Anda di halaman 1dari 7

5B +1H

Oleh : Mifta Khuroji

"The journey of a thousand miles begins with one step."


- Lao-Tse

Sastra dan remaja menjadi dua hal yang memiliki jarak. Sastra tidak lagi
akrab di hadapan remaja. Baginya bermain gadget lebih mengasikan dan
menyenangkan dari pada membaca suatu karya sastra. Dunia pendidikan kini
perlu media yang cocok untuk kembali meningkatkan rasa suka remaja khususnya
mahasiswa terhadap sastra, sehingga minat remaja dalam membaca maupun
menciptakan karya sastra semakin meningkat. Sastra memiliki peran penting
untuk memicu kreativitas para remaja maupun mahasiswa. Penyebabnya adalah
sastra memiliki sisi kemanusiaan yang dapat menambah wawasan dan
pengetahuan bagi pembaca. Mahasiswa yang penuh akan ide ide kreatif dan
semangatnya untuk terus mengembangkan potensi diri dapat menuangkan
kreativitasnya dalam sebuah karya sastra. Misalnya saja sastra kreativitas seperti
puisi, pantun, novel maupun tulisan lainnya.

Dalam pembuatan suatu karya sastra pemuda harus memiliki wawasan


yang luas juga fikiran yang lugas dan keinginan yang buas. Selain itu, gaya
bahasa dan cara penyajian dalam suatu karya sastra sangat dibutuhkan. Gaya
bahasa dan penyajian yang menarik sangat ditentukan dengan karakteristik dan
pengalaman, juga wawasan dari pemuda tersebut hal tersebut dapat diperoleh
melalui membaca. Namun fakta yang terjadi sampai saat ini menunjukan bahwa
minat membaca pemuda indonesia masih sangatlah rendah hal ini sesuai dengan
yang diungkapkan oleh hasil survei UNESCO pada 2011 bahwa, indeks tingkat
membaca masyarakat indonesia hanya 0,001 persen. Artinya hanya ada satu orang
dari 1.000 penduduk yang masih “mau” membaca buku secara serius. Bahkan,
Most Literate Nations in the World pada Maret 2016 merilis pemeringkatan
literasi internasional yang menempatkan Indonesia berada di urutan ke-60 di
antara total 61 negara. Sedangkan pada World Education Forum yang berada di
bawah naungan PBB, Indonesia menempati posisi ke-69 dari 76 negara.

Dengan demikian rendahnya minat baca dari setiap pemuda indonesia


berbanding lurus dengan minat menulis pemuda tersebut. Semakin banyak buku
yang dibaca maka semakin banyak pula referensi yang akan didapatkan, sehingga
akan lebih mudah bagi pemuda tersebut untuk menuangkan ide ide kreatifnya
yang dibarengi dengan data data yang ada dengan begitu tulisan yang dibuatnya
akan lebih menarik dan asik untuk dibaca. Tak hanya minat baca pemuda yang
masih sangat rendah namun juga motivasi dari dalam diri sendiri akan
pengetahuan yang luas membuat perubahan dari dalam diri pemuda akan
terhambat dan juga rendahnya tekad untuk maju.

Di era modern ini, era dimana teknologi lebih menguasai dan menjadi
atribut yang hampir wajib dimiliki oleh setiap kalangan, membuat setiap orang
harus dapat dan mampu menggunakannya, jika ia tak ingin tertinggal dimakan
oleh zaman. Meskipun banyak manfaat yang dapat dirasakan, namun disisi lain
teknologi dapat merusak kreatifitas pemuda khusunya para remaja dan juga
memberikan dampak negatif lainnya. Menurut WHO (2009), jumlah remaja di
dunia saat ini mencapai ± 1,2 milyar dan satu dari lima orang didunia ini adalah
remaja. Di Asia Tenggara, jumlah remaja mencapai ± 18%-25% dari seluruh
populasi di daerah tersebut. Di Indonesia jumlah remaja berusia 10 hingga 24
tahun sudah mencapai sekitar 64 juta atau 27,6% dari total penduduk Indonesia
(BKKBN, 2013). Menristekdikti menyebutkan angka pengguna smartphone di
Indonesia kini mencapai sekitar 25% dari total penduduk atau sekitar 65 juta
orang. Sedangkan menurut survei menunjukan bahwa kebanyakan remaja
menggunakan smartphone untuk bermain game, mereka dapat menghabiskan
waktu bermain game online dalam sehari selama 2-4 jam dengan prosentase 40%.

