Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
KEPERAWATAN GERONTIK
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Katarak menjadi penyebab kebutaan nomor satu didunia karena penyakit ini menyerang
tanpa disadari oleh penderitanya. Katarak terjadi secara perlahan-lahan. Katarak baru terasa
mengganggu setelah tiga sampai lima tahun menyerang lensa mata.
Pada tahun 2020 diperkirakan penderita penyakit mata dan kebutaan meningkat dua kali
lipat. Padahal 7,5% kebutaan didunia dapat dicegah dan diobati. Kebutaan merupakan masalah
kesehatan masyarakat dan sosial ekonomi yang serius bagi setiap negara. Studi yang
dilakukan Eye Disease evalence Research Group (2004) memperkirakan, pada 2020 jumlah
penderita penyakit mata dan kebutaan didunia akan mencapai 55 juta jiwa. Prediksi tersebut
menyebutkan, penyakit mata dan kebutaan meningkat terutama bagi mereka yang telah berumur
diatas 65 tahun. Semakin tinggi usia, semakin tinggi pula resiko kesehatan mata, WHO memiliki
catatan mengejutkan mengenai kondisi kebutaan didunia, khususnya dinegara berkembang.
Saat ini terdapat 45 juta penderita kebutaan di dunia, 60% diantaranya berada di negara
miskin atau berkembang. Ironisnya Indonesia menjadi Negara tertinggi di Asia Tenggara dengan
angka sebesar 1,5%. Menurut spesialis Mata dari RS Pondok Indah Dr Ratna Sitompul SpM,
tingginya angka kebutaan di Indonesia disebabkan usia harapan hidup orang Indonesia semakin
meningkat, Karena beberapa penyakit mata disebabkan proses penuaan. Artinya semakin banyak
jumlah penduduk usia tua, semakin banyak pula penduduk yang berpotensi mengalami
penyakit mata.
Hingga kini penyakit mata yang banyak ditemui di Indonesia adalah katarak (0,8%),
glukoma (0,2%) serta kelainan refraksi (0,14%). Katarak merupakan kelainan mata yang terjadi
karena perubahan lensa mata yang keruh. Dalam keadaan normal jernih dan tembus cahaya.
Selama ini katarak banyak diderita mereka yang berusia tua. Karena itu, penyakit ini sering
diremehkan kaum muda. Hal ini diperkuat berdasarkan data dari Departemen Kesehatan Indonsia
(Depkes) bahwa 1,5 juta orang Indonesia mengalami kebutaan karena katarak dan rata-rata
diderita yang berusia 40-55 tahun.
Penderita rata-rata berasal dari ekonomi lemah sehingga banyak diantara mereka tidak
tersentuh pelayanan kesehatan. Dan kebanyakan katarak terjadi karena proses degeneratif atau
semakin bertambahnya usia seseorang. Bahkan, dari data statistik lebih dari 90 persen orang
berusia di atas 65 tahun menderita katarak, sekitar 55 persen orang berusia 75-85 tahun daya
penglihatannya berkurang akibat katarak (Irawan, 2018)
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Katarak?
2. Apa Etiologi Katarak?
3. Apa Patofisiologi Ktarak?
4. Apa Manifestasi Klinis Katarak?
5. Bagaimana pemeriksaan penunjang Katarak?
6. Bagaimana Penatalaksanaan Katarak?
7. bagaimana Asuhan Keperawatan pada pasien Katarak
C. Tujuan Penelitian
1. Mahaiswa dapat mengetahui Pengertian Katarak
2. Mahaiswa dapat mengetahui Etiologi Katarak
3. Mahaiswa dapat mengetahui Patofisiologi Ktarak
4. Mahasiswa dapat mengetahui Manifestasi Klinis Katarak?
5. Mahaiswa dapat mengetahui pemeriksaan penunjang Katarak
6. Mahaiswa dapat mengetahui Penatalaksanaan Katarak
7. Mahaiswa dapat mengetahui Asuhan Keperawatan pada pasien Katarak
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Defenisi
Katarak menyebabkan penglihatan menjadi berkabut/buram. Katarak merupakan keadaan
patologik lensa dimana lensa menjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa atau denaturasi protein
lensa, sehingga pandangan seperti tertutup air terjun atau kabut merupakan penurunan progresif
kejernihan lensa, sehingga ketajaman penglihatan berkurang (Corwin, 20013).
Katarak adalah kekeruhan lensa. Katarak memiliki derajat kepadatan yang sangat
bervariasi dan dapat disebabkan oleh berbagi hal, tetapi biasanya berkaitan dengan penuaan
(Vaughan, 20014).
Katarak adalah opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih. Biasanya terjadi akibat
proses penuaan, tapi dapat timbul pada saat kelahiran (katarak kongenital). Dapat juga
berhubungan dengan trauma mata tajam maupun tumpul, penggunaan kortikosteroid jangka
panjang, penyakit sistemis, pemajanan radiasi, pemajanan sinar matahari yang lama, atau
kelainan mata yang lain (seperti uveitis anterior) (Smeltzer, 20013).
