Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH METODOLOGI STUDI ISLAM

FILSAFAT ISLAM

Dosen Pembimbing:
Dr. Mibtadin, M.S.I.

Disusun oleh:
Putri Wulandari (192121009)

FAKULTAS SYARIAH
PRODI HUKUM KELUARGA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Filsafat islam merupakan salah satu bidang studi islam yang


keberadaannya telah menimbulkan pro dan kontra. Sebagian mereka yang
berpikiran maju dan bersifat liberal cenderung mau menerima pemikiran
filsafat islam.

Dengan mengkaji metodologi penelitian filsafat yang dilakukan


para ahli, maka kita dapat meraih kembali kejayaan islam dibidang ilmu
pengetahuan yang pernah dialami pada zaman klasik. Hal ini sangat
penting untuk menghadapi tantangan zaman era globalisasi yang semakin
berat.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian metodelogi filsafat Islam ?
2. Apa Saja Ruang lingkup filsafat Islam ?
3. Apa tujuan filsafat Islam ?
4. Apa Saja metode fislafat Islam ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian metodelogi filsafat Islam


2. Untuk mengetahui ruang lingkup filsafat Islam
3. Untuk mengetahui tujuan filsafat Islam
4. Untuk mengetahui metode fislafat Islam
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Filsafat Islam

Filsafat Islam menurut bahasa adalah susunan dari dua kalimat


yang berbeda yaitu antara filsafat dan Islam. Pengertian filsafat secara
bahasa adalah berpikir dan Islam adalah nama sebuah agama samawi yang
oleh Allah diutuskan kepada kepada Nabi Muhammad untuk
menyebarkannya dengan perantara Malaikat Jibril.

Filsafat Islam secara istilah dapat diartikan sebagai suatu ilmu yang
dicelup ajaran Islam dalam membahas hkikat kebenaran segala sesuatu.[1]

Terdapat beberapa pakar yang mengemukakan penapatnya tentang


filsafat Islam diantaranya :

1. Musa Asy’ari mengatakan bahwa filsafat Islam itu pada dasarnya


merupakan medan pemikiran yang terus berkembang dan berubah.
Dalam kaitan ini, diperlukan pendekatan historis terhapat filsafat Islam
yang tidak hanya menekankan pada studi tokoh, tetapi yang lebih
penting lagi adalah memahami proses dialektik pemikiran yang
berkembang melalui kajian-kajian tematik atas persoalan-persoalan
yang terjadi pada setiap zaman. Oleh karena itu, perlu dirumuskan
prinsip-prinsip dasar filsafat Islam, agar dunia pemikiran Islam terus
berkembang sesuai perubahan zaman. Filsafat Islam dapatlah diartikan
sebagai kegiatan pemikiran yang bercorak Islami. Islam disini menjadi
jiwa yang mewarnai suatu pemikiran. Filsafat disebut Islam bukan
karena yang melakukan aktivitas kefilsafatan itu orang yang beragama
Islam, atau orang yang berkebangsaan Arab atau dari segi objeknya
yang membahas mengenai pokok-pokok keislaman.
2. Amin Abdullah, dalam hubungan ini ia mengatakan: “Meskipun saya
tidak setuju untuk mengatakan bahwa filsafat Islam tidak lain dan tidak
bukan adalah rumusan pemikiran muslim yang ditempeli begitu saja
dengan konsep filsafat Yunani, namun sejarah mencatat bahwa mata
rantai yang menghubungkan gerakan pemikiran filsafat Islam era
kerajaan Abbasiyah dan dunia luar di wilayah Islam, tidak lain adalah
proses panjang asimilasi dan akulturasi kebudayaan Islam dan

