Anda di halaman 1dari 24

2.

1 STANDAR AUDIT 200 (Tujuan Keseluruhan Auditor Independen dan


Pelaksanaan Audit Berdasarkan Standar Audit)
 Ruang Lingkup
Mengatur tanggung jawab keseluruhan seorang auditor independen
ketika melaksanakan audit atas laporan keuangan berdasarkan SA. Secara
spesifik, standar ini menetapkan tujuan keseluruhan auditor independen,
serta menjelaskan sifat dan ruang lingkup audit yang dirancang untuk
memungkinkan auditor independen mencapai tujuan tersebut.
SA ditulis dalam konteks audit atas laporan keuangan yang
dilakukan oleh auditor. SA dapat diadaptasi dalam kondisi yang berkaitan
dengan audit atas informasi keuangan yang lain. SA tidak mengatur
tanggung jawab auditor yang mungkin diatur dalam peraturan perundang-
undangan atau aturan lain, sebagai contoh aturan yang terkait dengan
penawaran efek kepada publik. Oleh karena itu, walaupun auditor bisa saja
menemukan bahwa aspek SA bermanfaat dalam kondisi tersebut, auditor
tetap bertanggung jawab untuk memastikan kepatuhan terhadap semua
ketentuan hukum, regulasi, atau profesi yang relevan.

 Audit Atas Laporan Keuangan


Tujuan suatu audit adalah untuk meningkatkan derajat kepercayaan
pemakai laporan keuangan yang dituju. Hal ini dicapai melalui pernyataan
suatu opini oleh auditor.
Laporan keuangan yang diaudit adalah milik entitas, yang disusun
oleh manajemen entitas dengan pengawasan dari pihak yang bertanggung
jawab atas tata kelola entitas.
Penyusunan laporan keuangan oleh manajemen memerlukan :
• Identifikasi kerangka pelaporan keuangan yang berlaku, dalam konteks
peraturan perundang-undangan yang relevan
• Penyusunan laporan keuangan sesuai dengan kerangka tersebut
• Pencantuman deskripsi yang memadai mengenai kerangka tersebut di
dalam laporan keuangan.

1
 TUJUAN KESELURUHAN AUDITOR
− Memperoleh keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan
sebagai suatu keseluruhan bebas dari salah saji material, baik yang
disebabkan oleh kecurangan maupun kesalahan, dan oleh karena itu
memungkinkan auditor untuk menyatakan opini atas apakah laporan
keuangan disusun, dalam semua hal yang material, sesuai dengan kerangka
pelaporan keuangan yang berlaku; dan
− Menerbitkan laporan tentang laporan keuangan dan
mengomunikasikannya berdasarkan temuan auditor.
− Dalam semua kasus ketika keyakinan memadai tidak dapat diperoleh dan
opini wajar dengan pengecualian dalam laporan auditor tidak memadai
dalam kondisi yang bertujuan untuk melaporkan kepada pemakai laporan
keuangan yang dituju, SA menuntut auditor untuk tidak menyatakan opini
atau untuk menarik (mengundurkan) diri dari perikatan, jika penarikan diri
dimungkinkan berdasarkan peraturan perundan-undangan yang berlaku.

 KERANGKA PELAPORAN KEUANGAN YANG BERLAKU


Kerangka pelaporan keuangan yang diterapkan oleh manajemen
dan, jika relevan, pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola dalam
penyusunan laporan keuangan, yang dapat diterima dari sudut pandang
sifat entitas tersebut dan tujuan laporan keuangan, atau yang disyaratkan
oleh peraturan perundang-undangan.

 KETENTUAN
− Ketentuan Etika yang Berkaitan dengan Audit atas Laporan
Keuangan
Auditor harus mematuhi ketentuan etika yang relevan, (termasuk
ketentuan yang terkait dengan independensi) yang berkaitan dengan
perikatan audit atas laporan keuangan.
− Skeptisisme Profesional

2
Auditor harus merencanakan dan melaksanakan audit dengan
skeptisisme profesional mengingat adanya kondisi yang mungkin
menyebabkan terjadinya salah saji material atas laporan keuangan.
− Pertimbangan Profesional
Auditor harus menggunakan pertimbangan profesional dalam
merencanakan dan melaksanakan audit atas laporan keuangan.
− Bukti Audit yang Cukup dan Tepat serta Risiko Audit
Untuk memperoleh keyakinan memadai, auditor harus memeroleh bukti
audit yang cukup dan tepat untuk mengurangi risiko audit ke tingkat
rendah yang dapat diterima dan dengan demikian memungkinkan
auditor untuk menarik kesimpulan memadai yang mendasari opini
auditor.
• Pelaksanaan Audit Berdasarkan SA
– Mematuhi SA yang Relevan dengan audit
• Auditor harus mematuhi semua SA yang relevan dengan
audit. Suatu SA relevan dengan audit bila SA tersebut berlaku dan
terdapat kondisi yang yang dibahas oleh SA tersebut.
• Auditor harus memiliki suatu pemahaman terhadap seluruh
isi dari suatu SA, termasuk materi penerapan dan penjelasan lain, untuk
memahami tujuannya dan menerapkan ketentuan SA tersebut dengan
tepat.
• Auditor tidak diperkenankan untuk mencantumkan
kepatuhan terhadap SA di dalam laporan auditor kecuali auditor telah
mematuhi ketentuan SA ini dan semua SA lainnya yang relevan dengan
audit.
– Tujuan yang Dinyatakan Dalam Setiap SA
Untuk mencapai tujuan auditor secara keseluruhan, auditor harus
menggunakan tujuan yang dinyatakan di SA yang relevan di dalam
merencanakan dan melaksanakan audit, dengan memperhatikan
keterkaitan dengan SA lain.
– Kepatuhan terhadap Ketentuan yang Relevan

