Anda di halaman 1dari 30

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Jagung (Zea mays) merupakan tanaman pangan penting


bagi dunia termasuk Indonesia. Nutrisi utama tanaman jagung
adalah karbohidrat yang terkandung disetiap bulir jagung dan
bermanfaat sebagai sumber energi bagi makhluk hidup. Selain
itu jagung dapat pula diolah menjadi berbagai olahan yang dapat
dikonsumsi manusia maupun diolah menjadi pakan ternak.
Produksi jagung Indonesia tahun 2014 mencapai 19,008 juta ton dengan
angka produktivitas 49,54. Pada tahun 2015 produksi meningkat menjadi 19,833
juta ton dengan angka produktivitas 51,39 (BPS, 2015). Meskipun mengalami
peningkatan produksi dan produktivitas, kebutuhan Indonesia akan jagung masih
belum terpenuhi. Hal ini disebabkan salah satunya oleh ketidakseimbangan antara
produksi dan permintaan terhadap kuantitas dan kualitas jagung Indonesia. Oleh
sebab itu Indonesia tetap melakukan importasi jagung. Tercatat dalam berita resmi
dari Badan Pusat Statistik Indonesia bahwa pada bulan Januari-Agustus 2015
impor jagung Indonesia mencapai 2,385 juta ton.
Kegiatan mengimpor produk pertanian dapat menjadi salah satu cara
penyebaran organisme pengganggu tanaman (OPT) baik dari golongan hama
maupun penyebab penyakit (patogen). Hal ini disebabkan hama dan patogen
tersebut dapat ditularkan melalui bahan perbanyakan tanaman terutama pada
benih. Serangan OPT dapat mengakibatkan timbulnya kerugian secara kualitas
dan kuantitas. Sehingga pada serangan berat akan menyebabkan terjadinya
kerugian secara ekonomi yang berdampak pada kesejahteraan petani dan
konsumen.
Salah satu OPT jagung adalah Pantoea stewartii subsp. stewartii (Pnss)
penyebab penyakit layu stewart. Gejala penyakit layu stewart berupa klorosis
pada permukaan daun, layu dan pada fase vegetatif mengalami gejala kerdil serta
terdapat bercak hijau kekuningan memanjang di sepanjang permukaan daun.
Tanaman jagung muda biasanya akan layu dan akhirnya mati (Lipps et al., 2001).
2

Penyakit layu stewart di Sumatera Barat dilaporkan oleh


Rahma dan Armansyah (2008) dengan perkiraan persentase
serangan 1%-15%. Rahma et al., (2014a) melaporkan bahwa
penyakit layu stewart juga ditemukan di Jawa Barat (Kabupaten
Bogor, Sukabumi dan Cianjur) dengan persentase kejadian
penyakit berkisar antara 23,67% - 52,41%. Rahma et al., (2014b)
melaporkan bahwa penyakit ini ditemukan juga di Sumatera
Utara dan Lampung dengan kisaran kejadian penyakit 14% -
45%.
Pnss ditularkan oleh serangga vektor Chaetocnema pulicaria
dan juga terbawa melalui benih. Pengendalian terhadap penyakit
layu stewart sejauh ini masih terbatas pada penggunaan
insektisida sintetis berbahan aktif imidacloprid, thiamethoxam,
dan clothianidin yang ditujukan pada vektor (Pataky, 2004).
Pengendalian terhadap Pnss sendiri belum banyak dilaporkan.
Penggunaan bahan kimia sintetis, selain mampu menekan
perkembangan penyakit tanaman dapat pula berdampak negatif
terhadap organisme non sasaran. Hal ini memicu munculnya
kondisi ekosistem yang tidak seimbang, pencemaran lingkungan
dan bersifat karsinogenik. Oleh karena itu perlu dikembangkan
teknik pengendalian OPT yang ramah lingkungan, aman bagi
kesehatan manusia dan relatif lebih hemat. Salah satu
pengendalian OPT yang banyak dikembangkan saat ini adalah
pengendalian hayati menggunakan mikroorganisme.
Salah satu mikroorganisme yang sudah banyak dilaporkan
mampu menekan perkembangan OPT adalah rizobakteri.
Rizobakteri merupakan kelompok bakteri yang hidup di
perakaran tanaman. Selain bersifat antagonis terhadap patogen,
rizobakteri juga mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman
yang biasa dikenal dengan plant growth promoting rizhobacteria
(PGPR). Pemanfaatan rizobakteri untuk pengendalian patogen
penyakit akan memberikan manfaat ganda yakni disamping
3

mampu mencegah perkembangan patogen tanaman, juga


mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman. Dengan demikian
pencapaian akan produktivitas tanaman akan semakin optimal
tanpa mengganggu keseimbangan ekosistem.
Rizobakteri yang telah banyak dilaporkan sebagai PGPR
adalah dari golongan Bacillus dan Pseudomonas (Orhan et al.,
2006; Tombe, 2013). Agustiansyah et al., (2013) melaporkan
Bacillus subtilis 11/C, Bacillus subtilis 5/B, Pseudomonas
aeruginosa A54, dan Pseudomonas diminuta A6 berpotensi
sebagai PGPR karena menghasilkan hormon IAA, enzim fosfatase,
dan mampu melarutkan fosfat. Menurut Tombe (2013) rizobakteri
berpotensi memicu pertumbuhan tanaman dan dapat digunakan
sebagai agen hayati pengendali Phytopthora capsici (Than et al.,
2009), Phytophthora nicotianae (Wang et al., 2009), Fusarium
oxysporum (Gangadara et al., 2010), Pseudomonas
solanacearum (Ramamoorthy et al., 2001), Exobasidium vexans
(Saravanakumar et al., 2007), Tobacco Mosaic Virus (Wang et al.,
2009) dan Nematoda (Ramamoorthy et al., 2001).
Pengendalian hayati menggunakan mikroorganisme
terhadap bakteri Pnss dilaporkan oleh Rahma (2013) dengan
menggunakan bakteri endofit dari tanaman jagung dan dari akar
rumput dengan kisaran penekanan 48,95 – 54,85%. Bakteri
tersebut terdiri dari Alcaligenes faecalis AN6, Alcaligenes
faecalis AJ14, Lysinibacillus sphaericus AJ15, Lysinibacillus
sphaericus AJ19, Bacillus cereus AJ34, dan Serratia marcescens
AR1. Sestria (2011) melaporkan bahwa formula Bacillus subtillis
RZ2L2K yang disimpan selama 2 minggu pada suhu kamar (26-
30˚C) memperlihatkan pengaruh yang baik dalam pengendalian
penyakit layu dan hawar daun stewart serta dapat meningkatkan
hasil dan pertumbuhan tanaman. Sugito (2015) juga melaporkan
bahwa Bacillus subtillis yang diformulasi dalam bentuk tepung
mampu menghambat pertumbuhan Pnss. Potensi ini perlu
4

