Anda di halaman 1dari 7

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran dan Lokasi Penelitian

Kota Gorontalo merupakan salah satu wilayah yang ada di Provinsi

Gorontalo, yang luas wilayahnya 64,79 KM atau sekitar 0,53 % dari luas Provinsi

Gorontalo, curah hujan di wilayah ini tercatat sekitar 11 mm s/d 266 mm

0
pertahun. Secara umum suhu udara di Gorontalo rata-rata pada siang hari 32 % C,

0
sedangkan suhu udara rata-rata pada malam hari 23 C.

Kelembaban udara relatif tinggi dengan rata-rata 79,9%. Secara geografis

wilayah Kota Gorontalo terletak antara 000 28’ 17”-000 35’ 56” Lintang Utara

(LU) dan 1220 59’ 44”-1230 05’ 59” Bujur Timur (BT) dengan batas-batas

sebagai berikut:
1. Batas Utara : Kecamatan Bolango Utara Kabupaten Bone Bolango

2. Batas Timur : Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango

3. Batas Selatan : Teluk Tomini

4. Batas Barat : Kecamatan Telaga dan Batudaa Kabupaten Gorontalo

Kini Kota Gorontalo terdiri dari 9 Kecamatan dengan 50 Kelurahan yaitu :

1. Kecamatan Kota Barat : 7 Kelurahan

2. Kecamatan Dungingi : 5 Kelurahan

3. Kecamatan Kota Selatan : 5 Kelurahan

4. Kecamatan Kota Tengah : 6 Kelurahan

5. Kecamatan Kota Timur : 6 Kelurahan

6. Kecamatan Kota Utara : 6 Kelurahan

30
31

7. Kecamatan Sipatana : 5 Kelurahan


8. Kecamatan Dumbo Raya : 5 Kelurahan

9. Kecamatan Hulondalangi : 5 Kelurahan

4.1.2 Hasil Analisis Univariat

Objek penelitian ini yaitu pasar modern dan pasar tradisional, yaitu untuk

pemeriksaan garam dapur yang beredar di Kota Gorontalo. Sampel dalam

pemeriksaan ini berjumlah 13 sampel garam dapur, 10 sampel berasal dari pasar

modern dan 3 sampel dari pasar tradisional. Pemeriksaan ini dilaksanakan di

laboratorium kimia Universitas Negeri Gorontalo.

Dari hasil pemeriksaan dengan spektrofotometri uv-vis, kemudian

penentuan konsentrasi (X) dan kadar yodium dari semua sampel. Adapun hasil

perhitungannya dan dibandingkan dengan Standar Nasional Indonesia (SNI 30-

80 ppm) dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.1: Hasil Perhitungan dan Perbandingan dengan SNI Depkes RI No 01-
3556-2000 (30 – 80 ppm) Kadar Yodium dalam Garam Dapur di Kota
Gorontalo Tahun 2013
No Sampel Kadar SNI Depkes RI No Ket
Yodium (ppm) 01-3556-2000
1. A 82 TMS
2. B 40 MS
3. C 65 MS
4. D 41 MS
5. E 44 MS
6. F 42 MS
7. G 49 30-80 ppm MS
8. H 57 MS
9. I 47 MS
10. J 35 MS
11. K 40 MS
12. L 10 TMS
13. M 11 TMS
Sumber: Data primer, 2013. Ket: MS = Memenuhi Standar
TMS = Tidak Memenuhi Standar
32

Berdasarkan tabel 4.1 diatas dapat diketahui bahwa hasil perhitungan

kadar yodium pada 10 sampel garam dapur yang berada di pasar modern sampel

A-J yaitu kadar yodium pada sampel A (82 ppm), B (40 ppm), C (65 ppm), D (41

ppm), E (44 ppm), F (42 ppm), G (49 ppm), H (57 ppm), I (47 ppm), J (35 ppm).

Dari 10 sampel garam dapur pada pemeriksaan kadar yodium tertinggi yaitu pada

sampel A (82ppm), sedangkan kadar yodium yang terendah yaitu pada sampel J

(35ppm,).

Hasil perbandingan kadar yodium pada 10 sampel dengan Standar

Nasional Indonesia (SNI 30-80 ppm) yaitu hanya 9 sampel (B-J) yang memenuhi

standar, sedangkan 1 sampel (A) melebihi standar.

Pada 3 sampel garam dapur yang berada di pasar tradisional sampel K-L

pada tabel 4.1 yaitu kadar yodium pada sampel K (40 ppm), L (10 ppm), M (11

ppm). Dari ketiga sampel garam dapur kadar yodium tertinggi yaitu pada sampel

K, sedangkan kadar yodium yang paling rendah yaitu sampel L.

Hasil perbandingan kadar yodium pada 3 sampel dengan Standar Nasional

Indonesia (SNI 30-80 ppm) yaitu hanya sampel J (40ppm) yang memenuhi

standar, sedangkan yang tidak memenuhi standar atau dibawah dari stadar yaitu

sampel L (10ppm), dan sampel M (11ppm).


33

4.2 Pembahasan

Penelitian ini yaitu mengenai pemeriksaan kadar yodium pada garam

dapur yang beredar di Kota Gorontalo baik dipasar modern maupun dipasar

tradisional. Pemeriksaannya dilakukan dilaboratorium Kimia UNG, tetapi hasil

yang didapatkan belum merupakan hasil akhir, tetapi masih dilakukan perhitungan

kadarnya berdasarkan sampel yang diperiksa yaitu 2 gram dan juga berdasarkan

berat bersih dari setiap sampel yang beredar dimasyarakat yaitu 200 gram, 250

gram dan 500 gram.

