FILSAFAT ISLAM
Dosen Pembimbing:
Dr. Mibtadin, M.S.I.
Disusun oleh:
Putri Wulandari (192121009)
FAKULTAS SYARIAH
PRODI HUKUM KELUARGA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian metodelogi filsafat Islam ?
2. Apa Saja Ruang lingkup filsafat Islam ?
3. Apa tujuan filsafat Islam ?
4. Apa Saja metode fislafat Islam ?
C. Tujuan
PEMBAHASAN
Filsafat Islam secara istilah dapat diartikan sebagai suatu ilmu yang
dicelup ajaran Islam dalam membahas hkikat kebenaran segala sesuatu.[1]
1
A. Khudori Sholeh, Wacana Baru Filsafat Islam, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2004, hal 5-6
kebudayaan Yunani lewat karya-karya filosof muslim, seperti Al-
Kindi, Al-Farabi, Ibnu Miskawaih, Ibn Sina, Al-Ghazali, dan Ibn
Rusyd. Filsafat profetik (kenabian), sebagai contoh, tidak dapat kita
peroleh dari karya-karya Yunani. Filsafat kenabian adalah trade
mark filsafat Islam. Juga karya-karya Ibnu Bajjah (533 H/1138 M),
Ibnu Tufail (581 H/1185 M) adalah spesifik dan orisinal karya
filosof muslim. Memang al-Quran membawa cara yang sama sekali
baru untuk melihat Tuhan dan alam, dan juga membahas hukum-
hukum yang tidak dapat diredusir dalam filsafat Yunani.
3. Damardjati Supardjar berpendapat bahwa dalam istilah filsafat Islam
terdapat dua kemungkinan pemahaman konotatif. Pertama, filsafat
Islam dalam arti filsafat tentang Islam yang dalam bahasa inggris kita
kenal sebagai philosophy of islam. Dalam hal ini Islam menjadi bahan
telaah, objek material suatu studi dengan sudut pandang atau objek
formalnya, yaitu filsafat. Jadi di sini Islam menjadi genetivus
objectivus. kemungkinan kedua, ialah filsafat Islam dalam arti Islamic
philosophy, yaitu suatu filsafat yang Islami. Disini Islam
menjadi genetivus subjektivus, artinya kebenaran Islam terbabar pada
dataran filsafat.
4. Fuad al-Ahwani mengatakan bahwa filsafat Islam ialah pembahasan
meliputi berbagai soal alam semesta dan bermacam-macam masalah
manusi atas dasar ajaran-ajaran keagaman yang turun bersama lahirnya
agama Islam.
Dilihat dari segi sifat dan coraknya, filsafat Islam berdasar pada
ajaran Islam yang bersumberkan al-Quran dan al-Hadits. Dengan sifat dan
coraknya yang demikian itu, filsafat Islam berbeda dengan filsafat Yunani
atau filsafat Barat pada umumnya yang semata-mata mengandalkan akal
pikiran.
2
Cakrawala Ilmu, “Sejarah Filsafat Islam”, diakses dari
http://roro19.blogspot.com/2014/12/hadis.html, pada tanggal 12 september 2019 pukul 17:00
3. Ibnu Sina membagi filsafat menjadi dua bagian, yaitu :
a. Ilmu tentang cara turunnya wahyu dan makhluk-makhluk rohani
yang membawa wahyu itu; demikian pula bagaimana cara wahyu itu
disampaikan, dari sesuatu yang bersifat rohani kepada sesuatu yang
dapat dilihat dan didengar.
b. Ilmu keakhiratan, antara lain memperkenalkan kepada kita bahwa
manusia ini tidak dihidupkan lagi badannya, maka rohnya yang
abadi itulah yang akan mengalami siksaan dan kesenangan.[3]
3
Agsal RJ, “Makalah Metodologi Filsafat Islam”, diakses dari
https://acehkrak.blogspot.com/2016/01/makalah-metodelogi-filsafat-islam.html, pada tanggal 1
September 2019 pukul 18:30
daerah akal dalam memahami soal akidah, diseponsori oleh tokoh Al-
Iji, At-Thusi, dan Sa’aduddin At-Taftazani
5. Masa kritikan terhadap pemakaian metode pikiran dalam memahami
soal-soal akidah, yang berarti mengkritik cara aliran-aliran filsafat dan
teologi Islam dalam memperkuat kepercayaan. Tokoh masa ini ialah
Ibnu Taimiah & Ibn Al-Qayyim
6. Masa kritikan terhadap pemakaian metode pikiran dengan mengikuti
madzhab-madzhab akidah tertentu dalam memahami kepercayaan
agama
Dengan demikian wacana pemikiran Islam terus berkembang, dan
tahap demi tahap filsafat mendapat tempat tertentu dikalangan Muslimin.
Dengan banyak penelitian terhadap filsafat ini telah membuka cakrawala
pemikir-pemikir Muslim dan banyak meklahirkan ide-ide kreatif yang
kontruktif dalam mengkaji dan menguji pelbagai teori dalam filsafat itu
sendiri.[4]
4
Agsal RJ, “Makalah Metodologi Filsafat Islam”, diakses dari
https://acehkrak.blogspot.com/2016/01/makalah-metodelogi-filsafat-islam.html, pada tanggal 1
September 2019 pukul 18:30
Idealnya ketiga model berpikir tersebut bekerja secara sinergis dan
berjalin-kelindan dalam mengurai makna tiap-tiap kebenaran berdasarkan
disiplin ilmu dan perspektif yang berbeda. Nalar bayani digunakan untuk
memahami teks dalam pendekatan kebahasaan dan aspek normatifnya,
sedangkan nalar burhani menuntun untuk memaksimalisasi kerja rasio
dalam memahami teks dan sumber ilmu lainnya dengan berdasarkan
hokum-hukum logika, dan nalar irfani yang menyasar aspek batin dari teks
dan pengetahuan berfungsi untuk memahami kebenaran secara langsung
dengan kehadiran (knowledge by presence).
Nalar bayani digunakan dalam lapangan ilmu fiqh (yurispredensi
Islam), nalar burhani digunakan untuk mengembangkan lapangan
keilmuan rasional, sperti filsafat, humaniora, sains, dan lain-lain,
sedangkan nalar irfani digunakan dalam memahami bidang sufisme dan
kajian esoterisme Islam. Ketiga model berpikir tersebut masing-masing
memiliki kelemahan dan kelebihannya sendiri-sendiri, yang jika
digunakan secara parsial maka akan sangat rentan pada kelemapahan
pengembangan keilmuan dan sangat mustahil untuk bisa menghasilkan
khasanah ilmu Islam yang holistik. Ketiganya membentuk gugus
epistemologi Islam yang komprrehensif-integratif dalam bingkai keilmuan
yang ilmiah-intuitif-normatif.[5]
5
Fadhilah NF, “Metodologi Filsafat Islam”,
http://fadhilahnurf.blogspot.com/2015/06/metodologifilsafat-islam-oleh-siti.html, diakses pada 15
September 2019 pukul 19:20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran