Obat Pengendali Asam Lambung 3333333333
Obat Pengendali Asam Lambung 3333333333
KELAS 3A FARMASI
2019
KATA PENGANTAR
Penyusun
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Refluks gastroesophageal adalah fenomena fisiologis normal yang dialami sesekali oleh
kebanyakan orang. Gastroesophageal (GERD) terjadi ketika jumlah asam lambung yang
refluks ke kerongkongan melebihi batas normal, menyebabkan dengan gejala dengan dan atau
tanpa cedera mukosa esofagus yang terkait. Penyakit gastroesophageal (GERD) didefinisikan
sebagai suatu keadaan patologis sebagai akibat refluks kandungan lambung ke dalam
esofagus yang menimbulkan berbagai gejala yang mengganggu di esofagus maupun
ekstraesofagus dan atau komplikasi dimana penyakit yang dapat ditimbulkan dapat berupa
mutah, mual, dan gastritis (Susanto,2002).
Mual sering diartikan sebagai keinginan untuk muntah atau gejala yang dirasakan
ditenggorokan dan didaerah sekitar lambung yang menandakan kepada seseorang bahwa ia
akan segera muntah. Muntah diartikan sebagai pengeluaran isi lambung melalui mulut yang
seringkali membutuhkan dorongan yang sangat kuat (Sukandar, 2008).
Gastritis atau yang biasa dikenal dengan sakit maag merupakan radang jaringan pada
lambung yang timbul akibat virus atau bakteri patogen yang masuk kedalam saluran
pencernaan. Penyakit gastritis dapat disebabkan oleh infeksi bakteri Helicobacter pylori yang
dikarenakan asupan makanan atau minuman bersoda yang berlebihan, merokok, asupan
makanan berbumbu pedas, obat-obatan dan terapi radiasi. Gejala umum yang timbul dari
penyakit gastritis antara lain rasa tidak nyaman pada perut, perut kembung, mual, muntah, dan
perih atau merasa seperti terbakar pada bagian perut serta dapat disertai dengan demam tinggi
(Susanto,2002).
Penyakit yang ditimbulkan dari refluks tersebut dapat disembuhkan dengan beberapa terapi,
diantaranya dengan melakukan pengobatan. GERD dapat diobati dengan menggunakan obat
penetral asam lambung dan pengurang sekresi asam lambung (Mary dan James,2015). Untuk
mual dan muntah digunakan terapi antiemetik, Antiemetik adalah obat-obatan yang
digunakan dalam penatalaksanaan mual dan muntah. Antiemetik yang bekerja secara lokal
dapat berupa anastid, anastesi lokal, adsorben, obat pelindungdung yang melapisi mukosa GI,
atau obat yang mencegah distensi dan menstimulasi peregangan saluran GI. Agen ini sering
kali digunakan untuk mengatasmual yang ringan (Mutschler, 1991).
B. TUJUAN
Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan pengertian obat obat yang mampu
mempengaruhi sistem pencernaan
C. RUMUSAN MASALAH
a. Bagaimanakah yang dimaksud dengan Gastroesophageal Reflux Desease /GERD ?
b. Bagaimanakah yang dimaksud dengan antiemtik ?
c. Bagaimanakah yang dimaksud dengan obat prokinetik ?
1
BAB II
ISI
2
mengikat asam dibandingkan magnesium hidroksida (Tjay dan
Rahardja,2007).
3
2. Antagonis reseptor H2
Antagonis reseptor H2 bekerja dengan memblok reseptor histamin pada sel parietal
sehingga sel parietal tidak dapat dirangsang untuk mengeluarkan asam lambung (Sudoyo,
2017). Hubungan antara sekresi cairan lambung yang berlebihan yang mengandung
konsentrasi ion hydrogen yang tinggi dan penyakit ulkus peptikum menekankan nilai
potensial dari obat yang menghambat secara selektif respon ini. Meskipun adanya
reseptor H2 diseluruh tubuh, penghambatan pengikatan histamin pada reseptor di sel
pariental lambung adalah efek keuntungan yang besar dari reseptor antagonis H2-. Efek
samping yang ditimbulkan antagonis reseptor H2 secara umum antara lain sakit kepala,
konstipasi, pruritus, ruam kulit, penurunan libido, dan impotensi (Mary dan
Keogh,2015).Antagonis reseptor H2 terbagi menjadi bebarapa jenis yaitu cimetidine,
ranitidine, famotidine, dan nizatidine (Mary dan Keogh,2015).
