Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH KELOMPOK

ILMU KEDOKTERAN GIGI ANAK

“TRIAD OF CONCERN”

KELOMPOK 4B

1. Mahira Atika (180600107) 6. Adelina Putri I (180600191)


2. Aulia Nadhira R Nst (180600108) 7. Belia Putri A (180600192)
3. Sindy Anjely S (180600109) 8. Annisa Ridha M (180600193)
4. Steela Anggriani (180600189) 9. Lulu Fakhirah K.U (180600194)
5. Gamael Andreas P (180600190) 10. Oriana Tony Lo (180600246)

DOSEN PEMBIMBING : Essie Octiara, drg. Sp.KGA

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2018
TRIAD OF CONCERN

Kelompok 4B

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Sumatera Utara

Jalan Alumni No.2 Kampus USU Medan 20155

_____________________________________________________________________

PENDAHULUAN

Masa anak-anak adalah sebuah fase dimana manusia mengalami pertumbuhan


dan perkembangan paling cepat. Pada fase ini kesehatan mulut dan gigi seorang anak
dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangannya. Bila terjadi penyakit gigi
dan mulut pada anak, akan sangat berbahaya karena memungkinkan penghambatan
perkembangan dan pertumbuhannya sebagai contoh bila seorang anak mengalami sakit
gigi dia tidak akan nyaman untuk memakan sesuatu hingga akhirnya mengalami
kekurangan gizi. Untuk anak-anak yang sudah memasuki sekolah, sakit gigi bisa saja
menurunkan prestasi akademiknya dan membuatnya malas beraktivitas. Perawatan
kesehatan gigi dan mulut terhadap anak sangat penting dilakukan guna mencegah
terjadinya penyakit gigi dan mulut pada anak. Dalam melakukan hal ini terdapat tiga
komponen penting untuk menjalankannya atau yang dikenal dengan Triad of Concern
(segitiga perawatan gigi pada anak). Triad of Concern terdiri dari anak, orang tua,
dokter gigi. Anak adalah puncak dari segitiga ini, ia adalah pusat dari perawatan dan
penghubung dari kedua komponen lainnya yaitu orang tua dan dokter gigi. Orang tua
akan memberikan bantuan informasi yang belum diberikan oleh anak kepada dokter
gigi. Dokter gigi akan mengarahkan kedua komponen lainnya dalam menjalankan
perawatan.

Masa anak-anak memiliki tingkatan atau rentang usia dan di setiap tingkatannya
perilaku yang ditunjukkan seorang anak juga berbeda-beda. Tingkatan usia dan
perilaku yang berbeda-beda menuntut seorang dokter gigi untuk memahami konsep
dari Triad of Concern. Kemampuan seorang dokter gigi untuk berkomunikasi,
menangani pasien anak dan kerja sama yang baik dengan sang orang tua dapat menjadi
kunci keberhasilan perawatan gigi anak.1 Peran serta orang tua juga sangat penting
karena orang tua adalah sandaran sang anak ketika merasa tidak nyaman. Berada di
ruangan praktik dokter gigi sudah cukup membuat anak tidak nyaman ditambah ia harus
menerima beberapa perawatan. Ketika dokter gigi sudah mencoba mengkomunikasikan
apa tindakan yang akan dilakukan, orang tua dapat membantu menenangkan anaknya.
Oleh karena itu, peran ketiganya saling bersinergis dan membutuhkan satu sama lain
agar perawatan gigi dan mulut terhadap anak bisa berjalan dengan baik.