Katarak adalah suatu keadaan dimana lensa mata yang biasanya jernih dan bening menjadi
keruh. Asal kata katarak dari kata Yunani cataracta yang berarti air terjun. Hal ini disebabkan
karena pasien katarak seakan-akan melihat sesuatu seperti tertutup oleh air terjun didepan
matanya (Ilyas, 2006) hal 2. Jadi dapat disimpulkan, katarak adalah kekeruhan lensa yang
normalnya transparan dan dilalui cahaya ke retina, yang dapat disebabkan oleh berbagai hal
sehingga terjadi kerusakan penglihatan.
B. Etiologi Katarak
Katarak bisa disebabkan karena kecelakaan atau trauma.Sebuah benda asing yang
merusak lensa mata bisa menyebabkan katarak.Namun, katarak paling lazim mengenai orang-
orang yang sudah berusia lanjut. Biasanya kedua mata akan terkena dan sebelah mata lebih dulu
terkena baru mata yang satunya lagi.
Katarak juga bisa terjadi pada bayi-bayi yang lahir prematur atau baru mendapatkannya
kemudian karena warisan dari orang tuanya.Namun kembali lagi, katarak hanya lazim terjadi
pada orang-orang yang berusia lanjut.Coba perhatikan hewan yang berumur tua, terkadang bisa
kita melihat pengaburan lensa di matanya.Semua ini karena faktor degenerasi.
Berbagai macam hal yang dapat mencetuskan katarak antara lain (Corwin,2014):
1. Usia lanjut dan proses penuaan
2. Congenital atau bisa diturunkan.
3. Pembentukan katarak dipercepat oleh faktor lingkungan, seperti merokok atau
bahan beracun lainnya.
4. Katarak bisa disebabkan oleh cedera mata, penyakit metabolik (misalnya
diabetes) dan obat-obat tertentu (misalnya kortikosteroid).
Katarak juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor risiko lain, seperti:
1. Katarak traumatik yang disebabkan oleh riwayat trauma/cedera pada mata.
2. Katarak sekunder yang disebabkan oleh penyakit lain, seperti:
penyakit/gangguan metabolisme, proses peradangan pada mata, atau diabetes
melitus.
3. Katarak yang disebabkan oleh paparan sinar radiasi.
4. Katarak yang disebabkan oleh penggunaan obat-obatan jangka panjang, seperti
kortikosteroid dan obat penurun kolesterol.
5. Katarak kongenital yang dipengaruhi oleh faktor genetik (Admin,2009).
Katarak akan berkembang secara perlahan-lahan. Orang-orang tua yang hidup
sendiri (sedikit orang-orang disekitarnya/kurang dirawat) lebih sering terkena
katarak.Karena kebanyakan dari mereka kurang minum air atau cairan lainnya guna
menjaga peredaran darahnya tetap mengalir sebagaimana mestinya.
C. Patofisiologis
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan, berbentuk seperti
kancing baju dan mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa mengandung tiga komponen
anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus, di perifer ada korteks, dan yang mengelilingi
keduanya adalah kapsul anterior dan posterior. Dengan bertambahnya usia, nukleus mengalami
perubahan warna menjadi coklat kekuningan. Disekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di
anterior dan posterior nukleus. Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk katarak yang
paling bermakna, nampak seperti kristal salju pada jendela.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi. Perubahan
pada serabut halus multipel (zunula) yang memanjang dari badan silier ke sekitar daerah diluar
lensa, misalnya dapat menyebabkanpenglihatan mengalamui distorsi. Perubahan kimia dalam
protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan
menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa
normal terjadi disertai influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang
tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai
peran dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan
bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita katarak.
D. Jenis-Jenis Katarak
Jenis- jenis katarak menurut (Vaughan, 2015) hal 177- 181 terbagi atas :
1. Katarak terkait usia (katarak senilis)
Katarak senilis adalah jenis katarak yang paling sering dijumpai. Satu- satunya gejala adalah
distorsi penglihatan dan penglihatan yang semakin kabur.
2. Katarak anak- anak
Katarak anak- anak dibagi menjadi dua kelompok, yaitu :
a. Katarak kongenital
Yang terdapat sejak lahir atau segera sesudahnya. Banyak katarak kongenital yang
tidak diketahui penyebabnya walaupun mungkin terdapat faktor genetik, yang lain
disebabkan oleh penyakit infeksi atau metabolik, atau beerkaitan dengan berbagai sindrom.
Sejak sebelum berumur 1 tahun sudah terlihat disebabkan oleh infeksi virus yang
dialami ibu pada saat usia kehamilan masih dini (Farmacia, 2009). Katarak kongenital
adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera setelah lahir dan bayi berusia kurang
dari 1 tahun. Katarak kongenital merupakan penyebab kebutaan pada bayi yang cukup
berarti terutama akibat penanganannya yang kurang tepat.
Katarak kongenital sering ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu yang
menderita penyakit rubela, galaktosemia, homosisteinuri, toksoplasmosis, inklusi
sitomegalik, dan histoplasmosis, penyakit lain yang menyertai katarak kongenital biasanya
berupa penyakit-penyakt herediter seperti mikroftlmus, aniridia, koloboma iris, keratokonus,
iris heterokromia, lensa ektopik, displasia retina, dan megalo kornea. Untuk mengetahui
penyebab katarak kongenital diperlukan pemeriksaan riwayat prenatal infeksi ibu seperti
rubela pada kehamilan trimester pertama dan pemakainan obat selama kehamilan. Kadang-
kadang terdapat riwayat kejang, tetani, ikterus, atau hepatosplenomegali pada ibu hamil.
