Sastra dan remaja menjadi dua hal yang memiliki jarak. Sastra tidak lagi
akrab di hadapan remaja. Baginya bermain gadget lebih mengasikan dan
menyenangkan dari pada membaca suatu karya sastra. Dunia pendidikan kini
perlu media yang cocok untuk kembali meningkatkan rasa suka remaja khususnya
mahasiswa terhadap sastra, sehingga minat remaja dalam membaca maupun
menciptakan karya sastra semakin meningkat. Sastra memiliki peran penting
untuk memicu kreativitas para remaja maupun mahasiswa. Penyebabnya adalah
sastra memiliki sisi kemanusiaan yang dapat menambah wawasan dan
pengetahuan bagi pembaca. Mahasiswa yang penuh akan ide ide kreatif dan
semangatnya untuk terus mengembangkan potensi diri dapat menuangkan
kreativitasnya dalam sebuah karya sastra. Misalnya saja sastra kreativitas seperti
puisi, pantun, novel maupun tulisan lainnya.
Di era modern ini, era dimana teknologi lebih menguasai dan menjadi
atribut yang hampir wajib dimiliki oleh setiap kalangan, membuat setiap orang
harus dapat dan mampu menggunakannya, jika ia tak ingin tertinggal dimakan
oleh zaman. Meskipun banyak manfaat yang dapat dirasakan, namun disisi lain
teknologi dapat merusak kreatifitas pemuda khusunya para remaja dan juga
memberikan dampak negatif lainnya. Menurut WHO (2009), jumlah remaja di
dunia saat ini mencapai ± 1,2 milyar dan satu dari lima orang didunia ini adalah
remaja. Di Asia Tenggara, jumlah remaja mencapai ± 18%-25% dari seluruh
populasi di daerah tersebut. Di Indonesia jumlah remaja berusia 10 hingga 24
tahun sudah mencapai sekitar 64 juta atau 27,6% dari total penduduk Indonesia
(BKKBN, 2013). Menristekdikti menyebutkan angka pengguna smartphone di
Indonesia kini mencapai sekitar 25% dari total penduduk atau sekitar 65 juta
orang. Sedangkan menurut survei menunjukan bahwa kebanyakan remaja
menggunakan smartphone untuk bermain game, mereka dapat menghabiskan
waktu bermain game online dalam sehari selama 2-4 jam dengan prosentase 40%.
Penggunaan suatu hal yang berlebihan tentu tidaklah baik, seperti halnya
bermain game tersebut. Remaja saat ini lebih suka menghabiskan waktunya untuk
bermain game dari pada menghabiskan waktunya untuk menciptakan suatu karya
(satra). Saya hanya bisa membayangkan seandainya para remaja indonesia terus
seperti ini bagaimana dengan nasib bangsa ini kedepan. Mungkin nasib bangsa ini
hanya tinggal menghitung umur padi. Saya hanya bisa berkhayal seandainya
mereka bisa menggali potensi diri dan mengabiskan hari harinya untuk mencari
dan memanfaatkan dengan hal hal yang berarti, mungkin hidupnya tidak akan
terbuang sia sia bahkan justru akan dapat menghasilkan banyak karya (sastra).
Untuk itu sahabat sahabat yang luar biasa, saya akan membahas mengapa
berkarya itu sangat penting bagi remaja terutama dalam dunia sastra.
Menurut saya sastra itu sederhana namun sangat bermakna. Sastra itu
seperti halnya sumber mata air, meski kecil dan sedikit air yang keluar namun
manfaat yang diberikan dapat dinikmati oleh semua ciptaan tuhan dan menjadi
sumber kehidupan. Bayak hal yang dapat kita temukan dan dapatkan pada suatu
sastra. Menurut saya sastra itu 5B + 1H yang berarti sastra sebagai media Belajar,
Berinovasi, Berkreasi, Berkarya, dan Berprestasi ditambah dengan Humble yang
bermakna selalu rendah hati atas segala prestasi yang telah dimiliki dan terus
berpandangan kedepan untuk terus menggapai tujuan masa depan.