2.1 Contoh obat golongan Antagonis Reseptor H2
2.1.1 Cimetidine
Indikasi Tukak lambung, tukak duodenum, refluks esofagitis,
hipersekresi patologis.
Kontra Indikasi Penderita yang hipersensitif terhadap cimetidine atau
H2 reseptor antagonis lain.
Peringatan Gangguan ginjal dan kehamilan
Efek Samping Sakit kepala, pusing, impotensi, diare, mual, muntah,
dan pankreatitis.
Interaksi Obat Meningkatkan kadar plasma analgetik opioid terutama
pethidine.
Meningkatkan kadar plasma erithromicin dan kinidin.
Meningkatkan efek antikoagulan dari warfarin.
Menghambat metabolisme amytriptiline,asam
valproat
Dosis Ulkus duodenum dan ulkus peptik : 2 x 400 mg/hari
setelah makan pagi dan sebelum tidur malam) selama
4-6 minggu.
Refluks esofagitis 4x400 mg/hari selama 4-8 minggu.
Sediaan Tablet/kaplet 200mg : Cimexol, sanmetidine, ulsikur
Tablet 400mg : carsamet
(IDI,2012)
2.1.2 Ranitidine
Indikasi Tukak lambung, tukak duodenum, refluks esofagitis,
hipersekresi patologis.
Kontra Indikasi Penderita yang hipersensitif terhadap ranitidine atau
H2 reseptor antagonis lain.
Peringatan Gangguan ginjal kehamilan, menyusui, dan gangguan
hati.
Efek Samping - Susunan saraf pusat : sakit kepala, insomnia,
vertigo
- Gastrointestinal: konstipasi, diare, mual, muntah,
nyeri perut.
- Muskoloskeletal
- Hematologik : leukopenia, granulositopenia
4
- Hipersensitivitas
Interaksi Obat - penggunaan bersamaan dengan antasida dapat
mengurangi bioaviabilitas ranitidine sehingga
berikan ranitidine berselang 2 jam setelah
penggunaan antasida
- pemeberian bersama warfarin dapat meningkatkan
atau menurunkan waktu protombin.
Dosis Oral
Ulkus peptikum dan ulkus duodenum : 150 mg 2 kali
sehari (pagi dan malam) atau 300mg sekali sehari
sesudah makan malam atau sebelum tidur, selama 4-8
minggu.
Terapi pemeliharaan pada penyembuhan ulkus
peptikulum dan ulkus duodenum : 150 mg, 2 kali
sehari.
Injeksi
Injeksi intramuskuler : 50 mg (2ml) tiap 6-8 jam.
Injeksi intravena lambat : 50mg diencerkan sampai
20ml dan diberikan selama tidak kurang dari 2menit,
dapat diulang 6-8 jam.
Sediaan Tablet/kaplet 150 mg : acran, Gastridin, graseric
Tablet/kaplet 300mg : acran, rantin, Chopintac Forte
Injeksi ampul 25 mg/ml : acran, anitid, gastridin,
hexer, radin, ranitidin, zantac
(IDI,2012)
2.1.3 Famotidine
5
menyebabkan pengurangan rasa sakit pada pasien tukak, mengurangi aktivitas faktor
agresif pepsin dengan pH>4 serta meningktkan efek eradikasi H pylori oleh regimen
triple drugs (Sudoyo, 2017). Beberapa jenis PPI yang tersedia antara lain omeprazole,
lansoprazole, rabeprazole, pantoprazole, esomeprazole.
3.1 Omeprazole
Indikasi Tukak lambung, tukak duodenum, GERD, hipersekresi
patologis
Kontra Indikasi Penderita yang hipersensitif terhadap omeprazole
Peringatan Pasien penyakit hati, kehamilan, menyusui.
Efek Samping Utikaria, mual dan muntah, konstipasi, kembung, nyeri
abdomen, lesu, nyeri otot dan sendi, pandangan kabur, edema
perifer, perubahan hematologik, perubahan enzim hati dan
gangguan fungsi hati, depresi, mulut kering.
Interaksi Obat Menghambat absorbsi ketoconazole dan itraconazole
Meningkatkan kadar warfarin, diazepam, cyclosporin, dan
phenytoin.