ANAK

Pertumbuhan dan Perkembangan Anak

Pertumbuhan dan perkembangan merupakan dua peristiwa yang berbeda tetapi


tidak bisa dipisahkan. Pertumbuhan adalah proses perubahan secara fisiologis sebagai
hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada
anak yang sehat pada waktu yang normal. Pertumbuhan dapat juga diartikan sebagai
proses transmisi dari konstitusi fisik (keadaan tubuh atau keadaan jasmaniah) yang
herediter dalam bentuk proses aktif secara berkesinambungan. Jadi, pertumbuhan
berkaitan dengan perubahan kuantitatif yang menyangkut peningkatan ukuran dan
struktur biologis. Contohnya, bertambah berat badan, tinggi badan, lingkar tubuh
menjadi lebih besar, dan organ tubuh menjadi lebih sempurna. Perkembangan adalah
suatu proses yang bersifat progesif dan menyebabkan tercapainya kemampuan dan
karakteristik psikis yang baru. Perkembangan dapat dicapai karena adanya proses
belajar dan proses belajar hanyalah mungkin berhasil jika ada kematangan fungsi alat -
alat tubuh, seperti berkembangnya intelek dan daya pikir seseorang yang sejalan dengan
pertumbuhan syaraf otaknya, keterampilan motorik dan sensorik, dan berkembangnya
kemampuan berbahasa.2
Perkembangan berkaitan erat dengan pertumbuhan. Berkat adanya pertumbuhan
maka pada saatnya anak akan mencapai kematangan. Dalam peristiwa pertumbuhan
pada anak dapat terjadi perubahan jumlah, besar, ukuran di dalam tingkat sel, organ
maupun individu, sedangkan dalam peristiwa perkembangan pada anak dapat terjadi
perubahan bentuk dan fungsi pematangan organ mulai dari aspek sosial, emosional dan
intelektual. Pertumbuhan dan perkembangan pada anak terjadi mulai dari pertumbuhan
secara fisik, intelektual maupun emosional. Peristiwa pertumbuhan dan perkembangan
secara fisik dapat terjadi perubahan ukuran besar kecilnya fungsi organ mulai dari
tingkat sel hingga perubahan organ tubuh. Pertumbuhan dan perkembangan anak secara
intelektual dapat dilihat dari kemampuan secara simbolik maupun abstrak seperti
berbicara, bermain, berhitung, membaca dan lain-lain, sedangkan perkembangan anak
secara emosional dapat dilihat dari perilaku sosial anak di lingkungan.

Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Anak

a.Pertumbuhan dan Perkembangan


Perkembangan anak meliputi fisik, intelektual dan aspek emosional dari
pertumbuhan. Aspek-aspek ini menunjukkan perubahan yang konstan pada ukuran dan
besarnya. Pada umur intelektual tiga tahun terlihat progres perkembangan yang
menandakan suatu kesiapan untuk menerima perawatan 3 dental. Anak-anak yang
terlihat normal secara fisik tetapi menunjukkan perilaku atau masalah sosiologis
biasanya disebut “unmanageable”, dengan realisasi kecil yang menunjukkan anak
yang memiliki masalah tingkah laku bisa mengesankan beberapa bentuk dari kerusakan
otak.
b. Pengalaman Medis dan Pengalaman Perawatan Gigi
Keterlibatan emosional yang dibuat atau diciptakan dari pengalaman medis dahulu
dan sikap buruk anak terhadap kunjungan ke praktek medis, dapat membentuk dan
mempengaruhi perilaku yang tidak menyenangkan pada anak. Potensial perilaku yang
tidak kooperatif bisa dihubungkan dengan ketakutan pada pengalaman dental.
c.Pengaruh Keluarga dan Teman Sebaya
Faktor psikososial adalah faktor yang sangat mempengaruhi perilaku manusia,
khususnya didalam unit keluarga. Faktor teman sebaya dan instutisional juga
membentuk perilaku individu, tetapi dalam derajat yang lebih kecil. Sikap orang tua
yang membentuk perilaku anak secara langsung pada periode awal perkembangan,
dipengaruhi oleh faktor-faktor posisi sosial ekonomi, perkembangan kultural dan latar
belakang etnik. Anak-anak yang berasal dari tingkat sosial ekonomi rendah cenderung
takut dan kurang kooperatif. Masalah internal keluarga akan mempengaruhi perilaku
anak dari dalam rumah yang ditimpa perselisihan. Anak dapat merasakan
ketidakharmonisan dan akan menjadi emosional dan frustasi. Oleh karena itu,
dibutuhkan manajemen tingkah laku.
d.Lingkungan Praktek Dokter Gigi
Dokter gigi dan staf harus memberi pengaruh positif dalam praktek dental. Secara
tidak langsung, dental team dapat menganjurkan sikap positif terhadap kunjungan
dental. Perilaku negatif yang disebabkan oleh pengalaman medis dan pengalaman
dental yang buruk dapat dipengaruhi secara positif dengan cara bijaksana keluarga dan
prosedur perilaku yang dilakukan kembali oleh dental team.
e.Rasa Takut
Rasa takut terhadap perawatan gigi dapat dijumpai pada anak-anak di berbagai
unit pelayanan kesehatan gigi misalnya di praktek dokter gigi, di rumah sakit ataupun
di puskesmas. Apabila terjadi reaksi rasa takut yang kuat diikuti dengan debar jantung
yang keras disertai tanda-tanda emosi yang lain seperti perubahan tingkah laku yaitu
gelisah, gemetar, serta berusaha menghindar diri dari pihak lain yang menyerangnya.
Rasa takut merupakan salah satu dari sekian banyak emosi yang biasa diperlihatkan
anak pada perawatan gigi. Kebanyakan diperoleh pada masa anak dan remaja. Rasa
takut mempengaruhi tingkah laku dan keberhasilan pada perawatan gigi. Rasa takut
biasanya lebih besar pada anak perempuan daripada anak laki-laki. Orang tua tidak
boleh menggunakan perawatan gigi sebagai ancaman dan membawa anak ke dokter
gigi sebagai hukuman. Anak harus diajarkan bahwa praktek dokter gigi bukan
merupakan tempat untuk ditakuti.

