Anda di halaman 1dari 5

Gangguan Pendengaran Pada Penderita Hipertensi Esensial:

Studi Prospektif di Pelayanan Kesehatan Tersier

Abstrak Menurut WHO, seseorang yang memiliki ambang batas pendengaran 250 dB atau
lebih di kedua telinga disebut sebagai penderita gangguan pendengaran. 1 Penurunan fungsi
pendengaran mempengaruhi kualitas hidup seseorang ketika dibutuhkan. PEstimasi
prevalensi tuli saat usia dewasa di India sekitar 7.6%.2 Hipertensi arteri sistemik merupakan
faktor risiko independen terhadap terjadinya penurunan fungsi pendengaran. Untuk
meminimalisir mekanisme degenerative di sistem pendengaran yang diakibatkan oleh efek
sirkulasi hipertensi, terdapat adanya kebutuhan untuk merujuk audiologi untuk setiap
penderita hipertensi esensial. Dengan demikian, dokter harus waspada kehadiran penurunan
fungsi pendengaran pada hipertensi esensial. Tujuan: Untuk memeriksa jenis, derajat, dan
proporsi gangguan epndengaran pada seluruh penderita hipertensi esensial dan untuk
mencari hubungan antara rusai menderita hipertensi esensial dengan derajat gangguan
pendengaran. Metode: Penelitian dengan desain potong-silang secara deskripsif dilakukan di
rumah sakit akademik, sejak bulan November 2017 – Mei 2018. Sejumlah 120 penderita
hipertensi esensial menjalani pemeriksaan THT, pencatatatan tekanan darah, oto-endoskopi
dan evaluasi pure tone audiogram (PTA). Gangguan pendengaran diperiksan dan dicari
hubungannya secara statistic. Hasil: Pada penelitian ini, pasien yang terlibat adalah dari usia
18-60 tahun. Sebanyak 55,8% berjenis kelamin laki-laki dan 44,2% adalah perempuan. Pada
kedua jenis kelamin, terdapat gejala tinnitus (88%) dan diikuti dengan penurunan fungsi
pendengaran (62%), vertigo (6%), dan epistaksis (21%). Di penelitian ini, berdasarkan hasil
pemeriksaan klinis dan audiometri, seluruh penderita hipertensi esensial mengalami
penurunan fungsi pendengaran dan ditemukan mengalami sensorineural hearing loss (SNHL).
Pada evaluasi PTA, sebanyak 39% pasien memiliki pendengaran yang normal pada telinga
kanan, 43% mengalami SNHL ringan, 31% mengalami SNHL sedang, dan 3% menegalami SNHL
berat. Pada telinga kiri, 38% pasien memiliki fungsi pendengaran yang normal, 39%
mengalami SNHL ringan, 31% mengalami SNHL sedang, 9% mengalami SNHL sedang-berat,
dan 3% emngalami SNHL berat. Pada penelitian ini, sebanyak 29% pasien memiliki hipertensi
selama kurang dari 1 tahun. Sebanyak 75% pasien telah menderita hipertensi selama 3 tahun
dan 16% pasien memiliki hipertensi selama lebih dari 3 tahun, dan korelasi antara durasi
penyakit dengan penurunan fungsi pendengaran adalah tidak signifikan (p=0,996). Di antara
120 pasien hipertensi esensial, 99% mendapat pengobatan antihipertensi (p=1.0000).
Kesimpulan: Studi ini menunjukkan adanya korelasi yang signifikan antara tekanan darah
sistolik dan hasil PTA pada kedua telinga (p<0.001). Studi ini juga menunjukkan adanya
korelasi yang signifikan antara tekanan darah diastolic dan PTA (p<0.001).

1. Pendahuluan
Pendengaran sensitivitas fungsi pendengaran merupakan bentuk kelainan
pendengaran yang paling umum ditemukan. Hal ini dicirikan dari adanya penurunan
sensitivitas mekanisme auditorik, sehingga suara perlu disajikan pada intensitas yang
lebih tinggi daripada normal. Menurut WHO, seseorang yang memiliki ambang batas
pendengaran 250 dB atau lebih di kedua telinga disebut sebagai penderita gangguan
pendengaran.1 Penurunan fungsi pendengaran mempengaruhi kualitas hidup
seseorang ketika dibutuhkan. PEstimasi prevalensi tuli saat usia dewasa di India
sekitar 7.6%.2 Hilangnya sensitivitas pendengaran disebabkan oleh reduksi
penghantaran suara ke otak yang abnormal dikarenakan adanya ganggua pada
telinga.3 Sistem pendengaran dapat mempengaruhi fungsi psikososial, di antaranya
dalah rendahnya kepercayaan diri, isolasi, depresi, iritabilitas, dan permasalahan ini
dapat mengganggu kualitas hidup.4 Sensorineural hearling loss (SNHL) yang bermakna
secara klinis ditemukan pada pasien pre-hipertensi dengan derajat ringan-sedang,
sedangkan derajat berat ditemukan pada penderita hipertensi derajat 1. Hipertensi
esensial adalah sebuah bentuk hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya. Hal ini
juga ditemukan pada 95% populasi hipertensi. Pada orang dengan hipertensi,
presbiakusis dini dapat ditemukan dan dapat diperburuk dengan adanya faktor
tambahan seperti polusi suara serta patologi vaskular.
Hipertensi merupakan penyakit yang umum ditemukan di India. Studi ini hadir untuk
mengetahui korelasi antara penurunan fungsi pendengaran dan hipertensi, namun
masih terdapat sedikit data yang menerangkan hipertensi sebagai faktor risiko
hilangnya fungsi pendengaran. Studi ini menekankan pentingnya skrining dini secara
periodeik untuk menemukan kasus penurunan fungsi pendengaran pada apsien
hipertensi esensial agar dapt memperbaiki kualitas hidupnya.

2. Tujuan
Untuk memeriksa jenis, derajat, dan proporsi gangguan epndengaran pada seluruh
penderita hipertensi esensial.
Untuk mencari hubungan antara rusai menderita hipertensi esensial dengan derajat
gangguan pendengaran.

3. Metodologi
Penelitian dengan desain potong-silang secara deskripsif dilakukan di rumah sakit
akademik, sejak bulan November 2017 – September 2018. Sebelumnya, pasien yang
dilibatkan dalam studi memenuhi kriteria inklusi dan kriterai ekskulsi setelah
mendapat kejelasan komisi etik.
Kriteria inklusi: Hipertensi esensial
- Usia 18-60 tahun dari jenis kelamin laki-laki atau perempuan
- Kriteria di atas termasuk hipertensi esensial yang menjalani pengobatan maupun
pasien yang baru saja didiagnosis.
- Pasien dalam pengobatan antihipertensi saja.
Kriteria eksklusi
- Riwayat tuli di keluarga
- Cairan dari telinga dan tuli
- Tuli kongenital
- Noise-induced hearing loss
- Riwayat pembedahan telinga
- Ibu hamil dan menyusui
- Obesitas
- Alkoholik dan perokok
- Pasien dengan gangguan ginjal
- Pasien dalam pengobatan untuk penyakit terkai yang memiliki risiko efek ototoksik
Seluruh pasien bersedia untuk terlibat dari penelitian ini setelah dijelaskan mengenai
prosedur yang akan dilakukan dan menandatangani nformed consent. Penderita
hipertensi esensial yang telah datang ke klinik THT dipilih. Riwayat penyakit secara
mendetail diambil, terutama menekankan pengobatan antihipertensi. Pemeriksaan
THT secara rinci meliputi pemeriksaand engan otoskopi dan garpu tala dilakukan
untuk menyingkirkan penyakit telinga luar dan tengah. Pemeriksaan sistemik juga
dilakukan pada pasien. Pemeriksaan hematologi rutin, fungsi hati, fungsi ginjal,
rontgen mastoid, dan ECG juga dilakukan.
Setelah pemeriksaan selesai, tekanand arah pasien diukut pada posisi duduk
menggunakan sphygmomanometer manual. Setelah seluruh pasien dilakukan
pemeriksaan audimetri untuk pemeriksaan air conduction dan bone conduction pada
tiga frekuensi untuk kedua belah telinga, hasil dilampirkan dalam bentuk grafik.
Data telah dianalisis menggunakan SPSS 24.0 dan hasil disajikan dalam bentuk tabel,
gambar, grafi, serta diagram. Uji ANOVA dilakukan untuk mencari korelasi derajat
penurunan fungsi pendengaran dan durasi hipertensi.

4. Hasil
Sebanyak 120 penderita hipertensi esensial terlibat dalam penelitian ini. Sebanyak
56% pasien adalah laki-laki. Rerata usia pasien dalam studi ini adalah 49.88 (9,27&
tahun. Sebagian besar pasien berada di usia 50 tahun.
Analisis dari jenis penurunan fungsi pendengaran di antara 120 pasien hipertensi
esensial berdasarkan laporan audiogram mengindikasikan sebanyak 75% pasien
memiliki SNHL. Sebanyak 88% pasien memiliki tinnitus, penurunan pendengaran 62%,
vertigo 6%, dan lainnya 21%.
Pada evaluasi PTA, sebanyak 39% pasien memiliki pendengaran yang normal pada
telinga kanan, 43% mengalami SNHL ringan, 31% mengalami SNHL sedang, dan 3%
menegalami SNHL berat. Pada telinga kiri, 38% pasien memiliki fungsi pendengaran
yang normal, 39% mengalami SNHL ringan, 31% mengalami SNHL sedang, 9%
mengalami SNHL sedang-berat, dan 3% mengalami SNHL berat. Derajat fungsi
pendengaran pada kasus SNHL adalah 43% di telinga kanan dan 39% di telinga kiri.
Pada studi ini, sebnayak 83 pasien memiliki tekanan darah sistolik 12-139 mmHg dan
2 pasien 140-159 mmHg. Tekanan darah diastolic pada 83 pasien adalah 80-89 mmHg
dan 90-99 mmHg pada 37 pasien.
Pada penelitian ini, sebanyak 29% pasien menderita hipertensi selama kurang dari 1
tahun, 75% menderita selama 3 tahun, dan 16% lebih dari tiga tahun. Kami
menggunakan uji Chi square dan mendapat hasil p = 0.996.

5. Pembahasan
Penurunan fungsi pendengaran merupakan penyakit epidemis yang terdapat di
negara berkembang dikarenakan sifat alamiahnya yang tidak diketahui. Pada
penelitian ini, asosiasi antara hipertensi esensial dan penurunan fungsi pendengaran
di usia 18-60 tahun diteliti. Studi ini menunjukkan bahwa penurunan fungsi
pendengaran dapat terjadi ketika menderita hipertensi. Peningkatan durasi hipertensi
dapat mengakibatkan penurunan fungsi pendengaran. Berbagai faktor lingkungan
turut berperan, seperti diet lemak, stress, riwayat keluarga, dan peningkatan akdar
kolesterol dapat menyebabkan hipertensi. Metode harus diidentifikasi untuk
mencegah penruunan fungsi pendengaran akibat hipertensi esensial.
Pendengaran dapat dipengaruhi oleh hipertensi akibat kejadian berikut.
Aterosklerosis pada hipertensi dapat menyebabkan perubahan hemodinamik
darah.5,6 Kecepatan aliran darah di koklea dapat mempengaruhi dinamik koklea dan
memnyebabkan penurunan fungsi pendengaran pada frekuensi yang tinggi maupun
rendah.5,6 Perfusi natrium dan kalium juga dapat mempengaruhi penurunan fungsi
pendengaran.7 Pada apsien hipertensi, akibat cepatnya aliran darah, maka tidak ada
pertukaran oksigen dan nutrient yang tepat, sehingga mekanisme ini hanya
tergantung dari integritas jantung dan pembuluh darah. Patologi sistem sirkulasi juga
dapat mempengaruhi pendengaran secara langsung dengan meningkatkan viskositas
darah.5 Aliran darah kapiler yang menurun dapat mengakibatkan rendahnya kadar
oksigen hingga hipoksia, berujung pada hilangnya pendengaran.5,6 Selain hipertensi
arteri dapat menyebabkan perubahan ion pada potensial sel dan menyebabkan
hilangnya pendengaran.6 Hipertensi esensial terdapat pada sejumlah besar kasus
hipertensi. Liu pada tahun 1988 memeriksa fungsi audiometri pada 32 individual
dengan hipertensi dan penyakit jantung koroner dan membandingkannya dengan
normotensi. Katz8 mengatakan bahwa seluruh sel hidup di tubuh manusia bergantung
pada suplai oksigen dan nutrient untuk mempertahankan fungsinya.8 Hipertensi
merupakan kelainan pembuluh darah yang paling umum dan dapat mengakibatkan
perubahan struktur di jantung dan pembuluh darah. Tekanan tinggi pada sistem
vaskular dapat menyebabkan perdarahan telinga darah, yang disuplai oleh arteri
serebellar anterior inferior, terbagi menjadi arteri vestibuler anterior dan arteri
koklearis dan mensuplai telinga dalam.9 Ini menyebabkan penurunan pendengaran
progresif atau mendadak.8,9 Patologi sistem sirkulasi dapat mempengaruhi
pendengaran dengan berbagai cara. Salah satu mekanismenya adalah peningkatan
viskositas darah yang menurunkan aliran darah kapiler dan menurunkan transport
oksigen, menyebabkan hipoksia jaringan dan penurunan fungsi pendengaran.9
Terlebih, hipertensi arteri dapat menyebabkan perubahan ion pada potensial sel,
sehingga menyebabkan penurunan fugnsi pendengaran.
Rosen et al, tahun 1962, mengungkapkan penelitian tentang hiipertensi. Ditemukan
adanya korelasi antara tekanan darah tinggi dengan penurunanf ungsi pendengaran
pada frekuensi tinggi.11
Marchiori et al, tahun 2006, meliabtkan 154 kasus dan 154 kontrol berusia 45-64
tahun dan menunjukkan adanya asosiasi signifikan antara tekanan darah dan
penurunan fungsi pendengaran.6.
Agarwal et al melakukan penelitian pada tahun 2013, dengan 150 kasus dan 124
kontrol. Usia antara 45-64 tahun. Studi ini menunjukkan hubungan signifikan antara
hipertensi dan peningkatan ambang pendengaran. Peningkatan ambang ini
ditemukan pad pasien hipertensi derajat 3, terutama apda frekuensi tinggi.12
Mishra et al meneliti pad atahun 2014, melibatkan 150 kasus dan 150 kontrol pada
kedua jenis kelamin dari usia 45-65 tahun. Studi ini menunjukkan pasien hipertensi
memiliki risiiko penurunan fungsi pendengaran lima kali lebih besar dibandingkan
pasien tanpa hipertensi.4
Mondolli et all, 2009, memverifikasi hubungan antara hipertensi sistemik dan
penurunan fungsi pendengaran. Studi ini melibatkan 392 pasien dari kedua jenis
kelamin, berusia 45-60 tahun. Studi ini menunjukkan hubungan antara hipertensi
arteri sistemik dan penurunan fungsi pendengaran.13 Menurut Yeoh LH, hipertensi
meerupakan salah satu penyebab penurunan fungsi pendengaran.14
Menurut Baraldi GS et al, hipertensi arteri sistemik dan penurunan fungsi
pendengaran memiliki prevalensi yang penting di sejumlah populasi lansia.15
Nazer et al menjalankan sebuah penelitian dimana terdapat faktor predisposisi
structural atau metabolic yang menyebabkan penurunan fungsi pendengaran.16
Brohem et al memeriksa 50 pasien hipertensi di usia lebih dari 45 tahun di Brazil, dan
62% di antara memiliki SNHL.17 Pada sebuah studi di Kenya yang melibatkan 50 lansia
menggunakan uji konduksi tulang, Chen et al mengobservasi adanya relasi antara
penurunan fungsi pendengaran dan hipertensi arterial di populasi ini.18