Menurunkan kadar imipramin
Dosis Tukak lambung duodenum
Dosis awal dan pemeliharaan : 1x20mg/hari selama 4-8
minggu dapat ditingkatkan 40mg/hari pada kasus berat
Eradikasi H.Pylori : sesuai regimen terapi eradikasi H.pylori
halaman 34
Refluks gastroesofageal : 1x20mg sehari selama 4-8 minggu.
Sindroma zollinger-ellison : 1 x 60mg sehari
Sediaan Kapsul 20mg : Contral, Dudencer, Inhipump, Omed,
Omeprazole
Sediaan injeksi (vial) 40 mg : inhipump, OMZ, Pumpitor,
rocer
(IDI,2012)
3.2 Lansoprazole
Indikasi Tukak lambung, tukak duodenum, GERD, hipersekresi
patologis
Kontra Indikasi Penderita yang hipersensitif terhadap lansoprazole
Peringatan Pasien dengan penyakit hati, kehamilan, menyusui,.
Efek Samping Utikaria, mual dan muntah, konstipasi, kembung, nyeri
abdomen, lesu, nyeri otot dan sendi, pandangan kabur, edema
perifer, perubahan hematologik, perubahan enzim hati dan
gangguan fungsi hati, depresi, mulut kering.
Interaksi obat Menghambat absorbsi ketoconazole dan itraconazole
Meningkatkan kadar warfarin, diazepam, cyclosporin, dan
phenytoin.
Menurunkan kadar imipramin
Dosis Tukak lambung dan duodenum
1 x 15-30 mg/hari selama 4-8 minggu. Dosis pemeliharaan : 1
x 15 mg/hari
GERD : 1 x 30 mg/ hari selama 4-8 minggu
6
Sindroma zollinger-ellison : dosis awal 60 mg sekali sehari
Sediaan Tablet/kapsul 15mg : inhipraz, Prosogan, Protica
Tablet/ kapsul 30 mg : betalans, erphalanz, gastrolan
(IDI,2012)
3.3 Lansoprazole
Indikasi Tukak lambung, tukak duodenum, GERD, hipersekresi
patologis
Kontra Indikasi Penderita yang hipersensitif terhadap Lansoprazole
Peringatan Pasien dengan penyakit hati, kehamilan, menyusui.
Efek Samping Utikaria, mual dan muntah, konstipasi, kembung, nyeri
abdomen, lesu, nyeri otot dan sendi, pandangan kabur, edema
perifer, perubahan hematologik, perubahan enzim hati dan
gangguan fungsi hati, depresi, mulut kering.
Interaksi Obat Menghambat absorbsi ketoconazole dan itraconazole
Meningkatkan kadar warfarin, diazepam, cyclosporin, dan
phenytoin.
Menurunkan kadar imipramin
Dosis Tukak lambung dan duodenum : 1 x 15-30mg/hari selama 4-8
minggu. Dosis pemeliharaan 1 x 15 mg/hari.
GERD : 1 x 30 mg/hari selama 4-8 minggu
Sindroma zollinger-Ellison, dosis awal 60 mg sekali sehari.
Sediaan Tablet/kapsul 15mg : inhipraz, prosogan, protica
Tablet/kapsul 30mg : betalans, caprazol, digest, erphalanz,
gastrolan, lancid, lanpracid
(IDI,2012)
3.4 Pantoprazol
Indikasi Tukak lambung, tukak duodenum, GERD, hipersekresi
patologis
Kontra Indikasi Hipersensitif terhadap pantoprazole atau PPI
Peringatan Gangguan ginjal, gangguan hati, lanjut usia
Efek Samping Utikaria, mual dan muntah, konstipasi, kembung, nyeri
abdomen, lesu, nyeri otot dan sendi, pandangan kabur, edema
perifer, perubahan hematologik, perubahan enzim hati dan
gangguan fungsi hati, depresi, mulut kering.
Interaksi Obat Menghambat absorbsi ketoconazole dan itraconazole
Meningkatkan kadar warfarin, diazepam, cyclosporin, dan
phenytoin.
Menurunkan kadar imipramin
Dosis Tukak lambung : tablet 40 mg/hari selama 4-8 minggu. IV
injeksi 40 mg/hari
Sediaan Tablet/ kaplet : 20 mg ,40mg : Pantozol
Sediaan injeksi (vial) 40mg : caprol, panloc, panso, pepsol.