Bila katarak disertai uji reduksi pada urine yang positif, mungkin katarak ini terjadi akibat
galaktosemia. Sering katarak kongenital ditemukan pada bayi prematur dan gangguan sistem
saraf seperti retardas imental.
Pemeriksaan darah pada katarak kongenital perlu dilakukan karena ada hubungan
katarak kongenital dengan diabetes melitus, fosfor, dan kalsium. Hampir 50 % katarak
kongenital adalah sporadik dan tidak diketahui penyebabnya. Pada pupil bayi yang
menderita katarak kongenital akan terlihat bercak putih atau suatu leukokoria.
b. Katarak didapat
Yang timbul belakangan dan biasanya terkait dengan sebab-sebab spesifik. Katarak didapat
terutama disebabkan oleh trauma, baik tumpul maupun tembus. Penyyebab lain adalah
uveitis, infeksi mata didapat, diabetes dan obat
3. Katarak Senil
Setelah usia 50 tahun akibat penuaan. Katarak senile biasanya berkembang lambat selama
beberapa tahun, Kekeruhan lensa dengan nucleus yang mengeras akibat usia lanjut yang
biasanya mulai terjadi pada usia lebih dari 60 tahun. (Ilyas, Sidarta: Ilmu Penyakit Mata, ed.
3). Katarak Senil sendiri terdiri dari 4 stadium, yaitu:
a. Stadium awal (insipien).
Pada stadium awal (katarak insipien) kekeruhan lensa mata masih sangat minimal, bahkan
tidak terlihat tanpa menggunakan alat periksa. Pada saat ini seringkali penderitanya tidak
merasakan keluhan atau gangguan pada penglihatannya, sehingga cenderung diabaikan.
Kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeriji menuju korteks anterior dan posterior (
katarak kortikal ). Vakuol mulai terlihat di dalam korteks. Katarak sub kapsular posterior,
kekeruhan mulai terlihat anterior subkapsular posterior, celah terbentuk antara serat lensa
dan dan korteks berisi jaringan degenerative(benda morgagni)pada katarak insipient
kekeruhan ini dapat menimbulkan poliopia oleh karena indeks refraksi yang tidak sama pada
semua bagian lensa. Bentuk ini kadang-kadang menetap untuk waktu yang lama. (Ilyas,
Sidarta : Katarak Lensa Mata Keruh, ed. 2,).
b. Stadium imatur.
Pada stadium yang lebih lanjut, terjadi kekeruhan yang lebih tebal tetapi tidak atau belum
mengenai seluruh lensa sehingga masih terdapat bagian-bagian yang jernih pada lensa. Pada
stadium ini terjadi hidrasi kortek yang mengakibatkan lensa menjadi bertambah cembung.
Pencembungan lensa akan mmberikan perubahan indeks refraksi dimana mata akan menjadi
mioptik. Kecembungan ini akan mengakibatkan pendorongan iris kedepan sehingga bilik
mata depan akan lebih sempit.( (Ilyas, Sidarta : Katarak Lensa Mata Keruh, ed. 2,).
c. Stadium matur.
Bila proses degenerasi berjalan terus maka akan terjadi pengeluaran air bersama-sama hasil
desintegrasi melalui kapsul. Didalam stadium ini lensa akan berukuran normal. Iris tidak
terdorong ke depan dan bilik mata depan akan mempunyai kedalaman normal kembali.
Kadang pada stadium ini terlihat lensa berwarna sangat putih akibatperkapuran menyeluruh
karena deposit kalsium ( Ca ). Bila dilakukan uji bayangan iris akan terlihat negatif.( Ilyas,
Sidarta : Katarak Lensa Mata Keruh, ed. 2,).
d. Stadium hipermatur.
Katarak yang terjadi akibatkorteks yang mencair sehingga masa lensa ini dapat keluar
melalui kapsul. Akibat pencairan korteks ini maka nukleus "tenggelam" kearah bawah (jam
6)(katarak morgagni). Lensa akan mengeriput. Akibat masa lensa yang keluar kedalam bilik
mata depan maka dapat timbul penyulit berupa uveitis fakotoksik atau galukoma fakolitik
(Ilyas, Sidarta : Katarak Lensa Mata Keruh, ed. 2,).
4. Katarak traumatik
Katarak traumatik paling sering disebabkan oleh cedera benda asing di lensa atau trauma
tumpul terhadap bola mata. Lensa menjadi putih segera setelah masuknya benda asing
karena lubang pada kapsul lensa menyebabkan humor aqueus dan kadang- kadang korpus
vitreum masuk kedalam struktur lensa.
5. Katarak komplikata
Katarak komplikata adalah katarak sekunder akibat penyakit intraokular pada fisiologi lensa.
Katarak biasanya berawal didaerah sub kapsul posterior dan akhirnya mengenai seluruh
struktur lensa. Penyakit-penyakit intraokular yang sering berkaitan dengan pembentukan
katarak adalah uveitis kronik atau rekuren, glaukoma, retinitis pigmentosa dan pelepasan
retina.
6. Katarak akibat penyakit sistemik
Katarak bilateral dapat terjadi karena gangguan- gangguan sistemik berikut: diabetes
mellitus, hipoparatiroidisme, distrofi miotonik, dermatitis atropik, galaktosemia, dan
syndrome Lowe, Werner atau Down.
