MODUL PRAKTIKUM FTS Solid 2019
MODUL PRAKTIKUM FTS Solid 2019
FTS Solida
TAHUN AJARAN 2019/2020
OLEH :
Desy Nawangsari, M.Farm., Apt.
Ns. Martyarini B,S., S.Kep., M.Kep. Ikhwan Yuda Kusuma, M.Si., Apt.
NIK. 107009180384 NIK. 113311151290
Menyetujui,
Rektor Universitas UHB
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kehadiran Allah SWT, hanya dengan izinnya Modul
Praktikum FTS Solid ini dapat tersusun. Modul praktikum FTS Solid ini disusun
untuk memberikan panduan bagi para mahasiswa S1 Farmasi Universitas
Harapan Bangsa Purwokero untuk memahami proses kegiatan praktikum FTS
Solida ini.
Penyusun menyadari bahwa modul ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, tegur sapa dan koreksi diharapkan untuk perbaikan petunjuk praktikum ini.
Semoga buku pedoman praktikum ini dapat memberikan manfaat besar bagi para
mahasiswa. Aamiin.
Penyusun
iii
TATA TERTIB PRAKTIKUM FTS SOLID
iv
13. Pengamatan praktikum yang dilakukan diluar jam praktikum harus
didampingi oleh asisten. Praktikan bisa membuat kesepakatan dengan asisten
sesuai kebutuhan dan waktu yang diperlukan.
14. Buatlah catatan lengkap (termasuk gambar – gambar) dari setiap acara
praktikum yang telah dilakukan.
15. Untuk mengikuti praktikum selanjutnya diharuskan sudah menyelesaikan
pembahasan, kesimpulan dan disertai pustaka yang diacu. Bila pada saat itu
belum menyelesaikannya maka nilai laporan sama dengan NOL.
16. Bila praktikan berhalangan dan tidak dapat mengikuti acara praktikum yang
menyebabkan nilai – nilainya kosong, maka nilai akhir adalah seluruh nilai
yang ada dan kemudian dikonversikan berdasarkan standar nilai yang telah
ditetapkan.
v
EVALUASI PRAKTIKUM
Evaluasi praktikum FTS Solid merupakan 30% dari total nilai mata kuliah FTS Solid.
Evaluasi praktikum FTS Solid memiliki 4 komponen penilaian, yaitu:
1. Skill Lab : (Nilai maksimal : 90)
(25%) Kesiapan praktikan (tidak terlambat, menggunakan jas dan alat
pelindung). (Bobot nilai : 15)
Praktikan mengumpulkan laporan sementara (Lampiran 1)
dengan benar dan mengumpulkan tepat waktu (sebelum
praktikum dimulai) (Bobot nilai : 20)
Praktikan mengerjakan sendiri semua acara/percobaan dan
apakah aktivitasnya seimbang dengan patner dalam kelompok.
Praktikan mengerjakan praktikum secara lengkap (persiapan,
pelaksanaan percobaan, merapikan, membersihkan dan
memberesi alat dan bahan setelah praktikum berakhir). (Bobot
nilai : 40)
Praktikan menyelesaikan praktikum sesuai waktu yang
ditentukan. (Bobot nilai : 15)
vi
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul............................................................................................................................ i
Halaman Pengesahan .............................................................................................................. ii
Kata Pengantar .......................................................................................................................... iii
Tata Tertib Praktikum ............................................................................................................ iv
Evaluasi Praktikum .................................................................................................................. vi
Daftar Isi ....................................................................................................................................... viii
Percobaan 1. Kurva Laju Pengeringan ............................................................................. 1
Percobaan 2. Pengaruh Ukuran Partikel ........................................................................... 5
Percobaan 3. Kempa Langsung .......................................................................................... 8
Percobaan 4. Granulasi Basah ............................................................................................. 10
Percobaan 5. Granulasi Kering ........................................................................................... 12
Percobaan 6. Pulveres dan Kapsul ..................................................................................... 15
Daftar Pustaka
Lampiran 1. Format Laporan Sementara
Lampiran 2. Format Laporan Akhir
[1]
vii
Petunjuk Praktikum FTS Solida 2019
PERCOBAAN 1
KURVA LAJU PENGERINGAN
A. TUJUAN PRAKTIKUM
Setelah melakukan praktikum ini, mahasiswa diharapkan mampu :
- Melakukan pembuatan granul
- Melakukan perhitungan Moisture Content (MC) dalam granul akibat perlakuan
panas selama proses pengeringan
B. DASAR TEORI
Pengeringan merupakan proses pengurangan kadar air suatu bahan hingga
mencapai kadar air tertentu. Dasar proses pengeringan adalah terjadinya
penguapan air bahan ke udara karena perbedaan kandungan uap air antara udara
dengan bahan yang dikeringkan. Agar suatu bahan dapat menjadi kering, maka
udara harus memiliki kandungan uap air atau kelembaban yang lebih rendah dari
bahan yang akan dikeringkan (Trayball E.Robert, 1981).