1
A. Khudori Sholeh, Wacana Baru Filsafat Islam, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2004, hal 5-6
kebudayaan Yunani lewat karya-karya filosof muslim, seperti Al-
Kindi, Al-Farabi, Ibnu Miskawaih, Ibn Sina, Al-Ghazali, dan Ibn
Rusyd. Filsafat profetik (kenabian), sebagai contoh, tidak dapat kita
peroleh dari karya-karya Yunani. Filsafat kenabian adalah trade
mark filsafat Islam. Juga karya-karya Ibnu Bajjah (533 H/1138 M),
Ibnu Tufail (581 H/1185 M) adalah spesifik dan orisinal karya
filosof muslim. Memang al-Quran membawa cara yang sama sekali
baru untuk melihat Tuhan dan alam, dan juga membahas hukum-
hukum yang tidak dapat diredusir dalam filsafat Yunani.
3. Damardjati Supardjar berpendapat bahwa dalam istilah filsafat Islam
terdapat dua kemungkinan pemahaman konotatif. Pertama, filsafat
Islam dalam arti filsafat tentang Islam yang dalam bahasa inggris kita
kenal sebagai philosophy of islam. Dalam hal ini Islam menjadi bahan
telaah, objek material suatu studi dengan sudut pandang atau objek
formalnya, yaitu filsafat. Jadi di sini Islam menjadi genetivus
objectivus. kemungkinan kedua, ialah filsafat Islam dalam arti Islamic
philosophy, yaitu suatu filsafat yang Islami. Disini Islam
menjadi genetivus subjektivus, artinya kebenaran Islam terbabar pada
dataran filsafat.
4. Fuad al-Ahwani mengatakan bahwa filsafat Islam ialah pembahasan
meliputi berbagai soal alam semesta dan bermacam-macam masalah
manusi atas dasar ajaran-ajaran keagaman yang turun bersama lahirnya
agama Islam.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, filsafat Islam dapat


diketahui melalui lima cirinya sebagai berikut:

Dilihat dari segi sifat dan coraknya, filsafat Islam berdasar pada
ajaran Islam yang bersumberkan al-Quran dan al-Hadits. Dengan sifat dan
coraknya yang demikian itu, filsafat Islam berbeda dengan filsafat Yunani
atau filsafat Barat pada umumnya yang semata-mata mengandalkan akal
pikiran.

Dilihat dari segi ruang lingkup pembahasannya, filsafat Islam


mencakup pembahasan bidang fisika atau alam raya yang selanjutnya
disebut bidang kosmologi; masalah ketuhanan dan hal-hal lain yang
bersifat non materi, yang selanjutnya disebut bidang metafisika; masalah
kehidupan di dunia dan akhirat; masalah ilmu pengetahuah, kebudayaan
dan lain sebagainya; kecuali masalah zat Tuhan.
Dilihat dari segi datangnya, filsafat Islam sejalan dengan
perkembangan ajaran Islam itu sendiri, tepatnya ketika bagian dari ajaran
Islam memerlukan penjelasan secara rasional dan filosofis.

Dilihat dari segi yang mengembangkannya, filsafat Islam dalam


arti materi pemikiran filsafatnya, bukan kajian sejarahnya, disajikan oleh
orang-orang yang beragama Islam, seperti Al-Kindi, Al-Farabi, Al-
Ghazali, Ibnu Sina, Ibnu Rusyd, Ibnu Tufail dan Ibnu Bajjah.

Dilihat dari segi kedudukannya, filsafat Islam sejajar dengan


bidang studi keislaman lainnya seperti fiqih, ilmu kalam, tasawuf, sejarah
kebudayaan islam dan pendidikan islam.

Jadi, filsafat Islam adalah istilah yang mengacu kepada pemikiran-


pemikiran filsafat yang ditulis oleh para filosof muslim di dunia Islam
belahan Barat. Mereka disebut filosof muslim karena mereka adalah
pribadi-pribadi muslim yang setelah mempelajari dan mengembangkan
pemikiran filsafat, tidak dalam rangka untuk berteologi, tapi demi mencari
kebenaran dan mengamalkannya.[2]

B. Ruang Lingkup Filsafat Islam


Ruang lingkup filsafat Islam menurut beberapa ahli filsafat di
anataranya :
1. Al Kindi membagi filsafat menjadi 3 bagian, yaitu :
a. Ilmu fisika (ilmu-thabiyyat) sebagai tingkatan yang paling bawah.
b. IImu matematika (al-ilmur-riyadhi) sebagai tingkatan tengah-tengah.
c. Ilmu Ketuhanan (ilmur-rububiyyah) sebagai tingkatan yang paling
tinggi.
2. Al Farabi membagi filsafat menjadi dua bagian, yaitu :
a. Filsafat teori, yaitu mengetahui sesuatu yang ada, dimana seseorang
tidak bisa (tidak perlu) mewujudkannya dalam perbuatan. Bagian ini
meliputi : ilmu matematika, ilmu fisika, ilmu metafisika.
b. Filsafat amalan, yaitu mengetahui sesuatu yang seharusnya
diwujudkan dalam perbuatan dan yg menimbulkan kekuatan.

