1
TUJUAN KESELURUHAN AUDITOR
− Memperoleh keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan
sebagai suatu keseluruhan bebas dari salah saji material, baik yang
disebabkan oleh kecurangan maupun kesalahan, dan oleh karena itu
memungkinkan auditor untuk menyatakan opini atas apakah laporan
keuangan disusun, dalam semua hal yang material, sesuai dengan kerangka
pelaporan keuangan yang berlaku; dan
− Menerbitkan laporan tentang laporan keuangan dan
mengomunikasikannya berdasarkan temuan auditor.
− Dalam semua kasus ketika keyakinan memadai tidak dapat diperoleh dan
opini wajar dengan pengecualian dalam laporan auditor tidak memadai
dalam kondisi yang bertujuan untuk melaporkan kepada pemakai laporan
keuangan yang dituju, SA menuntut auditor untuk tidak menyatakan opini
atau untuk menarik (mengundurkan) diri dari perikatan, jika penarikan diri
dimungkinkan berdasarkan peraturan perundan-undangan yang berlaku.
KETENTUAN
− Ketentuan Etika yang Berkaitan dengan Audit atas Laporan
Keuangan
Auditor harus mematuhi ketentuan etika yang relevan, (termasuk
ketentuan yang terkait dengan independensi) yang berkaitan dengan
perikatan audit atas laporan keuangan.
− Skeptisisme Profesional
2
Auditor harus merencanakan dan melaksanakan audit dengan
skeptisisme profesional mengingat adanya kondisi yang mungkin
menyebabkan terjadinya salah saji material atas laporan keuangan.
− Pertimbangan Profesional
Auditor harus menggunakan pertimbangan profesional dalam
merencanakan dan melaksanakan audit atas laporan keuangan.
− Bukti Audit yang Cukup dan Tepat serta Risiko Audit
Untuk memperoleh keyakinan memadai, auditor harus memeroleh bukti
audit yang cukup dan tepat untuk mengurangi risiko audit ke tingkat
rendah yang dapat diterima dan dengan demikian memungkinkan
auditor untuk menarik kesimpulan memadai yang mendasari opini
auditor.
• Pelaksanaan Audit Berdasarkan SA
– Mematuhi SA yang Relevan dengan audit
• Auditor harus mematuhi semua SA yang relevan dengan
audit. Suatu SA relevan dengan audit bila SA tersebut berlaku dan
terdapat kondisi yang yang dibahas oleh SA tersebut.
• Auditor harus memiliki suatu pemahaman terhadap seluruh
isi dari suatu SA, termasuk materi penerapan dan penjelasan lain, untuk
memahami tujuannya dan menerapkan ketentuan SA tersebut dengan
tepat.
• Auditor tidak diperkenankan untuk mencantumkan
kepatuhan terhadap SA di dalam laporan auditor kecuali auditor telah
mematuhi ketentuan SA ini dan semua SA lainnya yang relevan dengan
audit.
– Tujuan yang Dinyatakan Dalam Setiap SA
Untuk mencapai tujuan auditor secara keseluruhan, auditor harus
menggunakan tujuan yang dinyatakan di SA yang relevan di dalam
merencanakan dan melaksanakan audit, dengan memperhatikan
keterkaitan dengan SA lain.
– Kepatuhan terhadap Ketentuan yang Relevan
3
Dalam melaksanakan audit, auditor harus mematuhi setiap ketentuan
dalam SA, kecuali :
• Keseluruhan SA tidak relevan
• Ketentuan yang ada tidak relevan karena tergantung pada
suatu kondisi dan kondisi tersebut tidak ada.
Dalam kondisi yang jarang terjadi, auditor boleh memutuskan
perlunya untuk menyimpang dari suatu ketentuan yang relevandalam
suatu SA. Dalam kondisi seperti itu, auditor harus melakukan prosedur
audit alternatif untuk mencapai tujuan tujuan dari ketentuan tersebut.