Menurut Brooker, et al., (1974), beberapa parameter yang mempengaruhi
waktu yang dibutuhkan dalam proses pengeringan, antara lain :
a. Suhu Udara Pengering
Laju penguapan air bahan dalam pengeringan sangat ditentukan oleh
kenaikan suhu. Bila suhu pengeringan dinaikkan maka panas yang
dibutuhkan untuk penguapan air bahan menjadi berkurang. Suhu udara
pengering berpengaruh terhadap lama pengeringan dan kualitas bahan hasil
pengeringan. Makin tinggi suhu udara pengering maka proses pengeringan
makin singkat.
b. Kelembaban Relatif Udara Pengering.
Kelembaban udara berpengaruh terhadap pemindahan cairan dari dalam ke
permukaan bahan. Kelembaban relatif juga menentukan besarnya tingkat
kemampuan udara pengering dalam menampung uap air di permukaan
bahan. Semakin rendah RH udara pengering, maka makin cepat pula proses
pengeringan yang terjadi, karena mampu menyerap dan menampung uap air
lebih banyak dari pada udara dengan RH yang tinggi. Laju penguapan air
dapat ditentukan berdasarkan perbedaan tekanan uap air pada udara yang
mengalir dengan tekanan uap air pada permukaan bahan yang dikeringkan.
Tekanan uap jenuh ini ditentukan oleh besarnya suhu dan kelembaban relatif
udara. Semakin tinggi suhu, kelembaban relatifnya akan turun sehingga
tekanan uap jenuhnya akan naik dan sebaliknya.
D. CARA KERJA
1. Timbng cawan petri kosong (wadah dan tutupnya)
2. Timbang Saccharum lactis dan Amilum manihot masing-masing 100 gram,
masukkan kedalam mikser dan campur sampai homogen (5 menit)
3. Buat gelatin 5% sebanyak 100 ml, lalu tambahkan pada campuran (2) sedikit
demi sedikit sebanyak 30 ml, campur homogen sampai terbentuk granul,
kemudian ayak dengan ayakan No.12
4. Timbang granul basah sebanyak 25 gram, sebanyak 6 kali dan masukkan
masing-masing kedalam cawan petri. (setiap cawan petri mengandung 25
gram granul)
5. Masukkan ke enam cawan petri dengan hati-hati kedalam almari pengering
dan keringkan pada suhu 60◦ C. Selama pengeringan cawan petri dalam
keadaan terbuka (tutupnya dilepas)
6. Setelah waktu tertentu keluarkan sebuah cawan petri dari almari pengering
dalam keadaan tertutup, dinginkan dan timbang. Waktu pengeringan: 15, 30,
60, 90, 120 menit, 1 hari, 2 hari, 3 hari dan 1 minggu
7. Biarkan satu cawan petri dalam almari pengering dan lanjutkan pengeringan
sampai satu minggu
8. Timbang berat granul setelah pengeringan selama satu minggu dan catat
sebagai berat granul kering.
Evaluasi
1. Pada setiap waktu pengamatan, hitung :
a. Berat cawan petri kosong
b. Berat cawan petri dan granul mula-mula
c. Berat cawan petri + berat granul; setelah pengeringan selama waktu tertentu
d. Berat cawan petri + berat granul setelah pengeringan
2. Hitung kandungan lembab / Moisture content (MC) untuk setiap waktu
pengeringan
3. Buat kurva laju pengeringan dengan memplotkan MC sebagai fungsi waktu
pengeringan.