7. Katarak toksik
Katarak toksik jarang terjadi. Banyak kasus pada tahun 1930-an sebagai akibat penelanan
dinitrofenol (suatu obat yang digunakan untuk menekan nafsu makan). Kortokosteroid yang
diberikan dalam waktu lama, baik secara sistemik maupun dalam bentuk tetes yang dapat
menyebabkan kekeruhan lensa.
8. Katarak ikutan
Katarak ikutan menunjukkan kekeruhan kapsul posterior akibat katarak traumatik yang
terserap sebagian atau setelah terjadinya ekstraksi katarak ekstrakapsular
9. Katarak juvenil
Katarak yang lembek dan terdapat pada orang muda yang mulai terbentuk nya pada usia
kurang dari 9 tahun dan lebih dari 3 bulan. Katarak juvenil biasanya merupakan kelanjutan
katarak kongenital. Katarak juvenil biasanya merupakan penyulit penyakit sistemik ataupun
metabolik dan
10. Katarak intumesen
Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa degenerative yang menyerap air.
Masuknya air ke dalam celah lensa disertai pembengkakan lensa menjadi bengkak dan besar
yang akan mendorong iris sehingga bilik mata menjadi dangkal dibanding dengan keadaan
normal. Pencembungan lensa ini akan dapat memberikan penyulit glaucoma.
Katarak intumesen biasanya terjadi pada katarak yang berjalan cepat dan mengakibatkan
miopi lentikularis. Pada keadaan ini dapat terjadi hidrasi korteks hingga akan mencembung
dan daya biasnya akan bertambah, yang meberikan miopisasi. Pada pemeriksaan slitlamp
terlihat vakuol pada lensa disertai peregangan jarak lamel serat lensa.
A. Pengkajian
Dalam melakukan asuhan keperawatan, pengkajian merupakan dasar utama dan hal yang
penting di lakukan baik saat pasien pertama kali masuk rumah sakit maupun selama pasien
dirawat di rumah sakit.
1. Biodata
Identitas klien : nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/ bangsa,
pendidikan, pekerjaan, alamat dan nomor register.
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Penurunan ketajaman penglihatan dan silau.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat kesehatan pendahuluan pasien diambil untuk menemukan masalah primer
pasien, seperti: kesulitan membaca, pandangan kabur, pandangan ganda, atau
hilangnya daerah penglihatan soliter. Perawat harus menemukan apakah masalahnya
hanya mengenai satu mata atau dua mata dan berapa lama pasien sudah menderita
kelainan ini. Riwayat mata yang jelas sangat penting. Apakah pasien pernah
mengalami cedera mata atau infeksi mata, penyakit apa yang terakhir diderita pasien.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Eksplorasi keadaan atau status okuler umum pasien. Apakah ia mengenakan
kacamata atau lensa kontak?, apakah pasien mengalami kesulitan melihat (fokus)
pada jarak dekat atau jauh?, apakah ada keluhan dalam membaca atau menonton
televisi?, bagaimana dengan masalah membedakan warna atau masalah dengan
penglihatan lateral atau perifer?
d. Riwayat kesehatan keluarga
Adakah riwayat kelainan mata pada keluarga derajat pertama atau kakek-nenek.
3. Pemeriksaan fisik
Pada inspeksi mata akan tampak pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil
sehingga retina tak akan tampak dengan oftalmoskop (Smeltzer, 2002). Katarak terlihat
tampak hitam terhadap refleks fundus ketika mata diperiksa dengan oftalmoskop direk.
Pemeriksaan slit lamp memungkinkan pemeriksaan katarak secara rinci dan identifikasi
lokasi opasitas dengan tepat. Katarak terkait usia biasanya terletak didaerah nukleus,
korteks, atau subkapsular. Katarak terinduksi steroid umumnya terletak di subkapsular
posterior. Tampilan lain yang menandakan penyebab okular katarak dapat ditemukan,
antara lain deposisi pigmen pada lensa menunjukkan inflamasi sebelumnya atau kerusakan
iris menandakan trauma mata sebelumnya (James, 2005).
4. Perubahan pola fungsi
Data yang diperoleh dalam kasus katarak, menurut (gordon) adalah sebagai berikut :
a. Persepsi tehadap kesehatan
Bagaimana manajemen pasien dalam memelihara kesehatan, adakah kebiasaan merokok,
mengkonsumsi alkohol,dan apakah pasien mempunyai riwayat alergi terhadap obat,
makanan atau yang lainnya.
b. Pola aktifitas dan latihan
Bagaimana kemampuan pasien dalam melakukan aktifitas atau perawatan diri, dengan skor
: 0 = mandiri, 1= dibantu sebagian, 2= perlu bantuan orang lain, 3= perlu bantuan orang
lain dan alat, 4= tergantung/ tidak mampu. Skor dapat dinilai melalui : Aktifitas 0 1 2 3 4
c. Pola istirahat tidur
Berapa lama waktu tidur pasien, apakah ada kesulitan tidur seperti insomnia atau masalah
lain. Apakah saat tertidur sering terbangun.
d. Pola nutrisi metabolik
Adakah diet khusus yang dijalani pasien, jika ada anjuran diet apa yang telah diberikan.
