DOSEN PEMBIMBING :
DISUSUN OLEH:
SEMESTER: III A
UNIVERSITAS ASAHAN
TA. 2019/2020
KATA PENGANTAR
Tidak ada kata lain yang lebih utama untuk kami ucapkan selain puji dan syukur kepada
Allah SWT yang telah memberikan rahmat, karunia dan hidayah-Nya. Sehingga kami bisa
menyelesaikan makalah ini.
Shalawat beriring salam, semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Agung Muhammad
SAW manusia termulia sepanjang zaman.
Adapun makalah ini kami susun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Pengelolaan Pendidikan semester III pada program studi pendidikan matematika, fakultas
keguruan dan ilmu pendidikan. Makalah ini berjudul “Organisasi Lembaga Pendidikan”. kami
berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kami serta mahasiswa lain khususnya di program
studi pendidikan matematika di Universitas Asahan.
kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan.
Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca terutama kepada ibu Ely
Syafitri, S.Pd,M.Pd selaku dosen mata kuliah Pengelolaan Pendidikan di Universitas Asahan
tepatnya dikelas reguler semester IIIA.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Organisasi sekolah dilihat dari jenjangnya terdapat : jenjang pra sekolah, Taman Kanak-
Kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Lanjutan Tingat Pertama/ Sekolah Menengah
Pertama (SLTP/SMP), Sekolah Menengah Umum/ Sekolah Menengan Atas (SMU/SMA), dan
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) serta perguruan Tinggi. Dilihat dari jenis ada dua yaitu
sekolah umum dan sekolah kejuruan, dilihat dari penyelenggara pendidikannya, terdapat sekolah
negeri dan sekolah swasta.
Pada era globalisasi, lembaga pendidikan harus dapat mencetak “leader-leader” yang
tangguh dan berkualitas. “Leader–leader” pada masa yang akan datang harus dapat mengubah
pola pikir untuk menyelesaikan sesuatu dengan kekuatan manusia (manpower) menjadi pola
pikir kekuatan otak (mindpower). Konsep pendidikan juga harus dapat menghasilkan out put
lembaga pendidikan yang dapat menciptakan “corporate culture”, sehingga dapat menyesuaikan
diri dengan norma–norma yang berlaku masa itu dan pada gilirannya tumbuh kreativitas dan
inisiatif, sehingga munculah peluang baru (new opportunity). Out put pendidikan dimasa datang
juga diharapkan dapat memandang manusia bukan sebagai pekerja tetapi sebagai mitra kerja
dengan keunggulan yang berbeda. Dengan demikian, seorang leader yang keluar dari persaingan
global, harus dapat memandang manusia sebagai manusia, bukan pekerja.
1
1.2 Rumusan Masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
3. Robbins (1996)
Organisasi dipandang pula sebagai satuan sosial yang dikoordinasi secara sadar, yang
tersususn atas dua orang atau lebih, yang berfungsi atas dasar yang relatif terus-
menerus untuk mencapai suatu tujuan atau seperangkat tujuan bersama.
3
4. Sutarto (1998)
Organisasi adalah sistem saling berpengaruh antar orang dalam kelompok yang bekerja
sama untuk mencapai tujuan tertentu.
Dari berbagai definisi para ahli mengenai organisasi, Pada intinya dapat disimpulkan
bahwa organisasi adalah koordinasi /secara rasional kegiatan sejumlah orang untuk mencapai
tujuan bersama yang dirumuskan secara eksplisit, melalui peraturan dan pembagian kerja serta
melalui hierarkhi kekuasaan dan tanggung jawab. Organisasi dapat didefinisikan dengan
bermacam cara yang pada intinya mencakup berbagai faktor yang menimbulkan organisasi yaitu
kumpulan orang, ada kerjasama, dan tujuan yang telah ditetapkan yang merupakan sistem yang
saling berkaitan dalam kebulatan.
Suatu lembaga adalah sistem hubungan sosial yang terorganisir yang mewujudkan nilai-nilai
dan tata cara umum tertentu dan memenuhi kebutuhan dasar masyarakat tertentu. Lembaga
termasuk diantara norma norma masyarakat yang paling resmi dan bersifat memaksa. Kalau
kebiasaan dan tata kelakuan disekitar suatu kegiatan yang penting menjadi terorganisir ke dalam
sistem keyakinan dan perilaku yang sangat formal dan mengikat, maka suatu lembaga telah
berkembang. Oleh karena itu suatu lembaga mencakup :
1. Cara. Yang dimaksud dengan cara disisni adalah mengacu pada suatu keadaan dalam
masyarakat yang menggunakan symbol-simbol tertentuk untuk memaknai sebuah hal atau
peristiwa.