Contoh perhitungan kandungan lemabab setelah waktu pengeringan selama 30
menit (MC30)
a. Sebelum pengeringan
(t = 0 menit) Berat petri + granul basah = 225,000 g
Berat petri = 200,000 g
Berat granul basah = 25,000 g
b. Setelah pengeringan
(t = 30 menit) Berat petri + granul basah = 223,750 g
Berat petri = 200,000 g
Pertanyaan
1. Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi laju pengeringan suatu granul!
2. Untuk menghitung MC, dalam percobaan diatas sampai batas apa pengeringan
granul dilakukan? Mengapa demikian!
3. Apakah semakin kecil MC suatu granul akan semakin baik sifat alirnya? Jelaskan
jawaban saudara!
PERCOBAAN 2
PENGARUH UKURAN PARTIKEL TERHADAP FLUIDITAS GRANUL
A. TUJUAN PRAKTIKUM
Untuk mengetahui pengaruh ukuran partikel terhadap fluiditas granul
B. DASAR TEORI
Ukuran partikel bahan obat padat mempunyai peranan penting dalam
farmasi, sebab ukuran partikel mempunyai pengaruh yang besar dalam
pembuatan sediaan obat dan juga terhadap efek fisiologinya (Moechtar, 1990;
Sukandar, et al., 2008)).
Secara klinik, ukuran partikel suatu obat dapat mempengaruhi
pelepasannya dari bentuk-bentuk sediaan yang diberikan secara oral, parenteral,
rektal, dan topikal. Dalam bidang pembuatan tablet dan kapsul, pengendalian
ukuran partikel sangat penting sekali dalam mencapai sifat aliran yang
diperlukan dan pencampuran yang benar dari granul dan serbuk (Martin, et al.,
1993).
Penurunan ukuran partikel dapat meningkatkan laju absorpsi dan
berpengaruh pada proses pelarutan. Pengurangan ukuran partikel berperan
tidak hanya pada laju penyerapan tetapi juga pada kecilnya derajat kelarutan
suatu senyawa. Contoh pengaruh ukuran partikel pada penggunaan per oral
griseofulvin yang diabsorpsi secara lambat, dengan memperkecil ukuran
partikel, absorpsi dapat ditingkatkan. Sediaan tablet dapat berbeda dalam
ukuran, bentuk, berat, kekerasan, ketebalan, daya hancurnya, dan dalam aspek
lainnya tergantung pada cara pemakaian tablet dan metode pembuatannya
(Ansel, 1980; Gaikwad, 2010)
Bahan :
- Granulatum simplek 18/25 Mesh
- Granulatum simplek 25/35 Mesh
- Granulatum simplek 35/40 Mesh
- Granulatum simplek 40/50 Mesh
D. CARA KERJA
a. Pengamatan waktu alir/ kecepatan alir granul
1. Timbang granul seberat 100 gram, masukkan secara pelan-pelan lewat
tepi corong, sementara bagian bawah corong ditutup.
2. Buka penutupnya dan biarkan mengalir keluar
3. Catat berapa lama waktu yang diperlukan agar semua granul keluar lewat
mulut corong dengan menggunakan stopwatch
4. Ulangi percobaan sebanyak 3 kali
Catatan : masing-masing ukuran granul replikasi 3 kali.
ρm = 𝑊 (𝑔)/𝑉𝑚 (𝑚𝑙)
E. EVALUASI
1. Hitung sudut diam masing-masing ukuran granul
2. Buat kurva ukuran partikel sebagai fungsi sudut diam
3. Hitung harga Tap P (%) untuk masing-masing ukuran granul dan bandingkan!
4. Hitung nilai kompresibilitas ( C) dengan rumus sebagai berikut :
(Kerapatan mampat − kerapatan nyata)
Kompresibilitas = 𝑥 100%
Kerapatan mampat
Pertanyaan
1. Sebutkan faktor-faktor yang memperngaruhi fluiditas granul
2. Jelaskan pengaruh ukuran partikel terhadap fluiditas granul
3. Sebutkan parameter fluiditas granul yang baik
4. Jelaskan pentingnya fluiditas yang baik dari bahan pada pentabletan!
PERCOBAAN 3
PEMBUATAN TABLET SECARA KEMPA LANGSUNG
A. TUJUAN PRAKTIKUM
Mahasiswa mengetahui dan dan keterampilan tentang pembuatan tablet
secara kempa langsug dan kontrol sifat fisiknya.