Dibawah ini akan kita uraikan satu persatu mengenai 5B + 1H. Untuk B
pertama yaitu belajar, melalui sastra tentu kita akan banyak belajar dan
mengetahui lebih dalam akan suatu hal. Misalnya saja dalam membuat suatu puisi
ataupun novel dimana kita dituntut untuk bisa memaparkan segala hal yang
makna tersirat dan perlu hasrat dan niat untuk membuatnya. Dengan demikian
tentu kita akan banyak belajar tentang bagaimana cara menuangkan ide, menulis
yang baik dan benar dan juga mengumpulkan semua ide ide menjadi materi yang
bernilai gede.
Jika remaja saat ini seperti ini tentu waktu yang digunakan tak akan sia sia,
dan mereka dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya juga terus belajar
dan belajar tanpa kenal kata mager. Sebab mereka akan terus terpacu untuk
menemukan hal hal baru dan kreatif dalam membuat suatu karya sastra. Seperti
halnya bermain game apabila kita telah terjun dan bermain didalamnya maka rasa
penasaran kita akan terus tumbuh dan bermunculan untuk terus mencoba dan
bermain dengan game tersebut, begitu halnya dengan sastra apabila kita telah
terjun dan menyukainya maka tak akan ada kata berhenti untuk terus mencari dan
berkreasi dengan begitu bukan sia sia belaka yang akan didapatkan namun justru
aneka karya luar biasa yang akan diciptakannya.
Dengan sastra kita dapat belajar bagaimana cara kita dapat menuangkan
fikiran kita kedalam sebuah kertas hingga pembaca akan merasa puas dengan apa
yang kita tulis. Salah satu tehnik yang dapat digunakan yaitu dengan cara inner
dialog, yaitu Sebuah percakapan dengan diri dan hati nuraninya dalam
menghadapi sebuah peristiwa atau kejadian yang dihadapinya. Sehingga tulisan
yang dibuatnya akan lebih mengena dihati pembaca dan seolah olah merasakan
sesuatu yang diceritakannya dalam tulisan tersebut. Tak hanya itu saja, semakin
banyak kegiatan menulis yang dilakukan maka akan membiaskan diri untuk
berfikir sistematik dan lebih mudah untuk menuangkan ide idenya dalam sebuah
kertas. Jameson Frank pernah mengatakan bahwa “Our greatest battles are that
with our own minds”.
Setelah itu, hal penting yang harus kita miliki setelah berprestasi adalah
humble. Meski telah banyak karya yang kita ciptakan dan telah berbagai prestasi
yang telah kita miliki tentu kita harus tetap humble atau rendah hati sebab,
pemuda yang hatinya benar maka dirinya tidak akan pernah sombong atas apa
yang ia miliki saat ini namun dirinya akan semakin merunduk layaknya padi yang
semakin berisi. Dalam sastra kita diajarkan untuk humble atau rendah hati.
Dengan sastra kita bisa menuangkan ide ide dan gagasan baik yang berupa
pengalaman pribadi maupun pengalaman yang pernah ia lalui.
Sebagai penutup, sastra dan remaja memang memiliki jarak sebab remaja
tak lagi akrab dengan yang namanya sastra namun remaja justru akrab dengan
yang namanya smartphone. Remaja seharusnya dapat melakukan kegiatan
kegiatan yang lebih bermanfaat, salah satunya melalui sastra. Sebab sastra adalah
media Belajar, Berinovasi, Berkreasi, Berkarya, dan Berprestasi. Selain itu tak
kalah pentingnya sebagai seorang remaja harus selalu Humble layaknya padi yang
semakin merunduk ketika semakin berisi.
Biodata Penulis
Selain aktif kuliah baginya hidup tak cukup untuk memperkaya diri pribadi,
namun hidup butuh untuk berbagi atas apa yang telah dimiliki. Belajar dalam
dunia pertanian membuatnya semakin tahu tentang butuhnya pengorbanan dalam
hidup ini layaknya seorang petani yang tak kenal lelah untuk merawat dan
menunggu hasil dari tanaman yang mereka tanam.
Sebagai seorang mahasiswa Mifta juga aktif dibebera kegiatan internal maupun
eksternal kampus. Ia pernah menjadi President Languages Learning Club (LLC)
yaitu komunitas belajar berbagai bahasa. Baginya bahasa adalah jendela dunia
yang menghubungkan kita dengan berbagai negara. Sebab bahasa merupakan alat
komunikasi yang tanpanya kita tidak akan bisa berinteraksi dengan orang orang di
negara lain. Selain itu, ia juga aktif dibeberapa medsos salah satunya yaitu
instagram (mifta_khuroji).