2. Kebisaan. Yang dimaksud dengan kebiasan adalah prilaku masyaralat berulang secaar
terus-menerus dalam jangka waktu tertentu, sehingga perilaku tersebut sudah menjadi
kebisaan yang dsulit untuk dilupkan.
3. Adat Istiadat. Adalah suatu cara dan prilaku masyarakat dalam memakanai kehidupan
dalam bentuk upacara ritual, makan adat istiada disini lebih mengacu pada nilai-nilai
budaya yang dipegang oleh masyarakat dan menjadi nilai-nilai yang dianut oleh
masyarakat.
4
Beberapa definisi organisasi dari para ahli :
4. Dictionary of education
Pendidikan adalah (a) Proses seseorang mengembangkan kemampuan, sikap, dan tingkah
laku lainnya di dalam masyarakat tempat mereka hidup, (b) proses sosial yang terjadi
pada seseorang yang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol
(khususnya yang datang dari sekolah), sehingga mereka dapat memperoleh
perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan individu yang optimum. Dengan kata
lain pendidikan dipengaruhi oleh lingkungan atas individu untuk menghasilkan
perubahan-perubahan yang sifatnya permanen (tetap) dalam tingkah laku, pikiran, dan
sikapnya
“Modern educational theory and practice not only are aimed at preparation for future
living but also are operative in determining the patern of present, day by day attitude and
behaviour.”
Pendidikan tidak hanya dipandang sebagai sarana untuk persiapan hidup yang akan
datang, tetapi juga untuk kehidupan sekarang yang dialami individu dalam
perkembangannya menuju ke tingkat kedewasaannya.
5
Dari berbagai definisi pendidikan menurut para ahli tersebut, dapat diidentifikasi beberapa ciri
pendidikan, antara lain yaitu :
– Untuk mencapai tujuan itu, pendidikan melakukan usaha yang terencana dalam memilih isi
(materi), strategi, dan teknik penilaiannya yang yang sesuai.
– Kegiatan pendidikan dilakukan dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat (formal
dan non formal).
Selain itu, dari berbagai definisi pendidikan menurut para ahli tersebut dapat disimpulkan
bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
6
Struktur organisasi merupakan bentuk dari organisasi secara keseluruhan yang
menggambarkan kesatuan dari berbagai segmen dan fungsi organisasi yang dipengaruhi oleh
kondisi lingkungan, ukuran, jenis teknologi yang digunakan, dan sasaran yang hendak dicapai.
Struktur bersifat relatif stabil (tidak berubah) statis dan berubah lambat atau memerlukan waktu
untuk penyesuaian-penyesuaian.
Menurut Stoner (1986), struktur organisasi dibangun oleh lima unsur, yaitu:
1. Spesialisasi aktivitas
Spesialisasi aktivitas mengacu pada spesifikasi tugas perorangan dan kelompok di
seluruh organisasi atau pembagian kerja dan penyatuan tugas tersebut ke dalam unit
kerja.
2. Standardisasi aktivitas
Standardisasi aktivitas adalah prosedur yang digunakan organisasi untuk menjamin
kelayakan kegunaan aktivitas. Menstandardisasi artinya menjadikan seragam dan
konsisten pekerjaan yang harus dilakukan bawahan, biasanya dengan menggunakan
peraturan, uraian jabatan, dan program seleksi, orientasi kerja, keterampilan kerja.
3. Koordinasi aktivitas
koordinasi aktivitas adalah prosedur yang memadukan fungsi-fungsi dalam organisasi,
seperti fungsi primer dalam suatu badan usaha, pemasaran, produksi dan penjualan
merupakan faktor-faktor yang secara langsung menunjang pencapaian tujuan organisasi.
7
Struktur organisasi akan menjadi lebih jelas apabila digambarkan dalam bagan atau
skema organisasi. Pada struktur organisasi terdapat gambaran posisi kerja, pembagian kerja, jenis
kerja yang harus dilakukan, hubungan atasan dan bawahan, kelompok, komponen atau bagian,
tingkat manajemen dan saluran komunikasi. Struktur organisasi menspesifikkan pembagian
kegiatan kerja dan menunjukkan bagaimana fungsi atau bagaimana kegiatan yang berbeda-beda
itu dihubungkan.Struktur juga menunjukkan hierarki dan struktur wewenang organisasi serta
memperlihatkan hubungan pelapornya.
