Anda di halaman 1dari 16

PENDAHULUAN

BAB I
1.1 LATAR BELAKANG
Diabetes mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja
insulin atau kedua-duanya. Diagnosis DM umumnya akan dipikirkan bila ada
keluhan khas DM berupa poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat
badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. Secara epidemiologik diabetes
seringkali tidak terdeteksi dan dikatakan onset atau mulai terjadinya adalah 7
tahun sebelum diagnosis ditegakkan, sehingga morbiditas dan mortalitas dini
terjadi pada kasus yang tidak terdeteksi (Soegondo, et al., 2005).
Diabetes mellitus jika tidak dikelola dengan baik akan dapat
mengakibatkan terjadinya berbagai penyakit menahun, seperti penyakit
serebrovaskular, penyakit jantung koroner, penyakit pembuluh darah tungkai,
penyakit pada mata, ginjal, dan syaraf. Jika kadar glukosa darah dapat selalu
dikendalikan dengan baik, diharapkan semua penyakit menahun tersebut dapat
dicegah, atau setidaknya dihambat. Berbagai faktor genetik, lingkungan dan
cara hidup berperan dalam perjalanan penyakit diabetes (Soegondo, et al.,
2005).
Berbagai penelitian menunjukan bahwa kepatuhan pada pengobatan
penyakit yang bersifat kronis baik dari segi medis maupun nutrisi, pada
umumnya rendah. Dan penelitian terhadap penyandang diabetes mendapatkan
75 % diantaranya menyuntik insulin dengan cara yang tidak tepat, 58 %
memakai dosis yang salah, dan 80 % tidak mengikuti diet yang tidak
dianjurkan.(Endang Basuki dalam Sidartawan Soegondo, dkk 2004).
Jumlah penderita penyakit diabetes melitus akhir-akhir ini menunjukan
kenaikan yang bermakna di seluruh dunia. Perubahan gaya hidup seperti pola
makan dan berkurangnya aktivitas fisik dianggap sebagai faktor-faktor
penyebab terpenting. Oleh karenanya, DM dapat saja timbul pada orang tanpa
riwayat DM dalam keluarga dimana proses terjadinya penyakit memakan
waktu bertahun-tahun dan sebagian besar berlangsung tanpa gejala. Namun
penyakit DM dapat dicegah jika kita mengetahui dasar-dasar penyakit dengan
baik dan mewaspadai perubahan gaya hidup kita (Elvina Karyadi, 2006).
Penderita diabetes mellitus dari tahun ke tahun mengalami peningkatan
menurut Federasi Diabetes Internasional (IDF), penduduk dunia yang
menderita diabetes mellitus sudsh mencakupi sekitar 197 juta jiwa, dan
dengan angka kematian sekitar 3,2 juta orang.
WHO memprediksikan penderita diabetes mellitus akan menjadi sekitar
366 juta orang pada tahun 2030. Penyumbang peningkatan angka tadi
merupakan negara-negara berkembang, yang mengalami kenaikan penderita
diabetes mellitus 150 % yaitu negara penderita diabetes mellitus terbanyak

1
adalah India (35,5 juta orang), Cina (23,8 juta orang), Amerika Serikat (16
juta orang), Rusia (9,7 juta orang), dan Jepang (6,7 juta orang).
WHO menyatakan, penderita diabetes mellitus di Indonesia diperkirakan
akan mengalami kenaikan 8,4 juta jiwa pada tahun 2000,menjadi 21,3 juta
jiwa pada tahun 2030. Tingginya angka kematian tersebut menjadikan
Indonesia menduduki ranking ke-4 dunia setelah Amerika Serikat, India dan
Cina (Depkes RI, 2004).
Berdasarkan hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), terjadi
pengukuran prevalensi Diabetes mellitus (DM) dari tahun 2001 sebesar 7,5 %
menjadi 10,4 % pada tahun 2004, sementara hasil survey BPS tahun 2003
menyatakan bahwa prevalensi diabetes mellitus mencapai 14,7 % di
perkotaan dan 7,2 % di pedesaan.
Berdasarkan data rawat jalan di Rumah Sakit Umum Propinsi Sulawesi
Tenggara (Poli Interna) tahun 2009 penderita diabetes melitus sebanyak 779
orang atau 16,1 % dari jumlah pasien sebanyak 4837 pasien, tahun 2010
penderita diabetes mellitus sebanyak 1124 orang atau 25,8 % dari jumlah
pasien sebanyak 4345 pasien, sedangkan pada tahun 2011 dari Januari sampai
dengan Juni 2011 jumlah penderita diabetes mellitus 793 orang atau 38,7 %
dari jumlah pasien sebanyak 2044 orang. Olehnya itu, makalah ini akan
membahas penyakit Diabetes Militus secara terperinci

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa definisi dan penyebab dari Diabetes Mellitus.?
2. Bagaimana patofisiologi Diabetes Mellitus.?
3. Bagaimana tanda dan gejala Diabetes Mellitus?