KLASIFIKASI TINGKAH LAKU ANAK

Menurut Wright, perilaku anak diklasifikasikan menjadi:


1.Kooperatif
Anak-anak yang kooperatif terlihat santai dan rileks. Mereka senang menerima
perawatan dari dokter gigi. Mereka dapat dirawat dengan sederhana dan mudah tanpa
mengalami kesulitan, pendekatan tingkah laku.4
2. Kurang kooperatif
Pasien anak yang terdiri daripada golongan ini adalah pasien anak yang belum
paham atau tidak mampu berkomunikasi. Biasanya disebabkan faktor umur mereka,
mereka tergolong ke dalam pasien yang kurang kooperatif. Kelompok lain yang
termasuk ke dalam pasien yang kurang kooperatif adalah pasien yang memiliki
keterbatasan yang spesifik. Untuk anak-anak golongan ini,teknik manajemen perilaku
secara khusus diperlukan.4
3. Potensial kooperatif
Secara karakteristik, yang termasuk ke dalam kooperatif potensial adalah
permasalahan perilaku. Tipe ini berbeda dengan anak-anak yang kooperatif karena
anak-anak ini mempunyai kemampuan untuk menjadi kooperatif. Ini merupakan
perbedaan yang penting. Ketika memiliki ciri khas sebagai pasien yang kooperatif
potensial, perilaku anak tersebut bisa diubah menjadi kooperatif.4

Menurut Frankl, perilaku anak dibagi menjadi:


1. Jelas negative (--): menolak perawatan, menangis dengan keras, ketakutan atau
adanya bukti penolakan secara terang-terangan.4
2. Negative (-): enggan menerima perawatan, tidak kooperatif, perilaku
negatif tetapi tidak diucapkan.4
3.Positif (+): menerima perawatan, kadang-kadang sangat hati-hati, ikhlas mematuhi
perintah dokter gigi, kadang-kadang timbul keraguan, tetapi pasien mengikuti perintah
dokter gigi dengan kooperatif.4
4. Sangat positif (++): sikap sangat bagus terhadap dokter
gigi, tertarik dengan prosedur dokter gigi, tertawa dan menikmati perawatan yang
dilakukan dokter gigi.4