Kegunaan skema atau bagan organisasi untuk mengetahui besar kecilnya organisasi, garis
saluran weweang, berbagai macam satuan organisasi, rincian aktivitas satuan organisasi, setiap
jabatan yang ada, rincian tugas pejabat, nama dan pangkat golongan, jumlah dan foto pejabat,
kedudukan, dan penilaian terhadap kelayakan suatu organisasi.
Struktur organisasi lembaga pendidikan adalah susunan skema atau bagan yang
menggambarkan hubungan kerja yang membagi dan mengkoordinasikan tugas orang dan
kelompok agar menjadi suatu kesatuan dari berbagai segmen dan fungsi lembaga pendidikan
dengan tujuan untuk mencapai tujuan dari proses pembelajaran.
8
Berkenaan dengan pengelolaan pendidikan, dikeluarkan Keputusan Menteri pendidikan Nasional
nomor 044 tahun 2002 tentang Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah. Dewan Pendidikan
adalah badan yang mewadahi peran serta masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu,
pemerataan, dan efisiensi pengelolaan pendidikan di kabupaten dan kota. Dewan pendidikan
berperan antara lain:
2. Pendukung (supporting agency) baik berwujud finansial, pemikiran maupun tenaga dalam
penyelenggaraan pendidikan
Komite sekolah adalah badan mandiri yang mewadahi peran serta masyarakat dalam rangka
meningkatkan mutu, pemerataan dan efisiensi pengelolaan pendidikan di satuan pendidikan, baik
pendidikan pra sekolah jalur pendidikan sekolah maupun jalur pendidikan luar sekolah. Peran
komite sekolah hampir sama dengan dewan pendidikan, namun cakupan ruangnya lebih sempit
yaitu di satuan pendidikan.
9
1. Jalur Pendidikan formal
Pendidikan formal merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah-sekolah pada
umumnya. Jalur pendidikan ini mempunyai jenjang pendidikan yang jelas, mulai dari
pendidikan dasar, pendidikan menengah, sampai pendidikan tinggi. Pendidikan formal
dapat diwujudkan dalam bentuk satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah
(pusat), pemerintah daerah dan masyarakat.
Semua lembaga formal diberi hak dan wewenang oleh pemerintah untuk
memberikan gelar akademik kepada setiap peserta didik yang telah menempuh pendidikan
di lembaga tersebut. Khusus bagi perguruan tinggi yang memiliki program profesi sesuai
dengan program pendidikan yang diselenggarakan doktor berhak memberikan gelar doktor
kehormatan (doktor honoris causa) kepada individu yang layak memperoleh penghargaan
berkenaan dengan jasa-jasa yang luar biasa dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi,
kemasyarakatan, keagamaan, kebudayaan, atau seni.
10
dan lain sebagainya, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan
kemampuan peserta didik.
Hanya saja, jika anak-anak yang dididik secara informal ini menghendaki ijazah
karena berniat memasuki pendidikan formal pada jenjang yang lebih tinggi, maka peserta
pendidikan informal bisa mengikuti ujian persamaan melalui PKBM atau lembaga
nonformal sejenis yang menyelenggrakan ujian kesetaraan. Hal paling khas yang menjadi
nilai lebih pendidikan informal dibandingkan model pendidikan lainnya adalah,
kemungkinan yang lebih besar akan tergali dan terkelolanya potensi setiap anak secara
maksimal.
Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan
pendidikan tinggi. (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional Bab IV Pasal 14)
11
1. Pendidikan dasar
Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan awal selama 9 (sembilan) tahun
pertama masa sekolah anak-anak yang melandasi jenjang pendidikan menengah.
Pendidikan dasar berbentuk sekolah dasar (SD) dan madrasah ibtidaiyah (MI) atau
bentuk lain yang sederajat serta sekolah menengah pertama (SMP) dan madrasah
tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat (Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab IV Pasal 17). Pendidikan
dasar merupakan pendidikan sembilan tahun terdiri dari program pendidikan enam tahun di
sekolah dasar dan program pendidikan tiga tahun di sekolah lanjutan pertama (PP Nomor
28 tahun 1990).
