Beban Likuidasi
Beban Likuidasi
Proses likuidasi biasanya dimulai dengan menjadwalkan aset dan liabilitas persekutuan yang
telah diketahui. Nama dan alamat kreditor serta jumlah yang terutang dari masing-masing
pihak harus dicatat. Sebagaimana umumnya terjadi, kreditor yang belum terjadwal akan
diketahui selama proses likuidasi. Proses likuidasi juga melibatkan beberapa beban seperti
biaya hukum dan akuntansi tambahan. Persekutuan juga menanggung biaya pelepasan usaha,
seperti biaya iklan khusus dan biaya mencari agen penjual peralatan yang khusus. Beban ini
dialokasikan ke akun modal para sekutu dalam rasio distribusi laba dan rugi.
Ilustrasi berikut ini menyajikan likuidasi yang dilakukan oleh Persekutuan ABC dengan para
sekutu yang terdiri dari Aldi, Bayu dan Citra, pada 1 Mei 20X5. Pada tahun 20X4, mereka
menyesuaikan presentase distribusi laba rugi berdasarkan besarnya peran masing-masing
sekutu. Hasil penyesuaian distribusi laba rugi tersebut adalah: Aldi, 40%, Bayu, 40%, dan
Citra 20%. Ringkasan neraca saldo perusahaan pada tanggal 1 Mei 20X5, pada saat para
sekutu memutuskan untuk melikuidasi usaha, adalah sebagai berikut.
Persekutuan ABC
Neraca Saldo
1 Mei 20X5
Kas Rp 10.000.000
Aset Nonkas 90.000.000
Liabilitas Rp 42.000.000
Modal, Aldi (40%) 34.000.000
Modal, Bayu (40%) 10.000.000
Modal, Citra (20%) 14.000.000
Total Rp 100.000.000 Rp 100.000.000
Persamaan dasar akuntansi, Aset – Liabilitas = Ekuitas Pemilik, dapat digunakan dalam
akuntansi persekutuan. Dalam kasus ini, ekuitas pemilik adalah jumlah akun modal sekutu
sebagai berikut.
Aset- Liabilitas = Ekuitas Pemilik
Tiga kasus berikut ini menunjukkan konsep likuidasi perssekutuan yang digunakan secara
umum. Masing-masing dimulai dengan neraca saldo Persekutuan ABC per tanggal 1 Mei
20X5. Jumlah kas yang direalisasikan dari penghapusan aset nonkas berbeda untuk masing-
masing dari ketiga kasus ini dan pengaruh realisasi yang berbeda tersebut dijadikan dalam
laporan realisasi dan likuidasi persekutuan untuk setiap kasus.
Kasus 1. Persekutuan Solven dan Tidak Ada Defisit dalam Akun Modal Sekutu
Aset nonkas dijual dengan harga Rp 80.000.000pada tanggal1 Mei 20X5 dengan kerugian
sebesar Rp 10.000.000. Kreditor persekutuan dibayar sebesar Rp 42.000.000 pada tanggal 20
Mei dan sisa kas sebesar Rp 48.000.000 didistribusikan kepada para sekutu pada tanggal 30
Mei 20X5.
Laporan realisasi dan likuidasi untuk Kasus 1disajikan dalam figur 16-1. Perhatikan bahwa
tanda kurung digunakan untuk mengindikasikan jumlah kredit dalam kertas kerja yang
digunakan dalam bab ini. Laporan ini hanya berisi akun laporan posisi keuangan di setiap
kolom, dengan semua aset nonkas disajikan bersamaan dalam satu akun. Pada saat unit usaha
melakukan likuidasi, hanya akun laporan posisi keuangan yang merupakan akun relevan;
sedangkan laporan laba rugi adalah untuk keberlangsungan usaha. Proses likuidasi disajikan
berdasarkan urutan kejadian dalam baris-baris kertas kerja. Jadi, kertas kerja mencakup
seluruh proses realisasi dan likuidasi serta merupakan dasar ayat jurnal untuk mencatat
proseslikuidasi.
1. Saldo sebelum likuidasi diperoleh dari neraca saldo pada tanggal 1 Mei 20X5.
2. Kerugian sebesar Rp 10.000.000 didistribusikan langsung kepada akun modal para
sekutu.
3. Kreditor, termasuk sekutu individu yang telah memberikan pinjaman kepada
persekutuan, dibayarkan sebelum kas didistribusikan kepada para sekutu.
4. Pembayaran kepada para sekutu dilakukan dengan saldo kredit modal.
5. Saldo pascalikuidasi sebesar nol, yang menandakan bahwa seluruh akun telah ditutup
dan persekutuan benar-benar telah dilikuidasi dan dihentikan sepenuhnya.
FIGUR 16-1
Kasus 1. Persekutuan Solven; Tidak Terdapat Defisit dalam Akun Modal Sekutu
Defisit dalam akun modal sekutu dapat terjadi jika saldo kredit pada akun modal sekutu
terlampau rendah untuk dapat menanggung bagian kerugian. Defisit modal dapat terjadi
kapan saja selama proses likuidasi. Defisit tersebut dapat diatasi melalui salah satu dari dua
cara berikut.
1. Para sekutu menginvestasikan kas atau aset lain untuk mengeliminasikan defisit
modal.
2. Defisit modal sekutu didistribusikan kepada sekutu yang lain berdasarkan rasio
pembagian laba dan rugi yang dihasilkan.
Pendekatan yang digunakan bergantung pada kondisi solvensi sekutu yang mengalami defisit
modal. Seorang sekutu yang secara pribadi masih solven dan memiliki kekayaan bersih untuk
mengeliminasikan defisit modal harus melakukan investasi tambahan pada persekutuan untuk
menutupi defisit tersebut. Di sisi lain, jika sekutu tersebut secara pribadi insolven-yaitu
liabilitas pribadi melebihi aset pribadinya-maka sekutu yang lain mennaggung difisit sekutu
yang insolven dengan mengalokasikannya ke dalam akun modal masing-masing sesuai
dengan rasio pembagian laba dan rugi yang dihasilkan.
Bayu secara pribadi insolven;sedangkan Aldi dan Citra secara pribadi masih solven.