Kaji nafsu makan pasien sebelum dan setelah sakit mengalami perubahan atau tidak,
adakah keluhan mual dan muntah, adakah penurunan berat badan yang drastis dalam 3
bulan terakhir.
e. Pola eliminasi
Kaji kebiasaan BAK dan BAB pasien, apakah ada gangguan atau kesulitan. Untuk BAK
kaji warna, bau dan frekuensi sedangkan untuk BAB kaji bentuk, warna, bau dan frekuensi.
f. Pola kognitif perseptual
Status mental pasien atau tingkat kesadaran, kemampuan bicara, mendengar, melihat,
membaca serta kemampuan pasien berinteraksi. Adakah keluhan nyeri karena suatu hal,
jika ada kaji kualitas nyeri.
g. Pola konsep diri
Bagaimana pasien mampu mengenal diri dan menerimanya seperti harga diri, ideal diri
pasien dalam hidupnya, identitas diri dan gambaran akan dirinya.
h. Pola koping
Masalah utama pasien masuk rumah sakit, cara pasien menerima dan menghadapi
perubahan yang terjadi pada dirinya dari sebelum sakit hingga setelah sakit.
i. Pola seksual reproduksi
Pola seksual pasien selama di rumah sakit, menstruasi terakhir dan adakah masalah saat
menstruasi.
j. Pola peran hubungan
Status perkawinan pasien, pekerjaan, kualitas bekerja, sistem pendukung dalam
menghadapi masalah, dan bagaiman dukungan keluarga selama pasien dirawat di rumah
sakit.
A. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan persepsi sensori-perseptual penglihatan b.d Gangguan penerimaan sensori/status
organ indera ditandai dengan menurunnya ketajaman.
2. Ansietas b.d Perubahan pada status kesehatan.
3. Kurang pengetahuan b.d Kurang informasi tentang penyakit
4. Nyeri b.d Luka pasca operasi.
5. Resiko tinggi terhadap cidera b.d Keterbatasan penglihatan.
6. Risiko infeksi b.d Prosedur invansif ( operasi katarak )
7. Resiko ketidakefektifan penatalaksanaan regimen terapeutik b.d kurang pengetahuan,
kurang sumber pendukung.
B. Intervensi Keperawatan
DX
NO NOC NIC
Keperawatan
1 Gangguan persepsi sensori- Setelah dilakukan tindakan NEUROLOGIK MONITORING :
perseptual keperawatan selama ..........x 24 1. Monitor tingkat neurologis
penglihatan b.d Gangguan jam, diharapakan gangguan 2. Monitor fungsi neurologis klien
penerimaan sensori/status organ persepsi sensori teratasi. 3. Monitor respon neurologis
indera ditandai Kriteria hasil: Sensori function : 4. Monitor reflek-reflek meningeal
dengan menurunnya ketajaman vision 5. Monitor fungsi sensori dan persepsi : penglihatan,
1. Menunjukan tanda dan penciuman, pendengaran, pengecapan, rasa
gejala persepsi dan sensori 6. Monitor tanda dan gejala penurunan neurologis klien
baik : penglihatan baik. EYE CARE :
2. Mampu mengungkapkan 1. Kaji fungsi penglihatan klien
fungsi persepsi dan sensori 2. Jaga kebersihan mata
dengan tepat 3. Monitor penglihatan mata
4. Monitor tanda dan gejala kelainan penglihatan
5. Monitor fungsi lapang pandang, penglihatan, visus klien
MONITORING VITAL SIGN :
1. Monitor TD, Suhu, Nadi dan pernafasan klien
2. Catat adanya fluktuasi TD
3. Monitor vital sign saat pasien berbaring, duduk atau
berdiri
4. Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan
5. Monitor TD, Nadi, RR sebelum dan setelah aktivitas
6. Monitor kualitas Nadi
7. Monitor frekuensi dan irama pernafasan
8. Monitor suara paru
9. Monitor pola pernafasan abnormal
10. Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
11. Monitor sianosis perifer
12. Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang
melebar, brakikardi, peningkatan sistolik)
2 Ansietas b.d Perubahan pada status NOC NIC
kesehatan. · Anxiety self-control Anxiety Reduction (penurunan kecemasan)
· Anxiety level 1. Gunakan pendekatan yang menenangkan
· Coping 2. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien
Kriteria Hasil : 3. Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan
1. Klien mampu mengidentifikasi selama prosedur
dan mengungkapkan gejala 4. Pahami prespektif pasien terhadap situasi stres
cemas. 5. Temani pasien untuk memberikan keamanan dan
2. Mengidentifikasi, mengurangi takut
mengungkapkan dan 6. Dorong keluarga untuk menemani anak
menunjukkan tehnik untuk 7. Lakukan back / neck rub
mengontol cemas. 8. Dengarkan dengan penuh perhatian
3. Vital sign dalam batas normal. 9. Identifikasi tingkat kecemasan
4. Postur tubuh, ekspresi wajah, 10. Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan
bahasa tubuh dan tingkat kecemasan
aktivfitas menunjukkan 11. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan,
berkurangnya kecemasan. ketakutan, persepsi
12. Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi
13. Berikan obat untuk mengurangi kecemasan
3 Kurang pengetahuan b.d Kurang NOC NIC
informasi tentang penyakit · Knowledge : Disease Process Teaching : Disease Proses
· Knowledge : Health Hehavior 1. Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien
tentang proses penyakit yang spesifik
Kriteria Hasil : 2. Jelaskan patofisiologidari penyakit dan bagaimana hal
1. Pasien dan keluarga ini berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan
menyatakan pemahaman cara yang tepat.