B. DASAR TEORI
Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa
bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan dapat digolongkan sebagai tablet
cetak dan tablet kempa (FI IV, 1995).
Metode kempa langsung, yaitu pembuatan tablet dengan mengempa
langsung campuran zat aktif dan eksipien kering tanpa melalui perlakuan awal
terlebih dahulu. Metode ini merupakan metode yang paling mudah, praktis, dan
cepat pengerjaannya, namun, hanya dapat digunakan pada kondisi zat aktif yang
kecil dosisnya dan zat aktif yang tidak tahan terhadap panas dan lembab
(Chaerunissa dkk, 2009).
Zat aktif yang cocok untuk metode kempa langsung adalah:
1. Alirannya baik
2. Kompresibilitasnya baik
3. Bentuknya Kristal
4. Mampu menciptakan adhesifitas dan kohesifitas dalam massa tablet
(Musfikah, 2012).
Komponen-komponen dalam formulasi tablet kempa terdiri atas zat aktif,
bahan pengisi, bahan pengikat, desintegran, dan lubrikan. Selain itu, tablet dapat
juga mengandung bahan pewarna dan lak (bahan warna yang diabsorpsikan pada
alumunium hidroksida yang tidak larut) yang diizinkan, bahan pengaroma, dan
bahan pemanis (Syamsuni, 2006).
D. CARA KERJA
1. Tentukan formula/komposisi tablet
a. Tentukan bobot zat aktif untuk tiap tablet (sesuailan dengan dosis
pemakaian)
b. Tentukan bobot tablet yang dikehendaki
c. Tentukan pengikat yang sesuai
d. Tentukan bahan penghancur yang sesuai
e. Teentukan bahan pelican yang sesuai
f. Tentukan bahan pengisi yan sesuai (jika diperlukan)
2. Tentukan tahap-tahap pembuatan tablet secara kempa langsung
3. Cetak tablet sesuai dengan bobot yang telah ditentukan
4. Uji sifat fisik tablet
Catatan :
1. Untuk penentuan formula tiap kelompok diwajibkan mengacu pada jurnal
penelitian yang sesuai (digunakan sebagai bahan diskusi pada saat pretest)
2. Keseluruhan proses pembuatan dan evaluasi tablet didokumentasikan dalam
master formula. Master formula disahkan oleh ketua kelompok dan asisten
jaga.
Pertanyaan
1. Sebutkan bahan-bahan tambahan dalam pembuatan tablet secara kempa
langsung! Dan jelaskan fungsinya! Berikan contoh zat pada masing-masing
bahan tambahan tersebut!
2. Jelaskan tahap-tahap pembuatan tablet secara kempa langsung!
3. Sebutkan keuntungan dan kerugian pembuatan tabket secara kempa
langsung!
4. Sebutkan syarat suatu bahan bisa dibuat tablet secara cetak langsung!
PERCOBAAN 4
PEMBUATAN TABLET SECARA GRANULASI BASAH
A. TUJUAN PRAKTIKUM
Mahasiswa mengetahui dan memiliki keterampilan tentang pembuatan
tablet secara granulasi basah dan kontrol sifat fisiknya.
B. DASAR TEORI
Metode granulasi basah yaitu proses pencampuran partikel zat aktif dan
eksipien menjadi partikel yang lebih besar dengan menambahkan cairan
pengikat dalam jumlah yang tepat sehingga terjadi massa lembab yang dapat
digranulasi.
Pada umumnya metode pembuatan tablet dengan cara granulasi.
Granulasi merupakan suatu proses membesarkan ukuran partikel-partikel kecil
serbuk yang terikat satu sama lain menjadi besar yang dapat mengalir bebas.
Tujuan granulasi adalah membuat massa mengalir bebas, memadatkan
campuran bahan, membuat campuran seragam yang tidak memisah,
memperbaiki karakteristik kompresibilitas dari zat aktif, mengendalikan
kecepatan pelepasan zat aktif dari sediaan, mebgurangi debu dan meningkatkan
penampilan tablet (Lachman, 1994).
