Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH TENTANG

ORGANISASI LEMBAGA KEPENDIDIKAN

DOSEN PEMBIMBING :

ELY SYAFITRI,S.Pd, M.Pd

DISUSUN OLEH:

TASYA JUNIANTI (18051007)

NUR MALINDA (18051012)

SEMESTER: III A

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS ASAHAN

TA. 2019/2020
KATA PENGANTAR

Tidak ada kata lain yang lebih utama untuk kami ucapkan selain puji dan syukur kepada
Allah SWT yang telah memberikan rahmat, karunia dan hidayah-Nya. Sehingga kami bisa
menyelesaikan makalah ini.

Shalawat beriring salam, semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Agung Muhammad
SAW manusia termulia sepanjang zaman.

Adapun makalah ini kami susun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Pengelolaan Pendidikan semester III pada program studi pendidikan matematika, fakultas
keguruan dan ilmu pendidikan. Makalah ini berjudul “Organisasi Lembaga Pendidikan”. kami
berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kami serta mahasiswa lain khususnya di program
studi pendidikan matematika di Universitas Asahan.

kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan.
Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca terutama kepada ibu Ely
Syafitri, S.Pd,M.Pd selaku dosen mata kuliah Pengelolaan Pendidikan di Universitas Asahan
tepatnya dikelas reguler semester IIIA.

kisaran, 2 Oktober 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i

DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................. 2
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................... 3


2.1 Pengertian dan Struktur Organisasi Lembaga Pendidikan ................................. 3
2.2 Jalur, Jenjang, dan Jenis Lembaga Pendidikan .................................................. 9
2.3 Pengorganisasian dalam Lembaga Pendidikan .................................................. 14
2.4 Motivasi Kerja dalam Lembaga Pendidikan ...................................................... 16
2.5 Evaluasi dalam Lembaga Pendidikan ................................................................ 17
2.6 Kriteria Keberhasilan Lembaga Pendidikan ...................................................... 18

BAB III PENUTUP ............................................................................................................ 21


3.1 Kesimpulan ........................................................................................................ 21

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 22

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Lembaga pendidikan adalah suatu lembaga yang bertujuan mengembangkan potensi


manusiawi yang dimiliki anak-anak agar mampu menjalankan tugas-tugas kehidupan sebagai
manuasia, baik secara individual maupun sebagai anggota masyarakat. Kegiatan untuk
mengembangkan potensi itu harus dilakukan secara berencana, terarah dan sistematik guna
mencapai tujuan tertentu. Untuk mencapai tujuan di atas diperlukan suatu organisasi lembaga
pendidikan. Keberhasilan suatu lembaga pendidikan dapat ditentukan berdasarkan suatu kriteria-
kriteria tertentu. Pengorganisasian suatu lembaga pendidikan tergantung pada beberapa aspek
antara lain: jalur, jenjang, dan jenis organisasi lembaga pendidikan yang bersangkutan.

Organisasi sekolah dilihat dari jenjangnya terdapat : jenjang pra sekolah, Taman Kanak-
Kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Lanjutan Tingat Pertama/ Sekolah Menengah
Pertama (SLTP/SMP), Sekolah Menengah Umum/ Sekolah Menengan Atas (SMU/SMA), dan
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) serta perguruan Tinggi. Dilihat dari jenis ada dua yaitu
sekolah umum dan sekolah kejuruan, dilihat dari penyelenggara pendidikannya, terdapat sekolah
negeri dan sekolah swasta.

Pada era globalisasi, lembaga pendidikan harus dapat mencetak “leader-leader” yang
tangguh dan berkualitas. “Leader–leader” pada masa yang akan datang harus dapat mengubah
pola pikir untuk menyelesaikan sesuatu dengan kekuatan manusia (manpower) menjadi pola
pikir kekuatan otak (mindpower). Konsep pendidikan juga harus dapat menghasilkan out put
lembaga pendidikan yang dapat menciptakan “corporate culture”, sehingga dapat menyesuaikan
diri dengan norma–norma yang berlaku masa itu dan pada gilirannya tumbuh kreativitas dan
inisiatif, sehingga munculah peluang baru (new opportunity). Out put pendidikan dimasa datang
juga diharapkan dapat memandang manusia bukan sebagai pekerja tetapi sebagai mitra kerja
dengan keunggulan yang berbeda. Dengan demikian, seorang leader yang keluar dari persaingan
global, harus dapat memandang manusia sebagai manusia, bukan pekerja.

1
1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian dan struktur organisasi lembaga pendidikan?


2. Apa saja jalur, jenjang, dan lembaga pendidikan?
3. Bagaimana pengorganisasian dalam lembaga pendidikan?
4. Bagaimana motivasi kerja dalam lembaga pendidikan?
5. Bagaimana evaluasi dalam lembaga pendidikan?
6. Apa saja kriteria keberhasilan dalam lembaga pendidikan?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian dan struktur organisasi lembaga pendidikan.