3
Dalam melaksanakan audit, auditor harus mematuhi setiap ketentuan
dalam SA, kecuali :
• Keseluruhan SA tidak relevan
• Ketentuan yang ada tidak relevan karena tergantung pada
suatu kondisi dan kondisi tersebut tidak ada.
Dalam kondisi yang jarang terjadi, auditor boleh memutuskan
perlunya untuk menyimpang dari suatu ketentuan yang relevandalam
suatu SA. Dalam kondisi seperti itu, auditor harus melakukan prosedur
audit alternatif untuk mencapai tujuan tujuan dari ketentuan tersebut.
Kebutuhan auditor untuk menyimpang dari ketentuan yang relevan
diharapkan hanya terjadi ketika suatu prosedur audit tertentu yang harus
dilakukan tidak akan efektif untuk mencapai tujuan dari ketentuan
tersebut.
– Kegagalan dalam Mencapai Tujuan
Jika suatu tujuan dalam Sayang relevan tidak tercapai, auditor
harus mengevaluasi apakah hal ini menghalangi auditor dalam
mencapai tujuan auditor secara keseluruhan dan menuntut auditor,
berdasarkan SA, untuk mengubah opini auditor atau menarik diri dari
perikatan.

2.2 Standar Audit 210 (Persetujuan atas Ketentuan Perikatan Audit)


 RUANG LINGKUP
SA 210 ini berkaitan dengan tanggung jawab auditor dalam
menyepakati syarat perikatan audit dengan manajemen, dan jika relevan,
dengan pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola entitas. SA ini juga
menetapkan bahwa terdapat prakondisi tertentu untuk suatu audit,
tanggung jawab manajemen, dan jika relevan, pihak yang bertanggung
jawab atas tata kelola entitas

 TUJUAN
Tujuan auditor adalah untuk menerima atau melanjutkan perikatan
audit hanya bila basis yang melandasi pelaksanaan audit telah disepakati,

4
melalui:
• Penetapan apakah terdapat prakondisi untuk suatu audit
• Penegasan bahwa ada pemahaman yang sama tentang ketentuan perikatan
audit antara auditor, manajemen, dan jika relevan, pihak yang bertanggung
jawab atas tata kelola entitas.

 PRAKONDISI UNTUK SUATU AUDIT


Dalam rangka penentuan apakah terdapat prakondisi suatu audit, auditor
harus :
• Menentukan apakah kerangka pelaporan keuangan yang akan diterapkan
dalam penyususnan laporan keuangan dapat diterima, dan
• Memperoleh persetujuan dari manajemen bahwa manajemen mengakui
dan memahami tanggung jawabnya :
– Untuk menyusun laporan keuangan sesuai dengan kerangka
pelaporan keuangan yang berlaku, termasuk jika relevan, penyajian
wajar laporan tersebut;
– Untuk menetapkan pengendalian internal tertentu yang menurut
manajemen diperlukan dalam penyusunan laporan keuangan yang
bebas dari salah saji material, baik karena kecurangan
maupunkesalahan; dan
– Memberikan auditor:
1. Akses ke semua informasi yang dianggap relevan
2. Informasi tambahan yang diminta oleh auditor
3. Akses tidak terbatas ke personel dalam entitas yang
dipandang perlu
– Pembatasan atas Ruang Lingkup Sebelum Penerimaan Perikatan
Audit
Jika manajemen atau pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola
menetapkan suatu pembatasan terhadap ruang lingkup pekerjaan
auditor yang harus dicantumkan dalam surat perikatan audit.
− Faktor-faktor lain yang Mempengaruhi Penerimaan Perikatan Audit
o Jika prakondisi untuk suatu audit tidak ada, auditor harus

5
membahas hal tersebut dengan manajemen.
o Kecuali jika suatu audit diwajibkan oleh peraturan perundang-
undangan, auditor harus tidak menerima perikatan audit :
o Jika auditor telah menentukan bahwa kerangka pelaporan
keuangan yang diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan
tidak dapat diterima; atau
o Jika persetujuan manajemen belum diperoleh.

 PERSETUJUAN ATAS KETENTUAN PERIKATAN AUDIT


− Auditor harus menyepakati ketentuan perikatan audit dengan manajemen
atau pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola, jika relevan.
− Ketentuan yang disepakati harus dicatat dalam surat perikatan audit atau
bentuk kesepakatan tertulis lain yang tepat dan harus mencakup:
o Tujuan dan ruang lingkup audit atas laporan keuangan
o Tanggung jawab auditor
o Tanggung jawab manajemen
o Identifikasi kerangka pelaporan keuangan yang diterpkan dalam
penyusunan laporan keuangan; dan
o Pengacuan ke bentuk dan isi laporan yang akan dikeluarkan oleh
auditor dan suatu pernyataan bahwa dalam keadaan tertentu
terdapat kemungkinan laporan yang dikeluarkan berbeda bentuk
dan isinya dengan yang diharapkan
o Jika peraturan perundang-undangan telah menentukan secara rinci
ketentuan perikatan audit yang mengacu pada ketentuan-ketentuan
di atas, auditor tidak perlu mencantumkannya dalam kesepakatan
tertulis kecuali untuk fakta bahwa peraturan perundang-undangan
tersebut berlaku dan manajemen mengakui dan memahami
tanggung jawabnya sebagaimana di tetapkan dalam ketentuan
“Prakondisi untuk suatu audit” yang telah disebutkan sebelumnya,
dimana auditor harus memperoleh persetujuan dari manajemen
bahwa manajemen mengakui dan memahami tanggung jawabnya.\

6
 AUDIT BERULANG
Dalam audit berulang, auditor harus menilai apakah terdapat
keadaan yang memerlukan suatu revisi terhadap ketentuan perikatan audit
dan apakah perlu mengingatkan entitas yang bersangkutan tentang
ketentuan perikatan audit yang masih berlaku.

 PENERIMAAN PERUBAHAN DALAM KETENTUAN


PERIKATAN AUDIT
− Auditor tidak boleh menyepakati perubahan dalam ketentuan perikatan
audit jika tidak ada alasan yangmemadai untuk melakukan perubahan
tersebut.
− Jika, sebelum penyelesaian perikatan audit, auditor diminta untuk
mengubah perikatan audit tersebut ke perikatan yang menyebabkan auditor
memperoleh tingkat asurans yang lebih rendah, auditor harus
mempertimbangkan apakah terdapat dasar yang wajar untuk melakukan
perubahan tersebut.
− Jika ketentuan perikatan audit diubah,auditor dan manajemen harus
sepakat atas ketentuan baru tersebut dan menuangkannya ke dalam suatu
surat perikatan baru atau bentuk perjanjian tertulis lainnya yang tepat.
− Jika auditor tidak dapat menyepakati perubahan dalam ketentuan perikatan
audit dan manajemen tidak mengizinkan auditor untuk meneruskan
perikatan semula, auditor harus :
o Menarik diri dari perikatan audit (jika dimungkinkan) sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan
o Menentukan apakah ada kewajiban, baik secara kontrak maupun dalam
bentuk lainnya, untuk melaporkan kondisi tersebut kepada pihak lain,
seperti pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola entitas, pemilik atau
badan pengatur.

 PERTIMBANGAN LAIN DALAM PENERIMAAN PERIKATAN

7
Jika standar pelaporan keuangan yang ditetapkan oleh suatu
organisasi penyusun standar yang berwenang atau diakui diberi ketentuan
tambahan oleh peraturan perundang-undangan, auditor harus
mempertimbangkan apakah ada benturan antara standar pelaporan
keuangan dan ketentuan tambahan tersebut. Jika timbul suatu benturan,
auditor harus membahas dengan manajemen sifat ketentuan tambahan
tersebut dan harus menyepakati apakah:
o Ketentuan tambahan tersebut dapat dipenuhi denganmenambahkan
pengungkapan dalam laporan keuangan; atau
o Deskripsi kerangka pelaporan keuangan yang berlaku dalam
laporan keuangan dapat diubah sesuai dengan ketentuan tambahan
tersebut.
Jika tidak ada satu pun tindakan di atas yang dapat dilakukan,
auditor harus mempertimbangkan apakah diperlukan modifikasi opini
auditor berdasarkan SA 705 (Modifikasi terhadap Opini dalam Laporan
Auditor Independen).
• Laporan Auditor yang Ditentukan oleh Peraturan Perundang-undangan
• Bila peraturan perundang-undangan mengatur susunan dan penggunaan
kata-kata dalam laporan auditor yang berbeda dengan yang disyaratkan
oleh SA, maka auditor harus mengevaluasi :
– Apakah pemakai laporan keuangan akan salah memahami asurans
yang diperoleh dari audit atas laporan keuangan tersebut dan, jika
demikian,
– Apakah penjelasan tambahan dalam laporan auditor dapat
mengurangi kemungkinan kesalahpahaman tersebut (SA 706)

2.3 Standar Audit 220 (Pengendalian Mutu untuk Audit atas Laporan
Keuangan)
 RUANG LINGKUP
SA 220 mengatur tanggung jawab tertentu auditor dalam
memperhatikan prosedur pengendalian mutu untuk audit atas laporan
keuangan. SA ini juga mengatur, jika relevan, tanggung jawab penelaah

8
pengendalian mutu perikatan. SA ini harus dibaca bersama dengan
ketentuan etika yang relevan

 SISTEM PENGENDALIAN MUTU DAN PERAN TIM PERIKATAN


Sistem, kebijakan, dan prosedur pengendalian mutu merupakan
tanggung jawab firm. Berdasarkan SPM 1, firm berkewajiban untuk
menetapkan dan memelihara suatu sistem pengendalian mutu untuk
memberikan keyakinan memadai bahwa:
• Firm dan personelnya mematuhi standar profesi serta ketentuan hukum
dan peraturan yang berlaku.
• Laporan yang diterbitkan oleh firm atau rekan perikatan telah sesuai
dengan kondisinya
SA ini didasarkan suatu basis bahwa firm harus mematuhi ketentuan yang
terdapat dalam SPM 1 atau ketentuan yang terdapat dalam peraturan
perundang-undangan, jika ketentuan tersebut lebih ketat

 Tujuan
Tujuan auditor adalah untuk mengimplementasikan prosedur
pengendalian mutu pada tingkat perikatan untuk memberikan keyakinan
memadai bagi auditor bahwa:
• Audit telah dilakukan dengan mematuhi standar profesi serta ketentuan
hukum dan peraturan yang berlaku; dan
• Laporan auditor yang diterbitkan telah sesuai dengan kondisinya.

 Tanggung Jawab Kepemimpinan atas Mutu Audit


Rekan perikatan harus bertanggung jawab atas keseluruhan mutu
setiap perikatan audit yang ditugaskan kepada rekan yang bersangkutan.

 Ketentuan Etika yang Relevan


Rekan perikatan harus menarik simpulan atas kepatuhan terhadap
ketentuan independensi yang berlaku dalam perikatan audit. Untuk itu,
rekan perikatan harus:

9
• Memperoleh informasi yang relevan dari firm, dan jika relevan, firm
jejaring, untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi kondisi dan hubungan
yang menciptakan ancaman terhadap independensi
• Mengevaluasi informasi tentang pelanggaran yang teridentifikasi, jika ada,
terhadap kebijakan dan prosedur independensi firm untuk menentukan
apakah pelanggaran tersebut menciptakan anacaman terhadap
independensi bagi perikatan audit, dan
Melakukan tindakana yang tepat untuk menghilangkan ancaman atau
menguranginya ke tingkat yang dapat diterima dengan menerapkan
pencegahan, atau apabila dipandang tepat, menarik diri dari perikatan
audit

 Penerimaan dan Keberlanjutan Hubungan dengan Klien dan


Perikatan Audit
Rekan perikatan harus dapat diyakinkan bahwa prosedur yang tepat
atas penerimaan dan keberlanjutan hubungan dengan klien dan perikatan
audit telah diikuti, dan harus menentukan bahwa kesimpulan yang ditarik
dalam hal ini sudah tepat.

 Penugasan Tim Perikatan


Rekan perikatan harus dapat diyakinkan bahwa tim perikatan, dan
setiap pakar auditor yang bukan merupakan bagian dari tim perikatan,
secara kolektif memiliki kompetensi dan kemampuan yang sesuai untuk :
• Melaksanakan perikatan sesuai dengan standar profesi serta ketentuan
hukum dan peraturan yang berlaku; dan
• Memungkinkan diterbitkannya laporan auditor yang sesuai dengan
kondisinya

 Pelaksanaan Perikatan
Arah, supervisi dan pelaksanaan
• Rekan perikatan harus bertanggung jawab atas:

10
– Arah, supervisi, dan pelaksanaan perikatan audit sesuai dengan
standar profesi dan peraturan perundang-undangan yang berlaku
– Laporan auditor yang sesuai dengan kondisinya
Penelaahan
• Rekan perikatan harus bertanggung jawab atas penelaahan yang sedang
dilakukan sesuai dengan kebijakan dan prosedur penelaahan firm.
Pada atau sebelum tanggal laporan auditor, rekan perikatan harus dapat
diyakinkan, melalui suatu penelaahan atas dokumentasi audit dan diskusi
dengan tim perikatan, bahwa bukti audit yang cukup dan tepat telah
diperoleh untuk mendukung kesimpulan yang ditarik dan laporan auditor
yang diterbitkan

 Pelaksanaan Perikatan (lanjutan)


Konsultasi
• Rekan perikatan harus:
– Bertanggung jawab atas dilakukannya konsultasi yang tepat oleh
tim perikatan atas hal yang sulit atau kontroversial;
– Dapat diyakinkan bahwa anggota tim perikatan telah melakukan
konsultasi yang tepat selama pelaksanaan perikatan, baik di antara
sesama anggota tim perikatan maupun anatara tim perikatan
dengan pihak lain pada tingkatan yang tepat dalam firm atau di luar
firm;
– Dapat diyakinkan bahwa sifat dan ruang lingkup, serta kesimpulan
yang dihasilkan dari konsultasi tersebut disetujui oleh pihak yang
dimintai konsultasi; dan
– Menentukan bahwa kesimpulan sebagai hasil dari konsultasi
tersebut telah diimplementasikan
• Untuk audit atas laporan keuangan emiten dan perikatan audit lain, jika
ada, yang telah ditetapkan firm untuk ditelaah pengendalian mutunya,
rekan perikatan harus:
– Menentukan bahwa penelaah pengendalian mutu perikatan telah
ditunjuk

11
– Mendiskusikan dengan penelaah pengendalian mutu perikatan
tentang hal signifikan yang timbul selama perikatan audit,
termasuk yang diidentifikasi selama penelaahan pengendalian mutu
perikatan; dan
– Tidak memberi tanggal laporan auditor hingga penelaahan
pengendalian mutu perikatan telah selesai dilakukan
• Untuk audit atas laporan keuangan emiten, dalam menjalankan penelaahan
pengendalian mutu perikatan, penelaah pengendalian mutu perikatan juga
harus mempertimbangkan hal-hal berikut:
– Apakah tim perikatan telah melakukan evaluasi atas independensi
firm dalam kaitannya dengan perikatan audit;
– Apakah konsultasi yang tepat telah dilakukan atas hal-hal yang
melibatkan perbedaan pendapat atau hal-hal rumit atau
kontroversial lain, dan kesimpulan yang ditarik dari konsultasi
tersebut; dan
– Apakah dokumentasi audit yang dipilih untuk penelaahan
mencerminkan pekerjaan yang telah dilaksanakan terkait dengan
pertimbangan signifikan dan mendukung kesimpulan yang ditarik.
Perbedaan Pendapat
Jika perbedaan pendapat terjadi di dalam tim perikatan, dengan
pihak yang dikonsultasi (jika relevan), antara rekan perikatan dengan
penelaah pengendalian mutu perikatan, maka tim perikatan harus
mengikuti kebijakan dan prosedur firm dalam merespons dan
menyelesaikan perbedaan tersebut.

 Pemantauan
Sistem pengendalian mutu yang efektif mencakup proses
pemantauan yang dirancang untuk memberikan keyakinan memadai bagi
firm bahwa kebijakan dan prosedur yang berhubungan dengan sistem
pengendalian mutu adalah relevan, memadai, dan beroperasi secara efektif.
Rekan perikatan harus mempertimbangkan hasil proses pemantauan firm
sebagaimana dibuktikan dalam informasi yang terkini yang disirkulasi

12
oleh firm dan, jika relevan, firm jejaring lain, dan apakah defisiensi yang
diidentifikasi dalam informasi tersebut dapat mempengaruhi perikatan
audit.

 DOKUMENTASI
Auditor harus memasukkan hal-hal berikut dalam dokumentasi audit:
o Isu yang diidentifikasi yang berkaitan dengan kepatuhan terhadap
ketentuan etika yang relevan dan bagaimana isu tersebut
diselesaikan.
o Kesimpulan tentang kepatuhan terhadap ketentuan independensi
yang berlaku bagi perikatan audit, dan setiap diskusi dengan firm
yang relevan untuk mendukung kesimpulan tersebut.
o Kesimpulan yang ditarik tentang penerimaan dan keberlanjutan
hubungan dengan klien dan perikatan audit.
o Sifat dan ruang lingkup, serta kesimpulan yang ditarik dari,
konsultasi yang dilakukan selama pelaksanaan perikatan audit.
Untuk perikatan audit yang ditelaah, penelaah pengendalian mutu
perikatan harus mendokumentasikan bahwa :
o Prosedur yang diharuskan oleh kebijakan firm dalam penelaahan
pengendalian mutu perikatan telah dilaksanakan;
o Penelaahan pengendalian mutu perikatan telah diselesaikan pada
atau sebelum tanggal laporan auditor; dan
o Penelaah tidak menemukan adanya hal-hal yang tidak terselesaikan
yang dapat menyebabkan penelaah percaya bahwa pertimbangan
signifikan yang dibuat oleh tim perikatan dan kesimpulan yang
ditarik tidak tepat.

2.4 Standar Audit 230 ( Dokumentasi Audit )


 RUANG LINGKUP, SIFAT DAN TUJUAN DOKUMENTASI AUDIT
• Ruang Lingkup
SA 230 ini berkaitan dengan kewajiban auditor dalam menyusun
dokumentasi audit untuk keperluan audit atas laporan keuangan.

13
• Sifat dan Tujuan Dokumentasi Audit
Dokumentasi audit yang memenuhi Ketentuan SA ini dan
Ketentuan dokumentasi spesifik lain sebagaimana tercantum dalam SA
lain yang relevan memberikan :
– Bukti sebagai dasar bagi auditor untuk menarik suatu kesimpulan
tentang pencapaian tujuan keseluruhan auditor, dan
– Bukti bahwa audit telah direncanakan dan dilaksanakan sesuai
dengan SA dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
• Dokumentasi audit juga berfungsi untuk memenuhi tujuan tambahan
berikut ini:
– Membantu tim perikatan untuk merencanakan dan melaksanakan
audit.
– Membantu anggota tim perikatan yang bertanggung jawab dalam
supervisi untuk mengarahkan dan mensupervisi proses audit, serta
menunaikan tanggung jawab penelaahan sebagaimana diatur dalam
SA 220.
– Memungkinkan tim perikatan untuk mempertanggungjawabkan
pekerjaan mereka.
– Menyimpan catatan atas hal-hal signifikan yang berkelanjutan
untuk audit di masa yang akan datang.
– Memungkinkan dilaksanakannya penelaahan dan inspeksi atas
pengendalian mutu sesuai dengan SPM 1 atau Ketentuan setara
lainnya.
– Memungkinkan dilaksanakannya inspeksi eksternal sesuai dengan
peraturan perundang-undangan atau Ketentuan lain yang berlaku

 TUJUAN & KETENTUAN


Tujuan
Tujuan auditor adalah untuk menyusun dokumentasi yang memberikan:
a) Catatan yang cukup dan tepat sebagai dasar untuk laporan auditor, dan
b) Bukti bahwa audit telah direncanakan dan dilaksanakan sesuai dengan SA
dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

14
Ketentuan
Penyiapan Dokumentasi Audit Tepat Waktu
Auditor harus menyiapkan dokumentasi audit secara tepat waktu.
Pendokumentasian Prosedur-prosedur Audit yang Dilaksanakan dan
Bukti Audit yang Diperoleh
Bentuk, Isi dan Luas Dokumentasi Audit
Auditor harus menyusun dokumentasi audit yang memadai
sehingga memungkinkan seorang auditor yang berpengalaman, yang tidak
memiliki keterkaitan sebelumnya dengan audit tersebut, memahami :
– Sifat, waktu, dan luas prosedur audit yang telah dilaksanakan dan
kepatuhan terhadap SA serta peraturan perundang-undangan yang
berlaku;
– Hasil prosedur audit yang dilaksanakan, dan bukti audit yang
diperoleh; dan
– Hal-hal signifikan yang timbul selama proses audit, kesimpulan-
kesimpulan yang ditarik, dan pertimbangan profesional signifikan
yang dibuat untuk mencapai kesimpulan-kesimpulan tersebut.
Auditor harus mendokumentasikan pembahasan atas hal-hal
signifikan dengan manajemen, pihak yang bertanggung jawab atas tata
kelola, dan pihak lain, termasuk sifat hal-hal signifikan tersebut, serta
kapan dan dengan siapa pembahasan tersebut dilakukan.
Hal-hal yang Terjadi setelah Tanggal Laporan Auditor
Jika, dalam kondisi eksepsional, auditor melakukan prosedur audit
baru atau tambahan, atau menarik kesimpulan baru setelah tanggal laporan
auditor, maka auditor harus mendokumentasikan hal-hal berikut ini:
– Kondisi yang dihadapi tersebut;
– Prosedur audit baru atau tambahan yang dilakukan, bukti audit
yang diperoleh, dan kesimpulan yang ditarik, serta pengaruhnya
terhadap laporan auditor; dan
– Kapan dan oleh siapa perubahan atas dokumentasi audit dilakukan
dan ditelaah
Penyusunan Folder Audit Final

15
– Auditor harus menyusun dokumentasi audit dalam sebuah folder audit dan
melengkapi proses administratif yang diperlukan secara tepat waktu
setelah tanggal laporan audit.
– Setelah penyusunan folder audit final selesai dilakukan, auditor tidak
boleh menghapus atau membuang dokumentasi audit apapun sebelum
masa penyimpanan yang disyaratkan berakhir

2.5 Standar Audit 240 (Tanggung Jawab Auditor Terkait dengan


Kecurangan dalam Suatu Audit atas Laporan Keuangan )
 RUANG LINGKUP
Standar Auditing (“SA”) ini berhubungan dengan tanggung jawab
auditor yang berkaitan dengan kecurangan, dalam suatu audit atas laporan
keuangan. Secara spesifik, SA ini memperluas bagaimana SA 315 dan SA
330 harus diterapkan dalam kaitannya dengan risiko salah saji material
karena kecurangan;
SA 315, “Mengidentifikasi dan Menilai Risiko atas Salah Saji Material
Melalui Pemahaman atas Entitas dan Lingkungannya”
SA 330, “Respon Auditor atas Risiko yang Telah Dinilai”

 KARAKTERISTIK KECURANGAN
− Salah saji dalam laporan keuangan dapat timbul karena kecurangan atau
kesalahan;
− Auditor berkepentingan terhadap kecurangan yang menyebabkan salah saji
material dalam laporan keuangan;
− Auditor tidak membuat penentuan secara hukum mengenai apakah
kecurangan benar-benar terjadi;

 TANGGUNG JAWAB UNTUK PENCEGAHAN DAN


PENDETEKSIAN KECURANGAN
− Tanggungjawab utama pencegahan dan pendeteksian kecurangan berada
pada pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola entitas dan
manajemen;

16
− Tanggungjawab auditor adalah memperoleh keyakinan memadai apakah
laporan keuangan secara keseluruhan beban dari salah saji material yang
disebabkan oleh kecurangan atau kesalahan.
− Tanggung jawab utama untuk pencegahan dan pendeteksian kecurangan
berada pada dua pihak yaitu yang bertanggung jawab atas tata kelola
entitas dan manajemen. Merupakan hal penting bahwa manajemen,
dengan pengawasan oleh pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola,
menekankan pencegahan kecurangan, yang dapat mengurangi peluang
terjadinya kecurangan, dan pencegahan kecurangan (fraud deterrence),
yang dapat membujuk individu-individu agar tidak melakukan kecurangan
karena kemungkinan akan terdeteksi dan terkena hukuman. Hal ini
memerlukan komitmen untuk menciptakan budaya jujur dan perilaku etis
yang dapat ditegakkan dengan pengawasan aktif oleh pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola. Pengawasan oleh pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola meliputi pertimbangan tentang potensi
pengesampingan pengendalian atau pengaruh tidak patut atas proses
pelaporan keuangan, seperti usaha manajemen untuk mengelola laba
dengan tujuan untuk mempengaruhi persepsi analis kinerja dan
profitabilitas entitas.

 TANGGUNG JAWAB AUDITOR


− Auditor yang melaksanakan audit berdasarkan SA bertanggung jawab
untuk memperoleh keyakinan memadai apakah laporan keuangan secara
keseluruhan bebas dari salah saji material, yang disebabkan oleh
kecurangan atau kesalahan. Karena keterbatasan bawaan suatu audit, maka
selalu ada risiko yang tidak terhindarkan bahwa beberapa salah saji
material dalam laporan keuangan mungkin tidak akan terdeteksi, walaupun
audit telah direncanakan dan dilaksanakan dengan baik berdasarkan SA;
− SA 200, “ Tujuan Keseluruhan Auditor Independen dan Pelaksanaan Audit
Berdasarkan Standar Auditing,” paragraf A51

 KETENTUAN

17
o Skeptisisme Profesional;
o Diskusi di Antara Tim Perikatan;
o Prosedur Penilaian Risiko dan Aktivitas Terkait;
o Identifikasi dan Penilaian Risiko Salah Saji Material Akibat
Kecurangan;
o Respons terhadap Hasil Penilaian Risiko Salah Saji Material
sebagai Akibat Kecurangan;
o Evaluasi Terhadap Bukti Audit;
o Auditor Tidak Dapat Melanjutkan Perikatan;
o Representasi Tertulis;
o Komunikasi kepada Manajemen dan Pihak yang Bertanggung
Jawab atas Tata Kelola;
o Komunikasi kepada Otoritas Pengatur dan Penegak Hukum;
o Dokumentasi

2.6 Standar Audit 250 (Pertimbangan atas Peraturan Perundang- undangan


dalam Audit atas Laporan Keuangan)
 RUANG LINGKUP
Standar Auditing (“SA”) ini mengatur tentang tanggung jawab
auditor untuk mempertimbangkan peraturan perundang-undangan dalam
audit atas laporan keuangan. SA ini tidak berlaku bagi perikatan assurance
lain yang di dalamnya auditor secara spesifik ditugaskan untuk melakukan
pengujian dan pelaporan secara terpisah terhadap kepatuhan terhadap
peraturan perundang-undangan tertentu.

 DAMPAK PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN


Ketentuan dalam beberapa peraturan perundang-undangan
berdampak langsung terhadap laporan keuangan yang menentukan jumlah
dan pengungkapan yang dilaporkan dalam laporan keuangan suatu entitas.

 PENDAHULUAN – TANGGUNG JAWAB UNTUK MEMATUHI


PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

18
− Tanggung jawab manajemen, dengan pengawasan dari pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola, adalah memastikan bahwa operasi
entitas dijalankan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan;
− Auditor bertanggung jawab untuk memperoleh keyakinan memadai bahwa
laporan keuangan, secara keseluruhan, bebas dari salah saji material, baik
yang disebabkan oleh kecurangan maupun kesalahan;
− Auditor tidak bertanggung jawab untuk mencegah dan tidak dapat
diharapkan untuk mendeteksi ketidakpatuhan terhadap semua peraturan
perundang-undangan.

 TUJUAN
Tujuan auditor adalah:
o Untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat terkait
dengan kepatuhan terhadap ketentuan dalam peraturan perundang-
undangan yang pada umumnya berdampak langsung dalam
menentukan jumlah dan pengungkapan material dalam laporan
keuangan;
o Untuk melaksanakan prosedur audit tertentu untuk membantu
mengungkapkan adanya ketidakpatuhan terhadap peraturan
perundang-undangan lain yang dapat berdampak material terhadap
laporan keuangan; dan
o Untuk merespons adanya ketidakpatuhan atau dugaan
ketidakpatuhan peraturan perundang-undangan yang diidentifikasi
selama pelaksanaan audit secara tepat.

 DEFINISI
Ketidakpatuhan
Tindakan penghilangan atau tindakan kejahatan oleh entitas, disengaja
atau tidak disengaja, yang bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Tindakan seperti itu mencakup transaksi yang
dicatat oleh, atau dengan nama entitas, atau atas namanya, oleh pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola, manajemen, atau karyawan.

19
Ketidakpatuhan tidak termasuk kesalahan pribadi (yang tidak berkaitan
dengan aktivitas bisnis entitas) oleh pihak yang bertanggung jawab atas
tata kelola, manajemen, atau karyawan entitas.

 KETENTUAN
− Pertimbangan Auditor atas Kepatuhan terhadap Perundang-undangan;
− Prosedur Audit Saat Dideteksi atau Diduga Terjadi Ketidakpatuhan;
− Pelaporan atas Ketidakpatuhan yang Dideteksi atau Diduga Terjadi;
− Dokumentasi

2.7 Standar Audit 260 (Komunikasi dengan Pihak yang Bertanggung Jawab
atas Tata Kelola)
 RUANG LINGKUP
− Tanggungjawab auditor untuk berkomunikasi dengan pihak yang
bertanggungjawab atas tata kelola dalam audit atas laporan keuangan;
− SPA ini disusun dalam konteks audit atas laporan keuangan maupun
informasi keuangan historis lainnya sepanjang terdapat keterlibatan pihak
yang bertanggungjawab atas tata kelola dalam audit atas laporan
keuangan;
− Komunikasi dua-arah yang efektif dalam audit atas laporan keuangan;

 PERAN KOMUNIKASI
− Komunikasi dua-arah memberikan pemahaman yang sama terkait audit
antara auditor dan pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola;
− Independensi dan objektivitas auditor tetap dipertahankan;
− Informasi yang diperoleh auditor lebih relevan;
− Risiko salah saji laporan keuangan dapat diminimalkan;
− Manajemen dituntut untuk tetap menjaga komunikasi dengan auditor;
− Komunikasi harus jelas;
− Potensi benturan standar perikatan audit dengan ketentuan perundang-
undangan yang berlaku

20
 TUJUAN
− Komunikasi dua-arah terkait audit atas laporan keuangan harus jelas;
− Auditor harus memperoleh informasi yang relevan dari pihak yang
bertanggungjawab atas tata kelola;
− Hasil observasi audit atas laporan keuangan yang signifikan dan relevan
harus disampaikan tepat waktu;
− Komunikasi dua-arah terkait audit atas laporan keuangan harus efektif.