1.3 TUJUAN MAKALAH


1. Memenuhi tugas matakuliah imunologi 1.
2. Mengetahui definisi dan penyebab dari Diabetes Mellitus.
3. Mengetahui patofisiologi Diabetes Mellitus.
4. Mengetahui tanda dan gejala Diabetes Mellitus.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI
Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti “mengalirkan atau
mengalihkan” (siphon). Mellitus berasal dari bahasa latin yang bermakna
manis atau madu. Penyakit diabetes melitus dapat diartikan individu yang
mengalirkan volume urine yang banyak dengan kadar glukosa tinggi. Diabetes
melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai dengan ketidakadaan
absolute insulin atau penurunan relative insensitivitas sel terhadap insulin
(Corwin, 2009).
Diabetes mellitus adalalah gangguan metabolisme yang secara genetik dan
klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi
karbohidrat, jika telah berkembang penuh secara klinis maka diabetes mellitus
ditandai dengan hiperglikemia puasa dan postprandial, aterosklerosis dan
penyakit vaskular mikroangiopati (Sylvia & Lorrain, 2006).
Diabetes mellitus adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang
akibat kadar glukosa darah yang tinggi yang disebabkan jumlah hormone
insulin kurang atau jumlah insulin cukup bahkan kadang-kadang lebih, tetapi
kurang efektif (Sarwono, 2006).
Diabetes Melitus (DM) adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai
berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan
berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah,
disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop
elektron (Mansjoer dkk, 2007)
Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2005, diabetus
merupakan suatu kelompok panyakit metabolik dengan karakterristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau
kedua-duanya. Diabetes Mellitus (DM) adalah kelainan defisiensi dari insulin
dan kehilangan toleransi terhadap glukosa ( Rab, 2008)
DM merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh
kelainan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia yang disebabkan
defisiensi insulin atau akibat kerja insulin yang tidak adekuat (Brunner &
Suddart, 2002).

2.2 ETIOLOGI
Faktor-faktor penyebab diabetes melitus antara lain genetika, faktor
keturunan memegang peranan penting pada kejadian penyakit ini. Apabila
orang tua menderita penyakit diabetes mellitus maka kemungkinan anak-
anaknya menderita diabetes mellitus lebih besar.

3
Virus hepatitis B yang menyerang hati dan merusak pankreas sehingga sel
beta yang memproduksi insulin menjadi rusak. Selain itu peradangan pada sel
beta dapat menyebabkan sel tidak dapat memproduksi insulin.
Faktor lain yang menjadi penyebab diabetes melitus yaitu gaya hidup,
orang yang kurang gerak badan, diet tinggi lemak dan rendah karbohidrat,
kegememukan dan kesalahan pola makan. Kelainan hormonal, hormon
insulin yang kurang jumlahnya atau tidak diproduksi.

2.3 FAKTOR RESIKO

 Riwayat Keluarga
 Obesitas
 Usia
 Kurangnya Aktivitas Fisik
 Suka Merokok
 Suka Mengkonsumsi Makanan Berkolesterol Tinggi
 Penderita Hipertensi Atau Tekenan Darah Tinggi
 Masa Kehamilan
 Ras Tertentu
 Tekanan Stres Dalam Jangka Waktu Yang Lama
 Sering Mengkonsumsi Obat-Obatan Kimia

2.4 KLASIFIKASI
American Diabetes Assosiation (2005) dalam Aru Sudoyo (2006)
mengklasifikasikan diabetes mellitus menjadi :
1) Diabetes mellitus tipe 1
Dibagi dalam 2 subtipe yaitu autoimun, akibat disfungsi autoimun
dengan kerusakan sel-sel beta dan idiopatik tanpa bukti autoimun dan
tidak diketahui sumbernya.
2) Diabetes mellitus tipe 2
Bervariasi mulai yang predominan resisten insulin disertai defisinsi
insulin relatif sampai yang predominan gangguan sekresi insulin bersama
resisten insulin.
3) Diabetes mellitus Gestasional
Faktor resiko terjadinya diabetes mellitus gestasional yaitu usia
tua,etnik, obesitas, multiparitas, riwayat keluarga, dan riwayat gestasional
terdahulu.Karena terjadi peningkatan sekresi beberapa hormone yang
mempunyai efek metabolic terhadap toleransi glukosa, maka kehamilan
adalah suatu keadaan diabetogenik.