Penggunaan suatu hal yang berlebihan tentu tidaklah baik, seperti halnya
bermain game tersebut. Remaja saat ini lebih suka menghabiskan waktunya untuk
bermain game dari pada menghabiskan waktunya untuk menciptakan suatu karya
(satra). Saya hanya bisa membayangkan seandainya para remaja indonesia terus
seperti ini bagaimana dengan nasib bangsa ini kedepan. Mungkin nasib bangsa ini
hanya tinggal menghitung umur padi. Saya hanya bisa berkhayal seandainya
mereka bisa menggali potensi diri dan mengabiskan hari harinya untuk mencari
dan memanfaatkan dengan hal hal yang berarti, mungkin hidupnya tidak akan
terbuang sia sia bahkan justru akan dapat menghasilkan banyak karya (sastra).
Untuk itu sahabat sahabat yang luar biasa, saya akan membahas mengapa
berkarya itu sangat penting bagi remaja terutama dalam dunia sastra.

Menurut saya sastra itu sederhana namun sangat bermakna. Sastra itu
seperti halnya sumber mata air, meski kecil dan sedikit air yang keluar namun
manfaat yang diberikan dapat dinikmati oleh semua ciptaan tuhan dan menjadi
sumber kehidupan. Bayak hal yang dapat kita temukan dan dapatkan pada suatu
sastra. Menurut saya sastra itu 5B + 1H yang berarti sastra sebagai media Belajar,
Berinovasi, Berkreasi, Berkarya, dan Berprestasi ditambah dengan Humble yang
bermakna selalu rendah hati atas segala prestasi yang telah dimiliki dan terus
berpandangan kedepan untuk terus menggapai tujuan masa depan.

Dibawah ini akan kita uraikan satu persatu mengenai 5B + 1H. Untuk B
pertama yaitu belajar, melalui sastra tentu kita akan banyak belajar dan
mengetahui lebih dalam akan suatu hal. Misalnya saja dalam membuat suatu puisi
ataupun novel dimana kita dituntut untuk bisa memaparkan segala hal yang
makna tersirat dan perlu hasrat dan niat untuk membuatnya. Dengan demikian
tentu kita akan banyak belajar tentang bagaimana cara menuangkan ide, menulis
yang baik dan benar dan juga mengumpulkan semua ide ide menjadi materi yang
bernilai gede.
Jika remaja saat ini seperti ini tentu waktu yang digunakan tak akan sia sia,
dan mereka dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya juga terus belajar
dan belajar tanpa kenal kata mager. Sebab mereka akan terus terpacu untuk
menemukan hal hal baru dan kreatif dalam membuat suatu karya sastra. Seperti
halnya bermain game apabila kita telah terjun dan bermain didalamnya maka rasa
penasaran kita akan terus tumbuh dan bermunculan untuk terus mencoba dan
bermain dengan game tersebut, begitu halnya dengan sastra apabila kita telah
terjun dan menyukainya maka tak akan ada kata berhenti untuk terus mencari dan
berkreasi dengan begitu bukan sia sia belaka yang akan didapatkan namun justru
aneka karya luar biasa yang akan diciptakannya.
Dengan sastra kita dapat belajar bagaimana cara kita dapat menuangkan
fikiran kita kedalam sebuah kertas hingga pembaca akan merasa puas dengan apa
yang kita tulis. Salah satu tehnik yang dapat digunakan yaitu dengan cara inner
dialog, yaitu Sebuah percakapan dengan diri dan hati nuraninya dalam
menghadapi sebuah peristiwa atau kejadian yang dihadapinya. Sehingga tulisan
yang dibuatnya akan lebih mengena dihati pembaca dan seolah olah merasakan
sesuatu yang diceritakannya dalam tulisan tersebut. Tak hanya itu saja, semakin
banyak kegiatan menulis yang dilakukan maka akan membiaskan diri untuk
berfikir sistematik dan lebih mudah untuk menuangkan ide idenya dalam sebuah
kertas. Jameson Frank pernah mengatakan bahwa “Our greatest battles are that
with our own minds”.