(IDI,2012)
3.5 Esomeprazole
Indikasi Tukak lambung, tukak duodenum, GERD, hipersekresi
patologis
Kontra Indikasi Hipersensitif terhadap esomeprazol
Peringatan Insufiensi ginjal berat
Efek samping Utikaria, mual dan muntah, konstipasi, kembung, nyeri
abdomen, lesu, nyeri otot dan sendi, pandangan kabur,
edema perifer, perubahan hematologik, perubahan enzim
hati dan gangguan fungsi hati, depresi, mulut kering.
7
Interaksi obat Menghambat absorbsi ketoconazole dan itraconazole
Meningkatkan kadar warfarin, diazepam, cyclosporin,
dan phenytoin.
Menurunkan kadar imipramin
Dosis Refluks esofagitis erosif : 1x40 mg/hari selama 4-8
minggu
Terapi simptomatis GERD : 1 x 20 mg/hari selama 4
minggu
Terapi tukak lambung dan duodenum yang berhubungan
dengan penggunaan AINS : 1 x 20 mg /hari selama 4-8
minggu
Sediaan Tablet salut selaput 20 mg, 40 mg : Nexium
Injeksi vial 40 mg : Nexium
(BPOM,2017)
B. ANTIEMETIK
1. Pengertian
Antiemetik adalah obat-obatan yang digunakan dalam penatalaksanaan mual dan muntah.
Obat-obatan tersebut bekerja dengan cara mengurangi hiperaktivitas refleks muntah
menggunakan satu dari dua cara yaitu cara lokal, untuk mengurangi respon lokal terhadap
stimulus yang dikirim ke medula guna memicu terjadinya muntah atau secara sentral,
untuk menghambat CTZ secara langsung atau menekan pusat muntah. Antiemetik yang
bekerja secara lokal dapat berupa anastid, anastesi lokal, adsorben, obat pelindungdung
yang melapisi mukosa GI, atau obat yang mencegah distensi dan menstimulasi
peregangan saluran GI. Agen ini sering kali digunakan untuk mengatasmual yang ringan
(Mutschler, 1991).
1.1 Mekanisme mual, muntah, dan antiemetik
Dalam penanganan kemoterapi menggunakan obat-obat yang bersifat sitotoksik. Obat
sitotoksik dapat menimbulkan mual, muntah melalui beberapa mekanisme yaitu 1.
Pusat muntah, 2. Kemoreseptor trigger zone (CTZ), 3. Syaraf aferen fagus yang
berasal dari gastrointestinal menuju area postren. CTZ sangat sensitif terhadap
stimulus kimia dan merupakan target utama dari antiemetik. Obat sitotoksik akan
mengaktifkan syaraf aferen fagus dan menghasilkan input sensori yang akan
mengaktifkan otot perut, diafragma, lambung, dan esofagus untuk menimbulkan
muntah (Rubenstein dkk, 2006).
1.2 Jenis obat antiemetik
1.2.1 Antihistamin
Antihistamin digunakan untuk mengurangi mual dan muntah yang terjadi
setelah operasi. Obat ini digunakan untuk penatalaksanaan mabuk perjalanan
dan untuk gejala alergi. Contoh obat ini adalah Vistratil, Atarax,
Promethazine, dan Phenergan.
1.2.2 Antikolinergik
Antikolinergik digunakan untuk mencegah dan mengobati mual, muntah, dan
mabuk perjalanan. Obat ini digunakan untuk mengobati vertigo yang
berhubungan dengan sistem vestibular. Contoh obat ini adalah Skopolamin.
1.2.3 Antagonis Dopamin
Antagonis dopamin bekerja dengan menekan muntah dengan memblokir
reseptor dopamin di CTZ. Obat yang termasuk antagopnis dopamin adalah
fenotiazin dan butirofenon.
8
1.2.4 Benzodiazepine
Benzodiazepine tidak langsung mengontrol mual dan muntah. Lorazepam
(ativan) adalah obat pilihan dalam kategori ini dan dapat diberikan dengan
metoclopramide.
1.2.5 antagonis sorotonin
antagonis sorotonin menekan mual dan muntah dengan memblokir reseptor
sorotonin di CTZ dan ujung saraf aferen vagus dalam saluran pencernaan
bagian atas. Dua antagonis sorotonin, yaitu: ondansentron (zofran) dan
granisetron (kytril), efektif dalam menekan muntah yang berhubungan
dengan kemoterapi.
