
37
170
: λp=
√ fy
2. Syarat kuat nominal terhadap momen ultimate
b
λ=
t
λ p =1,12
√ E
Fy
III.7.4.Gelagar Lengkung
b
λ=
t
λ p =1,12
√ E
Fy
Tekuk lokal terjadi setelah tekuk lentur. Perhitungan tekuk lentur terdapat pada
38
III.8. Perhitungan Ikatan Angin
b
λ=
t
λ p =0,45
√ E
Fy
Tekuk lokal terjadi setelah tekuk lentur. Perhitungan tekuk lentur terdapat pada
L
<500 .........................................................................................(3.39)
D
Dimana:
D : Diameter hanger
L : Panjang hanger
2. Syarat batang tarik
Nu< ϕ Nn .......................................................................................(3.40)
Ru ≤ ϕ Rn.............................................................................................(3.41)
Dimana:
39
Ru : Beban nominal
Rn : Kekuatan nominal baut
Φ : faktor reduksi (0,75)
Tahanan nominal satu buah baut yang memikul gaya geser harus
Rn = m r1 fub Ab.................................................................................(3.42)
Dimana:
baut atau komponen pelat yang disambung. Menurut SNI 1729:2015 besarnya
Dimana:
4. Jarak Baut
Tata letak baut dalam SNI 1729-2015 di tunjukkan Gambar 3.18. berikut:
40
Gambar 3.18. Tata Letak Baut
(Setiawan, 2013)
Ru ≤ϕ R nw ................................................................................................................................................. (3.45)
Dimana:
Ru : Beban terfaktor
Rnw : Beban nominal per satuan panjang las
ϕ : faktor tahanan
5. Las Sudut
Kuat rencana per satuan panjang las sudut ditentukan dengan persamaan
Dimana:
Ukuran minimum las sudut dapat dilihat pada tabel J2.4 SNI 1729:2015
41
BAB IV
ANALISIS STRUKTUR
didesain dengan tingat kinerja 1 karena jembatan didesain untuk jalan raya.
Desain rencana untuk concrete barrier dapat dilihat pada gambar 4.19. berikut:
42
43
1. Beban Mati
2. Beban Hidup
6)
8) MA = FL × h
9) = 20 × 1,1
10) = 22 kNm
1. Tulangan Utama
6
Mn 27,5 ×10
18) Rn = = = 1,5 N/mm2
b× d 2 1100 × 1292
19) �perlu =
1
m ( √
× 1− 1−2 ×
m× Rn
fy ) =
1
19,76 ( √
× 1− 1−2 ×
19,76 ×1,5
420 )
20) = 0,0037
As perlu
n =
Astulanganutama
479
(1) =
0,25× π ×16 2
(1) = 2,4 ≈ 4 buah
27) = 4 × 200,96
28) = 803,84 mm2
29)
45
2. Tulangan Geser
35) Vu = FL = 20 kN
36) d = h – d’– ½ Øsengkang = 500 – 50 – ½(13) = 443,5 mm
1
37) Vc = √ f ' c ×b × d
6
1
38) = √ 25 ×500 × 443,5 = 369583 N ≈ 369,58 kN
6
39) φVc = 0,75 × 369,58 kN = 277,19 kN
40) Kontrol terhadap syarat
41) Vu ≤ φVc
42) 20 kN ≤ 277,19 kN