tentang penyakit, kondisi, 3. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada
prognosis, dan program penyakit, dengan cara yang tepat
pengobatan 4. Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara yang
2. Pasien dan keluarga mampu tepat
melaksakan prosedur yang 5. Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi,
dijelaskan secara benar dengan cara yang tepat
3. Pasien dan keluarga mampu 6. Hindari jaminan yang kosong
menjelaskan kembali apa 7. Sediakan bagi keluarga atau SO informasi tentang
yang dijelaskan perawat/tim kemajuan pasien dengan cara yang tepat
kesehatan lainnya 8. Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin
diperlukan untuk mencegah komplikasi dimasa yang akan
datang dan ata proses pengontrolan penyakit
9. Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
10. Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan
second opinion dengan cara yang tepat atau diindikasikan
11. Rujuk pasien pada grup atau agensi di komunitas local,
dengan cara yang tepat
12. Intruksikan pasien mengenal tanda dan gejala untuk
melaporkan pada pemberi perawatan kesehatan, dengan
cara yang tepat
4 Nyeri b.d Luka pasca operasi. NOC : NIC :
· Pain Level, 1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
· pain control, termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
· comfort level kualitas dan faktor presipitasi
Setelah dilakukan tinfakan 2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
keperawatan selama …. Pasien 3. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan
tidak mengalami nyeri, dengan menemukan dukungan
kriteria hasil: 4. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri
1. Mampu mengontrol nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
(tahu penyebab nyeri, 5. Kurangi faktor presipitasi nyeri
mampu menggunakan 6. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan
tehnik nonfarmakologi intervensi
untuk mengurangi nyeri, 7. Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas dala,
mencari bantuan) relaksasi, distraksi, kompres hangat/ dingin
2. Melaporkan bahwa nyeri 8. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
berkurang dengan 9. Tingkatkan istirahat
menggunakan manajemen 10. Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri,
nyeri berapa lama nyeri akan berkurang dan antisipasi
3. Mampu mengenali nyeri ketidaknyamanan dari prosedur
(skala, intensitas, frekuensi 11. Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian
dan tanda nyeri) analgesik pertama kali
4. Menyatakan rasa nyaman
setelah nyeri berkurang
5. Tanda vital dalam rentang
normal
6. Tidak mengalami gangguan
tidur
5 Resiko tinggi terhadap cidera NOC NIC
b.d Keterbatasan penglihatan. · Risk Kontrol Environment Management (Manajemen lingkungan)
Kriteria Hasil : 1. Sediakan Iingkungan yang aman untuk pasien
1. Klien terbebas dari cedera 2. Identifikasi kebutuhan keamanan pasien, sesuai dengan
2. Klien mampu menjelaskan kondisi fisik dan fungsi kognitif pasien dan riwayat
cara/metode untuk penyakit terdahulu pasien
mencegah injury/cedera 3. Menghindarkan lingkungan yang berbahaya (misalnya
3. Klien mampu menjelaskan memindahkan perabotan)
faktor resiko dari 4. Memasang side rail tempat tidur
lingkungan/perilaku 5. Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih
personal 6. Menempatkan saklar lampu ditempat yang mudah dijangkau
4. Mampu memodifikasi gaya pasien.
hidup untuk mencegah 7. Membatasi pengunjung
injury 8. Menganjurkan keluarga untuk menemani pasien.
5. Menggunakan fasilitas 9. Mengontrol lingkungan dari kebisingan
kesehatan yang ada 10. Memindahkan barang-barang yang dapat membahayakan
6. Mampu mengenali 11. Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga atau
perubahan status kesehatan pengunjung adanya perubahan status kesehatan dan
penyebab penyakit.
3.1. PENGKAJIAN
Nama : Tn.P
Alamat : Binjai
Telp : -
Suku : Jawa
Agama : Islam
Pendidikan : -
Alamat : Binjai
mengantarkan kepanti sosial, dikarenakan tidak ada yang merawat Tn, P dirumah.Anak
tinggal di panti sosial Tn.P menikah lagi dengan Ny,S yang mana mereka bertemu dipanti
sosial tersebut dan mereka pun tinggal bersama di wisma Matahari, tetapi Tn.P
mengatakan kalau dia hidup bersama dengan Ny.S hanya sekitar 5 tahun. Karena Tn.P
keluarga telah meninggal dunia pada umur 100 tahun akibat kelumpuhan dan serangan
Saat ini Tn.P tidak bekerja, sebelum tinggal di panti sosial Tn.P bekerja
sebagai petani dan kadang - kadang Tn.P pun berjualan tape untuk memenuhi
kebutuhannya sehari - hari. Dan setelah tinggal di panti, Tn.P tidak lagi sanggup untuk
Tn.P tinggal bersama anak dan menantunya, yang mana rumah terbuat dari
bambu dan atap dari rumbia, Rumah Tn.P tidak bertingkat, dan didalam rumah terdapat
dua kamar. Adapun jumlah orang yang ada di rumah Tn.P tersebut adalah 11 orang, yang
mana 8 orang adalah cucu dari Tn.P dan 2 lagi adalah anak dan menantu dari An.S
sendiri. Tetangga terdekat Tn.P adalah Ny. A yang selalu membantu dikala Tn.P
mengalami kesulitan.
