Anda di halaman 1dari 5

EKLAMPSIA

No. Kode : 800/ /Pusk.B/2018


Terbitan : 2 Januari 2018
SOP
No. Revisi : 01
Halaman :
UPTD
drg.Suhada. T, M.Kes
PUSKESMAS
NIP.1970428 200604 2 006
BELAWA
1. Pengertian Eklampsia adalah kasus akut pada penderita pre-eklampsia, yang disertai dengan
kejang menyeluruh dan atau koma. Sama halnya dengan pre-eklampsia, eklampsia
dapat timbul pada ante, intra, dan post partum. Eklampsia post partum umumnya
hanya terjadi dalam waktu 24 jam pertama setelah persalinan. 50-60% kejadian
eklampsia terjadi dalam keadaan hamil. 30-35% kejadian eklampsia terjadi pada saat
inpartu, dan sekitar 10% terjadi setelah persalinan.
2. Tujuan Sebagai panduan tatalaksana eklampsia di puskesmas
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Nomor:

4. Referensi a. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


Hk.02.02/Menkes/514/2015 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama.
b. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 tentang
Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer
5. Prosedur/ a. Persiapan alat dan bahan :
Langkah- 1) Alat
langkah a) Stetoskop
b) Tensimeter
c) Thermometer
d) Handscoon
e) Masker
f) Doppler/ Laenec
g) Palu Refleks
h) Tabung Oksigen dan kelengkapannya
i) Nasal Kanul/ NRM
j) Spatel Lidah
k) Spoit
l) Infus Set
m) Kateter Folley Dewasa dan kelengkapannya
n) ATK
2) Bahan
a) Larutan MgSO4 40%
b) Diazepam Ampul (jika MgSO4 40% tidak tersedia)
c) Aquades
d) Larutan Ca Glukonas 10 %
e) Ringer Laktat/ NaCl 0,9 %
b. Petugas yang melaksanakan :
1) Dokter
2) Perawat
3) Bidan
c. Langkah-langkah:
1) Petugas melakukan anamnesis dan pemeriksaan umum dan fisik
serta pemeriksaan obstetrik secara cepat dan tepat
2) Petugas menegakkan diagnosa dan atau differential diagnosis berdasarkan
hasil anamnesa, pemeriksaan umum dan fisik serta pemeriksaan status
obstetrik yang dilakukan secara cepat dan tepat.
3) Petugas melakukan penatalaksanaan awal untuk stabilisasi fungsi vital,
dengan pemantauan terhadap Airway, Breathing, Circulation (ABC).
4) Petugas melakukan penatalaksanaan pengelolaan kejang dengan memasukan
spatel lidah lidah ke dalam mulut pasien, membaringkan pasien pada sisi
kiri dan posisi pasien trendelenburg untuk mengurangi risiko aspirasi.
5) Petugas memberikan MgSO4 secara intravena dengan dosis awal 4 g (10 ml
MgSO4 40%, larutkan dalam 10 ml akuades) secara perlahan selama 20
menit, jika pemberian secara intravena sulit, dapat diberikan secara IM
dengan dosis 5 mg masing bokong kanan dan kiri. Adapun syarat pemberian
MgSO4 : tersedianya Ca Glukonas10%, adanya refleks patella, jumlah
urin minimal 0,5 ml/kgBB/jam, frekuensi napas 12-16x/menit.
6) Petugas melakukan rujukan. Sambil menunggu persiapan rujukan, petugas
memberikan dosis rumatan 6 g MgSO4 (15 ml MgSO4 40%, larutkan dalam
500 ml larutan Ringer Laktat/ Ringer asetat) 28 tetes/ menit selama 6 jam
dan diulang hingga 24 jam setelah persalinan atau kejang berakhir. Pada
kondisi di mana MgSO4 tidak dapat diberikan seluruhnya, berikan dosis
awal (loading dose) lalu rujuk ibu segera ke fasilitas kesehatan sekunder .
Diazepam juga dapat dijadikan alternatif pilihan dengan dosis 10 mg IV
selama 2 menit (perlahan), namun mengingat dosis yang dibutuhkan sangat
tinggi dan memberi dampak pada janin, maka pemberian diazepam hanya
dilakukan apabila tidak tersedia MgSO4.
7) Petugas melakukan anamnesis secara lengkap meliputi keluhan utama,
riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat alergi, riwayat
pemakaian alat kontrasepsi, riwayat pernikahan, riwayat menstruasi, riwayat
kehamilan, riwayat persalinan, dan riwayat penyakit keluarga.
8) Petugas melakukan pengawasan terhadap kesadaran, kejang berulang dan
vital sign
9) Petugas melakukan pemeriksaan fisik , umum dan obstetric secara lengkap
10) Petugas melakukan permintaan untuk pemeriksaan penunjang
11) Petugas memberikan resep kepada keluarga pasien untuk diserahkan ke unit
farmasi
12) Petugas mendokumentasikan semua hasil anamnesis, pemeriksaan,
diagnosa, terapi, rujukan yang telah dilakukan direkam medis pasien
13) Petugas melakukan stabilisasi selama proses perjalanan rujukan. Jika terjadi
depresi napas, berikan Ca glukonas 1 g IV (10 ml larutan 10%) bolus dalam
10 menit.
6. Bagan Alir Petugas menegakkan diagnosa dan atau
P e tu ga s me l a ku ka n
differential diagnosis berdasarkan hasil
a n a mn e s i s
anamnesa

Petugas melakukan penatalaksanaan awal


Petugas melakukan penatalaksanaan untuk stabilisasi fungsi vital, dengan
pemantauan terhadap Airway, Breathing,
pengelolaan kejang
Circulation (ABC).

Petugas memberikan MgSO4 secara


intravena

Petugas melakukan rujukan Petugas melakukan anamnesis secara lengkap

Petugas melakukan pengawasan terhadap


kesadaran, kejang berulang dan vital sign

Petugas melakukan permintaan untuk Petugas melakukan pemeriksaan fisik ,


pemeriksaan penunjang umum dan obstetric secara lengkap

Petugas memberikan resep


Melakukan stabilisasi selama
proses perjalanan rujukan.
Jika terjadi depresi napas,
Mendokumentasikan semua hasil anamnesis berikan Ca glukonas 1 g IV
(10 ml larutan 10%) bolus
dalam 10 menit.
7. Hal-hal Identitas pasien dan diagnose pasien
yang perlu
di
perhatikan
8. Dokumen a. Informed Consent
Terkait
b. Rekam Medis
c. Surat Rujukan Internal/ Eksternal
d. Resume Rujukan Eksternal
e. Buku Monitoring selama Rujukan Eksternal
9. Unit terkait a. Kamar Bersalin
b. Apotek
c. Laboratorium
10. Rekaman
historis No Yang di rubah Isi Perubahan Tanggal mulai diberlakukan
perubahan
1. Format SOP Semua poin SOP 2 Januari 2018

Anda mungkin juga menyukai