Anda di halaman 1dari 9

KAJIAN PASANG SURUT DENGAN METODE LEAST SQUARE DI

PERAIRAN KABUPATEN BENGKALIS

Muhammad Yoganda1), Andy Hendri2), Imam Suprayogi2)


1)
Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Riau
2)
Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Riau
Kampus Bina Widya Jl. HR Soebrantas KM 12,5 Pekanbaru, Kode 28293
Email : muhammad.yoganda@student.unri.ac.id

ABSTRACT

Analysis of tidal components can be done with several methods, namely least square method, admiralty and
so forth. The least square method is a tidal harmonic analysis method used to analyze and to predict tides
in this research. Daily observation data of 15 days in each hour will be simulated against 158 variations
of time using Hijri calendar, to find out the initial variation of observational data that best matches the
tidal prediction in Bengkalis waters. The analysis was carried out using tidal data in the waters around the
port of Roro Bengkalis. The analysis results show that the smallest average root mean square error (RMSE)
value is on the initial variation of the 30th data for verification of the simulation data. The 30th days of the
Hijri calendar is in the new moon phase.The tidal type of the location of the research based on the value of
the Formzahl number was classified at the double mixed tide prevailing type (mixed tide prevailing
semidiurnal).

Keywords: formzahl, least square method, RMSE, tide prediction

1. PENDAHULUAN Pasang surut (pasut) air laut


Provinsi Riau merupakan provinsi merupakan gerakan naik turunnya
yang dilalui oleh jalur pelayaran permukaan air laut secara berkala yang
internasional yang padat karena berada disebabkan oleh gaya tarik menarik
di perairan Selat Malaka dan Laut Cina antara benda-benda angkasa terutama
Selatan. Salah satu kabupaten di provinsi matahari dan bulan terhadap massa air di
Riau yang memiliki jalur pelayaran yang bumi (Pariwono, 1989). Pengaruh benda
cukup padat adalah kabupaten Bengkalis. angkasa lainnya dapat diabaikan karena
Kabupaten Bengkalis terletak di pesisir jaraknya lebih jauh atau ukurannya lebih
Timur Pulau Sumatera, yaitu antara kecil (Dronkers, 1964). Pasang surut
2º7’37,2” – 0º55’33,6” LU dan merupakan suatu fenomena yang bersifat
100º57’57,6”– 102º30’25,2” BT yang periodik, sehingga pasang surut dapat
terdiri dari pulau-pulau dan lautan diprediksi dengan memperoleh
dengan luas wilayah 7.773,93 km2. komponen-komponen pembentuknya.
Kawasan laut dan pantai pada pulau ini Beberapa metode yang sering
dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan digunakan untuk memprediksi pasut
manusia seperti pelayaran, pemanfaatan yaitu metode admiralty dan least square.
sumber daya hayati perairan, pariwisata Metode yang digunakan untuk
dan lain sebagainya. Dalam pelaksanaan memprediksi elevasi pasut di Perairan
kegiatan tersebut memerlukan Bengkalis ini adalah metode least square.
pengetahuan mengenai parameter atau Metode least square sering digunakan
fenomena oseanografi. Salah satu setelah ditemukan alat penghitung
fenomena oseanografi tersebut adalah modern numeris. Hal ini dikarenakan
fenomena pasang surut. metode ini memerlukan proses
perhitungan matriks dengan dimensi

Jom FTEKNIK Volume 6 Edisi 1 Januari s/d Juni 2019 1


matriks yang besar (Gumelar et al., termasuk ke dalam kelompok diurnal
2016). tide yang terdiri atas komponen K1, O1,
Data yang digunakan untuk P1. Kelompok ketiga adalah komponen
mempredikasi pasut pada Perairan pasang surut yang termasuk ke dalam
Bengkalis ini cukup panjang, yaitu kelompok Short Periode yang terdiri atas
selama lebih kurang 6 bulan dengan komponen M4 dan MS4. Masing-masing
pengamatan tiap jam yang diperoleh dari komponen pasang surut tersebut
Badan Informasi Geospasial (BIG). Data mempunyai periode (T) yang berbeda-
pengukuran pasang surut berada di beda dan dihitung dalam satuan waktu
Kabupaten Bengkalis. Koordinat lokasi (jam).
pengukuran yaitu pada 1º27’57,50” LU
dan 102º6’26,50” BT. Lokasi tersebut 2.3 Tipe Pasang Surut
berada di sekitar Pelabuhan Roro Menurut Triatmodjo (2010) pasang
Bengkalis. Data pengamatan 15 harian di surut di Indonesia dapat dibagi menjadi
tiap jam akan disimulasikan terhadap empat tipe seperti pada Gambar 1, yaitu:
158 variasi waktu berdasarkan a. Pasang surut harian ganda (semi
penanggalan Hijriah untuk mengetahui diurnal tide), yaitu dalam satu hari
variasi awal data pengamatan yang terjadi dua kali air pasang dan dua kali
paling cocok terhadap prakiraan pasut di air surut dengan tinggi yang hampir
lokasi ini. sama dan pasang surut terjadi secara
berurutan secara teratur. Periode
2. TINJAUAN PUSTAKA pasang surut rata-rata adalah 12 jam
2.1 Defenisi Pasang Surut 25 menit. Pasang surut jenis ini
Menurut Dronkers (1964) pasang terdapat di Selat Malaka sampai Laut
surut laut merupakan suatu fenomena Andaman.
pergerakan naik turunnya permukaan b. Pasang surut harian tunggal (diurnal
air laut secara berkala yang diakibatkan tide), yaitu dalam satu hari terjadi satu
oleh kombinasi gaya gravitasi dan gaya kali air pasang dan satu kali air surut.
tarik menarik dari benda-benda Periode pasang surut adalah 24 jam
50 menit. Pasang surut tipe ini terjadi
astronomi terutama oleh matahari, bumi
di perairan Selat Karimata.
dan bulan. Pengaruh benda angkasa c. Pasang surut campuran condong ke
lainnya dapat diabaikan karena jaraknya harian ganda (mixed tide prevailing
lebih jauh atau ukurannya lebih kecil. semidiurnal), yaitu dalam satu hari
2.2 Komponen Pasang Surut terjadi dua kali air pasang dan dua kali
Komponen pasang surut merupakan air surut, tetapi tinggi dan periodenya
uraian dari resultan gaya penggerak berbeda. Pasang surut jenis ini banyak
pasang surut. Resultan gaya pasut adalah terdapat di perairan Indonesia Timur.
resultan dari gaya tarik menarik antara d. Pasang surut campuran condong ke
bumi, bulan dan matahari. Komponen- harian tunggal (mixed tide prevailing
komponen pasang surut ini terbagi diurnal), yaitu dalam satu hari terjadi
menjadi tiga kelompok, yaitu kelompok satu kali air pasang dan satu kali air
pertama adalah komponen pasang surut surut, tetapi kadang-kadang untuk
yang termasuk ke dalam kelompok semi- sementara waktu terjadi dua kali
diurnal tide yang terdiri atas komponen pasang dan dua kali surut dengan
M2, S2, N2, dan K2. Kelompok kedua tinggi dan periode yang sangat
adalah komponen pasang surut yang berbeda. Pasang surut jenis ini

Jom FTEKNIK Volume 6 Edisi 1 Januari s/d Juni 2019 2


terdapat di Selat Kalimantan dan 2.4 Elevasi Muka Air
Pantai Utara Jawa Barat. Elevasi muka air laut selalu berubah
setiap saat. Maka dari itu diperlukan
suatu elevasi yang ditetapkan
berdasarkan data pasang surut, yang
dapat digunakan sebagai pedoman di
dalam perencanaan suatu bangunan
pantai. Beberapa elevasi tersebut adalah
sebagai berikut:
a. Muka air tinggi tertinggi (Highest
Gambar 1. Tipe pasang surut High Water Level, HHWL), adalah air
Sumber : Triatmojo, 2010 tertinggi pada saat pasang surut
Tipe pasut yang akan ditentukan dengan purnama atau bulan mati.
menggunakan metode least square ini b. Muka air tinggi rerata (Mean High
dilakukan dengan cara menghitung Water Level, MHWL), adalah rerata
bilangan formzahl (F) dengan ketentuan dari muka air tinggi selama periode
sebagai berikut: 19 tahun.
AK1 +AO1 c. Muka air laut rerata (Mean Sea Level,
F= …(1)
AM2 +AS2 MSL), adalah muka air rerata antara
dengan: muka air tinggi rerata dan muka air
F : Formzahl atau konstanta pasang rendah rerata. Elevasi ini digunakan
surut sebagai referensi untuk elevasi di
AK1 : Amplitudo dari anak gelombang daratan.
pasang surut harian tunggal rata- d. Muka air rendah rerata (Mean Low
rata yang dipengaruhi oleh Water Level, MLWL), adalah rerata
deklinasi bulan dan matahari dari muka air rendah selama periode
AO1 : Amplitudo dari anak gelombang 19 tahun.
pasang surut harian tunggal rata- e. Muka air rendah terendah (Lowest
rata yang dipengaruhi oleh Low Water Level, LLWL), adalah air
deklinasi matahari terendah pada saat pasang surut
AM2 : Amplitudo dari anak gelombang purnama atau bulan mati.
pasang surut harian ganda rata- Elevasi muka air laut dapat
rata yang dipengaruhi oleh bulan dihitung dari nilai komponen-komponen
AS2 : Amplitudo dari anak gelombang pasut yang diperoleh dari hasil
pasang surut harian ganda rata- perhitungan analisis pasut metode Least
rata yang dipengaruhi oleh Square. Berikut ini adalah beberapa
matahari persamaan untuk menentukan elevasi
Adapun klasifikasi tipe pasang surutnya muka air rencana (Dalpan et al., 2015)
dapat dilihat pada Tabel 1. MHWL = S0 + (M2 + K1 + O1) …(2)
Tabel 1. Klasifikasi Tipe Pasang Surut HHWL = S0 + (M2 + S2+ K2+ K1
Nilai F Tipe Pasang Surut O1+P1 ) …(3)
≤ 0,25 Harian Ganda MSL = S0 …(4)
Campuran Condong ke LLWL = S0 - (M2 + S2+ K2+ K1
0,25-1,50
Harian Ganda
O1+P1 ) …(5)
Campuran Condong ke
1,50-3,00
Harian Tunggal MLWL = S0 - (M2 + K1 + O1 ) …(6)
≥ 3,00 Harian Tunggal
Sumber : Triatmojo, 2010

Jom FTEKNIK Volume 6 Edisi 1 Januari s/d Juni 2019 3


2.5 Metode Least Square akurat. Perhitungan nilai RMSE
Metode least square adalah metode dihitung dengan menggunakan rumus
yang digunakan untuk menganalisa pada Persamaan 8.
komponen pasut sehingga elevasi pasut
dapat diprediksi. Komponen pasut yang …(8)
timbul oleh faktor astronomi dan pasang
surut perairan dangkal bersifat periodik, dengan yoi adalah nilai data pengukuran
sedangkan gangguan faktor metereologi ke-i, ypi adalah nilai data prediksi ke-i,
bersifat musiman dan kadang-kadang dan n adalah jumlah data.
sesaat saja. Tanpa memperhatikan faktor
metereologi, maka elevasi pasang surut 3. METODOLOGI PENELITIAN
merupakan penjumlahan dari komponen Metode analisa data pasang surut
yang membentuknya dan dapat yang digunakan dalam memprediksi
dinyatakan dalam fungsi sinus. pasang surut adalah metode least square.
Persamaannya dapat dituliskan sebagai Tahapan metodologi penelitiannya yaitu
berikut (Ongkosongo, 1989): lokasi penelitian, data penelitian dan
𝑁
prosedur penelitian.
𝜂(𝑡) = 𝑆0 + ∑ Ai cos (ωi t-Pi ) …(7) 3.1 Lokasi Penelitian
𝑖=1 Data yang digunakan pada penelitian
dengan : ini diambil di daerah perairan sekitar
𝜂(𝑡) = elevasi pasang surut fungsi pelabuhan Roro Bengkalis dengan
dari waktu koordinat 1º27’57,50” LU dan
𝐴𝑖 = Amplitudo komponen ke-i 102º6’26,50” BT. Lokasinya dapat
2 dilihat pada Gambar 2.
𝜔𝑖 = , Ti = Periode komponen
Ti
ke-i
𝑃𝑖 = fase komponen ke- i Pulau Sumatra
S0 = duduk tengah (mean sea level)
Pelabuhan Roro
t = waktu Bengkalis
N = jumlah komponen
Hasil akhir dari metode analisis ini Pulau Bengkalis
berupa nilai amplitudo dan fase dari Gambar 2. Lokasi Penelitian
sembilan komponen pasang surut, yaitu Sumber : Google Maps, 2018
M2, S2, K2, N2, O1, K1, P1, MS1, dan
M4. 3.2 Data Penelitian
Data yang digunakan dalam
2.6 Tingkat Kesalahan (error) penelitian ini berupa data sekunder. Data
Perhitungan tingkat kesalahan sekunder tersebut adalah data pasut yang
bertujuan untuk mengetahui seberapa didapat dari Badan Informasi Geospasial
besar perbedaan data hasil simulasi (BIG). Data pasut yang digunakan
dengan data pengukuran. Perhitungan adalah data tanggal 22 Agustus 2015
tingkat kesalahan pada penelitian ini sampai 11 Oktober 2016 atau 8
menggunakan persamaan Root Mean Dzulqaidah 1436 H sampai 10
Square Error (RMSE). RMSE adalah Muharram 1438 H. Data pasut tersebut
nilai tingkat kesalahan hasil simulasi. berupa data jam-jaman.
Semakin mendekati nilai 0 nilai RMSE
maka hasil elevasi prediksi semakin

Jom FTEKNIK Volume 6 Edisi 1 Januari s/d Juni 2019 4


3.3 Prosedur Penelitian pada komponen pasut. Kemudian elevasi
3.3.1 Studi Literatur pasut hasil simulasi tersebut diverifikasi
Pengumpulan sumber pustaka dengan elevasi pasut pengamatan
yang terdiri dari buku-buku ilmiah, dilapangan. Tujuan dari dilakukannya
diktat kuliah, ataupun jurnal-jurnal, verifikasi ini adalah untuk mengetahui
untuk mendapatkan referensi tentang hasil prediksi yang telah didapat pada
dasar-dasar teori serta langkah-langkah proses analisa sudah mendekati hasil
penelitian yang berkaitan dengan kajian sebenarnya atau tidak.
pasang surut dengan metode least square. Perbandingan elevasi pasut simulasi
dengan elevasi data pengamatan dapat
3.3.2 Pengumpulan Data dilihat pada Gambar 3. Dari gambar
Mengumpulkan data sekunder tersebut terlihat bahwa data elevasi pasut
pasang surut yang didapat dari Badan hasil simulasi tersebut memiliki pola
Informasi Geospasial (BIG). yang hampir sama dengan elevasi pasut
pengamatan. Perbedaan yang terlihat
3.3.3 Perhitungan Simulasi Data pada gambar tersebut yaitu perbedaan
Pasang Surut dengan Metode Least tinggi rendahnya elevasi data prakiraan
Square dengan data pengamatan terutama pada
Perhitungan simulasi data pasang pertengahan bulan.
surut menggunakan metode least square, Nilai rerata RMSE yang diperoleh
yaitu dengan melakukan beberapa tahap dari hasil verifikasi terhadap variasi data
perhitungan sampai akhirnya dapat input dapat dilihat pada Gambar 4.
diprediksi nilai elevasi pasut pada masa Gambar 4 menunjukkan bahwa nilai
yang akan datang. Simulasi pasut yang RMSE terkecil dari 158 simulasi sebesar
dilakukan sebanyak 158 variasi awal 22,86 cm yaitu pada tanggal 17 Shaffar.
waktu pengamatan. Terdapat dua tahap
Nilai RMSE tersebut kemudian
perhitungan metode least square yaitu:
direratakan sehingga didapatkan nilai
a. Tahap pertama adalah menghitung
nilai amplitudo, fase komponen RMSE rerata terkecil hasil simulasi
tersebut. terdapat pada tanggal 30 penanggalan
b. Tahap kedua yaitu menghitung Hijriah, yaitu sebesar 70,22 cm. Tanggal
elevasi pasut prediksi menggunakan 30 Hijriah berada pada fase bulan mati.
metode least square.