1.2.6 glukokortikoid
glukokortikoid (kortikosteroid) contohnya adalah deksametason (decardon)
dan metilprednisolon (solu-medrol). Obat tersebut diberikan melalui
intravena untuk penggunaan jangka pendek. Hal ini dilakukan untuk
mengurangi efek samping yang disebabkan oleh penggunaan glukokortikoid.
1.2.7 cannabinoid
cannabinoid bekerja pada korteks serebral dan memiliki efek samping dan
reaksi yang merugikan yang sama seperti antihistamin dan antikolinergik:
termasuk mengantuk, mulut kering, penglihatan kabur, taki kardia dan
konstipasi.
1.2.8 macam-macam antiemetik lain
macam-macam antiemetik lain meliputi benzkuinamid hidroklorida
(emetecon), difenidol (vontrol), dan trimetobenzamid (tigan). Obat-obat ini
tidak bekerja dengan tegas sebagai antihistamin, antikolinergik, atau
fenotiazid mereka menekan imflus ke CTZ.
1.3 Contoh Obat Antiemetik
1.3.1 Metoclopramide
Merupakan antagonis dopamin yang berguna untuk mengurangi mual yang
diinduksi kemoterapi dan sebagai stimulan saluran cerna untuk membantu
pengosongan lambung (Olson, 2004).
Indikasi Mual dan muntah pada gangguan saluran cerna dan
pada pengobatan dengan sitotoksik atau radio terapi,
untuk kontrol muntah karena operasi abdominal dan
prosedur diagnostik
Kontra indikasi Perdarahan, epileptik, gejala ekstra piramidal dari tipe
parkinson, menyusui.
peringatan Gangguan hati, gangguan ginjal, lansia, dewasa muda
dan anak-anak, kehamilan, epilepsi
Efek samping Efek ekstra piramidal, gelisah, mengantuk, diare, ruang
kulit, udem, gangguan konduksi jantung.
Interaksi obat Antagonis terhadap kerja obat golongan anti kolinergik
dan analgetik narkotik
Menambah efek sedasi bila diberikan bersama dengan
alkohol, sedatif hipnotik, dan narkotik
Meningkatkan absorbsi dari paracetamol, tetracycline,
etanol, dan menurunkan absorbsi digoksin
Dosis Dewasa : 3x 10 mg sehari (3x5 mg pada dewasa muda
berusia 15-19 tahun dengan berat dibawah 60 kg
Anak < 1 tahun : 2x 1 mg sehari
Anak 1-3 tahun : 2-3x 1mg sehari
9
Anak 3-5 tahun : 2-3x 2mg sehari
Anak 5-9 tahun : 3x 2,5mg sehari
Anak 9-14 tahun : 3x 5mg sehari
Sediaan Tablet/kapsul 10mg : clopramel, damaben, leksapram,
primperan
Suspensi 5mg/5ml : damaben, etiferan, leksapram
Sediaan injeksi ampul 5mg/ml : clopramel, damaben,
etiferan.
(IDI,2012)
1.3.2 Domperidon
Bekerja pada CTZ yang berguna untuk menghilangkan mual dan muntah
terutama yang disebabkan terapi sitotoksik. Kelebihan obat ini dapat
menyebabkan sedikit efek sedasi karena tidak menembus sawar darah otak.
Indikasi Terapi mual dan muntah (akibat terapi lefodopa atau
bromokriptin, kemoterapi atau radioterapi kanker),
dispepsia fungsional.
Kontra indikasi Stimulasi terhadap motilitas lambung dianggap
membahayakan, tumor hipofisis, prolaktinoma.
Peringatan Gangguan ginjal, hamil dan menyusui.
Efek samping Kadar prolaktin naik, ruang, reaksi distonia akut, penurunan
libido
Interaksi obat Pemberian obat antikolinergik secara bersamaan dapat
mengantagonisasi efek domperidon
Pemebrian bersamaan obat antasida dan obat antisekresi
dapat menurunkan bioafiabilitas domperidon
Dosis Dispepsia fungsional : dewasa 3x10mg sehari
Mual dan muntah akut : dewasa 3-4x 10-20mg sehari
Anak karena kemoterapi dan radio terapi : 0,2mg/kg bb
diberikan setiap 8 jam
Sediaan Tablet/kaplet 10mg : costil, dom, dombaz, domedon,
fosedon
Sirup/suspensi 5mg/5ml : costil, dom, domedon, fasedon,
dometa
Tetes 5mg/ml : dominal, gerdilium, monell, fomidon.