2
Cakrawala Ilmu, “Sejarah Filsafat Islam”, diakses dari
http://roro19.blogspot.com/2014/12/hadis.html, pada tanggal 12 september 2019 pukul 17:00
3. Ibnu Sina membagi filsafat menjadi dua bagian, yaitu :
a. Ilmu tentang cara turunnya wahyu dan makhluk-makhluk rohani
yang membawa wahyu itu; demikian pula bagaimana cara wahyu itu
disampaikan, dari sesuatu yang bersifat rohani kepada sesuatu yang
dapat dilihat dan didengar.
b. Ilmu keakhiratan, antara lain memperkenalkan kepada kita bahwa
manusia ini tidak dihidupkan lagi badannya, maka rohnya yang
abadi itulah yang akan mengalami siksaan dan kesenangan.[3]

C. Tujuan Filsafat Islam

Tujuan filsafat dalam Islam ialah bagaimana kita membuktikan


adanya Tuhan, dengan memperhatikan tanda-tanda yang ada di alam ini,
sehingga nantinya akan didapat iman yang sejati, keyakinan yang akurat.
Karena dalam filsafat Islam bukan hanya meliputi logika, fisika, dan
metafisika melainkan meliputi pula problem-problem besar filsafat seperti
soal wujud, esa, teori mengenal dan hubungan Tuhan dengan manusia.
Pada fase pertama. Segi pemikiran ketuhana pada kaum muslimin
masih bercorak “Islam murni” yang msih berada dalam lingkungan
kepercayaan Islam dan dasar-dasarnya, seperti persoalan pengertian iman
(bertambah–berkurangnya), hukum perbuatan dosa besar, qadha dan
ikhtiar dan sebagainya
Pada fase kedua, segi aqidah perkembangan pada kaum muslimin
telah megalami perkembangan, yaitu sejak bergaul dengan golongan diluar
Islam sampai pada masa-masa selanjutnya. Pada fase ini dapat dibagi
kedalam bebrapa masa yang mempunyai corak masing-masing, yaitu :
1. Masa penerjemahan dan pengulasanan buku-buku filsafat atau masa
pemaduan anatara pemikiran-pemikiran Yunani dengan ketentuan-
ketentuan agama. Seperti yang dialkukan oleh tokoh A-Kindi, Al-
Farabi, Ikhwanussafa, dan Ibnu Sina
2. Masa kritikan terhadap filsafat Yunani, sepeti yang dilkuakan oleh Al-
Ghazali
3. Masa Pembelaan terhadap filsafat Yunani dinegeri-negeri Islam bagian
barat (Spanyol dan sekitarnya), dan pada waktu yang sama filsafat
tidak dipakai untuk memperkuat kepercayaan, disamping upaya
mengintegrasikan dengan agama dengan cara lain. Tohohnya Ibn
Rusyd
4. Masa melangsungkan kritik terhadap filsafat Yunani beserta ulasan-
ulasannya dari golongan rasionalis (failsafat-filsafat Islam) dibwah
pengaruh buku Tahafutul al-Falsifah dismping mempersempit daerah-

3
Agsal RJ, “Makalah Metodologi Filsafat Islam”, diakses dari
https://acehkrak.blogspot.com/2016/01/makalah-metodelogi-filsafat-islam.html, pada tanggal 1
September 2019 pukul 18:30
daerah akal dalam memahami soal akidah, diseponsori oleh tokoh Al-
Iji, At-Thusi, dan Sa’aduddin At-Taftazani
5. Masa kritikan terhadap pemakaian metode pikiran dalam memahami
soal-soal akidah, yang berarti mengkritik cara aliran-aliran filsafat dan
teologi Islam dalam memperkuat kepercayaan. Tokoh masa ini ialah
Ibnu Taimiah & Ibn Al-Qayyim
6. Masa kritikan terhadap pemakaian metode pikiran dengan mengikuti
madzhab-madzhab akidah tertentu dalam memahami kepercayaan
agama
Dengan demikian wacana pemikiran Islam terus berkembang, dan
tahap demi tahap filsafat mendapat tempat tertentu dikalangan Muslimin.
Dengan banyak penelitian terhadap filsafat ini telah membuka cakrawala
pemikir-pemikir Muslim dan banyak meklahirkan ide-ide kreatif yang
kontruktif dalam mengkaji dan menguji pelbagai teori dalam filsafat itu
sendiri.[4]