dikembangkan dan dimanfaatkan untuk mendukung terwujudnya


pertanian ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Berdasarkan uraian di atas dan belum adanya laporan penelitian
penggunaan rizobakteri dari perakaran tanaman jagung untuk mengendalikan
penyakit layu stewart maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan
judul “Seleksi Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR) dari
Perakaran Tanaman Jagung untuk Menekan Pertumbuhan Pantoea stewartii
subsp. stewartii”.

B. Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk eksplorasi dan seleksi rizobakteri pemacu


pertumbuhan tanaman jagung dari perakaran tanaman jagung dalam menekan
pertumbuhan Pantoea stewartii subsp. stewartii.

C. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan nantinya dapat diperoleh


isolat PGPR perakaran tanaman jagung yang mampu menekan
pertumbuhan Pantoea stewartii subsp. stewartii dan dapat
meningkatkan pertumbuhan bibit tanaman jagung.
5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Penyakit Layu Stewart oleh Pantoea stewartii subsp. stewartii


1. Gejala penyakit layu stewart

Penyakit layu stewart merupakan salah satu penyakit pada tanaman jagung.
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri patogen yang memperbanyak diri dalam
pembuluh xilem daun dan batang sehingga menyumbat aliran nutrisi. Gejala khas
penyakit layu stewart pada bibit jagung berupa gejala kerdil, bercak hijau
kekuningan (klorosis) di sepanjang permukaan daun, layu serta adanya bercak
memanjang di sepanjang permukaan daun yang disertai dengan matinya jaringan
(nekrosis) terutama saat tanaman mulai memasuki masa generatif (Lipps et al.,
2001; Rahma dan Armansyah, 2008). Pada tanaman yang rentan gejala yang
tampak adalah gejala layu menyerupai kekeringan, defisiensi hara, atau terserang
hama. Gejala lain ditunjukkan oleh adanya goresan berwarna hijau pucat dan
kuning, sejajar tulang daun, dengan pinggir bergelombang tidak beraturan.
Goresan akan berubah menjadi kering dan berwarna coklat. Bakteri patogen
6

berkembang dan menyebar melalui jaringan pembuluh sampai ke biji sehingga


pada serangan berat terdapat rongga pada empulur batang (Rahma, 2013).

2. Patogen penyakit layu stewart

Penyakit layu stewart disebabkan oleh bakteri Pantoea stewartii subsp.


stewartii (Pnss). Pnss merupakan bakteri gram negatif, anaerob
fakultatif, tidak berflagel, tidak membentuk spora, berbentuk
batang dan ukuran tubuh berkisar antara 0,4-0,8 x 0,9-2,2 μm .
Koloni bakteri pada media Yeast extract-dextrose-calcium
carbonate agar berwarna kuning dan cembung. Sedangkan pada
media nutrient-glucose agar koloni bakteri berwarna krem-kuning
sampai oranye-kuning. Pnss memproduksi ekstraseluler
polisakarida (EPS) yang berasosiasi dengan patogenisitas dan
virulensi (Pataky dan Ikin, 2003).
Bakteri Pnss berkembang di pembuluh xilem dan ruang
antar daun jagung yang rentan. Mekanisme utama virulensi Pnss
adalah produksi lendir EPS yang menyebabkan tanaman layu
(Minogue et al., 2002). EPS akan membungkus pit membrane
sehingga terjadi penyumbatan pada jaringan pembuluh seiring
dengan meningkatnya populasi bakteri, hal ini menyebabkan
kurangnya suplai air dan nutrisi ke tanaman, sehingga tanaman
menjadi layu dan mati (Von Bodman et al., 2003).
Pnss merupakan patogen tular benih. Kegiatan mengimpor
benih jagung dapat menyebarkan Pnss dari satu negara ke
negara lain terutama apabila benih tersebut bukanlah benih
resisten. Benih yang berasal dari tanaman induk yang terinfeksi
secara sistemik akan menyebabkan terjadinya layu bibit.
Sedangkan tanaman induk yang tidak terserang secara sistemik
menunjukkan gejala hawar daun layu stewart (Pataky, 2004).

3. Pengendalian penyakit layu stewart


Penyakit layu stewart sejauh ini dikendalikan melalui
beberapa cara. Penanaman varietas tahan menjadi solusi awal
7

pencegahan munculnya penyakit layu stewart (Lipps et al., 2001;


Pataky and Robert, 2003). Cara berikutnya adalah dengan
pengaplikasian insektisida untuk mengendalikan Chaetocnema
pulicaria yang merupakan vektor bakteri Pnss (Lipps et al., 2001;
Pataky, 2004). Namun efek negatif dari pengaplikasian senyawa
kimia sintetik untuk pengendalian OPT semakin
mengkhawatirkan. Mengenai hal ini sehingganya dikembangkan
cara pengendalian yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Pengendalian terhadap bakteri Pnss belum banyak


dilaporkan. Bakteri endofit dari tanaman jagung yaitu Alcaligenes
faecalis AN6, Alcaligenes faecalis AJ14, Bacillus cereus AJ34,
Lysinibacillus sphaericus AJ15, Lysinibacillus sphaericus AJ19,
Serratia marcescens AR1, dan kolaborasi antara bakteri endofit
dan kitosan dilaporkan mampu menekan perkembangan penyakit
layu stewart (Rahma, 2013). Sestria (2011) melaporkan bahwa
formula Bacillus subtillis RZ2L2K yang disimpan selama 2 minggu
pada suhu kamar (26-30˚C) memperlihatkan pengaruh yang baik
dalam pengendalian penyakit layu dan hawar daun stewart serta
dapat meningkatkan hasil dan pertumbuhan tanaman. Sugito
(2015) juga melaporkan bahwa Bacillus subtillis yang diformulasi
dalam bentuk tepung mampu menghambat pertumbuhan Pnss.

B. Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR).

Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR) adalah


kelompok bakteri yang mampu meningkatkan pertumbuhan
tanaman melalui kemampuannya menghasilkan berbagai zat
pertumbuhan tanaman sehingga dapat digunakan sebagai pupuk
hayati (Singh, 2013).
Salah satu kelompok bakteri yang tergolong PGPR adalah
rizobakteri. Rizobakteri merupakan kelompok bakteri yang hidup
8

di rizosfera, menkolonisasi akar, hidup secara simbiosis dengan


memanfaatkan eksudat akar tanaman (Akhtar et al., 2012).
Rizosfera merupakan lingkungan di sekitar perakaran tanaman
yang kaya akan nutrisi, eksudat yang dihasilkan oleh akar
tanaman sangat diperlukan oleh mikroorganisme (Dobbelaere et
al., 2003). Beberapa rizobakteri yang berperan sebagai PGPR
adalah Bacillus polymixa (Sutariati et al., 2014), Pseudomonas
fluorescens, Azotobacter sp., Bacillus subtilis (A’yun et al., 2013).
Rizobakteri yang banyak dikenal sebagai agens pengendali
hayati selain mempunyai potensi untuk melindungi tanaman
selama siklus hidupnya, juga mampu menghasilkan hormon
tumbuh, menfiksasi nitrogen, melarutkan fosfat sehingga
memberi manfaat ganda bagi tanaman (Sutariati et al., 2014).
Mekanisme antagonis oleh agen hayati dari golongan rizobakteri
dapat berupa agensia penghasil siderofor, penghasil antibiotika
baik dengan sifat antivirus, antibakteri ataupun antijamur.
Rizobakteri juga berpotensi menghasilkan enzim pengurai
dinding sel seperti kitinase, glukanase, protease, lipase, dan
fosfatase. Mekanisme berikutnya adalah kemampuan untuk
memicu tumbuh tanaman yang disebut PGPR (Soesanto, 2008).
Rizobakteri antagonis yang berpotensi sebagai PGPR telah
bayak dilaporkan. Aplikasi PGPR secara nyata dapat
meningkatkan pertumbuhan dan mengurangi insidensi penyakit
tanaman yang terinfeksi oleh Cucumber Mosaik Virus (Taufik et
al., 2010). Pseudomonas spp. dan Bacillus spp. dilaporkan dari
berbagai penelitian, mempunyai kemampuan sebagai agens
pengendalian hayati, sekaligus dapat berperan sebagai pupuk
hayati dan penghasil fitohormon untuk menstimulasi
pertumbuhan (Phukan et al., 2012; Viveros et al., 2010).
Beberapa strain Pseudomonas spp. dan Bacillus spp. dapat
memfiksasi nitrogen (Das et al., 2013), melarutkan P terikat
menjadi tersedia bagi tanaman (Vessey, 2013), menginduksi
9

ketahanan tanaman, memproduksi senyawa antibiotik dan


mengendalikan patogen tanah (Meynet et al., 2011; Erturk et al.,
2010), serta bioremediasi pada lahan-lahan yang mengandung
logam berat (Akhtar et al., 2012). Bacillus sp, Psudomonas sp
mampu menekan perkembangan penyakit bulai pada jagung
(Jatnika et al., 2013). Psudomonas aeruginosa, Pseudomonas
diminuta berpotensi pula untuk mengendalikan patogen
Xanthomonas oryzae (Agustiansyah et al., 2013). Actinomycetes
dapat menekan Erwinia caratovora (Sallytha et al., 2014).
10

BAB III METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Penelitian akan dilaksanakan mulai dari bulan Desember


sampai Februari 2015 di Laboratorium Pengendalian Hayati dan
Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Hama dan Penyakit
Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Andalas, Padang.

B. Bahan dan Alat

Bahan yang akan digunakan dalam penelitian adalah isolat


rizobakteri dari tanaman jagung, isolat Pantoea stewartii subsp.
stewartii (Pnss) BGR28 (Rahma, 2013), benih jagung varietas
Bima 20, tanaman Nicotiana tabacum sehat, media TSA (Triptic
Soy Agar), media TSB (Triptic Soy Broth), media King’s B, media
Pikovskaya Agar, media LB (Lysogeny Broth), media CAS
(Chrome Azurol Sulfonat), larutan Mc Farland, larutan malachite
green, larutan safranin, akuades, alkohol 70 %, KOH 3%, spiritus,
aluminium foil, wrapper plastic, kertas label, tisu, dan kertas
saring.
Alat yang akan digunakan ialah tabung reaksi, rak tabung
reaksi, micropipet, microtip, glass bead, vortex, lampu bunsen,
jarum ose, timbangan digital, labu erlenmeyer, petri dish, kaca
objek, kaca penutup, batang pengaduk, gelas ukur, panci,
autoclave, rotary shaker, oven, kompor listrik, Laminar Air Flow
dan alat tulis.

C. Metode Penelitian

Penelitian akan dilakukan dengan menggunakan beberapa


tahapan metode. Pertama, pengambilan sampel tanah dilakukan
dengan metode diagonal sampling (Lampiran 2). Pengambilan
sampel dilakukan di Kecamatan Kuranji dan Kecamatan Pauh.
11

Kedua, metode yang digunakan untuk uji pemacuan


pertumbuhan tanaman jagung adalah Rancangan Acak Lengkap
dengan 1 kontrol dan 3 ulangan (Lampiran 3). Ketiga, uji
antagonis rizobakteri yang berpotensi sebagai pemacu
pertumbuhan tanaman jagung terhadap Pnss dilakukan
menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap dengan 1
kontrol dan 3 ulangan (Lampiran 3).