Granulasi basah yaitu memproses campuran partikel zat aktif dan
eksipien menjadi partikel yang lebih besar dengan menambahkan cairan
pengikat dalam jumlah yang tepat sehingga terjadi massa lembab yang dapat
digranulasi. Metode ini biasanya digunakan apabila zat aktif tahan terhadap
lembab dan panas. Umumnya untuk zat aktif yang sulit dicetak langsung karena
sifat aliran dan kompresibilitasnya tidak baik. Prinsip dari metode granulasi
basah adalah membasahi masa tablet dengan larutan pengikat teretentu sampai
mendapat tingkat kebasahan tertentu pula, kemudian masa basah tersebut
digranulasi (Lachman, 1994).
D. CARA KERJA
1. Tentukan formula/komposisi tablet
a. Tentukan bobot zat aktif untuk tiap tablet (sesuaikan dengan dosis
pemakaian)
b. Tentukan bobot tablet yang dikehendaki
c. Tentukan pengikat yang sesuai
d. Tentukan bahan penghancur yang sesuai
e. Teentukan bahan pelican yang sesuai
f. Tentukan bahan pengisi yan sesuai (jika diperlukan)
2. Tentukan tahap-tahap pembuatan tablet secara kempa langsung
3. Cetak tablet sesuai dengan bobot yang telah ditentukan
4. Uji sifat fisik tablet
Catatan :
1. Untuk penentuan formula tiap kelompok diwajibkan mengacu pada jurnal
penelitian yang sesuai (digunakan sebagai bahan diskusi pada saat pretest)
2. Keseluruhan proses pembuatan dan evaluasi tablet didokumentasikan dalam
master formula. Master formula disahkan oleh ketua kelompok dan asisten
jaga.
Pertanyaan
1. Sebutkan bahan-bahan tambahan dalam pembuatan tablet secara
granulasi basah! Dan jelaskan fungsinya! Berikan contoh zat pada masing-
masing bahan tambahan tersebut!
2. Jelaskan tahap-tahap pembuatan tablet secara granulasi basah
3. Sebutkan keuntungan dan kerugian pembuatan tabket secara granulasi
basah!
PERCOBAAN 5
PEMBUATAN TABLET SECARA GRANULASI KERING
A. TUJUAN PRAKTIKUM
Mahasiswa mengetahui dan memiliki keterampilan tentang pembuatan
tablet secara granulasi kering dan kontrol sifat fisiknya.
B. DASAR TEORI
Granulasi Kering disebut juga slugging, yaitu memproses partikel zat aktif
dan eksipien dengan mengempa campuran bahan kering menjadi massa padat
yang selanjutnya dipecah lagi untuk menghasilkan partikel yang berukuran lebih
besar dari serbuk semula (granul). Prinsip dari metode ini adalah membuat
granul secara mekanis, tanpa bantuan bahan pengikat dan pelarut, ikatannya
didapat melalui gaya. Teknik ini yang cukup baik, digunakan untuk zat aktif yang
memiliki dosis efektif yang terlalu tinggi untuk dikempa langsung atau zat aktif
yang sensitif terhadap pemanasan dan kelembaban (Andayana, 2009).
Granula adalah gumpalan-gumpalan dari partikel-partikel yang lebih kecil.
Umumnya terbentuk tidak merata dan menjadi seperti partikel tunggal yang
lebih besar. Ukuran biasanya berkisar antara ayakan no.4-12, walaupun
demikian granula dari macam-macam ukuran lubang ayakan mungkin dapat
dibuat bergantung pada tujuan pemakaiannya (Ansel, 1989).
Pada proses ini komponen–komponen tablet dikompakan dengan mesin
cetak tablet lalu ditekan ke dalam die dan dikompakan dengan punch sehingga
diperoleh massa yang disebut slug, prosesnya disebut slugging, pada proses
selanjutnya slug kemudian diayak dan diaduk untuk mendapatkan granul yang
daya mengalirnya lebih baik dari campuran awal bila slug yang didapat belum
memuaskan maka proses diatas dapat diulang. Dalam jumlah besar granulasi
kering dapat juga dilakukan pada mesin khusus yang disebut roller compactor
yang memiliki kemampuan memuat bahan sekitar 500 kg, roller compactor
memakai dua penggiling yang putarannya saling berlawanan satu dengan yang
lainnya, dan dengan bantuan tehnik hidrolik pada salah satu penggiling mesin ini
mampu menghasilkan tekanan tertentu pada bahan serbuk yang mengalir
dintara penggiling (Andayana, 2009).
Metode ini digunakan dalam kondisi-kondisi sebagai berikut :
1. Kandungan zat aktif dalam tablet tinggi
2. Zat aktif susah mengalir
3. Zat aktif sensitif terhadap panas dan lembab
(Andayana, 2009)
Keuntungan cara granulasi kering adalah:
Bahan :
- CTM
- PVP K 30
- Avicel PH 102
- Amprotab
- Mg Stearat
- Talk
14
PERCOBAAN 6
PULVERES DAN CAPSUL
A. TUJUAN PRAKTIKUM
Setelah praktikum mahasiswa diharapkan memiliki keterampilan
pembuatan pulveres dan capsul.
B. DASAR TEORI
Pulveres adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang
dihaluskan untuk pemakaian oral/dalam atau untuk pemakaian luar.
Kerena mempunyai permukaan yang luas, serbuk lebih mudah didispersi dan
lebih larut daripada bentuk sediaan yang dipadatkan. Anak-anak atau orang
dewasa yang sukar menelan kapsul atau tablet lebih mudah menggunakan obat
dalam bentuk serbuk. Obat yang terlalu besar volumenya untuk dibuat tablet atau
kapsul dalam ukuran yang lazim, dapat dibuat dalam bentuk serbuk.
Sebelum digunakan, biasanya serbuk oral dapat dicampur dengan air minum.
Serbuk dapat diminta terbagi-bagi atau tidak terbagi-bagi. Serbuk
yangterbagi-bagi, selalu dibuat sampai bobotnya 0,5 gram sebagai zat pengisi
dipakailaktosa. Tetapi ini hanyalah kebiasaan, karena tidak dinyatakan bahwa
serbuk-serbuk harus mempunyai bobot 0,5 gram.
Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras
atau lunak yang dapat larut. Cangakng kapsul umumnya terbuat dari gelatin;
tetapi dapat juga terbuat dari pati atau bahan lainnya yang sesuai (Depkes, 1995).
Ukuran cangkang kapsul keras bervariasi dari nomor paling kecil (5)
sampai nomor paling besar (000), kecuali ukuran cangkang untuk hewan.
Umumnya ukuran (00) adalah ukuran terbesar yang dapat diberikan kepada
pasien ( Depkes, 1995).
Cangkang kapsul kelihatannya keras, tetapi sebenarnya masih mengandung
air dengan kadar 10-15% menurut Farmakope Indonesia edisi IV dan 12-16%
menurut literatur dari Syamsuni 2006. Jika disimpan di tempat yang lembab,
kapsul akan menjadi lunak dan melengket satu sama lain serta sukar dibuka
karena kapsul itu dapat menyerap air dari udara yang lembab. Sebaliknya, jika
disimpan di tempat yang terlalu kering, kapsul itu akan kehilangan airnya
sehingga menjadi rapuh dan mudah pecah (Syamsuni, 2006).
Oleh karena itu, menurut Syamsuni (2006), penyimpanan kapsul sebaiknya
dalam tempat atau ruangan yang:
1. Tidak terlalu lembab atau dingin dan kering.
2. Terbuat dari botol-gelas, tertutup rapat, dan diberi bahan pengering (silika
gel).
Universitas Harapan Bangsa
15
3. Terbuat dari aluminium-foil dalam blister.
Bahan :
- Aminofilin tab - Gliserin
- CTM tab - Spiritus dilutes
- Amoxicilin tab - Amoxicilin
- Lactosum - Karmin
- Ekstrak Belladone - Etanol 70%
D. CARA KERJA
R/ Aminofilin 200 mg R/ Paracetamol 100 mg
CTM 2 mg Lactosum q.s
Extr. Belladon 10 mg m. f. pulv. dtd No XV
Lactosum q.s
m. f. pulv. dtd No X s.p.r.n. t.d.d.pulv 1
16
5. Bobot bahan tambahan (laktosum) yang diperlukan
6. Jumlah bahan yang ditimbang
7. Etiket yang digunakan
Cara pembuatan:
1. CTM ditimbang dengan pengencaran (menggunakan laktosum) 1:10 dari
pengenceran tersebut diambil 2x10x10 = 200 mg, masukkan mortir. Sisa
pengenceran diberi etiket.