Sebelum memasuki jenjang pendidikan dasar, bagi anak usia 0-6 tahun diselenggarakan
pendidikan anak usia dini, tetapi bukan merupakan prasyarat untuk mengikuti pendidikan
dasar. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang
Sistem Pendidikan Nasional Bab IV pasal 28 disebutkan bahwa : Pendidikan anak usia dini
diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar, dapat diselenggarakan melalui jalur
pendidikan formal, nonformal, dan/atau informal.Pendidikan anak usia dini pada jalur
pendidikan formal berbentuk taman kanak-kanak (TK), raudatul athfal (RA), atau bentuk
lain yang sederajat. Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan nonformal berbentuk
kelompok bermain (KB), taman penitipan anak (TPA), atau bentuk lain yang sederajat.
Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan informal berbentuk pendidikan keluarga
atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan.
2. Pendidikan menengah
Pendidikan menengah merupakan jenjang pendidikan lanjutan pendidikan dasar.
Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah
kejuruan. Pendidikan menengah berbentuk sekolah menengah atas (SMA), madrasah
aliyah (MA), sekolah menengah kejuruan (SMK), dan madrasah aliyah kejuruan (MAK),
atau bentuk lain yang sederajat. (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab IV Pasal 18.
12
3. Pendidikan tinggi
Pendidikan tinggi adalah jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang
mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, doktor, dan spesialis yang
diselenggarakan oleh perguruan tinggi. Perguruan tinggi berkewajiban
menyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.
13
berfungsi meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam pelaksanaan tugas
kedinasan bagi pegawai dan calon pegawai negeri suatu departemen atau lembaga
pemerintah nondepartemen. Pendidikan kedinasan diselenggarakan melalui jalur
pendidikan formal dan nonformal.
5. Pendidikan vokasi
Pendidikan vokasi merupakan pendidikan tinggi yang mempersiapkan peserta didik untuk
memiliki pekerjaan dengan keahlian terapan tertentu maksimal dalam jenjang diploma 4
setara dengan program sarjana (strata 1).
6. Pendidikan keagamaan
Pendidikan keagamaan merupakan pendidikan dasar, menengah, dan tinggi yang
mempersiapkan peserta didik untuk dapat menjalankan peranan yang menuntut
penguasaan pengetahuan tentang ajaran agama dan/atau menjadi ahli ilmu agama.
Rencana-rencana atau program organisasi yang harus dilaksanakan bersifat kompleks dan
mengandung banyak segi yang saling bersangkut-paut satu sama lain. Sifat kompleks yang
terdapat dalam suatu organisasi menunjukkan sangat perlunya tindakan-tindakan yang
15
dikoordinasikan. Koordinasi ini perlu untuk mengatsi batas-batas perencanaan maupun batas-
batas personal, terutama untuk mengatasi kemungkinan adanya duplikasi dalam tugas, perebutan
hak dan tanggung jawa, ketidakseimbangan dalam berat ringannya pekerjaan, kesimpangsiuran
dalam menjalankan tugas dan kewajiban, dan sebagainya. Koordinasi adalah aktivitas membawa
orang-orang, material, pikiran-pikiran, teknik-teknik dan tujuan-tujuan ke dalam hubungan yang
harmonis dan produktif dalam mencapai suatu tujuan.
Disinipun harus dibahas kembali tentang motivasi kerja Pimpinan Lembaga terhadap
tenaga pendidik, terkadang realisasi dalam suatu Lembaga masih teramat banyaknya para
Pimpinan Lembaga yang tidak perduli akan pengadaan fasilitas dan media pembelajaran, karena
tidak dapat dipungkiri semakin pesatnya kemajuan teknologi pembelajaran ini dapat
16
meningkatkan semangat atau efektivitas tenaga kerja terhadap tujuan, tanggung jawab dan
peningkatkan SDM terhadap siswa.
17
2.6 Kriteria Keberhasilan Organisasi Lembaga Pendidikan
Kemandirian sebagai tuntuan desentralisasi pendidikan (Tim Dosen AP, 2010 : 25) pada
daerah kabupaten dan kota lebih menekankan pada kemandirian dalam mengelola dan
memberdayakan berbagai sumber daya yang dimiliki untuk mengimplementasikan kebijakan
yang sudah ditetapkan oleh otoritas pusat dan propinsi. Melihat sumber daya yang tersedia
didaerah, maka setiap daerah berbeda-beda dalam menangani urusan pendidikan. Perbedaan ini
terlihat dalam mengorganisasikan instansi pengelola pendidikan, sedangkan untuk
mengorganisasikan lembaga penyelenggaraan pendidikan tetap menganut ketentuan nasional
tentang jenis dan jenjang pendidikan.