PENGENDALIAN TINGKAH LAKU ANAK


Pengendalian tingkah laku pada pasien anak bertujuan untuk memodifikasi
tingkah laku pasien ke arah yang ideal melalui suatu langkah-langkah pada jalur menuju
tingkah laku yang diinginkan.
Pada perawatan gigi operatif, pembentukan tingkah laku didasarkan pada
prosedur rencana perawatan pendahuluan yang diinginkan, sehingga anak perlahan-
lahan dilatih untuk menerima perawatan dalam keadaan santai dan kooperatif.
Pendekatan bertahap dalam pembentukan tingkah laku ini dapat menunda
kemajuan perawatan, tetapi apabila kerjasama yang penuh dari anak dapat diperoleh,
penundaan tentu lebih bermanfaat karena waktu yang dilewatkan tersebut dianggap
sebagai investasi yang nyata.
DOKTER GIGI
Beberapa metode pendekatan dalam pengendalian tingkah laku anak selama
perawatan gigi antara lain :
1) Tell Show Do
Caranya melalui TSD, yaitu:
 TELL yaitu menerangkan perawatan yang akan dilakukan pada anak dan bagaimana
anak tersebut harus bersikap.
 SHOW yaitu menunjukkan atau mendemonstrasikan pada anak apa saja yang akan
dilakukan terhadap dirinya.
 DO yaitu dilakukan perawatan gigi pada anak sesuai dengan hal yang diuraikan atau
didemostrasikan.
2) Penguatan (reinforcement)
Penguatan dapat diartikan sebagai pengukuhan pola tingkah laku yang akan
meningkatkan kemungkinan tingkah laku tersebut terjadi lagi dikemudian hari. Hampir
semua benda menjadi penguat dokter gigi sehingga dapat meningkatkan hubungan
sosial dengan cara memberikan perhatian, doa, senyum, dan pelukan.
3) Desensitisasi
Tujuan desensitisasi adalah untuk mengurangi rasa takut dan cemas seorang
anak dengan jalan memberikan rangsangan yang menghilangkan cemas sedikit demi
sedikit yang disebut dengan istilah “systemic desentisization” karena ada tiga tahap
yaitu:
 Latih pasien untuk santai dan rileks.
 Susun secara berurutan hal-hal yang membuat pasien cemas dan takut.
 Rangsangan ditingkatkan sedikit demi sedikit.
4) Modeling
Tujuan modeling adalah untuk mengurangi dan menghilangkan rasa takut dan
rasa cemas yang tinggi. Modeling dan imitasi adalah suatu proses sosialisasi yang
terjadi baik secara lagsung dalam interaksinya dengan lingkungan sosial.
5) Hand Over Mouth Exercise (HOME)
HOME digunakan apabila beberapa cara lain dalam menciptakan komunikasi
yang baik mengalami kegagalan sehingga tingkah laku anak tidak terkendali. HOME
dilakukan pada anak sejak kunjungan pertama menunjukkan sikap tidak kooperatif,
tidak mengerti dengan penjelasan atau bujukan, keras kepala, menolak perawatan,
menangis meronta-ronta. Tindakan ini dilakukan pada anak sehat berumur 3-6 tahun.
6) Sedasi (Farmakologi)
Teknik ini efektif digunakan pada anak-anak yang kurang kooperatif dan tidak
mau dilakukan perawatan. Obat-obatan yang bersifat sedatif dapat digunakan dalam
beberapa cara yaitu secara oral, intravena, intramuscular, dan inhalasi8.
ORANG TUA
Peran serta orang tua sangat diperlukan didalam membimbing, memberikan
pengertian, mengingatkan, dan menyediakan fasilitas kepada anak agar anak dapat
memelihara kebersihan gigi dan mulutnya.Pengetahuan orang tua sangat penting dalam
mendasari terbentuknya perilaku yang mendukung atau tidak mendukung kebersihan
gigi dan mulut anak. Pengetahuan tersebut dapat diperoleh secara alami maupun secara
terencana yaitu melalui proses pendidikan.Orang tua dengan pengetahuan rendah
mengenai kesehatan gigi dan mulut merupakan faktor predisposisi dari perilaku yang
tidak mendukung kesehatan gigi dan mulut anak.Keberanian orang tua pada waktu
mengantarkan anak ke praktek dokter gigi dapat menimbulkan rasa berani anak.
Sebaliknya rasa cemas itu dapat menimbulkan keadaan yang tidak menguntungkan.6
Pengenalan dan perawatan kesehatan gigi anak sejak dini merupakan sesuatu
hal yang kadang-kadang menimbulkan rasa kekhawatiran pada setiap ibu. Perawatan
gigi pada anaknya menambah pengetahuan para ibu mengenai kelainan-kelainan pada
gigi dan mulut anak yang sering ditemukan.6 Orang tua dapat dipimpin untuk
mengerti bahwa pada waktu berada di ruang praktek, dokter gigi mengetahui
bagaimana cara terbaik mengatasi emosi anak untuk keperluan perawatan. Orang
tua harus mempunyai keyakinan penuh pada dokter giginya dan mempercayakan
anaknya untuk dirawat.7