2. Untuk mengetahui jalur, jenjang, dan lembaga pendidikan.
3. Untuk mengetahui pengorganisasian dalam lembaga pendidikan.
4. Untuk mengetahui motivasi kerja dalam lembaga pendidikan.
5. Untuk mengetahui evaluasi dalam lembaga pendidikan.
6. Untuk mengetahui kriteria keberhasilan dalam lembaga pendidikan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan Struktur Organisasi Lembaga Pendidikan


2.1.1 Pengertian Organisasi Lembaga Pendidikan
“An organization is the rational coordination of the activity of the number of people for the
achievement of some common explicit of labor and function, and through a hierarchy of
outhority and responsibility”. (Suatu organisasi adalah koordinasi rasional kegiatan sejumlah
orang untuk mencapai beberapa tujuan mum dari tenaga kerja dan fungsi, serta dengan tingkatan
hirarki dan tanggungjawab.)
1. Ananda W.P Guruge (1977)
“Organization is difened as arranging a complex of tasks into manageable units and
defining the formal relationship among the people who are assigned the various tasks”.
(Organisasi didefinisikan sebagai tatanan tugas yang kompleks yang dikelola oleh suatu
unit dan mendeskripsikan hubungan formal antara orang-orang yang ditugaskan berbagai
macam tugas).
2. SB Hri Lubis (1987)
Terdapat kesamaan pengertian dari keseluruhan definisi organisasi yaitu pada dasarnya
organisasi sebagai suatu kesatuan sosial dari sekelompok manusia yang saling
berinteraksi menurut suatu pola tertentu sehingga setiap anggota organisasi memiliki
fungsi dan tugasnya masing-masing, yang sebagai suatu kesatuan mempunyai tujuan
tertentu dan mempunyai batas-batas yang jelas, sehingga dapat dipisahkan secara tegas
dari lingkunagnnya.

3. Robbins (1996)
Organisasi dipandang pula sebagai satuan sosial yang dikoordinasi secara sadar, yang
tersususn atas dua orang atau lebih, yang berfungsi atas dasar yang relatif terus-
menerus untuk mencapai suatu tujuan atau seperangkat tujuan bersama.

3
4. Sutarto (1998)
Organisasi adalah sistem saling berpengaruh antar orang dalam kelompok yang bekerja
sama untuk mencapai tujuan tertentu.

Dari berbagai definisi para ahli mengenai organisasi, Pada intinya dapat disimpulkan
bahwa organisasi adalah koordinasi /secara rasional kegiatan sejumlah orang untuk mencapai
tujuan bersama yang dirumuskan secara eksplisit, melalui peraturan dan pembagian kerja serta
melalui hierarkhi kekuasaan dan tanggung jawab. Organisasi dapat didefinisikan dengan
bermacam cara yang pada intinya mencakup berbagai faktor yang menimbulkan organisasi yaitu
kumpulan orang, ada kerjasama, dan tujuan yang telah ditetapkan yang merupakan sistem yang
saling berkaitan dalam kebulatan.

Suatu lembaga adalah sistem hubungan sosial yang terorganisir yang mewujudkan nilai-nilai
dan tata cara umum tertentu dan memenuhi kebutuhan dasar masyarakat tertentu. Lembaga
termasuk diantara norma norma masyarakat yang paling resmi dan bersifat memaksa. Kalau
kebiasaan dan tata kelakuan disekitar suatu kegiatan yang penting menjadi terorganisir ke dalam
sistem keyakinan dan perilaku yang sangat formal dan mengikat, maka suatu lembaga telah
berkembang. Oleh karena itu suatu lembaga mencakup :

1. Seperangkat perilaku yang telah distandarisasi dengan baik

2. Serangkaian tata kelakuan, sikap, nilai- nilai yang mendukung dan

3. Sebentuk tradisi, ritual, upacara dan perlengkapan-perlengkapan lainnya.

1. Lembaga dibentuk berdasarkan hal-hal sebagai berikut: Pengertian

Lembaga dibentuk berdasarkan hal-hal sebagai berikut:

1. Cara. Yang dimaksud dengan cara disisni adalah mengacu pada suatu keadaan dalam
masyarakat yang menggunakan symbol-simbol tertentuk untuk memaknai sebuah hal atau
peristiwa.
2. Kebisaan. Yang dimaksud dengan kebiasan adalah prilaku masyaralat berulang secaar
terus-menerus dalam jangka waktu tertentu, sehingga perilaku tersebut sudah menjadi
kebisaan yang dsulit untuk dilupkan.
3. Adat Istiadat. Adalah suatu cara dan prilaku masyarakat dalam memakanai kehidupan
dalam bentuk upacara ritual, makan adat istiada disini lebih mengacu pada nilai-nilai
budaya yang dipegang oleh masyarakat dan menjadi nilai-nilai yang dianut oleh
masyarakat.

4
Beberapa definisi organisasi dari para ahli :

1. Louis A. Allen (1960)


Pengorganisaasian adalah proses mengatur dan menghubungankan oekerjaan yang harus
dilakukan, sehingga tugas organisasi dapat diselesaikan secara efektif dan efisien oleh
orang-orang.

2. Edgar Schein (1973)


Cara. Yang dimaksud dengan cara disisni adalah mengacu pada suatu keadaan dalam
masyarakat yang menggunakan symbol-simbol tertentuk untuk memaknai sebuah hal atau
peristiwa.
3. Driyarkara (1980)
Pendidikan adalah memanusiakan manusia.

4. Dictionary of education

Pendidikan adalah (a) Proses seseorang mengembangkan kemampuan, sikap, dan tingkah
laku lainnya di dalam masyarakat tempat mereka hidup, (b) proses sosial yang terjadi
pada seseorang yang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol
(khususnya yang datang dari sekolah), sehingga mereka dapat memperoleh
perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan individu yang optimum. Dengan kata
lain pendidikan dipengaruhi oleh lingkungan atas individu untuk menghasilkan
perubahan-perubahan yang sifatnya permanen (tetap) dalam tingkah laku, pikiran, dan
sikapnya

5. Crow and Crow (1960)

“Modern educational theory and practice not only are aimed at preparation for future
living but also are operative in determining the patern of present, day by day attitude and
behaviour.”
Pendidikan tidak hanya dipandang sebagai sarana untuk persiapan hidup yang akan
datang, tetapi juga untuk kehidupan sekarang yang dialami individu dalam
perkembangannya menuju ke tingkat kedewasaannya.