4
4) Diabetes mellitus tipe lain :
a) Defek genetik fungsi sel beta
b) Defek genetik kerja insulin : resisten insulin tipe
,leprechaunism, sindrom rabson mandenhall, diabetes loproatrofik,
dan lainnya.
c) Penyakit eksokrin pankreas : pankreastitis, trauma /
pankreatektomi, neoplasma, fibrosis kistik, hemokromatosis,
pankreatopati fibro kalkulus, dan lainnya.
d) Endokrinopati : akromegali, sindron cushing, feokromositoma,
hipertiroidisme somatostatinoma, aldosteronoma, dan lainnya.
e) Karena obat atau zat kimia : vacor, pentamidin, asam nikotinat,
glukokortikoid, hormon tiroid, diazoxic,agonis β adrenergic, tiazid,
dilantin, interferon alfa, dan lainnya.
f) Infeksi : rubella konginetal, dan lainnya.
g) Immunologi (jarang) : sindrom “stiff-man” , antibody
antireseptor insulin, dan lainnya.
h) Sindroma genetik lain : sindrom down, sindrom klinefilter,
sindrom turner, sindrom wolfram’s, ataksia friedriech’s, chorea
Huntington, sindrom Laurence/moon/biedl, distrofi
miotonik,porfiria, sindrom pradelwilli, dan lainnya (ADA, 2005)
2.5 MANIFESTASI KLINIS

Gejala awalnya berhubungan dengan efek langsung dari kadar gula


darah yang tinggi.Jika kadar gula darah sampai diatas 160-180 mg/dL,
maka glukosa akan sampai ke air kemih.
Jika kadarnya lebih tinggi lagi, ginjal akan membuang air
tambahan untuk mengencerkan sejumlah besar glukosa yang hilang.
Karena ginjal menghasilkan air kemih dalam jumlah yang berlebihan,
maka penderita sering berkemih dalam jumlah yang banyak (poliuri).
Akibat poliuri maka penderita merasakan haus yang berlebihan
sehingga banyak minum (polidipsi). Sejumlah besar kalori hilang ke dalam
air kemih, penderita mengalami penurunan berat badan. Untuk
mengkompensasikan hal ini penderita seringkali merasakan lapar yang
luar biasa sehingga banyak makan (polifagi).
Dengan memahami proses terjadinya kelainan pada diabetes
melitus tersebut diatas, mudah sekali dimengerti bahwa pada penderita
diabetes melitus akan terjadi keluhan khas yaitu lemas, banyak makan,

5
(polifagia) , tetapi berat badan menurun, sering buang air kecil (poliuria),
haus dan banyak minum (polidipsia).
Penyandang diabetes melitus keluhannya sangat bervariasi, dari
tanpa keluhan sama sekali, sampai keluhan khas diabetes melitusseperti
tersebut diatas. Penyandang diabetes melitus sering pula datang dengan
keluhan akibat komplikasi seperti kebas, kesemutan akibat komplikasi
saraf, gatal dan keputihan akibat rentan infeksi jamur pada kulit dan
daerah khusus, serta adapula yang datang akibat luka yang lama sembuh
tidak sembuh (Sarwono, 2006).
Penderita Diabetes militus umumnya menampakkan tanda dan
gejala dibawah ini meskipun tidak semua dialami oleh penderita :

1. Jumlah urine yang dikeluarkan lebih banyak (Polyuria)


2. Sering atau cepat merasa haus/dahaga (Polydipsia)
3. Lapar yang berlebihan atau makan banyak (Polyphagia)
4. Frekwensi urine meningkat/kencing terus (Glycosuria)
5. Kehilangan berat badan yang tidak jelas sebabnya
6. Kesemutan/mati rasa pada ujung syaraf ditelapak tangan & kaki
7. Cepat lelah dan lemah setiap waktu
8. Mengalami rabun penglihatan secara tiba-tiba
9. Apabila luka/tergores (korengan) lambat penyembuhannya
10. Mudah terkena infeksi terutama pada kulit.