D. Pelaksanaan Penelitian

1. Pengambilan sampel tanah

Pengambilan sampel tanah dilakukan di Kecamatan Kuranji


dan Kecamatan Pauh, Padang. Sampel tanah diambil dari
perakaran tanaman jagung sehat terpilih yang letaknya berdekatan
dengan tanaman jagung yang diduga terserang Pantoea stewartii
(Pnss). Sampel tanah diambil berdasarkan metode diagonal
sampling dengan 5 titik pengambilan sampel pada satu lahan
(Lampiran 2). Tanah di sekitar perakaran jagung diambil
menggunakan sekop kecil dan dimasukkan kedalam kantong
plastik. Sampel tanah pada masing-masing titik dicampur
sebagai sampel tanah untuk satu lahan tersebut. Total berat
tanah yang diambil dari kelima titik tersebut adalah ± 500 g.
Sampel tanah kemudian dibawa ke Laboratorium untuk diisolasi.

2. Isolasi rizobakteri

Isolasi dilakukan untuk mendapatkan isolat rizobakteri yang


berpotensi sebagai agensia pengendali hayati penyakit layu
stewart dan pemicu pertumbuhan tanaman. Sebanyak 10 g
sampel tanah dimasukkan ke dalam botol selai berukuran 120 ml
yang berisi 100 ml akuades steril dan dikocok dengan rotary
shaker berkecepatan 150 rpm selama 60 menit. Suspensi tanah
yang diperoleh diencerkan dengan pengenceran seri yaitu
dengan mengambil 1 ml suspensi dan dimasukkan ke dalam 9 ml
12

akuades steril (pengenceran 10-1). Pengenceran dilakukan sampai


tingkat pengenceran 10-7. Suspensi yang akan disebar pada
media adalah hasil pengenceran 10-5, 10-6 dan 10-7. Suspensi
tanah disebar menggunakan glass bead steril pada 2 jenis media
yaitu media King’s B dan TSA. Penggunaan media King’s B
bertujuan untuk mendapatkan rizobakteri berpendar
(fluorescence). Pada media TSA, suspensi yang disebar terdiri
dari 2 metoda yaitu dengan pemanasan suspensi dan tanpa
pemanasan suspensi. Pemanasan dilakukan pada suhu 80ºC.
Pemanasan bertujuan untuk mendapatkan rizobakteri tahan
panas. Perlakuan tanpa pemanasan bertujuan untuk memperoleh
bakteri non fluorescence. Kultur bakteri yang diperoleh diinkubasi
di dalam ruangan bersuhu kamar (27oC) selama 48 jam.
Rizobakteri yang tumbuh dengan morfologi koloni berbeda
diisolasi dan dibuat biakan murni.

3. Peremajaan Pantoea stewartii subsp. stewartii

Isolat bakteri Pantoea stewartii subsp. stewartii yang


disimpan dalam tabung evendorf disebar pada media TSA dan
diinkubasi selama 2 x 24 jam. Satu koloni tunggal Pnss yang
telah tumbuh dipindahkan kembali ke media TSA yang baru
dengan metode gores dan diinkubasi selama 2 x 24 jam. Bakteri
yang tumbuh diuji reaksi hipersitifnya untuk memastikan
patogenisitasnya.

4. Seleksi rizobakteri

a. Reaksi hipersensitif

Reaksi hipersensitif (HR) rizobakteri dan Pnss dilakukan


untuk mengetahui patogenisitasnya. Pengujian dilakukan
terhadap daun tanaman Nicotiana tabacum sehat. Isolat bakteri uji
disuspensikan sampai larutannya terlihat jenuh, kira-kira 10 8 CFU/mL
13

(pembanding larutan Mc Farland skala 8). Inokulum disuntikkan pada jaringan


permukaan bawah daun, kemudian diselubungi dengan plastik bening untuk
menjaga kelembaban. Isolat Pnss digunakan sebagai kontrol positif.
Bakteri dinyatakan bersifat HR positif apabila menimbulkan
gejala nekrosis pada permukaan daun dalam waktu 2 x 24 jam
setelah inokulasi (Klement et al., 1990).

b. Uji hemolisin

Uji hemolisin bertujuan untuk mengetahui sifat bakteri yang tergolong


patogen pada manusia. Uji hemolisin dilakukan dengan cara menyiapkan kertas
saring steril berukuran 5 mm kemudian dicelupkan kedalam suspensi masing-
masing rizobakteri yang teruji negatif pada uji HR. Kertas saring kemudian
ditempatkan pada media agar darah lalu diinkubasi selama 24 jam (Osek, 2004
dalam Suardana et al., 2014).

c. Uji pemacuan pertumbuhan tanaman jagung oleh

rizobakteri (PGPR)

Kemampuan rizobakteri dalam memacu pertumbuhan


tanaman jagung diukur berdasarkan kemampuannya dalam
meningkatkan perkecambah benih jagung. Rizobakteri yang tidak
tergolong patogen (berdasarkan uji HR dan uji hemolisin)
ditumbuhkan pada media TSA dan diinkubasi selama 48 jam.
Rizobakteri yang tumbuh disuspensikan ke dalam akuades steril.
Benih jagung disterilkan dengan cara merendam benih ke dalam
larutan Natrium Hipoklorit 2% selama 3 menit, setelah itu dibilas
dengan akuades steril sebanyak 2 kali. Selanjutnya benih
tersebut dikering-anginkan. Setelah kering, benih jagung
direndam ke dalam suspensi rizobakteri selama 6 jam dan
sebagai kontrol benih jagung direndam dengan akuades steril.
Jumlah benih yang diberi perlakuan per masing-masing
rizobakteri adalah 10 benih. Benih yang telah diberikan
14

perlakuan tersebut dikecambahkan pada media kertas saring


yang dijaga kelembabannya di dalam petri dish. Tiap perlakuan
diulang sebanyak 3 kali. Parameter yang diamati adalah panjang
plumula, panjang radikula dan jumlah radikula yang muncul.
Pengamatan dilakukan pada umur perkecambahan 1 minggu.