Dari data hasil pemeriksaan tersebut dihitung kadar yodiumnya, dan hasil

perhitungan tersebut didapatkan kadar yodium dari 13 sampel, yaitu 10 sampel

dari pasar modern dan 3 sampel dari pasar tradisional. Hasilnya yaitu dari 10

sampel garam dapur di pasar modern setelah diperiksa pada sampel A (82ppm)

yaitu garam dapur beryodium (merk Dolina) kadar yodiumnya melebihi atau tidak

memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI 30-80 ppm), dan pada sampel B-J

(merk Refina,Ibu Bijak, Jago, Garuda Mas halus, Garuda Mas kasar, Sawi, Sarcil,

Lososa dan Garam Gurih) semua masih memenuhi SNI. Sedangkan 3 sampel

garam dapur di pasar tradisional, 2 sampel garam dapur yaitu sampel L (10ppm)

yaitu garam dapur beryodium (merk Segi tiga “G”) dan sampel M (11ppm) yaitu

garam dapur beryodium (merk Kerapan Sapi) kadarnya tidak memenuhi Standar

Nasional Indonesia (SNI 30-80 ppm).

Dalam penentuan kandungan yodium pada garam dapur memerlukan

metode analisis yang tepat karena informasi kadar dari garam dapur sangat

dibutuhkan masyarakat, karena yodium mempunyai peranan yang sangat penting


34

bagi tubuh manusia dalam pencegahan berbagai macam penyakit yang

diakibatkan karena kekurangan yodium dalam tubuh (Riyanto, 2004).

Untuk mengatasi masalah Gangguan Akibat Kekurangan Yodium, maka

garam dapur yang beryodium yang konsumsi harus memenuhi persyaratan SNI

No 01-3556-2000 dengan kadar kalium iodat (KIO3) 30-80 ppm (Nofiyenti,

2011).

Menurut keputusan Presiden No. 69 Tahun 1994, semua garam yang

beredar di indonesia harus mengandung yodium yaitu garam yang telah diperkaya

dengan Kalium Iodat (KIO3). Pemerintah memilih garam dapur menjadi garam

konsumsi sebagai media penyampaian yodium ke dalam tubuh, dalam hal

mengatasi kekurangan asupan yodium dalam makanan. Kekurangan yodium dapat

disebabkan oleh kurangnya kandungan yodium dalam asupan makanan atau

mengkonsumsi garam beryodium yang tidak sesuai standar (Purnawati dalam

Kapantow, 2013).

Pada hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Napitupulu Tahun

2010 dalam mengidentifikasi kandungan yodium pada garam dapur di warung dan

pasar tradisional di Desa Hulu, Desa Tengah dan Desa Tanjung Anom,

menunjukan nilai rata-rata kadar yodium pada garam dapur masih kurang dari

nilai normal (30-80 ppm).

Penelitian yang dilakukan Nofiyenti Tahun 2011, dari penelitiannya garam

dapur beryodium bermerk yang tidak memenuhi persyaratan SNI yaitu garam

merk Ikan Cucut, Ikan Paus, A-A dan A-1 dan 2 garam dapur yang tidak bermerk
35

yaitu garam asal Sigili dan Biruen kedua-duanya tidak memenuhi persyaratan

SNI.

Sedangkan penelitian yang dilakukan Ridwan Tahun 2012, penelitiannya

menunjukan hasil penetapan kadar yodium pada garam beryodium yang beredar

di Pasar Besar Malang. Dari tujuh merk yang beredar hanya satu merk yang tidak

memenuhi SNI yakni merk B, sedangkan yang enam merk lainnya memasuki SNI.

Selain itu dari masing-masing merk, hanya merk G yang kandungan yodiumnya

hampir sama setiap batchnya.

Dari berbagai hasil penelitian sebelumnya, maka pemeriksaan kadar

yodium pada garam dilakukan karena garam dapur ini merupakan penyedap

makanan yang digunakan oleh semua masyarakat, oleh karena itu pemeriksaan ini

dilakukan agar masyarakat mengetahui garam dapur yang memenuhi Standar

Nasional Indonesia (30-80 ppm), dalam hal pencegahan timbulnya Gangguan

Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), yaitu ditandai dengan pembesaran kelenjar

tiroid (gondok), dapat terjadi keguguran pada ibu hamil, bayi lahir mati, bayi lahir

cacat, bahkan dapat mempengaruhi tingkat kecerdasan dari anak. Dan

digambarkan bahwa garam dapur yang tidak memenuhi persyaratan SNI, mutu

dan kualitasnya harus lebih ditingatkan lagi untuk memenuhi angka kecukupan

asupan yodium dimasyarakat.

Berdasarkan hasil perhitungan dari pemeriksaan yang dilakukan

menunjukan bahwa garam dapur yang beredar di pasar tradisional sangat rendah

kandungan yodiumnya, jadi garam dapur yang beredar dipasar tradisional yang

tidak memenuhi SNI, sedangkan masyarakat Kota Gorontalo banyak


36

menggunakan garam dapur yang beredar dipasar tradisional. Penggunaan garam

dapur yang tidak memenuhi SNI akan mempengaruhi status gizi dari masyarakat.

Dapat diasumsikan bahwa garam dapur yang beredar dimasyarakat Kota

Gorontalo walaupun sudah dicatumkan telah mengandung yodium dan memang

semua mengandung yodium, tetapi hal itu tidak dapat menjamin garam dapur

tersebut kadar yodiumnya telah memenuhi persyaratan SNI, karena dari hasil

pemeriksaan menunjukkan bahwa tidak semua memenuhi standar. Hal ini

diakibatkan karena kurangnya pegawasan ketat terhadap produk-produk garam

dapur yang masuk di Kota Gorontalo. Dan juga kurangnya pengetahuan penjual

maupun konsumen tentang persyaratan kadar yodium dalam garam dapur.

Anda mungkin juga menyukai