Kebutuhan auditor untuk menyimpang dari ketentuan yang relevan
diharapkan hanya terjadi ketika suatu prosedur audit tertentu yang harus
dilakukan tidak akan efektif untuk mencapai tujuan dari ketentuan
tersebut.
– Kegagalan dalam Mencapai Tujuan
Jika suatu tujuan dalam Sayang relevan tidak tercapai, auditor
harus mengevaluasi apakah hal ini menghalangi auditor dalam
mencapai tujuan auditor secara keseluruhan dan menuntut auditor,
berdasarkan SA, untuk mengubah opini auditor atau menarik diri dari
perikatan.
TUJUAN
Tujuan auditor adalah untuk menerima atau melanjutkan perikatan
audit hanya bila basis yang melandasi pelaksanaan audit telah disepakati,
4
melalui:
• Penetapan apakah terdapat prakondisi untuk suatu audit
• Penegasan bahwa ada pemahaman yang sama tentang ketentuan perikatan
audit antara auditor, manajemen, dan jika relevan, pihak yang bertanggung
jawab atas tata kelola entitas.
5
membahas hal tersebut dengan manajemen.
o Kecuali jika suatu audit diwajibkan oleh peraturan perundang-
undangan, auditor harus tidak menerima perikatan audit :
o Jika auditor telah menentukan bahwa kerangka pelaporan
keuangan yang diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan
tidak dapat diterima; atau
o Jika persetujuan manajemen belum diperoleh.
6
AUDIT BERULANG
Dalam audit berulang, auditor harus menilai apakah terdapat
keadaan yang memerlukan suatu revisi terhadap ketentuan perikatan audit
dan apakah perlu mengingatkan entitas yang bersangkutan tentang
ketentuan perikatan audit yang masih berlaku.
7
Jika standar pelaporan keuangan yang ditetapkan oleh suatu
organisasi penyusun standar yang berwenang atau diakui diberi ketentuan
tambahan oleh peraturan perundang-undangan, auditor harus
mempertimbangkan apakah ada benturan antara standar pelaporan
keuangan dan ketentuan tambahan tersebut. Jika timbul suatu benturan,
auditor harus membahas dengan manajemen sifat ketentuan tambahan
tersebut dan harus menyepakati apakah:
o Ketentuan tambahan tersebut dapat dipenuhi denganmenambahkan
pengungkapan dalam laporan keuangan; atau
o Deskripsi kerangka pelaporan keuangan yang berlaku dalam
laporan keuangan dapat diubah sesuai dengan ketentuan tambahan
tersebut.
Jika tidak ada satu pun tindakan di atas yang dapat dilakukan,
auditor harus mempertimbangkan apakah diperlukan modifikasi opini
auditor berdasarkan SA 705 (Modifikasi terhadap Opini dalam Laporan
Auditor Independen).
• Laporan Auditor yang Ditentukan oleh Peraturan Perundang-undangan
• Bila peraturan perundang-undangan mengatur susunan dan penggunaan
kata-kata dalam laporan auditor yang berbeda dengan yang disyaratkan
oleh SA, maka auditor harus mengevaluasi :
– Apakah pemakai laporan keuangan akan salah memahami asurans
yang diperoleh dari audit atas laporan keuangan tersebut dan, jika
demikian,
– Apakah penjelasan tambahan dalam laporan auditor dapat
mengurangi kemungkinan kesalahpahaman tersebut (SA 706)
2.3 Standar Audit 220 (Pengendalian Mutu untuk Audit atas Laporan
Keuangan)
RUANG LINGKUP
SA 220 mengatur tanggung jawab tertentu auditor dalam
memperhatikan prosedur pengendalian mutu untuk audit atas laporan
keuangan. SA ini juga mengatur, jika relevan, tanggung jawab penelaah
8
pengendalian mutu perikatan. SA ini harus dibaca bersama dengan
ketentuan etika yang relevan
Tujuan
Tujuan auditor adalah untuk mengimplementasikan prosedur
pengendalian mutu pada tingkat perikatan untuk memberikan keyakinan
memadai bagi auditor bahwa:
• Audit telah dilakukan dengan mematuhi standar profesi serta ketentuan
hukum dan peraturan yang berlaku; dan
• Laporan auditor yang diterbitkan telah sesuai dengan kondisinya.