43) Maka beton mampu menahan gaya geser, sehingga tidak diperlukan tulangan
berikut:
48)
46
50)
51) Gambar 4.22. Potongan Melintang Pelat Lantai
berikut:
1. Beban Mati
61)
63) Faktor beban mati ( γ UMS ) = 1,3 (lihat tabel 3, SNI 1725:2016)
1 U 2 1 2
64) M UD= × qD× γ MS × b = ×5,9 ×1,3 × 1,75 =2,35 kNm
10 10
65) Beban hidup truk “T” = 112,5 kN (lihat gambar 26, SNI 1725:2016)
66) Faktor Beban Distribusi (FBD) untuk beban “T” untuk bentang jembatan 93 m
3. Momen Ultimate
6
Mn 64,36 ×10
78) Rn = = = 2,79 N/mm2
b× d 2 1000 ×1522
79) �perlu =
1
m ( √
× 1− 1−2 ×
m× Rn
fy ) =
1
14,12 ( √
× 1− 1−2 ×
14,12 ×2,79
420 )
80) = 0,0069
b× As tulanganutama
sperlu =
As perlu
2
1000 × 0,25× π × 16
86) =
1200,8
87) = 189,5 mm ≈ 150 mm
b× As tulangan utama
88) Aspakai =
s perlu
2
1000 × 0,25× π × 16
(1) =
150
(2) = 1339,73 mm2
92) As = 0,002 × b × h
93) = 0,002 × 1000 × 200
94) = 400 mm2
49
96)
1,676 N/mm2
103) ØVn = 0,75 × Vc × Ak = 0,75×1,676×486400 = 611404,8 N ≈ 611,4 kN
104) Kontrol terhadap syarat
105) ØVn ≥ Vu
106) 611,4 kN ≥ 292,5 kN
107) Maka pelat lantai mampu menahan gaya geser pons
meningkatkan rasa aman bagi pejalan kaki. Penggunaan kerb terletak pada sisi
50
sebelah kiri jalan saja karena jembatan Sembayat direncanakan untuk satu
arah, sehingga akan berbahaya jika terletak juga di sisi sebelah kanan jalan.
1. Beban Mati
kNm
2. Beban Hidup
112) Berdasarkan SNI 1725:2016, pasal 8.9, intensitas berat pejalan kaki
113) qD = 5 kN/m
1 1
114) ML = × q × L2 = × 5 × 1,52 = 1,4 kNm
8 8
3. Momen Ultimate
1
19,76 ( √
× 1− 1−2 ×
19,76 ×0,17
420 )
125) = 0,0004
127) Asperlu = ρ × b × d
128) = 0,0058 × 1000 × 152 = 881,6 mm2
b× As tulanganutama
sperlu =
As perlu
2
1000 × 0,25× π × 16
129) =
881,6
130) = 227,95 mm ≈ 150 mm
b× As tulangan utama
131) Aspakai =
s perlu
52
2
1000 × 0,25× π × 16
(1) =
150
(2) = 1339,73 mm2
135) As = 0,002 × b × h
136) = 0,002 × 1000 × 250
137) = 500 mm2
b× As tulangan bagi
sperlu =
As perlu
2
1500 × 0,25× π × 13
(1) =
500
(2) = 397,9 mm ≈ 300 mm
139)
WF.600.300.14.23
1. Beban Mati
pasal 8.3.1.
q=9× (0,5+ 15L )=9 ×( 0,5+ 1593 )=5,95 kN/m2
qUD = q × ❑UTD × b = 5,95 × 2 × 1,75 = 20,825 kN/m
c. Momen maksimum
54
1 1 2 1 1 2
× P × L+ × q × L = ×222,95 × 9+ ×20,83 × 9 =712,54 kNm
4 8 4 8
4. Beban truk
U
T u =T × (1+ FBD ) × γ TT =112,5 × ( 1+0,3 ) × 2=292,5 kN
1 1
M UT = × P × L= ×292,5 ×9=658,125 kNm
4 4
4. Momen Ultimate
Lendutan yang dihitung adalah akibat dari beban hidup tanpa faktor beban.