2.6 PATOFISIOLOGI

Menurut Brunner & Sudddart (2002) patofisiologi terjadinya penyakit


diabetes mellitus tergantung kepada tipe diabetes yaitu :
1) Diabetes Tipe I
Terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel-sel
pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Glukosa yang berasal dari
makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam
darah dan menimbulkan hiperglikemia postprandial (sesudah makan). Jika
konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat menyerap
kembali semua glukosa yang tersaring keluar akibatnya glukosa tersebut
diekskresikan dalam urin (glukosuria). Ekskresi ini akan disertai oleh
pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan, keadaan ini dinamakan
diuresis osmotik. Pasien mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria)
dan rasa haus (polidipsi).
2) Diabetes Tipe II
Resistensi insulin menyebabkan kemampuan insulin menurunkan kadar
gula darah menjadi tumpul. Akibatnya pankreas harus mensekresi insulin
lebih banyak untuk mengatasi kadar gula darah. Pada tahap awal ini,

6
kemungkinan individu tersebut akan mengalami gangguan toleransi
glukosa, tetapi belum memenuhi kriteria sebagai penyandang diabetes
mellitus. Kondisi resistensi insulin akan berlanjut dan semakin bertambah
berat, sementara pankreas tidak mampu lagi terus menerus meningkatkan
kemampuan sekresi insulin yang cukup untuk mengontrol gula darah.
Peningkatan produksi glukosa hati, penurunan pemakaian glukosa oleh otot
dan lemak berperan atas terjadinya hiperglikemia kronik saat puasa dan
setelah makan. Akhirnya sekresi insulin oleh beta sel pankreas akan
menurun dan kenaikan kadar gula darah semakin bertambah berat.
3) Diabetes Gestasional
Terjadi pada wanita yang tidak menderita diabetes sebelum kehamilannya.
Hiperglikemia terjadi selama kehamilan akibat sekresi hormone-hormon
plasenta. Sesudah melahirkan bayi, kadar glukosa darah pada wanita yang
menderita diabetes gestasional akan kembali normal. (Brunner &
Suddarth, 2002).

2.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pemeriksaan penyaring perlu dilakukan pada kelompok dengan resiko
tinggi DM. Yaitu kelompok usia dewasa tua (>40 tahun), obesitas, tekanan
darah tinggi, riwayat keluarga DM, riwayat kehamilan dengan berat badan
lahir bayi >4.000 g, riwaya DM pada kehamilan, dan dislipidemia.
Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan dengan pemeriksaan glukosa darah
sewaktu, kadar gula darah puasa (Tabel 53.1), kemudian dapat diikuti
dengan Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) standar. Untuk kelompok
resiko tinggi yang hasil penyaringannya negatif, perlu pemeriksaan
penyaring ulang tiap tahun. Bagi pasien berusia 45 tahun tanpa faktor
resiko, pemeriksaan penyaring dapat dilakukan setiap 3 tahun.
Tabel 53.1 kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode
enzimatik sebagai patokan penyaring dan diagnosis DM (mg/dl)
Bukan Belum pasti DM
DM DM
Kadar glukosa darah sewaktu
Plasma vena <110 110-199 >200
Darah kapiler <90 90-199 >200
Kadar glukosa darah puasa
Plasma vena <110 110-125 >126
Darah kapiler <90 90-109 >110

7
Cara pemeriksaan TTGO, adalah :
1. Tiga hari sebelum pemeriksaan pasien makan seperti biasa.
2. Kegiatan jasmani sementara cukup, tidak terlalu banyak.
3. Pasien puasa semalam selama 10-12 jam.
4. Periksa glukosa darah puasa.
5. Berikan glukosa 75 g yang dilarutkan dalam air 250 ml, lalu
minum dalam waktu 5 menit.
6. Periksa glukosa darah 1 jam sesudah beban glukosa.
7. Selama pemeriksaan, pasien diperiksa tetap istirahat dan tidak
merokok.7