9
• Memperoleh informasi yang relevan dari firm, dan jika relevan, firm
jejaring, untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi kondisi dan hubungan
yang menciptakan ancaman terhadap independensi
• Mengevaluasi informasi tentang pelanggaran yang teridentifikasi, jika ada,
terhadap kebijakan dan prosedur independensi firm untuk menentukan
apakah pelanggaran tersebut menciptakan anacaman terhadap
independensi bagi perikatan audit, dan
Melakukan tindakana yang tepat untuk menghilangkan ancaman atau
menguranginya ke tingkat yang dapat diterima dengan menerapkan
pencegahan, atau apabila dipandang tepat, menarik diri dari perikatan
audit
Pelaksanaan Perikatan
Arah, supervisi dan pelaksanaan
• Rekan perikatan harus bertanggung jawab atas:
10
– Arah, supervisi, dan pelaksanaan perikatan audit sesuai dengan
standar profesi dan peraturan perundang-undangan yang berlaku
– Laporan auditor yang sesuai dengan kondisinya
Penelaahan
• Rekan perikatan harus bertanggung jawab atas penelaahan yang sedang
dilakukan sesuai dengan kebijakan dan prosedur penelaahan firm.
Pada atau sebelum tanggal laporan auditor, rekan perikatan harus dapat
diyakinkan, melalui suatu penelaahan atas dokumentasi audit dan diskusi
dengan tim perikatan, bahwa bukti audit yang cukup dan tepat telah
diperoleh untuk mendukung kesimpulan yang ditarik dan laporan auditor
yang diterbitkan
11
– Mendiskusikan dengan penelaah pengendalian mutu perikatan
tentang hal signifikan yang timbul selama perikatan audit,
termasuk yang diidentifikasi selama penelaahan pengendalian mutu
perikatan; dan
– Tidak memberi tanggal laporan auditor hingga penelaahan
pengendalian mutu perikatan telah selesai dilakukan
• Untuk audit atas laporan keuangan emiten, dalam menjalankan penelaahan
pengendalian mutu perikatan, penelaah pengendalian mutu perikatan juga
harus mempertimbangkan hal-hal berikut:
– Apakah tim perikatan telah melakukan evaluasi atas independensi
firm dalam kaitannya dengan perikatan audit;
– Apakah konsultasi yang tepat telah dilakukan atas hal-hal yang
melibatkan perbedaan pendapat atau hal-hal rumit atau
kontroversial lain, dan kesimpulan yang ditarik dari konsultasi
tersebut; dan
– Apakah dokumentasi audit yang dipilih untuk penelaahan
mencerminkan pekerjaan yang telah dilaksanakan terkait dengan
pertimbangan signifikan dan mendukung kesimpulan yang ditarik.
Perbedaan Pendapat
Jika perbedaan pendapat terjadi di dalam tim perikatan, dengan
pihak yang dikonsultasi (jika relevan), antara rekan perikatan dengan
penelaah pengendalian mutu perikatan, maka tim perikatan harus
mengikuti kebijakan dan prosedur firm dalam merespons dan
menyelesaikan perbedaan tersebut.
Pemantauan
Sistem pengendalian mutu yang efektif mencakup proses
pemantauan yang dirancang untuk memberikan keyakinan memadai bagi
firm bahwa kebijakan dan prosedur yang berhubungan dengan sistem
pengendalian mutu adalah relevan, memadai, dan beroperasi secara efektif.