Pengorganisasian sebagai proses membagi kerja ke dalam tugas-tugas yang lebih kecil,
membebankan tugas-tugas itu kepada orang yang sesuai dengan kemampuannya, dan
mengalokasikan sumberdaya, serta mengkoordinasikannya dalam rangka efektivitas pencapaian
tujuan organisasi. Oleh sebab itu, untuk mencapai tujuan sebuah organisasi maka diperlukan
kriteria keberhasilan organisasi lembaga pendidikan (Nanang Fattah, 1996 : 71).
Kriteria keberhasilan berfungsi untuk menentukan nilai suatu aspek dalam suatu komponen
tertentu. Pengelolaan suatu lembaga pendidikan yang efektif dan efisien merupakan syarat
mutlak keberhasilan organisasi tersebut. Tidak terkecuali lembaga pendidikan yang juga akan
semakin dituntut menjadi suatu organisasi yang tepat sasaran dan berdayaguna. Sekolah sebagai
lembaga pendidikan formal memerlukan suatu sistem pengelolaan yang profesional. Sebagai
salah satu komponen utama dalam sistem pendidikan, selayaknya sekolah memberikan
kontribusi yang nyata dalam meningkatkan kualitas SDM. Hal ini tidak terlepas dari seberapa
baik sekolah tersebut dikelola. Apabila sekolah dianalogikan sebagai mesin produksi, maka
kualitas output akan relevan dengan kualitas mesinnya. Keberhasilan suatu lembaga pendidikan
(sekolah) merupakan keberhasilan kepala sekolah. Kepala sekolah yang berhasil apabila mereka
memahami keberadaan sekolah sebagai organisasi yang kompleks dan unik, serta mampu
melaksanakan peranan kepala sekolah sebagai seseorang yang diberi tanggung jawab untuk
memimpin sekolah. Sehingga keberhasilan kepemimpinan pada hakikatnya berkaitan dengan
tingkat kepedulian seorang pemimpin terlibat terhadap kedua orientasi, yaitu apa yang telah
dicapai oleh organisasi (organizational achievement) dan pembinaan terhadap organisasi
18
(organizational maintenance). Dengan pendekatan ini, keberhasilan seorang pemimpin dapat
dikaji dengan langkah-langkah atau cara:
1. Penampilan kelompok
4. Pertumbuhan kelompok
10. Berkaitan dengan hasil transformasi tersebut dapat dilihat pula beberapa hal, seperti:
1. Pertumbuhan keuntungan
19
Kriteria Keberhasilan
1. Obyektivitas absolut memang diyakini tidak akan diperoleh dalam kehidupan sehari-hari,
yang diperoleh hanyalah tertekannya unsur subyektivitas seminimal mungkin. Hal itu
juga dipastikan terjadi dalam penyelenggaraan supervisi keterlaksanaan Kurikulum 2004
di 40 SMA
3. Kriteria keberhasilan berfungsi untuk menentukan nilai suatu aspek dalam suatu
komponen tertentu. Kriteria unjuk kerja langsung menentukan nilai komponen;
4. Kriteria keberhasilan disiapkan untuk setiap aspek pada semua komponen. Formulasi
semua kriteria kinerja/kriteria performansi/indikator keberhasilan ditentukan sesuai
dengan karakteristik aspek yang dinilai
5. Kriteria keberhasilan suatu aspek dalam suatu komponen tidak sama, baik dalam jumlah,
substansi, maupun karakteristiknya
20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Organisasi lembaga pendidikan adalah suatu organisasi yang unik dan kompleks karena
lembaga pendidikan tersebut merupakan suatu lembaga penyelenggara pendidikan.
Tujuannya antara lain adalah menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang
memiliki kemampuan akademik dan/atau profesional yang dapat menerapkan,
mengembangkan, memperkya khanazah ilmu pengetahuan, teknologi, kesenian, serta
mengupayakan penggunaannya untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dan
memperkaya kebudayaan nasional. Mulyani A Nurhadi membedakan menjadi dua yaitu
organisasi macro dan mikro.
21
DAFTAR PUSTAKA
HIKMAT, Manajemen Pendidikan, Bandung:pustaka setia:2009,pustaka setia.
https://ganieindraviantoro.wordpress.com/organisasi-lembaga-pendidikan/).
22