d. Uji antagonisme rizobakteri tanaman jagung terhadap

Pantoea stewartii subsp. stewartii

Pengujian dilakukan pada media TSA dengan metode Difusi


Kertas Cakram-Agar (Madigan et al., 1997). Masing-masing isolat
rizobateri yang berpotensi memicu pertumbuhan tanaman dan
Pnss dibiakkan pada media TSA selama 48 jam, kemudian
disuspensikan dengan akuades steril. Suspensi bakteri dibuat
dengan cara mengambil koloni bakteri menggunakan jarum ose
kemudian dimasukkan ke dalam 9 ml akuades steril. Suspensi
kemudian dihomogenkan dengan vortex. Suspensi diusahakan
mencapai 108 Cfu/ml (pembanding larutan Mc Farland skala 8). Pengujian
sifat antagonis isolat rizobakteri dilakukan dengan meletakkan 5
potongan kertas saring steril berdiameter 5 mm pada cawan
petri yang berisi media TSA yang telah disebar 100 µl suspensi
isolat Pnss sebelumnya. Pada 4 kertas saring kemudian
diteteskan 10 µl suspensi isolat rizobakteri (10 8 Cfu/ml) dan
sebagai kontrol 1 kertas saring (posisi di tengah) ditetesi dengan
10 µl akuades steril (Sigee 1993). Masing-masing isolat
rizobakteri diuji 4 kali dan peubah yang diamati adalah diameter
zona hambat (zona bening) di sekeliling kandidat rizobakteri.
Pengamatan dilakukan setelah diinkubasi selama 3 x 24 jam.

5. Karakterisasi rizobakteri antagonis tanaman jagung


terhadap Pantoea stewartii subsp. stewartii

a. Morfologi rizobakteri
15

Pengamatan morfologi rizobakteri tanaman jagung yang


bersifat antagonis dilakukan dengan cara menggores kuadran
rizobakteri tersebut pada media TSA. Pengamatan dilakukan
setelah biakan berumur 24 sampai 48 jam. Parameter
pengamatan morfologi terdiri dari diameter, bentuk, warna,
elevasi dan tepian dari koloni tunggal masing-masing isolat
rizobakteri.

b. Uji gram rizobakteri

Sifat gram suatu bakteri dapat diketahui dengan metode


sederhana menggunakan KOH 3%. Sebanyak 1-2 tetes KOH 3%
diletakkan di atas kaca objek, kemudian diambil 1 ose biakan
murni bakteri uji dan dihomogenkan dengan larutan tersebut
selama 5-10 detik kemudian jarum ose diangkat. Apabila larutan
menjadi kental dan menghasilkan lendir, mengindikasikan bahwa
bakteri tersebut termasuk kelompok gram negatif. Apabila
larutan tetap encer dan tidak berlendeir maka bakteri bersifat
gram positif (Fahy dan Hayward, 1983 dalam Rahma, 2013).

c. Uji pelarut fosfat

Uji pelarut fosfat dilakukan menggunakan metode standar


yaitu dengan menumbuhkan isolat rizobakteri pada media
Pikovskaya Agar. Pengukuran yang dilakukan berupa rasio zona
bening dengan membandingkan diameter zona bening dan
diameter koloni setelah diinkubasi selama 2 minggu pada suhu
ruang (Rao & Sinha 1962; Rao, 1999). Zona bening yang terdapat
di sekeliling koloni diamati dan diukur indeks pelarutan fosfatnya
berdasarkan rumus:

Indeks Pelarutan Fosfat =

d iameter zona bening−diamater koloni (mm)


diameter koloni(mm)
16

d. Uji siderofor

Uji produksi siderofor dilakukan dengan menggunakan


media Chrome Azurol Sulfonat (CAS) Agar berdasarkan Husen
(2003). Uji produksi siderofor dilakukan dengan meletakkan
kertas saring berukuran 5 mm yang telah dicelupkan ke dalam
suspensi rizobakteri. Isolat yang mampu menghasilkan siderofor
ditandai dengan munculnya warna oranye.

e. Uji endospora

Bakteri uji diambil sebanyak 1 ose dan digoreskan pada


permukaan preparat steril kemudian dilakukan fiksasi. Preparat
yang telah diberi bakteri tersebut dibungkus dengan
menggunakan kertas saring lalu ditetesi malachite green
sebanyak 1 tetes dan didiamkan selama 4 menit, setelah itu
kertas saring dilepaskan dan preparat dibilas dengan air
mengalir. Preparat dikeringkan di atas api spiritus, kemudian
permukaan preparat ditetesi dengan safranin sebanyak 1 tetes.
Preparat tersebut kemudian didiamkan selama 5 menit. Preparat
diamati menggunakan mikroskop dengan perbesaran 1000x.

E. Pengamatan

1. Morfologi rizobakteri

Pengamatan dilakukan setelah biakan berumur 24 sampai


48 jam. Parameter pengamatan morfologi terdiri dari diameter,
bentuk, warna, elevasi dan tepian dari koloni tunggal masing-
masing isolat bakteri.

2. Reaksi hipersensitif

Bakteri dinyatakan bersifat HR positif apabila menimbulkan


gejala nekrosis pada permukaan daun Nicotiana tabacum dalam
waktu 2 x 24 jam setelah diinokulasi (Klement et al, 1990).
17

3. Uji hemolisin

Pengamatan dilakukan setelah rizobakteri diinkubasi


selama 24 jam. Bakteri dinyatakan bersifat patogen terhadap
manusia apabila terdapat zona bening di sekitar kandidat
rizobakteri.

4. Uji pemacuan pertumbuhan tanaman jagung oleh

rizobakteri

Parameter yang diamati adalah panjang plumula, panjang


radikula dan jumlah radikula yang muncul. Pengamatan
dilakukan pada umur perkecambahan 1 minggu.

5. Uji antagonisme rizobakteri tanaman jagung terhadap

Pantoea stewartii subsp. stewartii

Peubah yang diamati adalah diameter zona hambat (zona


bening) di sekeliling kandidat rizobakteri. Pengamatan dilakukan
setelah diinkubasi selama 3 x 24 jam.

6. Uji gram rizobakteri

Apabila larutan menjadi kental dan menghasilkan lendir


mengindikasikan bahwa bakteri tersebut termasuk kelompok
gram negatif, sedangkan yang tidak kental dan tidak
menghasilkan lendir mengindikasikan bahwa bakteri tersebut
termasuk kelompok gram positif.

7. Uji pelarut fosfat

Pengukuran yang dilakukan berupa rasio zona bening


dengan membandingkan diameter zona bening dan diameter
koloni setelah diinkubasi selama 2 minggu pada suhu ruang (Rao
& Sinha 1962; Rao, 1999).