sebesar 0,897 cm
55
1. Kontrol kelangsingan
Syarat kelangsingan
h 1680 b 170
Badan = ≤ ; Sayap = ≤
tw √ fy 2 tf √ fy
492 1680 302 170
= ≤ = ≤
14 √ 410 2( 23) √ 410
= 35,14 ≤ 82,97 = 6,56 ≤ 8,4
ØMn ≤ Mu
0,9×2056,97 ≤ 814,8
1851,27 kNm ≤ 814,8 kNm
Maka profil aman menahan tekuk lokal
Lb =9m
56
√
7
Lp
FL = fy – fr
fy √
= 1,76 ×iy × E =1,76× 6,9 × 2,1 ×10 =274,8 cm
= 410 – 70
41000
= 340 MPa
x1 =
√
5
π
Sx
×
√E× G× J × A
2
=
3,14
4620 ×10
= 15247,47 N/mm 2
3
×
( 2,1 ×10 ) ( 77200 ) ( 2791766,67 ) ( 22240 )
2
2 3 2 12
x2 = 4×
Sx
G×J( ×
Cw
)
Iy
=4 × ( 4620× 10
77200 ×2791766,67 )
×
5,88× 10
10600× 104
= 1,02 × 10-4 mm4/N2
x1
Lr = iy ×
FL( ) √
× 1+ √1+ x 2 × F L2
= 69 × ( 15247,47
340 ) √
× 1+ √1+ ( 1,02 ×10 −4
) × 3402
= 6619,43 mm
Karena Lb ≥ Lr , maka dianggap gelagar dengan bentang panjang
1 1
V A =V B = × PU + qU × L
2 2
1 1
¿ ×222,95+ ×30,93 × 9=250,66 kN
2 2
1 1 2
Ma = Mc = V A × × L− ×q U × L
4 16
1 1 2
= 250,66 × ×9− × 30,93× 9 =407,4 kNm
4 16
1 1 2
Mb = Mmax = V A × × L− ×q U × L
2 8
57
1 1 2
= 250,66 × ×9− ×30,93 × 9 =814,8 kNm
2 16
12,5 × M max
Cb = ≤2,3
2,5 M max +3 Ma +4 Mb +4 Mc
12,5( 814,8)
= ≤ 2,3
2,5 (814,8)+ 3(407,4 )+ 4 (814,8)+ 4 (407,4)
= 1,25 ≤ 2,3
MU = 814,8 kNm
Mp = 2056,97 kNm
Mr = 1570,8 kNm
Mn = Cb
=
π
√
Lb ( )
E I yG J +
πE 2
Lb
I y Cw ≤ M p
√
2
( )
5
( )
1,25
π
( 2,1× 105 ) (106 ×105 )(77200)(27,9 ×105 )+ π 2,1 ×10 (106 ×105 )(5,88 ×1012)≤ M p
9000 9000
= 1007758715 Nmm ≈ 1007,76 kNm ≤ 2056,97 kNm
Mu ≤ ØMn
814,8 ≤ 0,9×1007,76
814,8 kNm ≤ 906,98 kNm
Maka profil mampu menahan tekuk lateral
1. Kontrol penampang
h 1100
= ≤
t w √ fy
492 1100
= ≤
14 √ 410
= 35,14 ≤54,32
Gambar 4.26. Gaya Geser Akibat Beban Mati dan Beban Lajur “D”
1
VA ¿ PBGT + q L
2
1
¿ 222,95+ × ( 10,1+20,83 ) ×9=362,14 kN
2
Gambar 4.27. Gaya Geser Akibat Beban Mati dan Beban Truk “T”
1
VA ¿ PTU + q L
2
1
¿ 292,5+ ×10,1 ×9=337,95 kN
2
Gaya geser yang menentukan adalah yang diakibatkan oleh beban mati
Diameter lubang = 16 + 2 = 18 mm
Bidang geser (m) =2
Ag = 1920 mm2
e = 428,2 mm
Vu = 362,14 kN
Vd = Ø m r1 fub Ab
= 0,75 × 2 × 0,4 × 0,825 × (1/4 × 3,14 × 162) = 99,48 kN
Rn = Ø 2,4 db tp fup
= 0,75 × 2,4 × 16 × 10 × 0,55 = 221,76 kN
2. Jarak baut
3d ≤ s ≤ 15 tp
3(16) ≤ s ≤ 15(10)
48 mm ≤ s ≤ 150 mm
Digunakan s = 60 mm
a. Kondisi leleh
b. Kondisi fraktur
60
e 1920
U = 1− = 1− = 0,765
l 2× 100
An = Ag−( d +2 ) t p ≤ 0,85 Ag
= 1920-(16+2)10 ≤ 0,85×1920
= 1380 mm2 ≤ 1632 mm2
Ae = An ×U = 1380×0,708 = 1055,7 mm2
ØTn = Øfu Ae = 0,75×0,55×1055,7 = 435,476 kN
WF.1000.500.30.45
a. Beban merata
kN/m
62
b. Beban terpusat
a. Beban merata
b. Beban terpusat
c. Momen maksimum
pasal 8.3.1.