a. Pemeriksaan hemoglobin glikosilasi


Hemoglobin glikosilasi merupakan pemeriksaan darah yang
mencerminkan kadar glukosa darah rata-rata selama periode waktu 2
hingga 3 bulan. Ketika terjadi kenaikan kadar glukosa darah, molekul
glukosa akan menempel pada hemoglobin dalam sel darah merah.
Ada berbagai tes yang mengukur hal yang sama tetapi memiliki
nama yang berbeda, termasuk hemoglobin A1C dan hemoglobin A1.
Nilai normal antara pemeriksaan yang satu dengan yang lainnya, serta
keadaan laboratorium yang satu dan lainnya, memilikmi sedikit
perbedaan dan biasanya berkisar dari 4% hingga 8%.
b. Pemeriksaan urin untuk glukosa
tidak bersedia atau tidak mampu untuk melakukan
pemeriksaan glukosa darah. Prosedur yang umum dilakukan meliputi
aplikasi urin pada strip atau tablet pereaksi dan mencocokkan warna
pada strip dengan peta warna.
c. Pemeriksaan urin untuk keton
Senyawa-senyawa keton (atau badan keton) dalam urin merupakan
sinyal yang memberitahukan bahwa pengendalian kadar glukosa darah
pada diabetes tipe I sedang mengalami kemunduran. Apabila insulin
dengan jumlah yang efektif mulai berkurang, tubuh akan mulai
memecah simpana lemaknya untuk menghasilkan energi. Badan keton
merupakan produk-sampingan proses pemecahan lemak ini, dan
senyawa-senyawa keton tersebut bertumpuk dalam darah serta urin.

8
2.8 PENATALAKSANAAN

1. Edukasi
Edukasi pada penyandang diabetes meliputi pemahamantentang
perjalanan penyakit DM, perlunya pengendalian dan pemantauan DM
secara berkelanjutan, penyulit/komplikasi DM dan risikonya, dan cara
penggunaan obat diabetes/insulin. Selain itu, untuk mencapai pengelolaan
diabetes yang optimal pada penyandang DM dibutuhkan perubahan
perilaku agar dapat menjalani pola hidup sehat
meliputi:EDUKASIPERENCANAAN MAKLATIHAN
a. Mengikuti pola makan sehat
b. Merningkatkan kegiatan jasmani
c. Menggunakan obat diabetes dan obat–obatan pada keadaan khusus
secara aman dan teratur
d. Melakukan pemantauan gula darah mandiri
e. Melakukan perawatan kaki secara berkala
f. Memiliki kemampuan untuk mengenal dan menghadapi keadaan
sakit akut seperti hipoglikemia
2. Diet atau perencanaan makan
Perencanaan makan menggambarkan apa yang dimakan, berapa
banyak, dan kapan makan. Dietisien atau ahli diet dapat membantu
membuat perencanaan makan yang cocok. Makanan sehari- hari
hendaknya cukup karbohidrat, serat, protein,rendah lemak jenuh,
kolesterol, sedangkan natrium dan gula secukupnya. Karbohidrat adalah
sumber zat tenaga dan zat gizi utama yang menyebabkan kadar gula darah
naik.Namun penyandang diabetes tidak usah takut mengkonsumsi
karbohidrat. Kebutuhan karbohidrat pada penyandang diabetes antara 45-
65% kebutuhan kalori dengan asupan karbohidrat tersebar dalam sehari,
hindari makan karbohidrat dalam jumlah besar dalam satu kali makan.
Sumber karbohidrat yang dianjurkan adalah karbohidrat kompleks seperti
nasi, roti, mie, dan kentang. Batasi karbohidrat sederhana seperti gula, kue,
tarcis, dodol, sirup, dan madu. Serat merupakan bagian dari karbohidrat
yang tidak dapat diserap tubuh, rendah lemak serta berpengaruh baik
untuk kadar gula darah. Pada umumnya gula darah setelah makan akan
naik lebih lambat bila makan makanan yang mengandung banyak serat.
Makanan berikut yang mengandung banyak serat makanan adalah
havermout, kacangkacangan,sayur-sayuran, dan buah-buahan seperti apel,
jeruk, pir, sirsak, jambu biji dan lain-lain. Protein digunakan untuk
pertumbuhan & mengganti jaringan tubuh yang rusak. Sumber protein
terdiri dari protein hewani & protein nabati. Sumber protein hewani utama
adalah ikan atau ayam tanpa kulit oleh karena rendah kandungan
lemaknya. Sumber protein lemak sedang seperti daging atau telur sebagai
pengganti protein rendah lemak dapat dikonsumsi kira-kira 3x seminggu.
Sedangkan sumber protein tinggi lemak seperti otak, merah telur, dan