(BPOM,2017)
1.3.3 Ondansteron
Indikasi Mual dan muntah akibat kemoterapi dan radioterapi,
pencegahan mual dan muntah pasca operasi.
Kontra indikasi Hipersensitivitas, sindroma perpanjangan interval QT
bawaan.
peringatan Hipersensitivitas terhadap antagonis 5HT3 lainnya,
obstruksi intestinal subakut, operasi adenotonsilar,
kehamilan, menyusui, gangguan hati sedang dan berat
(maksimal 8 mg/hari).
Efek samping Sangat umum: sakit kepala, umum: sensasi hangat atau
kemerahan, konstipasi, reaksi lokasi injeksi, tidak umum:
kejang, gangguan gerakan (termasuk reaksi ekstrak iramidal
seperti reaksi distoni oculogyric crisis, diskenesia), aritmia,
nyeri dada dengan atau tanpa depresi segmen ST,
bradikardi, cegukan, peningkatan uji fungsi hati tanpa
gejala; jarang: reaksi hipersensitivitas yang terjadi segera
dan kadang berat termasuk anakfilasis, pusing saat
pemberian intravena secara cepat, gangguan penglihatan
10
sepintas (pandangan kabur) setelah mendapat obat
intravena.
Interaksi obat Phenytoin, carbamazepin dan rifamicin meningkatkan
metabolisme ondansetron.
Ondansetron menurunkan efek tromadol.
Dosis Dosis dewasa
Kemoterapi dan radio terapi yang menyebabkan
muntah tingkat sedang: oral: 8mg, 1-2jam sebelum terapi
atau injeksi intravena lambat, 8mg sesaat sebelum terapi,
dilanjutkan dengan 8mg oral tiap 12 jam sampai dengan
5hari.
muntah berat karena terapi: oral: 24mg, 1-2jam sebelum
terapi atau injeksi intravena lambat, 8mg sebelum terapi,
diikuti dengan 8mg dengan interval 4jam untuk 2 dosis
berikutnya (atau diikuti dengan infus intravena 1mg/jam
sampai 24jam) kemudian diikuti 8mg oral tiap 12jam
sampai 5hari.
Pencegahan mual dan muntah setelah pembedahan:
oral: 8mg 1jam sebelum anestesi diikuti dengan 8mg
interval 4jam untuk 2 dosis berikutnya atau injeksi injeksi
intravena lambat atau intramuscular 4mg induksi pada
anestesi.
Pengobatan mual dan muntah setelah pembedahan:
injeksi intramuskular atau intravena lambat: 4mg dosis
tunggal sewaktu induksi anestesi.
Dosis anak: pencegahan dan pengobatan mual dan
muntah kemoterapi dan radioterapi: (6bulan sampai
18tahun) infus intravena lebih dari 15menit, 5mg/m2 segera
menjelang terapi atau oral 150mcg/kgBB segera menjelang
terapi ( maksimal dosis 8mg) diulang setiap 4jam untuk
2dosis berikutnya, kemudian dilanjutkan oral untuk berat
badan ≤ 10kg setiap 4jam sampai 5hari (maksimal dosis
perhari 32mg), pengobatan mual dan muntah setelah
pembedahan: (1bulan sampai 18tahun) injeksi intravena
lambat, 100mcg/kgBB (maksimal 4mg) sebelum, selama
dan setelah induksi anestesi
Sedian Tablet/kaplet 4mg: ceteron, dantroxal. Fudaton, invomit,
kliran, narfoz, odanostin, ondari, ondavell, onetic,
vomceran, vometron.
Tablet/kaplet 8mg: cedantron, dantroxal, entron, frazon,
fudanton, invomit, kliran, lametic, narfoz, odanostin forte,
ondansetron soho, ondavell, onetic, trovensis, vonceran,
vometron, zofran.
Syrup 4mg/5ml:narfoz
Sediaan injeksi (ampul 4mg/2ml; 8mg/2ml): cedantron,
ceteron, dantroxal, entron, frazon, invomit, kliran, lametic,
narfoz, ODR, ondansetron soho, ondarin, ondavell, onetic,
tronadex, trovensis, vomceran, vometraz, vometron,zofran.
(BPOM,2017)
1.3.4 Granisteron
Indikasi Pencegahan dan pengobatan (pengendalian) mual dan
muntah akut delayed yang menyertai kemoterapi dan radio
terapi; mual dan muntah pasca bedah.