2. Ekstrak belladon ditimbang dengan kertas perkamen yang diolesi dengan
gliserin, masukkan mortir, ditetesi spiritus dilutes, aduk. Tambahkan
laktosum dan diaduk.
3. Hasil no (1) dan (2) dicampur
4. Aminofilin ditimbang, masukkan mortir sedikit demi sedikir sambil diaduk
homogeny
5. Serbuk dibagi, dibungkus, masukan wadah dan beri etiket
Permasalahan:
1. Tujuan pengobatan
2. Pengaruh bentuk sediaan terhadap efek obat
3. Pemilihan bentuk sediaan
Cara pembuatan :
1. Hitung jumlah tablet yang dibutuhkan
2. Timbang laktosa yang diperlukan
3. Gerus amoxicillin dalam mortir, tambahkan laktosa, aduk hingga homogeny.
4. Bagi sama banyak sesuai dengan resep
5. Masukkan serbuk amoxicillin yang sudah dibagi, masing-masing kedalam
cangkang kapsul dan ditutup.
6. Bersihkan kapsul dengan lap kering dan bersih
7. Masukkan dalam wadah plastic dan beri etiket.
17
DAFTAR PUSTAKA
Ansel, H.C., 1980), Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi (Edisi 4), Terjemahan F.
Ibrahim, Jakarta: Universitas Indonesia.
Gaikwad, A., Tamizhrasi, S., Sorti, A., Gavali, P., & Mehare, G., 2010, Formulation In
Vitro Characterization of Polymethacrylic Acid Nanoparticle Containing
Furosemide. Int J. Pharm Res, 2(1): 300-304.
Lachman, L., A. L. Herbert, & L. K. Joseph. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri.
Diterjemahkan oleh: Siti Suyatmi. Universitas Indonesis Press. Jakarta.
Martin, A., Swarbrick, J., & Cammarata, A., 1993, Farmasi Fisik (Edisi 3), Jakarta: UI
Press
Moechtar, 1990, Bagian Struktur Atom dan Molekul Zat Padat dan Mikromeritika.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Sukandar, E.Y., Andrajati, R., Joseph, S., Andyana,K., Setiadi. A.P., Kusnandar, 2008, ISO
Farmakoterapi, Jakarta: PT ISFI Penerbitan.
18
LAMPIRAN 1
Halaman Cover
LAPORAN SEMENTARA
PRAKTIKUM FTS SOLIDA
PERCOBAAN 1
KURVA LAJU PENGERINGAN
[LOGO UHB]
Disusun oleh :
[NAMA MAHASISWA]
[NIM] / [KELAS ..]
Halaman Laporan
PERCOBAAN 1
KURVA ...
A. TUJUAN PRAKTIKUM
[Sesuai tujuan praktikum yang akan dilaksanakan]
B. DASAR TEORI
[Berisi teori yang relevan dengan acara praktikum yang akan dilaksanakan
(minimal 2 halaman)]
C. ALAT DAN BAHAN
[Sesuai kebutuhan praktikum yang akan dilaksanakan]
D. CARA KERJA
Tahap 1
Tahap 2
Tahap 3
19
LAMPIRAN 2
Halaman Cover
LAPORAN
PRAKTIKUM FTS SOLIDA
PERCOBAAN 1
KURVA LAJU PENGERINGAN
[LOGO UHB]
Disusun oleh :
[NAMA MAHASISWA]
[NIM] / [KELAS ..]
[Dosen Jaga]
[Tanggal Praktikum]
Halaman Laporan
LAPORAN SEMENTARA (Tujuan, Dasar Teori, Alat dan Bahan, Cara Kerja)
Ditambah ...
E. HASIL
[Berupa hasil pengamatan, hasil perhitungan, atau yang lainnya]
F. PEMBAHASAN
[Setiap tahap percobaan dan hasil percobaan dibahas sesuai teori yang relevan]
G. KESIMPULAN
[Menjawab tujuan praktikum berdasarkan hasil praktikum]
H. DAFTAR PUSTAKA
[Minimal dari 3 pustaka berbeda]
I. LAMPIRAN
[Jika ada dilampiran hasil foto atau gambar yang merupakan hasil percobaan]
20