Rekan perikatan harus mempertimbangkan hasil proses pemantauan firm
sebagaimana dibuktikan dalam informasi yang terkini yang disirkulasi
12
oleh firm dan, jika relevan, firm jejaring lain, dan apakah defisiensi yang
diidentifikasi dalam informasi tersebut dapat mempengaruhi perikatan
audit.
DOKUMENTASI
Auditor harus memasukkan hal-hal berikut dalam dokumentasi audit:
o Isu yang diidentifikasi yang berkaitan dengan kepatuhan terhadap
ketentuan etika yang relevan dan bagaimana isu tersebut
diselesaikan.
o Kesimpulan tentang kepatuhan terhadap ketentuan independensi
yang berlaku bagi perikatan audit, dan setiap diskusi dengan firm
yang relevan untuk mendukung kesimpulan tersebut.
o Kesimpulan yang ditarik tentang penerimaan dan keberlanjutan
hubungan dengan klien dan perikatan audit.
o Sifat dan ruang lingkup, serta kesimpulan yang ditarik dari,
konsultasi yang dilakukan selama pelaksanaan perikatan audit.
Untuk perikatan audit yang ditelaah, penelaah pengendalian mutu
perikatan harus mendokumentasikan bahwa :
o Prosedur yang diharuskan oleh kebijakan firm dalam penelaahan
pengendalian mutu perikatan telah dilaksanakan;
o Penelaahan pengendalian mutu perikatan telah diselesaikan pada
atau sebelum tanggal laporan auditor; dan
o Penelaah tidak menemukan adanya hal-hal yang tidak terselesaikan
yang dapat menyebabkan penelaah percaya bahwa pertimbangan
signifikan yang dibuat oleh tim perikatan dan kesimpulan yang
ditarik tidak tepat.
13
• Sifat dan Tujuan Dokumentasi Audit
Dokumentasi audit yang memenuhi Ketentuan SA ini dan
Ketentuan dokumentasi spesifik lain sebagaimana tercantum dalam SA
lain yang relevan memberikan :
– Bukti sebagai dasar bagi auditor untuk menarik suatu kesimpulan
tentang pencapaian tujuan keseluruhan auditor, dan
– Bukti bahwa audit telah direncanakan dan dilaksanakan sesuai
dengan SA dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
• Dokumentasi audit juga berfungsi untuk memenuhi tujuan tambahan
berikut ini:
– Membantu tim perikatan untuk merencanakan dan melaksanakan
audit.
– Membantu anggota tim perikatan yang bertanggung jawab dalam
supervisi untuk mengarahkan dan mensupervisi proses audit, serta
menunaikan tanggung jawab penelaahan sebagaimana diatur dalam
SA 220.
– Memungkinkan tim perikatan untuk mempertanggungjawabkan
pekerjaan mereka.
– Menyimpan catatan atas hal-hal signifikan yang berkelanjutan
untuk audit di masa yang akan datang.
– Memungkinkan dilaksanakannya penelaahan dan inspeksi atas
pengendalian mutu sesuai dengan SPM 1 atau Ketentuan setara
lainnya.
– Memungkinkan dilaksanakannya inspeksi eksternal sesuai dengan
peraturan perundang-undangan atau Ketentuan lain yang berlaku
14
Ketentuan
Penyiapan Dokumentasi Audit Tepat Waktu
Auditor harus menyiapkan dokumentasi audit secara tepat waktu.
Pendokumentasian Prosedur-prosedur Audit yang Dilaksanakan dan
Bukti Audit yang Diperoleh
Bentuk, Isi dan Luas Dokumentasi Audit
Auditor harus menyusun dokumentasi audit yang memadai
sehingga memungkinkan seorang auditor yang berpengalaman, yang tidak
memiliki keterkaitan sebelumnya dengan audit tersebut, memahami :
– Sifat, waktu, dan luas prosedur audit yang telah dilaksanakan dan
kepatuhan terhadap SA serta peraturan perundang-undangan yang
berlaku;
– Hasil prosedur audit yang dilaksanakan, dan bukti audit yang
diperoleh; dan
– Hal-hal signifikan yang timbul selama proses audit, kesimpulan-
kesimpulan yang ditarik, dan pertimbangan profesional signifikan
yang dibuat untuk mencapai kesimpulan-kesimpulan tersebut.