q=9× (0,5+ 15L )=9 ×( 0,5+ 1593 )=5,95 kN/m2
qUD = q × ❑UTD × b = 5,95 × 2 × 9 = 107,1 kN/m
P = 49 kN/m
qBGT = (1+FBD) × P × ❑UTD = (1 + 0,3) × 49 × 2 = 127,4 kN/m
c. Momen maksimum
Gambar 4.34. Momen Maksimum Gelagar Melintnag Akibat Beban Lajur “D”
64
a. Momen maksimum
dan momen akibat beban mati, beban lajur kendaraan dan truk dapat dilihat pada
Tabel 4.1.
ultimate diambil dari beban kombinasi akibat beban mati sendiri, beban mati
=5458,58 kNm.
65
beff =λ = 175 cm
beff = L/4 = 1205/4 = 301,25 cm
beff =16 tb + bw = 16 (20) + 51,5 = 371,5 cm
maka digunakan beff terkecil yaitu 175 cm
7. Menentukan nilai C
h a 1000 −60,19
d1 = +tb− = + 20 = 489,91 mm
2 2 2 2
Mu ≤ ØMn
5458,58 ≤ 0,85×15352,8
5458,58 kNm ≤ 13049,9 kNm
Es 2,1 ×105
n = = = 7,55
4700 √ f ' c 4700 × √ 35
beff 1750
btr = = = 231,79 mm
n 7,55
Atr = btr × tb = 231,79 × 200 = 46357,62 mm2
Atr ×tb h
ya = 2 (
+ As tb+ )2 =
A tr + As
231,79 × 2003
12 (
+ 46357,62 473,485−
200 2
2 )
+1,278498 ×10 10+76436+
[(
1000
2 )
+200 −473,48
= 19406107280 mm4
diakibatkan oleh beban lajur “D”. Skema pembebanan gelagar melintang oleh
Gambar 4.39. Skema Pembebanan Gelagar Melintang oleh beban lajur “D”
qb 234,5 × 8,5
RA = ( 2 c +b ) = ( 2 ×1,025+8,5 ) =
2L 2× 12,05
872,56 kN
qb 234,5 × 8,5
RB = ( 2 a+b ) = ( 2 ×2,525+8,5 ) =
2L 2× 12,05
1120,69 kN
4 q a b3 +3 q b 4 +8 R A ( a+ b )3−12 RB c 2 L+ 8 R B c 3
β =
24 EI
=
1
8
[4 ( 234,5 )( 2,525 )( 8,5 )3 +3 ( 234,5 ) ( 8,5 ) 4+ 8 ( 872,56 ) ( 2,525+8,5
24 (2 ×10 )(0,0 19406107280)
= -0,0471 m
a+ b
¿
¿
α = ¿2
q b 3 L+6 E I β 4 −3 R B c 2 L−3 R A L¿
¿
8,5
1,025
2,525+8,5
¿
¿
= (¿¿ 2)(12,05)−3 (872,56)(12,05)¿
8 4
(¿¿ 3)(12,05)+ 6(2 ×10 )(0,0194)(−0,047 )−3(1120,69) ¿
(234,5) ¿
1
8
¿
6 (2 ×10 )(0,0 19406107280)(12,05)
= 0,0037
68
3
RAx q
δ = − +ax
6 EI 24 EI
=
(872,56) x3 234,5
8
− 8
+2,525 x
6 (2 ×10 )(0,0 19406107280) 24 ( 2 ×10 ) ( 0,0 19406107280 )
Dengan cara coba-coba, didapat δ = 0,014 m pada χ = 6,266 m
h 1680 b 170
Badan = ≤ ; Sayap = ≤
tw √ fy 2 tf √ fy
908 1680 515 170
= ≤ = ≤
32 √ 410 2(46) √ 410
= 28,38 ≤82,97 = 5,59≤ 8,4
Mu ≤ ØMn
5458,58 ≤ 0,9 × 11970,36
5458,58 kNm ≤ 10773 kNm
Maka profil aman menahan tekuk lokal
h 1100
Badan = ≤
tw √ fy
69
908 1100
= ≤
32 √ 410
= 28,38 ≤54,32
Maka penampang kompak
Vu ≤ ØVn
1650,44 ≤ 0,9 × 5807