PEMBAHASAN
Dalam pengendalian tingkah laku anak pada saat dilakukan perawatan gigi,
ada tiga komponen yang harus dipertimbangkan. Ketiga komponen tersebut adalah
pasien anak, orang tua dan dokter gigi. Komponen - komponen ini memiliki
hubungan yang erat dan timbal balik dalam arti komunikasi antar masing komponen
berjalan dua arah. Hubungan yang efektif antar tiga komponen diperlukan untuk
keberhasilan perawatan gigi.
Dokter gigi anak bekerja dengan tujuan untuk memberi perawatan gigi pada
pasien anak. Hal ini dilakukan dengan cara menjalin komunikasi yang baik dengan
anak dan orang tua untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut. Apabila hubungan antara
dokter gigi dan anak sudah terjalin dengan baik, anak tidak akan merasa ketakutan
bila dokter gigi memeriksa giginya. Anak - anak akan lebih menurut pada dokter gigi
bila telah menaruh kepercayaan terhadap dokter.
Tindakan orang tua yang tepat dan baik berperan dalam keberhasilan
perawatan gigi anak. Orang tua tidak boleh terlalu berlebihan dalam melindungi
anaknya pada saat dilakukan perawatan oleh dokter gigi karena dokter gigi sudah
mengetahui apa yang harus dilakukan dalam perawatan gigi anak. Sikap orang tua
yang terlalu melindungi membuat anak menjadi ketergantungan kepada orang tua.
Orang tua harus memberikan kepercayaan kepada anaknya.
Jika kerja sama antara pasien anak, orangtua dan dokter gigi sudah
terlaksanakan dengan baik, maka perawatan gigi anak akan berjalan dengan lancar
dan efektif. Dokter gigi dan orang tua berhasil meyakinkan pasien anak sehingga anak
mampu mengendalikan rasa takutnya dan dokter gigi dapat melakukan perawatannya
dengan lancar. Hal ini akan membuat pasien anak tidak takut untuk datang ke klinik
dokter gigi dan menerima perawatan dengan baik kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Soeparmin S. Pedodontic treatment triangle berperan dalam proses keberhasilan
perawatan gigi anak. Interdental 2014; 8(2): 2.
2. Andre Swari D, Purwandi EP, Sanitasari RD. Sistem monitoring tumbuh kembang
anak usia 0-5 tahun berbasis android. J Rekursif 2017; 5: 2-3.
3. Taqwim A. Strategi pengelolaan rasa takut anak pada perawatan gigi.
https://dentosca.wordpress.com/2011/04/30/strategi-pengelolaan-rasa-takut-anak-
pada-perawatan-gigi/ ( 28 November 2018).
4. Koch M. Poulsen R. 1991. Pedodontics: a clinical approach. Copenhagen:
Munksgaard.
5. Suresh BS, Ravishankar TL, Chaitra TR, Mohaprata AK, Gupta V. Mother’s
knowledge about pre-school child’s oral health. J Indian Soc Pedod Prev Dent 2010.
6. Husna A. Peranan orang tua dan perilaku anak dalam kesehatan gigi anak. J Vokasi
Kesehatan 2016; 2: 17-23.
7. Yetty H, Inne S. Pendekatan ideal pada anak dalam perawatan gigi. Dalam: P
Arlette, Amalia, K Alwin, eds. Prosiding temu ilmiah forum dies 55, Bandung Unpad
Press, 2015: 325-8.

Anda mungkin juga menyukai