Auditor harus mendokumentasikan pembahasan atas hal-hal
signifikan dengan manajemen, pihak yang bertanggung jawab atas tata
kelola, dan pihak lain, termasuk sifat hal-hal signifikan tersebut, serta
kapan dan dengan siapa pembahasan tersebut dilakukan.
Hal-hal yang Terjadi setelah Tanggal Laporan Auditor
Jika, dalam kondisi eksepsional, auditor melakukan prosedur audit
baru atau tambahan, atau menarik kesimpulan baru setelah tanggal laporan
auditor, maka auditor harus mendokumentasikan hal-hal berikut ini:
– Kondisi yang dihadapi tersebut;
– Prosedur audit baru atau tambahan yang dilakukan, bukti audit
yang diperoleh, dan kesimpulan yang ditarik, serta pengaruhnya
terhadap laporan auditor; dan
– Kapan dan oleh siapa perubahan atas dokumentasi audit dilakukan
dan ditelaah
Penyusunan Folder Audit Final
15
– Auditor harus menyusun dokumentasi audit dalam sebuah folder audit dan
melengkapi proses administratif yang diperlukan secara tepat waktu
setelah tanggal laporan audit.
– Setelah penyusunan folder audit final selesai dilakukan, auditor tidak
boleh menghapus atau membuang dokumentasi audit apapun sebelum
masa penyimpanan yang disyaratkan berakhir
KARAKTERISTIK KECURANGAN
− Salah saji dalam laporan keuangan dapat timbul karena kecurangan atau
kesalahan;
− Auditor berkepentingan terhadap kecurangan yang menyebabkan salah saji
material dalam laporan keuangan;
− Auditor tidak membuat penentuan secara hukum mengenai apakah
kecurangan benar-benar terjadi;
16
− Tanggungjawab auditor adalah memperoleh keyakinan memadai apakah
laporan keuangan secara keseluruhan beban dari salah saji material yang
disebabkan oleh kecurangan atau kesalahan.
− Tanggung jawab utama untuk pencegahan dan pendeteksian kecurangan
berada pada dua pihak yaitu yang bertanggung jawab atas tata kelola
entitas dan manajemen. Merupakan hal penting bahwa manajemen,
dengan pengawasan oleh pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola,
menekankan pencegahan kecurangan, yang dapat mengurangi peluang
terjadinya kecurangan, dan pencegahan kecurangan (fraud deterrence),
yang dapat membujuk individu-individu agar tidak melakukan kecurangan
karena kemungkinan akan terdeteksi dan terkena hukuman. Hal ini
memerlukan komitmen untuk menciptakan budaya jujur dan perilaku etis
yang dapat ditegakkan dengan pengawasan aktif oleh pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola. Pengawasan oleh pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola meliputi pertimbangan tentang potensi
pengesampingan pengendalian atau pengaruh tidak patut atas proses
pelaporan keuangan, seperti usaha manajemen untuk mengelola laba
dengan tujuan untuk mempengaruhi persepsi analis kinerja dan
profitabilitas entitas.