3.3.4 Verifikasi Data Hasil Simulasi


Pasut
Verifikasi data hasil simulasi
tersebut dilakukan untuk memverifikasi
variasi data input. Verifikasi dilakukan
untuk menghitung tingkat kesalahan data
yang diperoleh dengan persamaan RMSE.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Verifikasi
Prediksi elevasi pasut didapatkan
dengan menggunakan komponen
harmonik pasut yang telah diperoleh

Jom FTEKNIK Volume 6 Edisi 1 Januari s/d Juni 2019 5


300

250
Elevasi Muka air (cm)

200

150

100

50

0
28/11/2015

29/11/2015

30/11/2015

01/12/2015

02/12/2015

03/12/2015

04/12/2015

05/12/2015

06/12/2015

07/12/2015

08/12/2015

09/12/2015

10/12/2015

11/12/2015

12/12/2015

13/12/2015

14/12/2015

15/12/2015
Waktu Pengamatan (jam)
Muka Air Observasi Hitungan S0

Gambar 3 Perbandingan Elevasi Pasut Simulasi dengan Elevasi Data Pengamatan

200
RMSE (cm)

150

100

50

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Tanggal Hijriah
Dzulqaidah Dzulhijjah Muharram Shafar Rabiul Awal Rabiul Akhir
(a)
150.00
RMSE (cm)

100.00

50.00

0.00
16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Tanggal Hijriah
Dzulqaidah Dzulhijjah Muharram Shafar Rabiul Awal Rabiul Akhir

(b)

Gambar 4 Diagram Nilai RMSE Hasil Verifikasi Variasi Data Input Tanggal 1-15 Hijriah (a) dan Tanggal
16-30 Hijriah (b)

Jom FTEKNIK Volume 6 Edisi 1 Januari s/d Juni 2019 6


4.2 Komponen Pasut metode least square ini memiliki pola
Perhitungan yang dilakukan saat yang tidak beraturan. Komponen S2, K2,
mengolah data prediksi pasut K1, ,P1, berfluktuasi dan memiliki pola
menghasilkan variasi komponen yang tidak stabil. Komponen yang paling
sebanyak waktu pengamatan yaitu 158 berfluktuasi dihasilkan oleh komponen
variasi. Nilai komponen yang didapat pasut S2. Komponen S2 ini diakibatkan
digunakan sebagai referensi untuk oleh gravitasi matahari dengan orbit
prakiraaan pasut yang terjadi di lokasi lingkaran dan sejajar ekuator bumi.
penelitian ini yaitu nilai komponen yang Sedangkan M2, O1, N2, M4 dan MS4
menghasilkan nilai RMSE terkecil. Hal terlihat pada gambar tersebut memiliki
ini sudah dibahas sebelumnya bahwa pola yang relatif. Hal tersebut
hasil verifikasi dari RMSE terkecil dapat dikarenakan nilai rata-rata amlitudo
digunakan untuk mengetahui akurasi setiap tanggalnya tidak terlalu jauh
elevasi pasut simulasi dengan elevasi perbedaannya. Komponen yang
pasut prediksi, dan juga dapat dijadikan menghasilkan nilai amplitudo terbesar
sebagai awal waktu pengambilan data dihasilkan oleh komponen pasut M2.
pasut di lapangan. Komponen ini diakibatkan oleh gaya
Gambar 5 menunjukkan bahwa gravitasi bulan dengan orbit lingkaran
nilai amplitudo yang dihasilkan oleh dan sejajar ekuator bumi
90.00
80.00
70.00
AMPLITUDO (CM)

60.00
50.00
40.00
30.00
20.00
10.00
0.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
TANGGAL HIJRIAH
M2 S2 N2 K2 K1 O1 P1 M4 MS4
Gambar 5 Nilai Amplitudo Rerata Tiap Komponen