9
jerohan perlu dibatasi. Sumber protein nabati adalah kacang-kacangan
seperti kacanghijau, kacang merah, kacang tanah, kacang kedele, tahu, &
tempe. Kebanyakan makanan nabati rendah kandungan lemaknya dan
mengandung lemak tidak jenuh tinggi sehingga dapat membantu
menurunkan kolesterol darah. Sayuran merupakan bahan makanan yang
sehat, tinggi kandungan vitamin, mineral, dan serat. Sayuran boleh
dimakan bebas tanpa dibatasi dan dianjurkan mengkonsumsi aneka ragam
sayuran. Buah-buahan juga merupakan makanan yang sehat, selain
berkalori juga merupakan sumber vitamin,mineral, dan serat. Dianjurkan
makan buah 2 sampai 3 buah sehari. Susu merupakan sumber protein, dan
mengandung lemak, karbohidrat, dan vitamin serta kalsium Penyandang
diabetes dianjurkan minum susu yang tanpa atau rendah lemak. Bagi yang
menyukai susu dapat menggantikan 1 lauk hewani dengan 1 penuh takar
susu.
3. Latihan jasmani
Kegiatan jasmani sehari–hari dan latihan secara teratur 3-4 kali
seminggu selama kurang lebih 30 menit. Tujuan latihan jasmani untuk
menjaga kebugaran,menurunkan berat badan, dan memperbaiki
sensitivitas insulin sehingga akan memperbaiki kendali gula darah.
Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat
aerobik seperti jalan kaki, bersepeda santai, jogging, dan berenang.
Hindarkan kebiasaan hidup yang kurang gerak.
4. Intervensi obat oral farmakologis
Terapi farmakologis diberikan bersama dengan pengaturan makan
dan latihan jasmani. Terapi farmakologis terdiri dari obat oral & bentuk
suntikan insulin. Saat ini terdapat 5 macam obat tablet yang beredar di
pasaran untuk menurunkan kadar gula darah. Beberapa obat yg sering
digunakan adalah:
a. Golongan insulin sekretagok
Obat ini bekerja dengan cara merangsang pankreas untuk
menghasilkan insulin. Obat ini merupakan pilihan utama pada
penyandang diabetes dengan berat badan kurang atau normal. Obat
golongan ini terdapat 2 jenis yaitu: golongan sulfonilurea dan
glinid.
b. Golongan Biguanid
Obat yang termasuk golongan biguanid hanyalah
metformin. Obat ini terutama dipakai pada penyandang diabetes
gemuk. Penggunaan obat ini dikontraindikasikan pada gangguan
fungsi ginjal & hati. Metformin sebaiknya diberikan pada saat atau
sesudah makan karena dapat menyebabkan mual & iritasi pada
lambung.

10
c. Golongan Glitazone
Cara kerja obat ini adalah dengan membantu tubuh
menggunakan insulin yang tersedia sehingga lebih efektif.
Penggunaan obat ini dikontraindikasikan pada mereka dengan
gagal jantung, penyakit hati akut, diabetes tipe 1, dan kehamilan.
d. Golongan Penghambat Alpha Glukosidase (Acarbose)
Obat ini bekerja dengan cara menghambat penyerapan
glukosa di usus sehingga mempunyai efek menurunkan gula darah
sesudah makan. Obat ini hanya mempengaruhi konsentrasi gula
darah setelah makan. Efek samping yang sering terjadi pada
penggunaan obat ini adalah perutkembung, sering buang angin, dan
mencret.
e. Dipeptidyl peptidase-4 (DPP-4) inhibitor
Pengobatan dengan golongan ini merupakan pendekatan
baru pengelolaan DM. Obat ini menghambat pelepasan glukagon,
yang pada gilirannya meningkatkan sekresi insulin, menurunkan
pengosongan lambung, dan menurunkan kadar glukosa darah.
Beberapa obat golongan ini sudah masuk di Indonesia sejak tahun
2007 antara lain vildagliptin dan sitagliptin.
5. Insulin
Insulin diperlukan pada keadaan seperti penurunan berat badan
yang cepat, komplikasi akut DM (hiperglikemia berat yang disertai
ketosis, ketoasidosis diabetik, hiperglikemia hiperosmolar nonketotik,
hiperglikemia dengan asidosis laktat), gagal dengan pengobatan obat
diabetes oral dosis optimal, kehamilan dengan DM, stress berat (infeksi
sistemik, operasi besar, stroke, dll), gangguan fungsi ginjal dan hati yang
berat, dan adanya kontra indikasi/alergi terhadap obat diabetes oral.