Kemudian B yang kedua adalah berinovasi, sastra merupakan sarana atau


media bagi pemuda untuk berinovasi. Menurut Al-Ma‘ruf (2009:1) karya sastra
merupakan hasil kreasi melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan
berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Dengan demikian
semakin banyak fenomena kehidupan yang dilaluinya maka akan semakin banyak
inovasi inovasi yang akan ia miliki untuk dituangkannya kedalam suatu karya
sastra. Sedangkan menurut Burhan Nurgiyantoro mengatakan bahwa Sastra tidak
hanya tersusun oleh bahasa yang membentuk arti. Sastra juga tersusun oleh
fenomena kehidupan yang membutuhkan perenungan. Dengan sastra pemuda
dapat berinovasi melalui korelasi antara perenungan fenomena kehidupan dengan
gaya bahasa yang dituangkannya.

Selanjutnya B yang ketiga adalah berkreasi, sastra merupakan sarana atau


media bagi pemuda terutama mahasiswa untuk berkreasi. Dalam sastra,
pengalaman dan pengetahuan kemanusiaan itu secara fundamental mengandung
gagasan estetis yang menimbulkan rasa indah, senang, dan menggugah hati.
Dengan membaca karya sastra kita diperkenalkan kepada kekayaan-kekayaan
batin yang memungkinkan kita mendapatkan insight, persepsi, dan refleksi diri
sehingga kita dapat masuk ke dalam pengalaman nyata hidup kita. Inilah
kenyataan faktual yang terdapat di dalam karya sastra yang hanya dapat diperoleh
dengan hatinya masuk ke dalam karya sastra. Oleh karena itu, sastra penting
dipelajari sebagai sarana berbagi pengalaman dan berkreasi dalam mencari dan
menemukan kebenaran kemanusiaan.

Ide-ide kreatif tentang penulisan sastra kreatif dikemukakan dengan


menarik oleh Steven James. Dalam artikelnya yang berjudul Pump Up Your
Creativity (2002), proses menulis karya sastra dapat dilakukan melalui beberapa
cara. Salah satunya adalah dengan Explore Your L.I.F.E. atau dengan
Eksplorasilah L.I.F.E.-mu!. L merupakan singkatan dari Literature. Maksudnya,
proses kepenulisan harus diimbangi dengan banyak membaca karya sastra yang
ada. Fungsinya tak lain adalah untuk menumbuhkan ide dan sebagai bentuk
pembelajaran tentang teknik-teknik menulis dari berbagai pengarang. I merupakan
singkatan dari Imagination. Maksudnya, imajinasi calon penulis harus
dieksplorasi sebanyak mungkin. James menganjurkan untuk membebaskan
imajinasi. F merupakan singkatan dari Folklore. Calon penulis dapat
mengeksplorasi folkore atau sastra lisan yang dapat dijadikan inspirasi penulisan
cerita. E merupakan singkatan dari experience atau pengalaman. Menulis
bukanlah proses sekali jadi, melainkan melalui beberapa tahapan dan terkadang
melewati beberapa pengalaman. Para siswa maupun remaja dianjurkan untuk
mengasah kemampuan menulisnya dengan menulis sebanyak dan sesering yang
mereka bisa, sehingga mereka menjadi semakin terampil dan tulisan mereka
menunjukkan peningkatan kualitas.