1650,44 kN ≤ 5226,8 kN
Maka profil aman menahan gaya geser
a. Diameter stud : 19 mm
b. Tinggi stud : 100 mm
c. Jarak antar stud: 100 mm
d. fu stud : 500 MPa
Vd = Ø m r1 fub Ab
= 0,75 × 2 × 0,4 × 0,825 × (1/4 × 3,14 × 25,42)
= 250,69 kN
Rn = Ø 2,4 db tp fup
= 0,75 × 2,4 × 25,4 × 19 × 0,55
= 477,77 kN
5. Jarak baut
3d ≤ s ≤ 15 tp
3(25,4) ≤ s ≤ 15(19)
76,2 mm ≤ s ≤ 285 mm
Digunakan s = 100 mm
a. Kondisi leleh
b. Kondisi fraktur
e 46,5
U = 1− = 1− = 0,884
l 4 × 100
An ≤ 0,85 Ag
= Ag−( d +2 ) t p ≤ 0,85×5750
= 5750-(25,4+2)19 ≤ 4887,5
= 3147 mm2 ≤ 4887,5 mm2
Ae = An ×U = 3147×0,884 = 2781,16 mm2
ØTn = Øfu Ae = 0,75×0,55×2781,16 = 1147,23 kN
67).
73
oleh beban lajur, maka pembebanan yang digunakan adalah akibat beban lajur.
Perhitungan pembebanan beban lajur “D” dapat dilihat pada halaman 69. Beban
terbagi rata (BTR) ditempatkan pada semua gelagar melintang, sedangkan beban
garis terpusat (BGT) ditempatkan pada tengah bentang jembatan. Skema beban
Perencanaan beban angin telah diatur di dalam SNI 1725:2016. Nilai yang
permukaan air sungai, sementara itu tinggi penampang profil box baja yang
V 10
VDZ = 2,5 ×V o × ( )( )
VB
ln
Z
Z0
90 10430
= 2,5 ×17,6 × ( ) (
90
ln
1000 )
= 103,17 km/jam
V DZ 2 2
PDtekan = PB ( ) VB
= 0,0024
103,17
(
90 ) = 0,0031 MPa
penyelidikan tanah berupa SPT (standart penetration test) dari tabel 3 SNI
76
lampiran.
∑ di
55500
N = di = = 13,63
∑ 4073,15
Ni
Dari tabel 3 SNI 1726:2012, nilai N < 15, maka klasifikasi situs termasuk
berikut:
tabel berikut:
T (detik) SA (g)
0 0.243
T0 0.607
TS 0.607
TS+0 0.540
TS+0.1 0.487
TS+0.2 0.443
TS+0.3 0.406
TS+0.4 0.375
TS+0.5 0.348
TS+0.6 0.325
TS+0.7 0.305
TS+0.8 0.287
TS+0.9 0.271
TS+1 0.257
TS+1.1 0.244
TS+1.2 0.233
TS+1.3 0.222
TS+1.4 0.213
TS+1.5 0.204
TS+1.6 0.196
TS+1.7 0.188
TS+1.8 0.181
TS+1.9 0.175
TS+2 0.169
TS+2.1 0.163
TS+2.2 0.158
TS+2.3 0.153
TS+2.4 0.148
TS+2.5 0.144
TS+2.6 0.140
78
TS+2.7 0.136
TS+2.8 0.132
TS+2.9 0.129
TS+3 0.125
4 0.123
Sumber: www.puskim.pu.go.id
Dari tabel tersebut, kemudian dibuat kedalam grafik. Grafik respon spektra
berikut:
a) A = 5775 mm2
g) b = 200 mm
h) d = 15 mm
i) Ix = Iy = 2180 cm4
j) ix = iy = 6,14 mm
80
o) x = 5,46 cm
p) Øbaut = 25,4 mm (ASTM A325)
q) Ølubang = 27,4 mm
r) fy = 410 MPa
a) fu = 550 MPa
b) E = 210000 MPa