2.8 DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Nyeri akut b.d agen injuri biologis (penurunan perfusi
jaringan perifer.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
b.d. ketidakmampuan menggunakan glukose (tipe 1)
3. Ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh
b.d. kelebihan intake nutrisi (tipe 2).
4. Resiko syok
5. Resiko infeksi
6. Kerusakan intergritas kulit
7. Retensi urine b.d inkomplit pengosongan kandung
kemih, sefingter kuat dan poliuri

11
8. Ketidakefektifan jaringan perifer b.d penurunan sirkulasi
darah keperifer,proses penyakit (DM)
9. Resiko ketidakseimbangan elektrolit b.d gejala poliuri
dan dehedrasi

2.9 KOMPLIKASI

1). Kerusakan saraf (Neuropathy)


Sistem saraf tubuh kita terdiri dari susunan saraf pusat, yaitu otak
dan sum-sum tulang belakang, susunan saraf perifer di otot, kulit, dan
organ lain, serta susunan saraf otonom yang mengatur otot polos di
jantung dan saluran cerna. Hal ini biasanya terjadi setelah glukosa darah
terus tinggi, tidak terkontrol dengan baik, dan berlangsung sampai 10
tahun atau lebih. Apabila glukosa darah berhasil diturunkan menjadi
normal, terkadang perbaikan saraf bisa terjadi. Namun bila dalam jangka
yang lama glukosa darah tidak berhasil diturunkan menjadi normal maka
akan melemahkan dan merusak dinding pembuluh darah kapiler yang
memberi makan ke saraf sehingga terjadi kerusakan saraf yang disebut
neuropati diabetik (diabetic neuropathy). Neuropati diabetik dapat
mengakibatkan saraf tidak bisa mengirim atau menghantar pesan-pesan
rangsangan impuls saraf, salah kirim atau terlambat kirim. Tergantung dari
berat ringannya kerusakan saraf dan saraf mana yang terkena.

2). Kerusakan ginjal (Nephropathy)


Ginjal manusia terdiri dari dua juta nefron dan berjuta-juta
pembuluh darah kecil yang disebut kapiler. Kapiler ini berfungsi sebagai
saringan darah. Bahan yang tidak berguna bagi tubuh akan dibuang ke urin
atau kencing. bekerja 24 jam sehari untuk membersihkan darah dari racun
yang masuk ke dan yang dibentuk oleh tubuh. Bila ada nefropati atau
kerusakan ginjal, racun tidak dapat dikeluarkan, sedangkan protein yang
seharusnya dipertahankan ginjal bocor ke luar. Semakin lamaseseorang
terkena diabetes dan makin lama terkena tekanan darah tinggi, maka
penderita makin mudah mengalami kerusakan ginjal. Gangguan ginjal
pada penderita diabetes juga terkait dengan neuropathy atau kerusakan
saraf.
3). Kerusakan mata (Retinopathy)
Penyakit diabetes bisa merusak mata penderitanya dan menjadi
penyebab utama kebutaan. Ada tiga penyakit utama pada mata yang
disebabkan oleh diabetes, yaitu:
a. retinopati, retina mendapatkn makanan dari banyak pembuluh
darah kapiler yang sangat kecil. Glukosa darah yang tinggi bisa
merusak pembuluh darah retina.
12
b. katarak, lensa yang biasanya jernih bening dan transparan
menjadi keruh sehingga menghambat masuknya sinar dan makin
diperparah dengan adanya glukosa darah yang tinggi.
c. glaukoma, terjadi peningkatan tekanan dalam bola matasehingg
merusak saraf mata.