KETENTUAN
17
o Skeptisisme Profesional;
o Diskusi di Antara Tim Perikatan;
o Prosedur Penilaian Risiko dan Aktivitas Terkait;
o Identifikasi dan Penilaian Risiko Salah Saji Material Akibat
Kecurangan;
o Respons terhadap Hasil Penilaian Risiko Salah Saji Material
sebagai Akibat Kecurangan;
o Evaluasi Terhadap Bukti Audit;
o Auditor Tidak Dapat Melanjutkan Perikatan;
o Representasi Tertulis;
o Komunikasi kepada Manajemen dan Pihak yang Bertanggung
Jawab atas Tata Kelola;
o Komunikasi kepada Otoritas Pengatur dan Penegak Hukum;
o Dokumentasi
18
− Tanggung jawab manajemen, dengan pengawasan dari pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola, adalah memastikan bahwa operasi
entitas dijalankan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan;
− Auditor bertanggung jawab untuk memperoleh keyakinan memadai bahwa
laporan keuangan, secara keseluruhan, bebas dari salah saji material, baik
yang disebabkan oleh kecurangan maupun kesalahan;
− Auditor tidak bertanggung jawab untuk mencegah dan tidak dapat
diharapkan untuk mendeteksi ketidakpatuhan terhadap semua peraturan
perundang-undangan.
TUJUAN
Tujuan auditor adalah:
o Untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat terkait
dengan kepatuhan terhadap ketentuan dalam peraturan perundang-
undangan yang pada umumnya berdampak langsung dalam
menentukan jumlah dan pengungkapan material dalam laporan
keuangan;
o Untuk melaksanakan prosedur audit tertentu untuk membantu
mengungkapkan adanya ketidakpatuhan terhadap peraturan
perundang-undangan lain yang dapat berdampak material terhadap
laporan keuangan; dan
o Untuk merespons adanya ketidakpatuhan atau dugaan
ketidakpatuhan peraturan perundang-undangan yang diidentifikasi
selama pelaksanaan audit secara tepat.
DEFINISI
Ketidakpatuhan
Tindakan penghilangan atau tindakan kejahatan oleh entitas, disengaja
atau tidak disengaja, yang bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Tindakan seperti itu mencakup transaksi yang
dicatat oleh, atau dengan nama entitas, atau atas namanya, oleh pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola, manajemen, atau karyawan.
19
Ketidakpatuhan tidak termasuk kesalahan pribadi (yang tidak berkaitan
dengan aktivitas bisnis entitas) oleh pihak yang bertanggung jawab atas
tata kelola, manajemen, atau karyawan entitas.
KETENTUAN
− Pertimbangan Auditor atas Kepatuhan terhadap Perundang-undangan;
− Prosedur Audit Saat Dideteksi atau Diduga Terjadi Ketidakpatuhan;
− Pelaporan atas Ketidakpatuhan yang Dideteksi atau Diduga Terjadi;
− Dokumentasi
2.7 Standar Audit 260 (Komunikasi dengan Pihak yang Bertanggung Jawab
atas Tata Kelola)
RUANG LINGKUP
− Tanggungjawab auditor untuk berkomunikasi dengan pihak yang
bertanggungjawab atas tata kelola dalam audit atas laporan keuangan;
− SPA ini disusun dalam konteks audit atas laporan keuangan maupun
informasi keuangan historis lainnya sepanjang terdapat keterlibatan pihak
yang bertanggungjawab atas tata kelola dalam audit atas laporan
keuangan;
− Komunikasi dua-arah yang efektif dalam audit atas laporan keuangan;
PERAN KOMUNIKASI
− Komunikasi dua-arah memberikan pemahaman yang sama terkait audit
antara auditor dan pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola;
− Independensi dan objektivitas auditor tetap dipertahankan;
− Informasi yang diperoleh auditor lebih relevan;
− Risiko salah saji laporan keuangan dapat diminimalkan;
− Manajemen dituntut untuk tetap menjaga komunikasi dengan auditor;
− Komunikasi harus jelas;
− Potensi benturan standar perikatan audit dengan ketentuan perundang-
undangan yang berlaku
20
TUJUAN
− Komunikasi dua-arah terkait audit atas laporan keuangan harus jelas;
− Auditor harus memperoleh informasi yang relevan dari pihak yang
bertanggungjawab atas tata kelola;
− Hasil observasi audit atas laporan keuangan yang signifikan dan relevan
harus disampaikan tepat waktu;
− Komunikasi dua-arah terkait audit atas laporan keuangan harus efektif.