5
Dari berbagai definisi pendidikan menurut para ahli tersebut, dapat diidentifikasi beberapa ciri
pendidikan, antara lain yaitu :

– Pendidikan mengandung tujuan, yaitu kemampuan untuk berkembang sehingga bermanfaat


untuk kepentingan hidup.

– Untuk mencapai tujuan itu, pendidikan melakukan usaha yang terencana dalam memilih isi
(materi), strategi, dan teknik penilaiannya yang yang sesuai.

– Kegiatan pendidikan dilakukan dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat (formal
dan non formal).

Selain itu, dari berbagai definisi pendidikan menurut para ahli tersebut dapat disimpulkan
bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

Dari pengertian masing-masing kata tersebut dapat diketahui definisi Organisasi


Lembaga Pendidikan adalah koordinasi secara rasional sejumlah orang dalam membentuk
institusi pendidikan. Tujuannya antara lain adalah menyiapkan peserta didik menjadi anggota
masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan/atau profesional yang dapat menerapkan,
mengembangkan, memperkya khanazah ilmu pengetahuan, teknologi, kesenian, serta
mengupayakan penggunaannya untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dan
memperkaya kebudayaan nasional.Demikian komleksnya organisasi tersebut, maka dalam
memberikan layanan pendidikan kepada siswa khususnya dan masyarakat pada umumnya
organisasi perlu dikelola dengan baik. Oleh sebab itu lembaga pendidikan perlu menyadari
adanya pergeseran dinamika internal (perkembangan dan perubahan peran) dan tuntutan
eksternal yang semakin berkembang.
2.1.2 Struktur Organisasi lembaga Pendidikan
Menurut E. Kast dan James E. Rosenzweig (1974) struktur diartikan sebagai pola
hubungan komponen atau bagian suatu organisasi. Struktur merupakan sistem formal hubungan
kerja yang membagi dan mengkoordinasi tugas orang dan kelompok agar tercapai tujuan.

6
Struktur organisasi merupakan bentuk dari organisasi secara keseluruhan yang
menggambarkan kesatuan dari berbagai segmen dan fungsi organisasi yang dipengaruhi oleh
kondisi lingkungan, ukuran, jenis teknologi yang digunakan, dan sasaran yang hendak dicapai.
Struktur bersifat relatif stabil (tidak berubah) statis dan berubah lambat atau memerlukan waktu
untuk penyesuaian-penyesuaian.

Menurut Stoner (1986), struktur organisasi dibangun oleh lima unsur, yaitu:

1. Spesialisasi aktivitas
Spesialisasi aktivitas mengacu pada spesifikasi tugas perorangan dan kelompok di
seluruh organisasi atau pembagian kerja dan penyatuan tugas tersebut ke dalam unit
kerja.

2. Standardisasi aktivitas
Standardisasi aktivitas adalah prosedur yang digunakan organisasi untuk menjamin
kelayakan kegunaan aktivitas. Menstandardisasi artinya menjadikan seragam dan
konsisten pekerjaan yang harus dilakukan bawahan, biasanya dengan menggunakan
peraturan, uraian jabatan, dan program seleksi, orientasi kerja, keterampilan kerja.

3. Koordinasi aktivitas
koordinasi aktivitas adalah prosedur yang memadukan fungsi-fungsi dalam organisasi,
seperti fungsi primer dalam suatu badan usaha, pemasaran, produksi dan penjualan
merupakan faktor-faktor yang secara langsung menunjang pencapaian tujuan organisasi.

4. Sentralisasi dan desentralisasi keputusan


Sentralisasi dan desentralisasi adalah pengambilan keputusan mengacu pada lokasi
kekuasaan pengambilan keputusan. Sentralisasi adalah proses pemberian wewenang
pengambilan keputusan pada tingkat atas suatu organisasi, sedangkan desentalisasi
merupakan pendelegasian wewenang pada semua tingkat organisasi.

5. Ukuran unit kerja


ukuran unit kerja mengacu pada jumlah pegawai dalam suatu kelompok kerja.

7
Struktur organisasi akan menjadi lebih jelas apabila digambarkan dalam bagan atau
skema organisasi. Pada struktur organisasi terdapat gambaran posisi kerja, pembagian kerja, jenis
kerja yang harus dilakukan, hubungan atasan dan bawahan, kelompok, komponen atau bagian,
tingkat manajemen dan saluran komunikasi. Struktur organisasi menspesifikkan pembagian
kegiatan kerja dan menunjukkan bagaimana fungsi atau bagaimana kegiatan yang berbeda-beda
itu dihubungkan.Struktur juga menunjukkan hierarki dan struktur wewenang organisasi serta
memperlihatkan hubungan pelapornya.

Skema organisasi memberikan penjelasan mengenai hubungan pelaporan yang


dinyatakan sebagai garis vertikal pada skema organisasi menunjukkan pada siapa suatu jabatan
atau seseorang individu harus melapor, menggambarkan lingkungan tanggung jawab, alokasi
tugas dan tanggung jawab setiap jabatan dalam organisasi.

Bagan organisasi menunjukkan struktur organisasi dengan kotak-kotak atau garis-garis


yang disusun menurut kedudukannya yang masing-masing mempunyai fungsi tertentu, yang satu
sama lain dihubungkan dengan garis-garis saluran wewenang (Sutarto, 1998:217).