6. Ringkasan
Studi potong-silang mengenai gangguan pendengaran pada pasien hipertensi esensial
yang datang ke bagian THT pada bulan November 2017 – September 2018 dilakukan.
Terdapat 120 pasien hipertensi esensial, dimana sebanyak 56% pasien adalah laki-laki
dan 44,2% adalah peremuan. Rerata usia pasien dalam studi ini adalah 49.88 (9,27&
tahun. Sebagian besar pasien berada di usia 50 tahun. Kejadian penurunan fungsi
pendengaran pada partisipan adalah sebnayak 75%. Pada kedua kelompok jenis
kelamin, tinnitus hadir sebagai gejala (88%), diikuti dengan penurunan fungsi
pendengaran sebanyak 62%, vertigo sebanyak 6%, dan epistaksis sebanyak 21%. Di
antara 120 penderita hipertensi esensial, berdasarkan laporan audiogram diperoleh
sebanyak 75% pasien memiliki SNHL. SNHL yang bermakna secara klinis dengan
derajat ringan hingga sedang ditemukan pada pasien pre-hipertensi dan derajat
sedang-berat hingga berat ditemukan pada penderita hipertensi derajat 1. Terdapat
hubungan yang signifikan antara penurunan fungsi pendengaran pada penderita
hipertensi esensial. Pada evaluasi PTA, sebanyak 39% pasien memiliki pendengaran
yang normal pada telinga kanan, 43% mengalami SNHL ringan, 31% mengalami SNHL
sedang, dan 3% menegalami SNHL berat. Pada telinga kiri, 38% pasien memiliki fungsi
pendengaran yang normal, 39% mengalami SNHL ringan, 31% mengalami SNHL
sedang, 9% mengalami SNHL sedang-berat, dan 3% mengalami SNHL berat.

7. Kesimpulan
Studi ini menunjukkan adanya korelasi yang signifikan antara tekanan darah sistolik
dan hasil PTA pada kedua telinga (p<0.001). Studi ini juga menunjukkan adanya
korelasi yang signifikan antara tekanan darah diastolic dan PTA (p<0.001).. Studi ini
dimaksudkan untuk menunjukkan seberapa penting skrining rutin sejak dini untuk
deteksi penurunan fungsi pendengaran pada pasien hipertensi esensial.

Anda mungkin juga menyukai