Kemudian B yang keempat adalah berkarya, dengan sastra maka akan


terciptalah karya. Sebagai remaja terutama mahasiswa tentu harus bisa
menuangkan ide idenya dalam selembaran kertas baik itu dalam bentuk puisi,
novel atau bahkan karya sastra lainnya. Hal ini pernah diungkapkan oleh Ali Bin
Abi Thalib bahwa kekayaan yang paling berharga adalah akal dan kefakiran yang
paling besar adalah kebodohan. Oleh sebab itu, penting sebagai remaja terutama
mahasiswa untuk dapat memanfaatkan dan menggunakan akalnya sebaik
mungkin, salah satu cara yang dapat dilakukannya yaitu melalui berkarya lewat
sastra. Menulis sebuah sastra itu ibarat dinamo yang menggerakan arus positif dan
arus negatif yang mengontrol tubuh kita.
Dan B yang terakhir adalah berprestasi, sudah tentu dengan sastra maka
akan terciptalah karya seteelah terciptanya karya maka akan diperolehlah sebuah
prestasi. Prestasi akan muncul sesuai dengan usaha yang kita jalani. Seberapa
sering kita menciptakan karya maka sesering itulah prestasi yang akan
diperolehnya. Hidup berprestasi adalah cita cita semua orang. Cita cita besar
adalah tanda kehidupan jiwa, indikasi sukses orang orang besar. D.J. Schwartz
dalam bukunya The Magic Of Thinking Big mengatakan bahwa “kalau anda
percaya bisa berhasil, anda akan betul-betul berhasil”. Bahkan Presiden Pakistan
Peae Coalition pernah mengatakan bahwa “kalau kita memulai langkah dengan
rasa takut, maka sebenarnya kita tidak pernah melangkah”. Itu artinya,
kehidupanmu bergantung dengan tindakan yang kamu lakukan saat ini. Dengan
demikian, manfaatkanlah waktumu sebaik mungkin, berkaryalah sebanyak
mungkin dan berprestasilah sebelum engkau tak di bumi ini lagi.

Setelah itu, hal penting yang harus kita miliki setelah berprestasi adalah
humble. Meski telah banyak karya yang kita ciptakan dan telah berbagai prestasi
yang telah kita miliki tentu kita harus tetap humble atau rendah hati sebab,
pemuda yang hatinya benar maka dirinya tidak akan pernah sombong atas apa
yang ia miliki saat ini namun dirinya akan semakin merunduk layaknya padi yang
semakin berisi. Dalam sastra kita diajarkan untuk humble atau rendah hati.
Dengan sastra kita bisa menuangkan ide ide dan gagasan baik yang berupa
pengalaman pribadi maupun pengalaman yang pernah ia lalui.
Sebagai penutup, sastra dan remaja memang memiliki jarak sebab remaja
tak lagi akrab dengan yang namanya sastra namun remaja justru akrab dengan
yang namanya smartphone. Remaja seharusnya dapat melakukan kegiatan
kegiatan yang lebih bermanfaat, salah satunya melalui sastra. Sebab sastra adalah
media Belajar, Berinovasi, Berkreasi, Berkarya, dan Berprestasi. Selain itu tak
kalah pentingnya sebagai seorang remaja harus selalu Humble layaknya padi yang
semakin merunduk ketika semakin berisi.
Biodata Penulis

Mifta Khuroji merupakan remaja kelahiran


Lampung yang lahir pada tanggal 31 Mei 1998.
Saat ini, Mifta masih menjadi mahasiswa di
Universitas Lampung, dengan jurusan
Agroteknologi.

Selain aktif kuliah baginya hidup tak cukup untuk memperkaya diri pribadi,
namun hidup butuh untuk berbagi atas apa yang telah dimiliki. Belajar dalam
dunia pertanian membuatnya semakin tahu tentang butuhnya pengorbanan dalam
hidup ini layaknya seorang petani yang tak kenal lelah untuk merawat dan
menunggu hasil dari tanaman yang mereka tanam.

Sebagai seorang mahasiswa Mifta juga aktif dibebera kegiatan internal maupun
eksternal kampus. Ia pernah menjadi President Languages Learning Club (LLC)
yaitu komunitas belajar berbagai bahasa. Baginya bahasa adalah jendela dunia
yang menghubungkan kita dengan berbagai negara. Sebab bahasa merupakan alat
komunikasi yang tanpanya kita tidak akan bisa berinteraksi dengan orang orang di
negara lain. Selain itu, ia juga aktif dibeberapa medsos salah satunya yaitu
instagram (mifta_khuroji).

Mimpinya saat ini yaitu bisa melanjutkan pendidikan S2 di jepang. “seberapa


besar keinsyafanmu sebesar itu pula keberuntunganmu” inilah kata yang selalu
diucapkannya dalam menjalani kehidupannnya.

Anda mungkin juga menyukai