Kontra indikasi Pasien yang hipersensitiv terhadap granisetron.
11
peringatan Kehamilan dan menyusui, obstruksi intestinal suakut.
Efek samping Konstipasi, sakit kepala, ruam kulit, kenaikan sementara
enzim hati, reaksi hipersensitivitas.
Dosis Mual dan muntah akibat pemberian kemoterapi
sitotoksik atau radio terapi,
Dosis oral : dewasa : 1-2mg dalam waktu 1jam sebelum
kemoterapi atau radioterapi, kemudian 2mg perhari dalam
dosis terbagi 1-2 selama kemoterapi atau radioterapi ; jika
infus intravena juga diberikan, kombinasi maksimal total
9mg dalam 24jam;
Anak 20mcg/kgBB (maksimal 1mg) 1jam sebelum terapi
sitotoksik atau radioterapi, kemudian 20mcg/kgBB
(maksimal 1mg) 2x sehari sampai dengan 5hari selama
kemoterapi atau radio terapi.
Dosis injeksi intravena: (encerkan dalam 15menit natrium
klorida 0,9% dan diberikan tidak lebih dari 30 detik);
Dewasa, untuk pencegahan, 3mg sebelum dimulai terapi
sititoksik (sampai dengan 2dosis tambahan 3mg dapat
diberikan dalam waktu 24jam); (2dosis tambahan tidak
boleh diberikan <10menit jaraknya) ; maksimal 9mg dalam
24jam.
Anak: infus intravena (>5menit). Pencegahan :
40mcg/kgBB (maks 3mg) dapat dieberikan dalam 24jam
(tidak kurang dari 10 menit setelah dosis awal ).
Mual dan muntah pasca bedah :
Dewasa : injeksi intravena ( diencerkan hingga 5 ml dan
diberikan lebih dari 30 detik ). Pencegahan: 1 mg sebelum
induksi anestesi ; pengobatan: 1 mg , seperti pada
pencegahan; maksimal 2 mg sehari
Anak: tidak dianjurkan
sediaan Tablet 1mg: kytril
Sediaan injeksi ampul 1mg/ml; ampul 3mg/ml : granon,
kytril.
(BPOM,2017)
C. OBAT PROKINETIK
Obat prokinetik adalah jenis obat yang meningkatkan motilitas gastrointestinal dengan
meningkatkan frekuensi kontraksi di usus halus atau membuat kontraksi lebih kuat tanpa
mengganggu ritmenya (Koerner,2007). Obat – bat prokinetik digunakan untuk meredakan
gejala gastrointestinal seperti ketidaknyamanan perut, kembung, sembelit, uluh hati, mual dan
muntah, sindrom iritasi usus besar, gastritis, gastroparesis, dispepsia fungsional.
Adapun jenis-jenis obat prokinetik antara lain :
1. Metoclopramide
Metoclopromide adalah agen prokinetik yang digunakan untuk mengobati GERD dengan
meningkatkan aksi otot di saluran cerna. Obat ini tersedia dalam bentuk tablet dan cair.
Adapun efek samping yang ditimbulkan dari penggunaaan metoclopramide antara lain
tardive dyskinesia, yang menyebabkan gerakan berulang yang tidak disadari
(Hawkyard,2007).
2. Cisaprid
Cisapride (Propulsid) bekerja pada reseptor serotonin di lambung. Obat ini digunakan
terutama untuk meningkatkan tonus otot di LES. Karena efek sampingnya seperti
menimbulkan detak jantung yang tidak teratur, mnegakibatkan obat ini ditarik dari
12
pasaran diberbagai negara seperti termasuk Amerika Serikat. Cisapride banyak digunakan
dalam kedokteran hewan (Hawkyard,2007)
3. Bethanechol
Bethanecol (Urecholine) merupakan obat penstimulasi kandung kemih dan membantu
buang air kecil pada seseorang yang kesulitan mengosongkan kandung kemih. Obat ini
juga dapat membantu memperkuat LES dan membuat perut lebih cepat kosong. Obat ini
membantu mencegah mual dan muntah. Namun penggunaan obat bethanecol dapat
menimbulkan efek samping berupa kegelisahan, depresi, kantuk, kelelahan, masalah fisik
seperti gerakan tak terkendali dan kejang otot. (Hawkyard,2007).
13
14