 DEFINISI
• Pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola
Individu atau organisasi (organisasi-organisasi, seperti wali amanat
korporasi) yang memiliki tanggungjawab untuk mengawasi arah strategis
entitas dan pemenuhan kewajiban yang berkaitan dengan akuntabilitas
entitas;
• Manajemen
Individu atau kelompok individu dengan tanggungjawab eksekutif untuk
melaksanakan operasi entitas

 KETENTUAN
− Pihak yang Bertanggung Jawab atas Tata Kelola;
− Hal-hal yang Perlu Dikomunikasikan;
− Proses Komunikasi;
− Dokumentasi.

2.8 Standar Audit 265 (Pengkomunikasian Defisiensi Dalam Pengendalian


Internal Kepada Pihak yang Bertanggung Jawab atas Tata Kelola dan
Manajemen)
 Ruang Lingkup
Tanggung jawab auditor untuk mengomunikasikan dengan tepat
kepada pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola dan manajemen
tentang defisiensi dalam pengendalian internal yang diidentifikasi oleh
auditor dalam audit atas laporan keuangan.

21
 TUJUAN
Tujuan auditor adalah untuk mengomunikasikan dengan
semestinya kepada pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola dan
manajemen tentang defisiensi dalam pengendalian internal yang
diidentifikasi oleh auditor selama audit dan menurut pertimbangan
profesional auditor adalah cukup penting untuk mendapatkan perhatian
dari pihak-pihak yang bersangkutan.

 DEFINISI
• Defisiensi dalam pengendalian internal
Hal ini terjadi bila:
• Suatu pengendalian dirancang, diterapkan atau
dioperasikan sedemikian rupa sehingga pengendalian tersebut tidak
dapat mencegah, atau mendeteksi dan mengkoreksi salah saji dalam
laporan keuangan secara tepat waktu; atau
• Tidak adanya suatu pengendalian yang diperlukan
untuk mencegah, atau mendeteksi dan mengoreksi salah saji dalam
laporan keuangan secara tepat waktu.
• Defisiensi signifikan dalam pengendalian internal
Suatu defisiensi atau kombinasi beberapa defisiensi dalam
pengendalian internal, yang menurut pertimbangan profesional auditor,
adalah cukup penting untuk mendapatkan perhatian dari pihak-pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola.

 KETENTUAN
Tujuan auditor adalah:
o Untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat terkait dengan
kepatuhan terhadap ketentuan dalam peraturan perundang-undangan
yang pada umumnya berdampak langsung dalam menentukan jumlah
dan pengungkapan material dalam laporan keuangan;
o Untuk melaksanakan prosedur audit tertentu untuk membantu

22
mengungkapkan adanya ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-
undangan lain yang dapat berdampak material terhadap laporan
keuangan; dan
o Untuk merespons adanya ketidakpatuhan atau dugaan ketidakpatuhan
peraturan perundang-undangan yang diidentifikasi selama pelaksanaan
audit secara tepat.

 DEFINISI
Ketidakpatuhan
Tindakan penghilangan atau tindakan kejahatan oleh entitas, disengaja
atau tidak disengaja, yang bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Tindakan seperti itu mencakup transaksi yang
dicatat oleh, atau dengan nama entitas, atau atas namanya, oleh pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola, manajemen, atau karyawan.
Ketidakpatuhan tidak termasuk kesalahan pribadi (yang tidak berkaitan
dengan aktivitas bisnis entitas) oleh pihak yang bertanggung jawab atas
tata kelola, manajemen, atau karyawan entitas.

 KETENTUAN
− Identifikasi satu atau lebih defisiensi dalam pengendalian intern;
− Penentuan signifikansi defisiensi dalam pengendalian intern;
− Komunikasi tepat waktu;
− Komunikasi tertulis.

 MATERI PENERAPAN DAN PENJELASAN LAIN


− Penentuan Apakah Defisiensi dalam Pengendalian Intern Telah
Diidentifikasi;
− Defisiensi Signifikan dalam Pengendalian Intern;
− Komunikasi atas Defisiensi dalam Pengendalian Intern;
o Komunikasi atas Defisiensi Signifikan dalam Pengendalian Intern
kepada Pihak yang Bertanggung Jawab atas Kelola;
o Komunikasi atas Defisiensi dalam Pengendalian Intern kepada

23
Manajemen;
o Komunikasi atas Defisiensi SIGNIFIKAN dalam Pengendalian Intern
kepada Manajemen;
o Komunikasi atas Defisiensi Lainnya dalam Pengendalian Intern
kepada Manajemen;
o Pertimbangan Spesifik terhadap Entitas Sektor Publik;
o Isu Komunikasi Tertulis atas Defisiensi Signifikan dalam
Pengendalian Intern.

24

Anda mungkin juga menyukai