8. Uji siderofor
18

Isolat yang mampu menghasilkan siderofor ditandai dengan


munculnya warna oranye di sekitar koloni rizobakteri yang
tumbuh. Pengamatan dilakukan setelah rizobakteri diinkubasi
selama 24 jam.

9. Uji endospora

Pengamatan dilakukan terhadap warna sel yang muncul. Sel


spora akan berwarna hijau karena mengikat warna dari
malachite green, sedangkan sel vegetatif akan berwarna merah
muda karena menyerap warna larutan safranin.

DAFTAR PUSTAKA

Agustian. 2008. Isolasi dan Karakterisasi Rhizobakteria Penghasil


IAA dari Rhizosfir Titonia (Tithonia diversifolia).
https://www.google.com/
artikel_fundamental_agustian_2009.doc [16 Mei 2015]

Agustiansyah, S. Ilyas, Sudarsono, M. Machmud. 2013.


Karakterisasi Rizobakteri yang Berpotensi Mengendalikan
Bakteri Xanthomonas oryIzae pv . oryzae dan
Meningkatkan Pertumbuhan Tanaman Padi. Jurnal HPT
Tropika. 13(1): 42-51.

Akhtar, A., Hisamuddin, M.I., Robab, Abbasi, and R. Sharf. 2012.


Plant Growth Promoting Rhizobacteria : An overview. J.
National. Production Plant Resources 2 (1) : 19-31.

A’yun, K.Q., T. Hadiastono, M. Martosudiro. 2013. Pengaruh


Penggunaan PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria)
terhadap Intensitas TMV (Tobacco Mosaic Virus),
Pertumbuhan, dan Produksi pada Tanaman Cabai Rawit
(Capsicum Frutescens L.). Jurnal HPT 1(1):47-57.

Badan Pusat Statistik. 2014. Statistik Indonesia Statitical


Yearbook of Indonesia. Katalog BPS: 1101001.
http://www.bps.go.id/ [26 November 2015]
19

Badan Pusat Statistik. 2015. Statistik Indonesia Statitical


Yearbook of Indonesia. Katalog BPS: 1101001.
http://www.bps.go.id/.[27 November 2015].

Badan Pusat Statistik. 2015. Produksi Jagung Menurut Provinsi.


http://www.bps.go.id/index.php [27 November 2015].

Das, A.J., M. Kumar, dan R. Kumar. 2013. Plant Growth-Promoting


Rhizobacteria (Pgpr): An Alternatif of Chemical Fertilizer for
Suistainable, Environtment Friendly Agriculture. Research
Journal of Agriculture and Foresty Sciences. 1(4): 21-23.

Desi, Y., T. Habazar., Agustian., U. Khairul., Syamsuwirman, dan P.


Novia. 2014. Karakteristik Morfologi dan Fisiologi Isolat
Pantoea stewartii subsp. stewartii pada Jagung. Jurnal
Fitopatologi Indonesia. 10 (2): 45-52.

Dobbelaere S, Vanderleyden J e Okon Y (2003) Plant growth-


promoting effects of diazotrophs in the rhizosphere. Crit Rev
Plant Sci. 22: 107-149.

EPPO. 2006. Diagnostic Pantoea stewartii subsp. stewartii.


Buletin OEPP/EPPO. 36: 111-115.

Eric, C., C. McKenzie. 2004. Stewart’s wilt of maize (Pantoea


stewartii subsp. stewartii). NSW Department of Primary
Industries Agricultural Institute Forest Road, Orange NSW
2800. http://stewart-wilt-of-maize-dp-2004. [2 Juni 2015]

Erturk, Y., S. Ercisli, A., Haznedar, dan R. Cakmakel. 2010. Effect


of Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR) on Rooting
and Root Growth of Kiwi Fruit (Actinidia deliclosa Stem
Cuttings). Bio. Res. 43:91-98.

Gangadara, N.B., Saifulla, R. Nagaraja, and M.K. Basavaraja.


2010. Biological Control of Fusarium oxysforum f.sp. Vanillae
The Casual Agent of Stem Rot of Vanilla in Vitro.
International Journal of Science and Nature 1(2):259-261.

Habazar, T., dan Yaherwandi. 2006. Pengendalian Hayati Hama


dan Penyakit Tumbuhan. Universitas Andalas. Padang.

Husen, E. 2003. Screening of Soil Bacteria for Plant Growth


Promotion Activities In Vitro. Indo J Agri Sci. hal: 427-431.

Jatnika, W., A.L. Abadi, L.Q. Aini. 2013. Pengaruh Aplikasi Bacillus
sp. dan Pseudomonas sp. terhadap Perkembangan Penyakit
Bulai yang Disebabkan oleh Jamur Patogen
Peronosclerospora maydispada Tanaman Jagung. Jurnal.
1(4):19-29.
20

Klement, Z., K. Rudolph., and D.C. Sand. 1990. Methods in


Phytobacteriology. Academia Kiado Budafest. 148 hal.

Lipps,P.E., Anne E. D., and Dennis R. M. 2001. Stewart's Bacterial


Wilt and Leaf Blight of Corn. http://ohioline.osu.edu/ac-
fact/0037.html [24 November 2015].

Madigan, M.T., Martinko, J.M., and Parker J. [Eds]. 1997. Biology of


Microorganisms. 8th ed. Prentice Hall pper Saddle River
Press. London. 986 pp.

Meynet, C.E., J.F. Pothier, Y.M. loccoz, dan C. Prigent-combaret.


2011. The Psudomonas Secondary Metabolite 2,4-Diacetyl-
phoroglucinol is a Signal Inducing Rhizoplane Expression of
Azospirillium Genes Involved in Plant-Growth Promotion. The
American Phytopathological Society. 24(2):271-284.

Munif, A., dan A. Hipi. 2011. Potensi Bakteri Endofit Dan Rhizosfer
Dalam Meningkatkan Pertumbuhan Jagung. Seminar
Nasional Serealia.
http://balitsereal.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/1
upros11.pdf. [3 Desember 2015]

Munkvold, G.P. 2001. Corn Stewart’s Disease. Iowa State


University: University Extension PM 1627.