Kegunaan skema atau bagan organisasi untuk mengetahui besar kecilnya organisasi, garis
saluran weweang, berbagai macam satuan organisasi, rincian aktivitas satuan organisasi, setiap
jabatan yang ada, rincian tugas pejabat, nama dan pangkat golongan, jumlah dan foto pejabat,
kedudukan, dan penilaian terhadap kelayakan suatu organisasi.

Struktur organisasi lembaga pendidikan adalah susunan skema atau bagan yang
menggambarkan hubungan kerja yang membagi dan mengkoordinasikan tugas orang dan
kelompok agar menjadi suatu kesatuan dari berbagai segmen dan fungsi lembaga pendidikan
dengan tujuan untuk mencapai tujuan dari proses pembelajaran.

Pengorganisasian lembaga penyenggara pendidikan menganut ketentuan nasional tentang


jenis dan jenjang pendidikan. Dalam UU nomor 25 tahun 2000 tentang Program Pembangunan
nasional (Propenas) yang dijabarkan dalam Rencana Pembangunan Tahunan (Repeta) dinyatakan
adanya perintisan pembentukan Dewan Sekolah di setiap kabupaten dan kota, dan pembentukan
komite sekolah di setiap sekolah.

8
Berkenaan dengan pengelolaan pendidikan, dikeluarkan Keputusan Menteri pendidikan Nasional
nomor 044 tahun 2002 tentang Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah. Dewan Pendidikan
adalah badan yang mewadahi peran serta masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu,
pemerataan, dan efisiensi pengelolaan pendidikan di kabupaten dan kota. Dewan pendidikan
berperan antara lain:

1. Pemberi pertimbangan (advisory agency) dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan


pendidikan

2. Pendukung (supporting agency) baik berwujud finansial, pemikiran maupun tenaga dalam
penyelenggaraan pendidikan

3. Pengontrol (controlling agency) dalam rangka transparasi dan akuntabilitas


penyelenggaraan dan keluaran pendidikan

4. Mediator antara pemerintah (eksekutif) dan DPR dengan masyarakat.

Komite sekolah adalah badan mandiri yang mewadahi peran serta masyarakat dalam rangka
meningkatkan mutu, pemerataan dan efisiensi pengelolaan pendidikan di satuan pendidikan, baik
pendidikan pra sekolah jalur pendidikan sekolah maupun jalur pendidikan luar sekolah. Peran
komite sekolah hampir sama dengan dewan pendidikan, namun cakupan ruangnya lebih sempit
yaitu di satuan pendidikan.

2.2 Jalur, jenjang dan jenis pendidikan


Jalur, jenjang, dan jenis pendidikan dapat diwujudkan dalam bentuk satuan pendidikan
yang diselenggarakan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat. (Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab IV
Pasal 16)

2.2.1 Jalur pendidikan


Jalur pendidikan adalah wahana yang dilalui peserta didik untuk mengembangkan potensi diri
dalam suatu proses pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan. (Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab IV pasal 31
ayat 1, 2, dan 3) Ada tiga jalur pendidkan yang berperanan dalam pembentukan kualitas sumber
daya manuasia, yaitu terdiri atas: pendidikan formal, nonformal, dan informal.

9
1. Jalur Pendidikan formal
Pendidikan formal merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah-sekolah pada
umumnya. Jalur pendidikan ini mempunyai jenjang pendidikan yang jelas, mulai dari
pendidikan dasar, pendidikan menengah, sampai pendidikan tinggi. Pendidikan formal
dapat diwujudkan dalam bentuk satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah
(pusat), pemerintah daerah dan masyarakat.

Semua lembaga formal diberi hak dan wewenang oleh pemerintah untuk
memberikan gelar akademik kepada setiap peserta didik yang telah menempuh pendidikan
di lembaga tersebut. Khusus bagi perguruan tinggi yang memiliki program profesi sesuai
dengan program pendidikan yang diselenggarakan doktor berhak memberikan gelar doktor
kehormatan (doktor honoris causa) kepada individu yang layak memperoleh penghargaan
berkenaan dengan jasa-jasa yang luar biasa dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi,
kemasyarakatan, keagamaan, kebudayaan, atau seni.

2. Jalur Pendidikan nonformal


Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang
dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Pendidikan nonformal juga disebut
pendidikan luar sekolah. Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat
yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah,
dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang
hayat. Pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan
penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta
pengembangan sikap dan kepribadian profesional.

Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak


usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan
keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja. Pendidikan kesetaraan meliputi
Paket A, Paket B dan Paket C, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk
mengembangkan kemampuan peserta didik seperti: Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat
(PKBM), lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, majelis taklim, sanggar,

10
dan lain sebagainya, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan
kemampuan peserta didik.

3. Jalur Pendidikan informal


Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan
belajar secara mandiri. Hasil pendidikan sama dengan pendidikan formal dan nonformal
setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan standar nasional pendidikan. (Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
Bab IV Pasal 27 ayat 1 dan 2).

Homeschooling atau yang di-Indonesiakan menjadi sekolah rumah, merujuk pada


UU No. 20 tahun 2003 terkategori sebagai pendidikan informal. Pendidikan informal
adalah pendidikan yang dilaksanakan oleh keluarga dan lingkungan. Kedudukannya
setara dengan pendidikan formal dan nonformal.