4). Penyakit jantung


Diabetes merusak dinding pembuluh darah yang menyebabkan
penumpukan lemak di dinding yang rusak dan menyempitkan pembuluh
darah. Akibatnya suplai darah ke otot jantung berkurang dan tekanan
darah meningkat, sehingga kematian mendadak bisa terjadi.
5). Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi jarang menimbulkan keluhan
yang dramatis seperti kerusakan mata atau kerusakan ginjal. Namun, harus
diingat hipertensi dapat memicu terjadinya serangan jantung, retinopati,
kerusakan ginjal, atau stroke. Risiko serangan jantung dan stroke menjadi
dua kali lipat apabila penderita diabetes juga terkena hipertensi.
6). Penyakit pembuluh darah perifer
Kerusakan pembuluh darah di perifer atau di tangan dan kaki, yang
dinamakan Peripheral Vascular Disease (PVD), dapat terjadi lebih dini
dan prosesnya lebih cepat pada penderita diabetes daripada orang yang
tidak mendertita diabetes. Denyut pembuluh darah di kaki terasa lemah
atau tidak terasa sama sekali. Bila diabetes berlangsung selama 10 tahun
lebih, sepertiga pria dan wanita dapat mengalami kelainan ini. Dan apabila
ditemukan PVD disamping diikuti gangguan saraf atau neuropati dan
infeksi atau luka yang sukar sembuh, pasien biasanya sudah mengalami
penyempitan pada pembuluh darah jantung.
7). Gangguan pada hati
Banyak orang beranggapan bahwa bila penderita diabetes tidak
makan gula bisa bisa mengalami kerusakan hati. Anggapan ini keliru, hati
bisa terganggu akibat penyakit diabetes itu sendiri. Dibandingkan orang
yang tidak menderita diabetes, penderita diabetes lebih mudah terserang
infeksi virus hepatitis B atau hepatitis C. Oleh karena itu, penderita
diabetes harus menjauhi orang yang sakit hepatitis karenamudah tertular
dan memerlukan vaksinasi untuk pencegahan hepatitis. Hepatitis kronis
dan sirosis hati (liver cirrhosis) juga mudah terjadi karena infeksi tau
radang hati yang lama atau berulang. Gangguan hati yang sering
ditemukan pada penderita diabetes adalah perlemakan hati atau fatty liver,
biasanya (hampir 50%) pada penderita diabetes tipe 2 dan gemuk.
Kelainan ini jangan dibiarkan karena bisa merupakan pertanda adanya
penimbunan lemak di jaringan tubuh lainnya.

13
8). Penyakit paru-paru
Pasien diabetes lebih mudah terserang infeksi tuberkulosis paru-
paru dibandingkan orang biasa, sekalipun penderita bergizi baik dan secara
sosio-ekonomi cukup. Diabetes memperberat infeksi paru-paru, demikian
pula sakit paru-paru akan menaikkan glukosa darah.
9). Gangguan saluran makan
Gangguan saluran makan pada penderita diabetes disebabkan
karena kontrol glukosa darah yang tidak baik, serta gngguan saraf otonom
yang mengenai saluran pencernaan. Gangguan ini dimulai dari rongga
mulut yang mudah terkena infeksi, gangguan rasa pengecapan sehingga
mengurangi nafsu makan, sampai pada akar gigi yang mudah terserang
infeksi, dan gigi menjadi mudah tanggal serta pertumbuhan menjadi tidak
rata. Rasa sebah, mual, bahkan muntah dan diare juga bisa terjadi. Ini
adalah akibat dari gangguan saraf otonom pada lambung dan usus.
Keluhan gangguan saluran makan bisa juga timbul akibat pemakaian obat-
obatan yang diminum.

10). Infeksi
Glukosa darah yang tinggi mengganggu fungsi kekebalan tubuh
dalam menghadapi masuknya virus atau kuman sehingga penderita
diabetes mudah terkena infeksi. Tempat yang mudah mengalami infeksi
adalah mulut, gusi, paru-paru, kulit, kaki, kandung kemih dan alat
kelamin. Kadar glukosa darah yang tinggi juga merusak sistem saraf
sehingga mengurangi kepekaan penderita terhadap adanya infeksi.

14
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti “mengalirkan
atau mengalihkan” (siphon). Mellitus berasal dari bahasa latin yang
bermakna manis atau madu. Penyakit diabetes melitus dapat diartikan
individu yang mengalirkan volume urine yang banyak dengan kadar
glukosa tinggi. Diabetes melitus adalah penyakit hiperglikemia yang
ditandai dengan ketidakadaan absolute insulin atau penurunan relative
insensitivitas sel terhadap insulin (Corwin, 2009).
Klasifikasi Diabetes Miletus :
1. Diabetes mellitus tipe 1
2. Diabetes mellitus tipe 2
3. Diabetes mellitus Gestasional
4. Diabetes mellitus tipe lain
Penatalaksanaan :
1. Edukasi
2. Diet atau perencanaan makan
3. Latihan jasmani
4. Intervensi obat oral farmakologis
5. Insulin

15
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth. 2001.Buku Saku Patofisiologi.Jakarta: EGC

Guyton. 1996. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit . Jakarta: EG

CIrianto, Kus. 2004.Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia untuk Paramedis.


Bandung:

16

Anda mungkin juga menyukai