D. Metode Filsafat Islam

Dalam khasanah filsafat Islam, dikenal ada tiga model metodologi


berpikir, yakni bayani, burhani, dan irfani. Metode berpikir bayani adalah
model berpikir yang didasarkan pada teks. Teks sucilah yang memiliki
otoritas penuh untuk memberikan arah dan arti dari kebenaran yang dicari,
sedangkan rasio berfungsi sebagai “pengawal” untuk memahami
kebenaran di balik otoritas teks tersebut. Metode berpikir burhani adalah
metode berpikir yang tidak didasarkan pada teks ataupun pengalaman
spiritual, melainkan atas dasar keruntutan logika. Bahkan, pada tahap
tertentu, keberadaan teks suci bahkan pengalaman spiritual baru dapat
diterima jika sesuai dengan aturan berpikir logis. Sedangkan metode
berpikir irfani adalah metodologi berpikir yang berbasis pada pengalaman
batin yang bersifat langsung (direct experience) atas realitas spiritual
keagamaan. Karena itu, nalar irfani menyasar pada dimensi esoteris dari
kebenaran, dan dalam hal ini rasio digunakan untuk menjelaskan
pengalaman-pengalaman spiritual tersebut secara logis dan sistematis.

4
Agsal RJ, “Makalah Metodologi Filsafat Islam”, diakses dari
https://acehkrak.blogspot.com/2016/01/makalah-metodelogi-filsafat-islam.html, pada tanggal 1
September 2019 pukul 18:30
Idealnya ketiga model berpikir tersebut bekerja secara sinergis dan
berjalin-kelindan dalam mengurai makna tiap-tiap kebenaran berdasarkan
disiplin ilmu dan perspektif yang berbeda. Nalar bayani digunakan untuk
memahami teks dalam pendekatan kebahasaan dan aspek normatifnya,
sedangkan nalar burhani menuntun untuk memaksimalisasi kerja rasio
dalam memahami teks dan sumber ilmu lainnya dengan berdasarkan
hokum-hukum logika, dan nalar irfani yang menyasar aspek batin dari teks
dan pengetahuan berfungsi untuk memahami kebenaran secara langsung
dengan kehadiran (knowledge by presence).
Nalar bayani digunakan dalam lapangan ilmu fiqh (yurispredensi
Islam), nalar burhani digunakan untuk mengembangkan lapangan
keilmuan rasional, sperti filsafat, humaniora, sains, dan lain-lain,
sedangkan nalar irfani digunakan dalam memahami bidang sufisme dan
kajian esoterisme Islam. Ketiga model berpikir tersebut masing-masing
memiliki kelemahan dan kelebihannya sendiri-sendiri, yang jika
digunakan secara parsial maka akan sangat rentan pada kelemapahan
pengembangan keilmuan dan sangat mustahil untuk bisa menghasilkan
khasanah ilmu Islam yang holistik. Ketiganya membentuk gugus
epistemologi Islam yang komprrehensif-integratif dalam bingkai keilmuan
yang ilmiah-intuitif-normatif.[5]

5
Fadhilah NF, “Metodologi Filsafat Islam”,
http://fadhilahnurf.blogspot.com/2015/06/metodologifilsafat-islam-oleh-siti.html, diakses pada 15
September 2019 pukul 19:20
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah saya membuat makalah ini saya dapat mengetahui lebih


jelas tentang Metodelogi Filsafat Islam yaitu Ilmu yang membahas
tentang cara berpikir tentang ilmu atau pengetahuan dalam Islam. Tujuan
filsafat dalam Islam ialah bagaimana kita membuktikan adanya Tuhan,
dengan memperhatikan tanda-tanda yang ada di alam ini, sehingga
nantinya akan didapat iman yang sejati, keyakinan yang akurat. Karena
dalam filsafat Islam bukan hanya meliputi logika, fisika, dan metafisika
melainkan meliputi pula problem-problem besar filsafat seperti soal
wujud, esa, teori mengenal dan hubungan Tuhan dengan manusia. Dalam
khasanah filsafat Islam, dikenal ada tiga model metodologi berpikir,
yakni bayani, burhani, dan irfani.

B. Saran

Semoga setelah membaca dan memahami makalah ini kita bisa


lebih mengerti dan lebih paham tentang Metodologi Studi Islam.
DAFTAR PUSTAKA

 A. Khudori Sholeh, Wacana Baru Filsafat Islam, Pustaka


Pelajar, Yogyakarta, 2004
 https://acehkrak.blogspot.com/2016/01/makalah-metodelogi-filsafat-
islam.html
 http://fadhilahnurf.blogspot.com/2015/06/metodologifilsafat-islam-oleh-
siti.html
 http://roro19.blogspot.com/2014/12/hadis.html

Anda mungkin juga menyukai