Hanya saja, jika anak-anak yang dididik secara informal ini menghendaki ijazah
karena berniat memasuki pendidikan formal pada jenjang yang lebih tinggi, maka peserta
pendidikan informal bisa mengikuti ujian persamaan melalui PKBM atau lembaga
nonformal sejenis yang menyelenggrakan ujian kesetaraan. Hal paling khas yang menjadi
nilai lebih pendidikan informal dibandingkan model pendidikan lainnya adalah,
kemungkinan yang lebih besar akan tergali dan terkelolanya potensi setiap anak secara
maksimal.

2.2.2 Jenjang pendidikan


Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat
perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan.

Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan
pendidikan tinggi. (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional Bab IV Pasal 14)

11
1. Pendidikan dasar
Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan awal selama 9 (sembilan) tahun
pertama masa sekolah anak-anak yang melandasi jenjang pendidikan menengah.

Pendidikan dasar berbentuk sekolah dasar (SD) dan madrasah ibtidaiyah (MI) atau
bentuk lain yang sederajat serta sekolah menengah pertama (SMP) dan madrasah
tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat (Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab IV Pasal 17). Pendidikan
dasar merupakan pendidikan sembilan tahun terdiri dari program pendidikan enam tahun di
sekolah dasar dan program pendidikan tiga tahun di sekolah lanjutan pertama (PP Nomor
28 tahun 1990).

Sebelum memasuki jenjang pendidikan dasar, bagi anak usia 0-6 tahun diselenggarakan
pendidikan anak usia dini, tetapi bukan merupakan prasyarat untuk mengikuti pendidikan
dasar. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang
Sistem Pendidikan Nasional Bab IV pasal 28 disebutkan bahwa : Pendidikan anak usia dini
diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar, dapat diselenggarakan melalui jalur
pendidikan formal, nonformal, dan/atau informal.Pendidikan anak usia dini pada jalur
pendidikan formal berbentuk taman kanak-kanak (TK), raudatul athfal (RA), atau bentuk
lain yang sederajat. Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan nonformal berbentuk
kelompok bermain (KB), taman penitipan anak (TPA), atau bentuk lain yang sederajat.
Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan informal berbentuk pendidikan keluarga
atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan.
2. Pendidikan menengah
Pendidikan menengah merupakan jenjang pendidikan lanjutan pendidikan dasar.
Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah
kejuruan. Pendidikan menengah berbentuk sekolah menengah atas (SMA), madrasah
aliyah (MA), sekolah menengah kejuruan (SMK), dan madrasah aliyah kejuruan (MAK),
atau bentuk lain yang sederajat. (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab IV Pasal 18.

12
3. Pendidikan tinggi
Pendidikan tinggi adalah jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang
mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, doktor, dan spesialis yang
diselenggarakan oleh perguruan tinggi. Perguruan tinggi berkewajiban
menyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.

Perguruan tinggi dapat menyelenggarakan program akademik, profesi, dan/atau


vokasi. (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional Bab IV Pasal 20)

2.2.3 Jenis pendidikan


Jenis pendidikan adalah kelompok yang didasarkan pada kekhususan tujuan pendidikan
suatu satuan pendidikan. Jenis pendidikan mencakup pendidikan umum, kejuruan, akademik,
profesi, vokasi, keagamaan, dan khusus. (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab IV Pasal 15)
1. Pendidikan umum
Pendidikan umum merupakan pendidikan dasar dan menengah yang mengutamakan
perluasan pengetahuan yang diperlukan oleh peserta didik untuk melanjutkan pendidikan
ke jenjang yang lebih tinggi. Bentuknya: Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah
Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas (SMA).
2. Pendidikan kejuruan
Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta
didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Bentuk satuan pendidikannya adalah
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
3. Pendidikan akademik
Pendidikan akademik merupakan pendidikan tinggi program sarjana dan pascasarjana
yang diarahkan terutama pada penguasaan disiplin ilmu pengetahuan tertentu.
4. Pendidikan profesi
Pendidikan profesi merupakan pendidikan tinggi setelah program sarjana yang
mempersiapkan peserta didik untuk memasuki suatu profesi atau menjadi seorang
profesional. Pendidikan kedinasan merupakan pendidikan profesi yang diselenggarakan
oleh departemen atau lembaga pemerintah nondepartemen. Pendidikan kedinasan

13
berfungsi meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam pelaksanaan tugas
kedinasan bagi pegawai dan calon pegawai negeri suatu departemen atau lembaga
pemerintah nondepartemen. Pendidikan kedinasan diselenggarakan melalui jalur
pendidikan formal dan nonformal.
5. Pendidikan vokasi
Pendidikan vokasi merupakan pendidikan tinggi yang mempersiapkan peserta didik untuk
memiliki pekerjaan dengan keahlian terapan tertentu maksimal dalam jenjang diploma 4
setara dengan program sarjana (strata 1).
6. Pendidikan keagamaan
Pendidikan keagamaan merupakan pendidikan dasar, menengah, dan tinggi yang
mempersiapkan peserta didik untuk dapat menjalankan peranan yang menuntut
penguasaan pengetahuan tentang ajaran agama dan/atau menjadi ahli ilmu agama.