Bila Tn.P sakit, Tn.P berobat ke klinik yang tidak jauh dari tempat tinggal jauh.
3.1.7. Deskripsi hasil khusus (termasuk kebiasaan waktu tidur)
Sebelum tiggal dipanti, Tn,P tidak mempunyai kegiatan atau kebiasaan waktu
tidur. Setelah tinggal dipanti Tn,P tidur malam ± 7 - 8 jam dan siangnya Tn.P
menghabiskan waktunya untuk tidur dikamar dan akan bangun kalau waktu makan saja.
Sejak satu tahun lalu Tn.P mengeluh nyeri di daerah kepala dan dada. Tn.
Pmengalami sakit ini sudah satu tahun ini, dulunya Tn.P tidak tahu kenapa dia terus
mengalami pusing dan dadanya terasa sesak, tapi setelah Tn.p berobat di klinik baru
Tn.Ptahu kalau Tn.P sakit hipertensi. Biasanya Tn.P mengonsumsi captopril 12, 5 mg
2x1 dan kalau sakit dadanya kumat Tn.P mengkonsumsi neo napacin tablet 1x dalam
sehari.
Tn.P tidak pernah di imunisasi, danTn.P tidak ada riwayat alergi, baik alergi
terhadap obat maupun makanan.Tn.P makan 3x sehari dengan ½ porsi, Tn. P mempunyai
berat badan : 50 kg, Tn.P tidak punya masalah dalam mengkonsumsi makanan.
Tn.P tidak mempunyai penyakit pada masa anak - anak, dan tidak pernah di
rawat di rumah sakit. Tetapi Tn.P mengatakan kalau Tn.P pernah mengalami trauma yang
mana waktu usia 18 tahun mata Tn.P terkena batang padi, sehingga menyebabkan Tn.P
tidak bisa melihat sampai sekarang. Dan Tn.P juga mengatakan sewaktu terjadinya
kejadian itu, Tn.P tidak langsung berobat, karena pada waktu itu menurut keteranganTn.P
belum ada layanan kesehatan, jadi mata Tn.P hanya di obati dengan obat kampung saja.
3.1.11. Pemeriksaan Fisik
a. Vital sign
TD : 190/100 Mmhg
RR : 28 x/i
Pols : 84 x/i
Temp : 36 c
b. Pemeriksaan lain
Kepala
Bentuk kepala Tn.P bulat, kulit kepala tidak terlalu bersih, rambut acak - acakan
dengan warna rambut putih, dikepala terdapat ketombe dan bau yang khas.Dan
Tn.P juga mengaku sering mengalami sakit dan gatal pada kulit kepala.
Mata
hanya satu yang bisa melihat. Hal itu dikarenakan adanya trauma yang terjadi pada
dengan baik.
Fungsi penglihatan : terganggu karena adanya kekeruhan lensa pada mata sebelah
kanan dan mata sebelah kirinya tidak bisa melihat dengan baik dikarenakan usia
lanjut.
Telinga
Pendengaran Tn.Ptidak lagi berfungsi dengan baik, Tn.P tidak bisa mendengar
detak jarum jam, serumen ada dalam batas normal. Di dalam telinga Tn.P tidak ada
keluar cairan maupun peradangan. Dan Tn.P juga tidak menggunakan alat bantu
pendengaran.
Fungsi pendengaran : tidak terlalu baik, karna Tn.P tidak lagi bisa mendengar
Hidung
Tn.P dapat mencium dengan baik. Didalam hidung tidak terdapat polip dan tidak
ada obstruksi didalam hidung. Dan didalam hidung Tn.P juga tidak ditemukan
Fungsi Penciuman : baik, karna Tn.P masih bisa mencium dengan baik.
Mulut
Rongga mulut terlihat kotor kering dan pucat. Gigi Tn.P hanya tinggal 3 batang itu
pun tinggal separuh karena habis keropos, lidah terlihat agak kotor dan pucat. Tn.P
mengalami perubahan suara. Suara sesak, dan Tn.P mengalami kesulitan menelan.
Fungsi pengecapan : terganggu karna Tn.P sulit untuk mengunyah dikarenakan gigi
yang semakin lama semakin habis keropos dan adanya karies pada gigi Tn.P
Leher
Pada leher Tn.Ptidak dijumpai pembengkakan pada kelenjar tyroid. Nyeri tidak ada,
Payudara
Ukuran dan bentuk payudara Tn.P normal. Dan tidak ditemukan adanya kelainan
pada payudara Tn.P Dan pada payudara Tn.P juga tidak ditemukan adanya benjolan
dan pembengkakan serta tidak ada keluar cairan dari putting susu.
Pernapasan
Kardiovaskuler
Tn.P sering mengalami nyeri dan ketidaknyaman pada dada, Tn.P sering
mengalami sesak nafas, dan jika sesak nafasnya kumat Tn.P meminum neo
napacin 1x dalam sehari. Sedangkan didaerah kaki, Tn.P tidak lagi dapat berjalan
dengan baik, Tn.P berjalan bungkuk dan terdapat perubahan warna kaki pada Tn.P
Gastrointestinal
Tn.Pjuga mengatakan kalau dia sering mengalami nyeri pada ulu hati.