Orhan, E., A. Esitken, S. Ercisli, M. Turan, dan F. Sahin. 2006.


Effects of Plant Growth Promoting Rizhobacteria (Pgpr) on
Yield, Growth and Nutrient Contens in Organically Growing
Raspberry. Scientia Horticulturae 111: 38-43.

Pataky, J., and R. Ikin. 2003. The Risk of Introducing Erwinia


stewartii in Maize Seed. The International Seed Federation
Chemin du Reposoir 7 Switzerland.
http://www.apsnet.org/publications/apsnetfeatures/Pages/Ste
wartsWilt.aspx [3 Desember 2015]79 hal.

Pataky, J.K. 2004. Stewart Wilt of Corn. The Plant Health


Instructor. DOI:10.1094/PHI-1-2004-0113-01.
http://www.apsnet.org/publications [3 Desember 2015]

Peraturan Menteri Pertanian. 2015. Jenis Organisme Pengganggu


Tumbuhan Karantina. No: 51/Permentan/KR.010/9/2015.
http://www.hukumonline .com/pusatdata [3 Desember 2015]

Phukan, I., M. Madhab, M. Bordoloi, S.R. Sarmah, P. Dutta, R.


Begum, A. Tanti, S. Bora, S.C Nair, S. Rai, S. Debnath, dan
B.K. Barthakur. 2012. Eksploitation of RPTT microbes of tea
for improvement of plant growth and pest suppression: A
novel approach. Two and a Bud. 59:69-2012.
21

Rahma, H., Sinaga M. S, Surahman M and Giyanto. 2014. First


Report of Stewart Wilt of Maize Caused by Pantoea stewartii
subsp. stewartii In Bogor District, Indonesia. J. ISSAAS. 20(2):
131-141. Bogor: Bogor Agriculture University.

Rahma, H., M.S. Sinaga., M. Surahman., dan Giyanto. 2013.


Tingkat Kejadian Penyakit Layu Stewart pada Benih dan
Respon Beberapa Varietas Jagung terhadap Infeksi Pantoea
stewartii subsp. stewartii. J.HPT Tropika. ISSN1411-7525.
13(1): 1-9.

Rahma, H., dan Armansyah. 2008. Penyebaran Penyakit Stewart


oleh Bakteri Pantoea stewartii sebagai Penyakit Baru pada
Tanaman Jagung (Zea Mays) Studi Kasus di Pasaman Barat.
Padang: Universitas Andalas.

Rahma, H. 2013. Kajian Penyakit Layu Stewart pada Jagung yang


Disebabkan oleh Pantoea stewartii subsp. stewartii dan
Pengendaliannya dengan Agens Hayati [Disertasi]. Bogor.
Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. 193 point hal.

Rahma, H., M. Surahman., M.S. Sinaga., dan Giyanto. 2014.


Bakteri Endofit dan Kemampuannya Menekan Penyakit Layu
Stewart (Pantoea stewartii subsp. stewartii) pada Tanaman
Jagung. Prosiding Seminar dan Lokakarya: 486-495.

Rahma, H., Martinius., T. Maryono., dan R. Wulandari. 2014.


Deteksi cepat Patogen Terbawa Benih Jagung dengan Teknik
PCR dalam Sistem Sertifikasi Benih. No.
101/PL.220/I.1/3/2014.K.

Rahma, H., Martinius., Tri Maryono., dan R. Wulandari. 2014.


Deteksi Patogen Terbawa Benih pada Tanaman Jagung
Menggunakan Teknik Polymerase Chain Reaction (PCR). Hal:
167-175.

Ramamoorthy, V., R. Viswanathan, T. Raguchandr, V. Prakasam,


and R. Samiyappan. 2001. Induction of Systemic Resistance
by Plant Growth Promoting Rhizobacteria in Crop Plant
Against Pest and Disease. Crop Protection 20:1-11.

Rao, N. and Sinha, S. 1962. Soil Microorganisms and Plant


Growth. Oxford and IBM Publishing Co. (Terjemahan Susilo.H.
Mikroorganisme Tanah dan Pertumbuhan Tanaman. UI Press).

Rao, R.N.S. 1994. Advance in Agriculture Microbiology. Oxford &


IBH Publ. Co. New Delhi, Bombay, Calcuta.

Rytlewski, D.B., and K. William. 2007. Stewart Wilt of Corn.


Michigan State University: Age Field Crops Team.
22

Sallytha, A.A.M., H.S. Addy, P.A. Mihardjo. 2014. Penghambatan


Actinomycetes terhadap Erwinia carotovora subsp.
carotovorasecara in-vitro. Berkala Ilmiah Pertanian1(4): 70-
72.

Saravanakumar, D., C. Vijayakumar, N. Kumar, and R.


Samiyappan. 2007. RPTT-Induced Defense Responses in The
Tea Against
Blister Blight Disease. Crop Protection 26(4):556-565.

Sestria, N. 2011. Stabilitas Formula Bacillus subtilis Isolat RZ 2L2K


yang Disimpan pada Waktu dan Suhu Berbeda dalam
Pengendalian Penyakit Layu dan Hawar Daun Stewart
(Pantoea stewartii subsp. stewartii) Pada Tanaman Jagung.
[Skripsi]. Padang: Universitas Andalas.

Shurtleff, M. C. 1980. Compendium of Corn Diseases. Second


Edition. Aps Pres The Amerika Phytopathological Sociaty.
Sigee, D.C. 1993. Bacterial Plant Pathology. Cambrige. University
Press.

Singh, J.S. 2013. Plant Growth Promoting Rhizobacteria Potential


Microbes for Sustainable Agriculture.Resonance article :275-
281.

Soesanto L. 2008. Pengantar Pengendalian Hayati Penyakit


Tanaman. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Soesanto, L.
2013. Pengantar Pengendalian Hayati Penyakit Tanaman
Edisi Kedua. Jakarta: Rajawali Pers.

Stack, J., C. Jenifer., J.G. Loren., J.W. Robert. 2001. Stewart Wilt of
Corn. Historical Materials from University of Nebraska-Lincoln
Extension. University of Nebraska-Lincoln.

Stewart. 1897. A Bacterial Disease of Sweet Corn. New York


Agriculture Experiment Station Bulettin No 130.