Pendidikan keagamaan berbentuk pendidikan diniyah, pesantren, pasraman,


pabhaja samanera, dan bentuk lain yang sejenis. (Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab IV Pasal 30)
7. Pendidikan khusus
Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat
kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental,
sosial, dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. Peserta didik yang
berkelainan atau peserta didik yang memiliki kecerdasan luar biasa yang diselenggarakan
secara inklusif (bergabung dengan sekolah biasa) atau berupa satuan pendidikan khusus
pada tingkat pendidikan dasar dan menengah (dalam bentuk sekolah luar biasa/SLB).
2.3 Pengorganisasian dalam Lembaga Pendidikan
Tugas berikutnya dari manajer adalah melakukan proses pengorganisasian, yaitu proses
menghubungkan orang-orang yang terlibat dalam organisasi pendidikan dan menyatupadukan
tugas serta fungsinya dalam sistem jaringan kerja yang relitonship antara satu dan yang lainnya.
Dalam proses pengorganisasian suatu lembaga pendidikan, manajer menetapkan
pembagian tugas, wewenang, dan tanggung jawab secara rinci berdasarkan bagian-bagian dan
bidang-bidangnya masing-masing sehingga terintegrasikan hubungan-hubungan kerja yang
sinergis, kooperatif, harmonis, dan seirama dalam mencapai tujuan yang telah disepakati
bersama.
14
Dalam menjalankan tugas pengorganisasian, beberapa hal yang harus diperhatikan
adalah:
a. Menyediakan fasilitas, perlengkapan, dan staf yang diperlukan untuk melaksanakan
rencana.
b. Mengelompokkan dan membagi kerja menjadi struktur organisasi yang teratur.
c. Membentuk struktur kewenangan dan mekanisme koordinasi.
d. Menentukan metode kerja dan prosedurnya.
e. Memilih, melatih, dan memberi informasi kepada staf.
Dengan tugas-tugas manajer diats, fungsi pengorganisasian adalah sebagai berikut:
1. Fungsi strukturalisasi, yaitu menetapkan struktur kepegawaian, terutama dalam
penyusunan dan penempatan personal, pekerjaan-pekerjaan, material, dan pikiran-
pikiran di dalam struktur itu. Sebagaimana dalam organisasi pada umumnya, struktur
pengurus telah disusun secara hirearkis, ada atasan dan bawahan. Misalnya, dari
manajer utama, manajer madya, manajer terdepan, para supervisor, staf operasional
dan administrasi, sampai pada bagian keberhasilan.
2. Fungsi relationship, yaitu menjalin hubungan dengan pihak eksternal lembaga
dengan mempertegas tugas, fungsi, kewajiban-kewajiban, hak-hak dan tanggung
jawab masingmasing anggota, yang disusun menjadi pola-pola kegiatan yang tertuju
pada tercapainya tujuan pendidikan.
3. Fungsi integritas usaha-usaha suatu lembaga pendidikan, yang dapat juga diartikan
sebagai alat untuk mempersatukan usaha-usaha menyelesaikan berbagai kegiatan
lembaga pendidikan. Dengan demikian, lembaga pendidikan adalah wadah aktivitas-
aktivitas yang menyusun dan membentuk hubungan-hubungan fungsional sehingga
terwujudlah kesatuan usaha dalam mencapai maksud-maksud dan tujuan pendidikan.

Sebagai pelaku organisasi, manajer yang melaksanakan pengorganisasian akan berkaitan


secara langsung dengan tugas dan fungsi pengelolaan lembaga pendidikan, yaitu melakukan
koordinasi, menyatukan dan menyelaraskan semua kegiatan.

Rencana-rencana atau program organisasi yang harus dilaksanakan bersifat kompleks dan
mengandung banyak segi yang saling bersangkut-paut satu sama lain. Sifat kompleks yang
terdapat dalam suatu organisasi menunjukkan sangat perlunya tindakan-tindakan yang

15
dikoordinasikan. Koordinasi ini perlu untuk mengatsi batas-batas perencanaan maupun batas-
batas personal, terutama untuk mengatasi kemungkinan adanya duplikasi dalam tugas, perebutan
hak dan tanggung jawa, ketidakseimbangan dalam berat ringannya pekerjaan, kesimpangsiuran
dalam menjalankan tugas dan kewajiban, dan sebagainya. Koordinasi adalah aktivitas membawa
orang-orang, material, pikiran-pikiran, teknik-teknik dan tujuan-tujuan ke dalam hubungan yang
harmonis dan produktif dalam mencapai suatu tujuan.

Manajemen berfungsi sebagai mengkoordinasikan seluruh tugas dan fungsi personal


dalam lembaga pendidikan sehingga tidak terjadi pelaksanaan kegiatan yang tumpang tindh
sebenarnya hanya akan menghambur-hamburkan waktu dan baiaya. Akan tetapi koordinasi yang
dilakukan oleh manajer tidak boleh menimbulkan biroktratisasi yang terlampu kaku, ketat, dan
terkesan dipaksakan, karena hal itu pun akan berakibat buruk bagi etos kerja para pegawainya.
Contoh, dosen yang tugasnya mengajar harus di koodinasikan dengan jurusan, mata kuliah yang
diajarkan ditetapkan melaui surat tugas yang jelas. Dosen membuat konsep
pembelajaran(concept map) yang jelas, atau Satuan Acara Pembelajaran (SAP) yang
dikoordinasikan dengan jurusan dan lembaga penjamin mutu. Demikian pula, dengan pembagian
kelasdan ruangan yang dijadikan tempat proses pembelajaran, pembuatan jadwal yang tidak
bentrok antara satu dan lainnya. Secara keseluruhan memerlukan koordinasi yang baik agar
proses belajar mengajar berjalan dengan baik, efektif, dan sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.

2.4 Motivasi Kerja dalam Pendidikan


Motivasi kerja merupakan motivasi yang terjadi pada situasi dan lingkungan kerja yang
terdapat pada suatu organisasi atau lembaga. Keberhasilan dan kegagalan pendidikan memang
sering dikaitkan dengan motivasi kerja guru. Pada dasarnya manusia selalu menginginkan hal
yang baik-baik saja, sehingga daya pendorong atau penggerak yang memotivasi semangat
kerjanya tergantung dari harapan yang akan diperoleh mendatang jika harapan itu menjadi
kenyataan maka seseorang akan cenderung meningkatkan motivasi kerjanya.