Musculoskeletal
masalah dengan cara berjalan. Tn.P masih bisa berjalan sendiri tanpa
Tn.P mengaku sering mengalami sakit kepala, tetapi Tn.P mengatakan kalau
dirinya belum pernah mengalami kejang dan serangan jantung. Karena semakin
meningkatnya usia maka Tn.P mengalami masalah pada memorinya, sehingga Tn.P
Sistem endokrin
Tn.P mengalami perubahan pada tekstur kulit, turgor kulit lambat kembali jika
diberi respon, dan Tn.P juga menagalami perubahan pada rambut, rambut Tn.P
Integument
Tn.P mengaku sering mengalami gatal - gatal pada kulitnya, itu dikarenakan karena
Tn.P tidak sepenuhnya bisa menjaga kebersihan dirinya, sehingga kulitnya sering
Psikososial
Tn.P mengatakan cemas akan setiap hari - hari yang dilaluinya, Tn.P juga mengaku
kalau dia sering menangis jika mengingat akan jalan hidupnya. Dan Tn.P juga
lensa mata
2. Ansietas b/d kurang pengetahuan tentang proses penyakit d/d Nadi meningkat,
tekanan darah meningkat, wajah tampak gelisah, wajah murung dan sering melamun.
3. Gangguan perawatan diri b/d Penurunan fungsi penglihatan d/d Klien tidak dapat
banyak bergerak, kondisi tubuh tidak rapi dan tampak acak - acakan.
4. Nyeri b/d luka dimata d/d Wajah meringis menahan sakit, klien berusaha memegang
daerah mata.
3.4 Catatan Perkembangan
Pada bab ini penulis akan membahas kesenjangan – kesenangan yang penulis
jumpai antara tinjauan teoritis dan tinjauan kasus pada Asuhan Keperawatan Pada Tn.P
Dengan Gangguan Sistem Penglihatan Katarak diWisma Matahari UPT Pelayanan Lanjut
Usia dan Balita Wilayah Binjai - Medan. Selanjutnya penulis akan memaparkan
4.1 Pengkajian
mengumpulkan data atau informasi, mengenai status kesehatan pasien ataupun data lain
tentang penulisan, di perlukan dalam penyusunan studi kasus ini penulis mendapat
bantuan penuh dari pasien, perawat, dan dokter yang merawat pasien atau tim terkait.
kepustakaan yang ada penulis menemukan 4 diagnosa keperawatan pada kasus dengan
kehilangan vitreous.
2. Resiko tinggi terhadap infeksi b/d prosedur invasif (bedah pengangkatan katarak).
kognitif.
lensa mata
2. Ansietas b/d kurang pengetahuan tentang proses penyakit d/d Nadi meningkat,
tekanan darah meningkat, wajah tampak gelisah, wajah murung dan sering melamun.
3. Gangguan perawatan diri b/d Penurunan fungsi penglihatan d/d Klien tidak dapat
banyak bergerak, kondisi tubuh tidak rapi dan tampak acak - acakan.
4.3 Perencanaan
Dalam tahap perencanaan ini penulis membuat asuhan asuhan keperawatan yang
teritik tolak pada perrmasalahan yang terjadi setelah msalah keperawatan di tetapkan
sesuai dengan prioritas masalah maka langkah selanjutnya adalah merumuskan tinjauan
berdasarkan hasil yang ingin dicapai agar tindakan yang di yang dilakukan perlu
karenakan adanya kerja sama yang baik antara anggota tim kesehatan dan orang -orang
disekitar klien.
4.4. Pelaksanaan
untuk dikerjakan dalam rangka menolong pasien. Faktor yang mendukung adalah pasien
mau bekerja sama dalam menerapkan asuhan keperawatan yang dibuat oleh perawat.
Dalam hal ini penulis bekerja sama dengan tim kesehatan lain dan berpartisipasi
aktif bersama pasien, selama penulis melakukan tindakan keperawatan penulis juga
4.5 Evaluasi
memenuhi kebutuhan pasien. Tahap evaluasi ini merupakan tahap keberhasilan dalam
menggunakan proses keperawatan dalam pelaksanaan tindakan. Dalam tahap ini penulis
tidak menemukan hambatan karna hasil yang diharapkan dapat d lihat dengan jelas semua
A. Kesimpulan
Katarak menjadi penyebab kebutaan nomor satu didunia karena penyakit ini menyerang
tanpa disadari oleh penderitanya. Katarak terjadi secara perlahan-lahan. Katarak baru terasa
mengganggu setelah tiga sampai lima tahun menyerang lensa mata.
Penderita rata-rata berasal dari ekonomi lemah sehingga banyak diantara mereka tidak
tersentuh pelayanan kesehatan. Dan kebanyakan katarak terjadi karena proses degeneratif atau
semakin bertambahnya usia seseorang. Bahkan, dari data statistik lebih dari 90 persen orang
berusia di atas 65 tahun menderita katarak, sekitar 55 persen orang berusia 75-85 tahun daya
penglihatannya berkurang akibat katarak (Irawan, 2008)
B. Saran
Karena katarak merupakan penyebab kebutaan nomor satu di dunia, maka asuhan
keperawatan pada pasien katarak harus di lakukan dengan profesional. Tenaga keperawatan
harus menjaga agar pasien katarak tidak sampai buta.
DAFTAR PUSTAKA