DEFINISI
• Pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola
Individu atau organisasi (organisasi-organisasi, seperti wali amanat
korporasi) yang memiliki tanggungjawab untuk mengawasi arah strategis
entitas dan pemenuhan kewajiban yang berkaitan dengan akuntabilitas
entitas;
• Manajemen
Individu atau kelompok individu dengan tanggungjawab eksekutif untuk
melaksanakan operasi entitas
KETENTUAN
− Pihak yang Bertanggung Jawab atas Tata Kelola;
− Hal-hal yang Perlu Dikomunikasikan;
− Proses Komunikasi;
− Dokumentasi.
21
TUJUAN
Tujuan auditor adalah untuk mengomunikasikan dengan
semestinya kepada pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola dan
manajemen tentang defisiensi dalam pengendalian internal yang
diidentifikasi oleh auditor selama audit dan menurut pertimbangan
profesional auditor adalah cukup penting untuk mendapatkan perhatian
dari pihak-pihak yang bersangkutan.
DEFINISI
• Defisiensi dalam pengendalian internal
Hal ini terjadi bila:
• Suatu pengendalian dirancang, diterapkan atau
dioperasikan sedemikian rupa sehingga pengendalian tersebut tidak
dapat mencegah, atau mendeteksi dan mengkoreksi salah saji dalam
laporan keuangan secara tepat waktu; atau
• Tidak adanya suatu pengendalian yang diperlukan
untuk mencegah, atau mendeteksi dan mengoreksi salah saji dalam
laporan keuangan secara tepat waktu.
• Defisiensi signifikan dalam pengendalian internal
Suatu defisiensi atau kombinasi beberapa defisiensi dalam
pengendalian internal, yang menurut pertimbangan profesional auditor,
adalah cukup penting untuk mendapatkan perhatian dari pihak-pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola.
KETENTUAN
Tujuan auditor adalah:
o Untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat terkait dengan
kepatuhan terhadap ketentuan dalam peraturan perundang-undangan
yang pada umumnya berdampak langsung dalam menentukan jumlah
dan pengungkapan material dalam laporan keuangan;
o Untuk melaksanakan prosedur audit tertentu untuk membantu
22
mengungkapkan adanya ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-
undangan lain yang dapat berdampak material terhadap laporan
keuangan; dan
o Untuk merespons adanya ketidakpatuhan atau dugaan ketidakpatuhan
peraturan perundang-undangan yang diidentifikasi selama pelaksanaan
audit secara tepat.
DEFINISI
Ketidakpatuhan
Tindakan penghilangan atau tindakan kejahatan oleh entitas, disengaja
atau tidak disengaja, yang bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Tindakan seperti itu mencakup transaksi yang
dicatat oleh, atau dengan nama entitas, atau atas namanya, oleh pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola, manajemen, atau karyawan.
Ketidakpatuhan tidak termasuk kesalahan pribadi (yang tidak berkaitan
dengan aktivitas bisnis entitas) oleh pihak yang bertanggung jawab atas
tata kelola, manajemen, atau karyawan entitas.
KETENTUAN
− Identifikasi satu atau lebih defisiensi dalam pengendalian intern;
− Penentuan signifikansi defisiensi dalam pengendalian intern;
− Komunikasi tepat waktu;
− Komunikasi tertulis.
23
Manajemen;
o Komunikasi atas Defisiensi SIGNIFIKAN dalam Pengendalian Intern
kepada Manajemen;
o Komunikasi atas Defisiensi Lainnya dalam Pengendalian Intern
kepada Manajemen;
o Pertimbangan Spesifik terhadap Entitas Sektor Publik;
o Isu Komunikasi Tertulis atas Defisiensi Signifikan dalam
Pengendalian Intern.
24