Disinipun harus dibahas kembali tentang motivasi kerja Pimpinan Lembaga terhadap
tenaga pendidik, terkadang realisasi dalam suatu Lembaga masih teramat banyaknya para
Pimpinan Lembaga yang tidak perduli akan pengadaan fasilitas dan media pembelajaran, karena
tidak dapat dipungkiri semakin pesatnya kemajuan teknologi pembelajaran ini dapat

16
meningkatkan semangat atau efektivitas tenaga kerja terhadap tujuan, tanggung jawab dan
peningkatkan SDM terhadap siswa.

2.5 Evaluasi dalam Lembaga Pendidikan


Mengevaluasi artinya menilai semua kegiatan untuk menemukan indikator yang
menyebabkan sukses atau gagalnnya pencapain tujuan, sehingga dapat dijadikan bahan kajian
berikutnya. Dalam mengkaji masalaj yang dihadapi, rumuskan solusi alternatif yang dapat
memperbaiki kelemahan-kelemahan yang ada dan meningkatkan kualitas keberhasilan dimasa
yang akan datang. Evaluasi sebagai fungsi manajemen merupakan aktivitas untuk meneliti dan
mengetahui pelaksanaan yang telah dilakukan dalam proses keseluruhan organisasi mencapai
hasil sesuai dengan rencana atau program yang telah ditetapkan dalam rangka pencapaian tujuan.
Setiap kegiatan, baik yang dilakukan oleh unsur pimpinan maupun oleh unsur bawahan,
memerlkan evaluasi. Dengan mengetahui kesalahan-kesalahan atau kekurangan-keurangan,
perbaikan dan pencarian solusi yang tepat dapat ditemukan dengan mudah.
Sebagaimana para pendidik dalam melaksanakan kegiatan mengajar kepada anak didiknya,
untuk mengetahui tingkat prestasi anak didik, dilakukanlah evaluasi. Misalnya dilaksanakan
ulangan, ujian tengah semseter, dan ujian akhir. Evaluasi dilaksanakan untuk mengetahui
beberapa hal yang sangat penting bagi para pendidik dan anak didik, sekaligus bagi lembaga
pendidikan, yaitu:
1. Perkembangan prestasi anak didik
2. Baik-buruk, tepat-tidaknya metode pembelajaran yang diterapkan oleh para pendidik.
3. Kemampuan, minat, dan bakat anak didik dalam bidang studi atau jurusan yang
dipilihnya.
4. Profesionalitas para pendidik.
5. Ketepatan kurikulum yang dijadikan rujukan pembelajaran.
6. Strategi pembelajaran yang baik dan tepat untuk diterapkan.
7. Efektivitas pelaksanaan kegiatan pembelajan
8. Kondisi objektif para pendidik dan anak didik berkaitan dengan tugas dan fungsinya
masing-masing atau mengenai hak dan kewajibannya.

17
2.6 Kriteria Keberhasilan Organisasi Lembaga Pendidikan
Kemandirian sebagai tuntuan desentralisasi pendidikan (Tim Dosen AP, 2010 : 25) pada
daerah kabupaten dan kota lebih menekankan pada kemandirian dalam mengelola dan
memberdayakan berbagai sumber daya yang dimiliki untuk mengimplementasikan kebijakan
yang sudah ditetapkan oleh otoritas pusat dan propinsi. Melihat sumber daya yang tersedia
didaerah, maka setiap daerah berbeda-beda dalam menangani urusan pendidikan. Perbedaan ini
terlihat dalam mengorganisasikan instansi pengelola pendidikan, sedangkan untuk
mengorganisasikan lembaga penyelenggaraan pendidikan tetap menganut ketentuan nasional
tentang jenis dan jenjang pendidikan.

Pengorganisasian sebagai proses membagi kerja ke dalam tugas-tugas yang lebih kecil,
membebankan tugas-tugas itu kepada orang yang sesuai dengan kemampuannya, dan
mengalokasikan sumberdaya, serta mengkoordinasikannya dalam rangka efektivitas pencapaian
tujuan organisasi. Oleh sebab itu, untuk mencapai tujuan sebuah organisasi maka diperlukan
kriteria keberhasilan organisasi lembaga pendidikan (Nanang Fattah, 1996 : 71).

Kriteria keberhasilan berfungsi untuk menentukan nilai suatu aspek dalam suatu komponen
tertentu. Pengelolaan suatu lembaga pendidikan yang efektif dan efisien merupakan syarat
mutlak keberhasilan organisasi tersebut. Tidak terkecuali lembaga pendidikan yang juga akan
semakin dituntut menjadi suatu organisasi yang tepat sasaran dan berdayaguna. Sekolah sebagai
lembaga pendidikan formal memerlukan suatu sistem pengelolaan yang profesional. Sebagai
salah satu komponen utama dalam sistem pendidikan, selayaknya sekolah memberikan
kontribusi yang nyata dalam meningkatkan kualitas SDM. Hal ini tidak terlepas dari seberapa
baik sekolah tersebut dikelola. Apabila sekolah dianalogikan sebagai mesin produksi, maka
kualitas output akan relevan dengan kualitas mesinnya. Keberhasilan suatu lembaga pendidikan
(sekolah) merupakan keberhasilan kepala sekolah. Kepala sekolah yang berhasil apabila mereka
memahami keberadaan sekolah sebagai organisasi yang kompleks dan unik, serta mampu
melaksanakan peranan kepala sekolah sebagai seseorang yang diberi tanggung jawab untuk
memimpin sekolah. Sehingga keberhasilan kepemimpinan pada hakikatnya berkaitan dengan
tingkat kepedulian seorang pemimpin terlibat terhadap kedua orientasi, yaitu apa yang telah
dicapai oleh organisasi (organizational achievement) dan pembinaan terhadap organisasi