Suardana, I.W., Iwan, H.U dan Michael, H.W. 2014. Identifikasi Escherichia coli
O157:H7 Dari Feses Ayam dan Uji Profil Hemolisisnya pada Media Agar
Darah. Jurnal Kedokteran Hewan. 8(1).

Sugito, R. 2015. Efektivitas Bacillus subtilis dalam Formula


Tepung yang Disimpan pada Waktu Berbeda dalam
Mengendalikan Penyakit LAYU stewart pada Tanaman Jagung
(Zea may L.) Di Lapangan.
http://katalog.pustaka.unand.ac.id/. [ 4 Desember 2015]
23

Sutariati G.A.K, Madiki A., Khaeruni A. 2014. Integrasi Teknik


Invigorasi Benih dengan Rizobakteri untuk Pengendalian
Penyakit dan Peningkatan Hasil Tomat. J. Fitopatologi

Taufik, M., A. Rahman, A. Wahab, dan S.H. Hidayat. 2010.


Mekanisme Ketahanan Terinduksi oleh Plant Growth
Promotting Rhizobacteria (PGPR) pada Tanaman Cabai
Terinfeksi Cucumber Mosaik Virus (CMV). J. Hort. 20(3):274-
283.

Thai Agricultural Standard. 2008. Diagnostic Protocals for


Pantoea stewartii subsp. stewartii Bacterial Wilt of Maize.
National Bureau of Agrucultural Commodity and Food
Standards Ministry of Agriculture and Cooperatives.
Bangkok. 10 hal.
http://www.acfs.go.th/standard/download/eng/Maize_wilt-
ENG.pdf. [4 Desember 2015]
Tahn, D.T., L.T. Tarn., N.T. Hanh, N.H. Tuyen, Bharathkumar,
Srinivasan, S.Y. Lee and K.S Park. 2009. Biologival Control of
Soilborne Disease on Tomato, Potatto and Black Paper by
Selectet RPTT in Greenhouse and Field in Vietnam. Plant
Pathology Journal 25(3): 263-269.

Tombe, M. 2013. Potensi Rizobakteri Pemacu Tumbuh Tanaman


sebagai Agen Pengendali Hayati Penyakit Tanaman
Perkebunan yang Ramah Lingkungan. Bogor: Balai Penelitian
Tanaman Rempah dan Obat.

Vessey, J.K. 2003. Plant Growth Promoting Rhizobacteria as


Biofertilizers. Plant Soil 255: 571-586.

Viveros, O.M., M.A. Jorquera, D.E. Crowley, G. Gajardo dan M.L.


Mora. 2010. Mechanism and partical considerationby
rhizobacteria. Journal Soil Science Plant Nutrition 10 (3) :
293-319.

Von Bodman S.B., Bauwer, W.D., Coplin D. L. 2003. Quorum


Sensing in Plant-Pathogenic Bacteria. Annu Rev Phytopathol
41: 455-482.

Wang, Shui, H. Wu, J. Qiao, L. Ma, J. Liu, Y. Xia and X. Gao. 2009.
Molecular Mechanism of Plant Growth Promotion and
Induced Virus by Bacillus spp. Journal Microbiology
biotechnology. http://www.jmb.or.kr/submission/
Journal/019/JMB019-10-27_FDOC_2.pdf. [10 Desember 2015]
24
1

Lampiran 1. Matrik Penelitian


Desembe
Januari Februari
No Kegiatan r

3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Isolasi Rizobakteri dan Peremajaan Pnss

2 Uji Hipersensitif dan Uji Hemolisin

3 Uji Pemacuan Pertumbuhan Tanaman Jagung


oleh Rizobakteri

4 Uji Antagonisme Rizobakteri

5 Karakterisasi Rizobakteri

6 Pengolahan Data

Jadwal penelitian :

1, 2, 3, 4 : Minggu
1

Lampiran 2. Denah Pengambilan Sampel Tanah

Padang

Kecamatan Kecamatan
Kuranji Pauh

Lahan 1 Lahan 2 Lahan 1 Lahan 2

Keterangan:

: titik pengambilan sampel tanah


1

Lampiran 3. Denah Pengacakan di Laboratorium Secara RAL


1. Uji Pemacuan Pertumbuhan Tanaman Jagung oleh Rizobakteri

Keterangan:
K : Kontrol
A-J : Perlakuan dengan rizobakteri
1,2 dan 3: ulangan ke...
1

2. Uji Antagonis

P1a P2b P3a P4c

P3c P4a P2c P1b

P2b P1c P4b P3b

Keterangan:

(lingkaran putih) : kontrol


(lingkaran berwarna) : rizobakteri
P : perlakuan
2

Lampiran 4. Komposisi Media yang Digunakan

A. Media Triptic Soy Agar (TSA) untuk 1 L


 40 g TSA granular
 Akuades 1 L
B. Media Triptic Soy Broth (TSB) untuk 1 L
 30 g TSB granular

 Akuades 1 L
C. Media King’s B untuk 1 L
 20.0 g Proteose peptone (Difco)
 1.5 g K2HPO4
 1.5 g MgSO47H2O
 15 ml glycerol
 Agar

 1 L Akuades
D. Media Chrome Azurol Sulfonat (Uji Siderofor) untuk 1/2 L
 25 ml Chrome Azurol Sulfonat
 20 ml Centyltrimethyl Ammonium Bromide
 5 ml FeCl3H2O

 20 g Triptic Soy Agar


 500 ml Akuades
E. Media Pikofskaya Agar untuk 1 L
 10 g glukosa
 5 g Ca3PO4
 0.5 g (NH4)2SO4
 0.2 g KCl
 0.1 g MgSO47H2O
 0.01 g MnSO4H2O
 0.5 g yeast extract
 0.01 g FeCl36H2O
 1 L akuades
3

F. Media Nutrient Broth (NB) untuk 1 L


 8 g Nutrient broth
 2 g K2HPO4
 2 g KH2PO4
 2.5 g glukosa
 1 L akuades
G. Media Agar Darah
 3 gram beef extract
 5 gram pepton
 15 gram agar
 pH 6,8
 1000 mL akuades

Anda mungkin juga menyukai