b
c) fu = 825 MPa
d) L = 10,83 m
e) r1 = 0,4
f) Ubs = 1
IV.7.1. Perhitungan Batang Tarik
1. Jarak baut
3d ≤ s ≤ 15 tp
3(25,4) ≤ s ≤ 15(25)
76,2 mm ≤ s ≤ 225 mm
Digunakan s = 100 mm
Vd = Ø m r1 fub Ab
= 0,75 × 2 × 0,4 × 0,825 × (1/4 × 3,14 × 25,42)
= 250,7 kN
Rn = Ø 2,4 db tp fup
= 0,75 × 2,4 × 16 × 20 × 0,55
= 377,2 kN
a. Kondisi leleh
b. Kondisi fraktur
e 61,4
U = 1− = 1− = 0,53
l 160
An ≤ 0,85 Ag
= Ag−( d +2 ) t p ≤ 0,85Ag
= 5775 - (25,4+2) 15 ≤ 0,85 × 5775
= 4953 mm2 ≤ 4966,5 mm2
Ae = An ×U = 4953 × 0,53 = 2613,66 mm2
ØPn = Øfu Ae = 0,75×0,55×2163,66 = 1078,14 kN
PU ≤ ØRn
149 kN ≤ 0,75×1300,5 kN
149 kN ≤ 975,4 kN
Maka pelat mampu menahan gaya geser
2 2
π E 3,14 210000
fe KL 2 1 ×10,83 2
=
( ) = (
r 6,14 ) = 66,55 MPa
[0,658 ] f
fy
[ 0,658 ] 410
410
Fcr = fe = 66,55 = 58,36MPa
y
Pn = Fcr Ag = 0,5836 × 5775 = 337,06 kN
Affandhie, B.A. dkk. 2018. Modifikasi Desain dan Metode Pelaksanaan Duplikasi
Jembatan Sembayat Kabupaten Gresik pada STA 0+350 – STA 0+530 dengan
Sistem Jembatan Busur Rangka Baja. Jurnal Aplikasi Teknik Sipil, Vol 16, No 1.
Badan Standarisasi Nasional. 2013. Persyaratan Beton Struktural SNI 2847:2013. Jakarta.
Badan Standarisasi Nasional. 2015. Spesifikasi Untuk Bangunan Gedung Baja Struktural
SNI 1729-2015. Jakarta.
Badan Standarisasi Nasional. 2018. Perencanaan Jembatan Terhadap Beban Gempa SNI
2833:2018. Jakarta.
Barker, Richard M dan Jay A. Puckett. 2013. Design of Highway Bridges : an LRFD
Approach. Third Edition. John Wiley & Sons, Inc. United States of America.
Chen, Wei-Fah dan Lian Duan. 2013. Bridge Engineering Handbook Superstructure.
Florida: CRC Press.
Setiawan, Agus. 2013. Perencanaan Struktur Baja dengan Metode LRFD. Edisi Kedua.
Erlangga. Jakarta.
Shanack, Frank dan Benjamin Brunn. 2009. Analysis of the Structural Performance of
Network Arch Bridge. The Indian Concrete Journal.
Steen, George Perry. 1939. Design Study of a Three Span Continous Tied-Arch Bridge.
Master Theses. Paper 4754.
83
84
Struyk, H.J dan K.H.C.W van der Veen. 1995. Jembatan. Diterjemahkan oleh
Soemargono. Jakarta : Pradya Paramita
Tristanto, Lanneke dan Redrik Irawan. 2010. Kajian Dasar Perencanaan dan
Pelaksanaan Jembatan pelengkung Beton. Jurnal Penelitian dan
Pengembangan Jalan dan Jembatan, Vol 27, No 2.
84