18
(organizational maintenance). Dengan pendekatan ini, keberhasilan seorang pemimpin dapat
dikaji dengan langkah-langkah atau cara:

1. Pengamatan terhadap produk yang dihasilkan oleh proses transformasi kepemimpinannya,


seperti:

1. Penampilan kelompok

2. Tercapainya tujuan kelompok

3. Kelangsungan hidup kelompok

4. Pertumbuhan kelompok

5. Kemajuan kelompok menghadapi krisis

6. Bawahan merasa puas terhadap pemimpin

7. Bawahan merasa bertanggung jawab terhadap tujuan kelompok

8. Kesejahteraan psikologi dan perkembangan anggota kelompok

9. Bawahan tetap mendukung kedudukan dan jabatan pemimpin

10. Berkaitan dengan hasil transformasi tersebut dapat dilihat pula beberapa hal, seperti:

1. Pertumbuhan keuntungan

2. Batas minimal keuangan

3. Peningkatan produk pelayanan

4. Penyebaran jasa pelayanan

5. Target yang tercapai

6. Investasi mengalami pertumbuhan

Pembelajaran merupakan inti dan muara segenap proses pengelolaan pendidikan.


Kualitas sebuah lembaga pendidikan juga hakikatnya diukur dari kualitas proses
pembelajarannya, disamping output dan outcome yang dihasilkan. Oleh karena itu kriteria mutu
dan keberhasilan pembelajaran seharusnya dibuat secara rinci, sehingga benar-benar measurable
and observable (dapat diukur dan diamati).

19
 Kriteria Keberhasilan
1. Obyektivitas absolut memang diyakini tidak akan diperoleh dalam kehidupan sehari-hari,
yang diperoleh hanyalah tertekannya unsur subyektivitas seminimal mungkin. Hal itu
juga dipastikan terjadi dalam penyelenggaraan supervisi keterlaksanaan Kurikulum 2004
di 40 SMA

2. Dalam rangka menekan unsur subyektivitas sekaligus mengoptimalkan nilai-nilai


obyektivitas dalam proses dan hasil supervisi keterlaksanaan Kurikulum di 40 SMA, maka
disiapkan kriteria kinerja/performansi/ keberhasilan semua aspek pada semua komponen;

3. Kriteria keberhasilan berfungsi untuk menentukan nilai suatu aspek dalam suatu
komponen tertentu. Kriteria unjuk kerja langsung menentukan nilai komponen;

4. Kriteria keberhasilan disiapkan untuk setiap aspek pada semua komponen. Formulasi
semua kriteria kinerja/kriteria performansi/indikator keberhasilan ditentukan sesuai
dengan karakteristik aspek yang dinilai

5. Kriteria keberhasilan suatu aspek dalam suatu komponen tidak sama, baik dalam jumlah,
substansi, maupun karakteristiknya

20
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Organisasi lembaga pendidikan adalah suatu organisasi yang unik dan kompleks karena
lembaga pendidikan tersebut merupakan suatu lembaga penyelenggara pendidikan.
Tujuannya antara lain adalah menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang
memiliki kemampuan akademik dan/atau profesional yang dapat menerapkan,
mengembangkan, memperkya khanazah ilmu pengetahuan, teknologi, kesenian, serta
mengupayakan penggunaannya untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dan
memperkaya kebudayaan nasional. Mulyani A Nurhadi membedakan menjadi dua yaitu
organisasi macro dan mikro.

2. Jalur, Jenjang, dan Jenis Organisasi Lembaga Pendidikan

3. Jenjang organisasi lembaga pendidikan


Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan
pendidikan tinggi. (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang
Sistem Pendidikan Nasional Bab IV Pasal 14)

4. Pengorganisasian dalam lembaga pendidikan


5. Evaluasi dalam lembaga pendidikan
6. Kriteria Keberhasilan Organisasi Lembaga Pendidikan
Kriteria keberhasilan berfungsi untuk menentukan nilai suatu aspek dalam suatu komponen
tertentu. Pengelolaan suatu lembaga pendidikan yang efektif dan efisien merupakan syarat
mutlak keberhasilan organisasi tersebut. Tidak terkecuali lembaga pendidikan yang juga
akan semakin dituntut menjadi suatu organisasi yang tepat sasaran dan berdayaguna.
Sebagai salah satu komponen utama dalam sistem pendidikan, selayaknya sekolah
memberikan kontribusi yang nyata dalam meningkatkan kualitas SDM.

21
DAFTAR PUSTAKA
HIKMAT, Manajemen Pendidikan, Bandung:pustaka setia:2009,pustaka setia.

Dosen, Tim AP. 2010. Manajemen Pendidikan. Yogyakarta : UNY Press


Fattah, Nanang. 1996. Landasan Manajemen Pendidikan. Cibeureum : PT Remaja
Rosdakarya Bandung.
(http://kangsaviking.wordpress.com/lembaga-pendidikan-sebagai-agen-perubahan/).
(http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan_nonformal)
(http://pendidikan-rumah.blogspot.com/2009/06/pendidikan-informal.html)

https://ganieindraviantoro.wordpress.com/organisasi-lembaga-pendidikan/).

22

Anda mungkin juga menyukai