4.3 Tipe Pasut 4.4 Tinggi Elevasi Muka Air


Berdasarkan hasil perhitungan Nilai amplitudo yang telah didapat
menggunakan Persamaan 1, diperoleh dari setiap komponen pasang surut
nilai bilangan Formzahl di lokasi digunakan untuk menghitung elevasi
perairan sekitar Pelabuhan Roro muka air. Elevasi muka air laut yang
Bengkalis yaitu sebesar 0,31. Pada Tabel dihitung yaitu nilai pasang tertinggi
1 dapat diketahui bahwa jenis pasang (HHWL), nilai muka air tinggi rerata
surut yang terjadi di daerah penelitian (MHWL), muka air laut rerata (MSL),)
adalah pasang surut campuran condong nilai muka air rendah rerata (MLWL) dan
ke harian ganda (mixed tide prevailing surut terendah (LLWL). Hasil
semi diurnal) dengan rentang nilai 0,25 perhitungan elevasi pasut rerata untuk
< F < 1,50. tiap tanggal hijriah dapat dilihat pada
Gambar 6.

Jom FTEKNIK Volume 6 Edisi 1 Januari s/d Juni 2019 7


400.00
350.00
300.00
ELEVASI MUKA AIR (CM)

250.00
200.00
150.00
100.00
50.00
0.00
-50.00 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
-100.00
-150.00
-200.00
TANGGAL AWAL HIJRIAH

HHWL MHWL S0 MLWL LLWL

Gambar 6 Elevasi Muka Air Rerata Prediksi

5. KESIMPULAN DAN SARAN komponen pasut dan nilai elevasi


5.1 Kesimpulan pasut di waktu yang akan datang
a. Tanggal awal simulasi yang dan waktu yang tepat untuk
menghasilkan nilai elevasi pasut mengamati pasut di lapangan. Maka
dengan nilai RMSE rerata terkecil saran dari penelitian ini yaitu perlu
terjadi pada tanggal 30 Hijriah (fase dilakukan analisis untuk
bulan mati). memprediksi komponen pasut dan
b. Nilai rerata RMSE terkecil hasil elevasi pasut di waktu yang akan
simulasi metode least square yaitu datang.
70,22 cm.
c. Hasil perhitungan bilangan 6. Daftar Pustaka
formzahl menunjukkan bahwa tipe Dalpan, E., Pratomo, A., & Adil, I.
pasut di Perairan Bengkalis masuk (2015). Analisis Pasang Surut Di
pada klasifikasi tipe pasut campuran Dermaga Sungai Enam Kijang
condong harian ganda (mixed tide Kabupaten Bintan Provinsi
prevailing semidiurnal), yaitu pada Kepulauan Riau Abstrak.
range 0,25<F<1,50. Dronkers, J. J. (1964). Tidal
5.2 Saran computations in rivers and coastal
a. Data yang digunakan sebaiknya data waters.
yang lebih panjang dan lengkap Gumelar, J., Sasmito, B., &
Amarrohman, F. J. (2016). Analisis
daripada penelitian ini, agar
Harmonik Dengan Menggunakan
diperoleh hasil lebih baik.
Teknik Kuadrat Terkecil Untuk
b. Input data pasut yang dilakukan Penentuan Komponen-komponen
pada penelitian ini sepanjang 6 Pasut Di Wilayah Laut Selatan
bulan dengan penanggalan Hijriah. Pulau Jawa Dari Satelit Altimetri
Analisis hanya dilakukan untuk Topex/poseidon Dan Jason-1.
data input. Sehingga hasil Jurnal Geodesi Undip, 5(1), 194–
penelitian ini tidak memberikan 203.
informasi mengenai nilai
Jom FTEKNIK Volume 6 Edisi 1 Januari s/d Juni 2019 8
Ongkosongo, O. S. R. (1989). Pasang
Surut. Jakarta: Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia.
Pariwono, J. I. (1989). Kondisi pasang
surut di Indonesia. Otto SR
Ongkosongo, Suyarso (Eds).
Pasang Surut. Pusat Penelitian Dan
Pengembangan Oseanologi,
Jakarta.
Triatmodjo, B. (2010). Perencanaan
Pelabuhan. Yogyakarta: Beta
Offset.

Jom FTEKNIK Volume 6 Edisi 1 Januari s/d Juni 2019 9

Anda mungkin juga menyukai