Psikososial
Psikososial
1
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Serambi Mekkah, Jl. Teuku Nyak Arief, No. 206. Simpang Mesra
Jeulingke, Syiah Kuala, Kota Banda Aceh. Email: tmrafsanjani@serambimekkah.ac.id
*
Penulis untuk korespondensi: tmrafsanjani@serambimekkah.ac.id
Air Susu Ibu menjadi salah satu program Terdapat beberapa faktor yang
World Health Organization (WHO) dan mempengaruhi gizi ibu pada masa menyusui,
Pemerintah RI yang gencar dikemukakan di diantaranya adalah kurangnya pengetahuan ibu,
sektor kesehatan untuk mengurangi morbiditas kurangnya rasa percaya diri ibu/sikap, serta
dan mortalitas anak. ASI adalah sumber nutrisi kurangnya dukungan keluarga dan lingkungan
yang primer bagi anak sejak dilahirkan sampai ia pada proses menyusui ibu. 3 Banyaknya ASI
mampu mencernakan asupan lain setelah usia yang akan dihasilkan seorang ibu tidak
enam bulan. Lemak, protein, karbohidrat, tergantung pada besarnya payudara, tetapi pada
vitamin, mineral, enzim, dan hormon yang gizi ibu selama hamil dan menyusui, serta cara
terdapat dalam ASI tidak dapat digantikan oleh menyusui, namun tidak sedikit ibu yang belum
susu buatan industri. ASI mengandung zat-zat mengerti dan menganggap remeh hal itu,
kekebalan yang melindungi anak dari infeksi dan seharusnya ibu mesti mencari informasi tentang
penyakit kronis, serta mengurangi kemungkinan gizi makanan ketika menyusui agar bayi tumbuh
menderita gangguan kesehatan di kemudian hari sehat, dan saat menyusui ibu memerlukan
seperti obesitas, diabetes, dan asma. 2 makanan 1½ kali lebih banyak daripada biasanya,
Jumlah produksi ASI bergantung pada dan minum minimal 8 gelas sehari.7 Kurangnya
besarnya diet ibu selama menyusui, ibu menyusui dukungan keluarga menjadi salah satu
harus mendapatkan tambahan zat sebesar 800 pembentukkan emosional ibu pada saat
kkal yang digunakan untuk memproduksi ASI menyusui. Dukungan keluarga memiliki empat
dan untuk aktivitas ibu sendiri.3 Pada fungsi dukungan meliputi dukungan informasi,
prinsipnya, makanan yang diberikan kepada dukungan penilaian, dukungan instrumental,
ibu menyusui harus mengandung cukup kalori dan dukungan emosi.8 Jika ibu mengalami
(energi) untuk dapat mengganti energi yang gangguan emosi, maka kondisi itu bisa
dikeluarkan maupun yang dibutuhkan untuk menganggu proses let down reflex yang
menghasilkan ASI. Komposisi yang terkandung mengakibatkan ASI tidak keluar, sehingga bayi
dalam makanan diusahakan seimbang dan tidak mendapat ASI dalam jumlah yang cukup.7
dapat memenuhi kebutuhan nutrisi untuk Penelitian ini sesuai dengan penelitian
menjaga keadaan dan berat badan ibu selama tentang gambaran pengetahuan ibu tentang
menyusui.4 menyusui dan dampaknya terhadap pemberian
Selama pemberian ASI, pihak keluarga, ASI eksklusif, dimana diperoleh bahwa tingkat
pemerintah daerah dan masyarakat harus pengetahuan ibu yang berkaitan dengan menyusui
mendukung ibu secara penuh dengan penyediaan masih dikatagorikan rendah dan informasi/nasihat
waktu dan fasilitas khusus. Penyediaan fasilitas yang diberikan tenaga kesehatan terkait menyusui
khusus dimaksudkan adalah pada lokasi tempat ini juga masih kurang. Hal ini diduga berdampak
ibu menyusui tersebut bekerja. 5 buruk terhadap buruknya kualitas pemberian asi,
Diperhatikan agar dapat menyusui, tubuh yang dibuktikan rendahnya cakupan ASI
disiapkan mulai dari masa kehamilan, payudara eksklusif.9 Selain itu juga merujuk pada penelitian
membesar, dilanjutkan dengan menyimpan yang dilakukan terkait hubungan asupan gizi
cadangan energi berupa tambahan jaringan dengan produksi asi pada ibu yang menyusui bayi
lemak, dan volume darah. Pada ibu menyusui, umur 0-6 bulan di Puskesmas Sewon I Bantul
Kebutuhan kalori proposional dengan jumlah air yogyakarta, dengan hasil bahwa ada hubungan
susu ibu yang dihasilkan, dan lebih tinggi antara asupan gizi dengan produksi asi ibu.10
dibanding selama hamil (+ 500 kkal/hr) x Jumlah Melihat penelitian sebelumnya maka
produksi ASI yang tergantung pada besarnya muncul hal yang membedakan antara penelitian
cadangan lemak yang tertimbun selama hamil. ini, yaitu penelitian dilakukan pada spesifik ibu
Untuk menghasilkan 100 cc susu dibutuhkan yang masih muda atau anak pertama, dan kajian
kalori sekitar 85 kkal, 850 cc susu = 750 kkal yg sosial budaya lebih dominan pada penelitian ini,
dibutuhkan dari makanan dan cadangan sehingga memperoleh pengetahun bukan hanya
endogen.6 dari aspek indovidu saja tapi juga kearifan lokal
masyarakat.
sebanyak 82,4 % responden dengan umur wilayah yang dekat dengan laut. Sebagaimana
reproduktif (20 – 35 tahun), dan 61,8% dijelaskan pada tabel 2 berikut:
berpendidikan menengah dan sebanyak 35,3 %
berprofesi sebagai Ibu Rumah Tangga. Tabel 2. Distribusi Frekuensi Variabel
Penelitian yang dilakukaan pada variabel Penelitian
individu, dukungan keluarga dan sosial budaya
masyarakat, memberikan beberapa informasi Variabel n %
penting secara tunggal dan murni, yaitu secara Konsumsi Makanan Ibu
kuantitas 79,4% responden memiliki konsumsi Menyusui
makanan yang cukup, namun secara kualitas Cukup 27 79,4
yang dinilai dari aspek gizi seimbang, maka Kurang 7 20,6
dapat disimpulkan bahwa belum memenuhi gizi Pemahaman Individu
seimbang. Baik 21 61,8
Secara individu, responden memiliki Kurang Baik 13 38,2
perhatian dan pemahaman terhadap diri sendiri Dukungan Keluarga
yang berkaitan dengan pola makan Mendukung 27 79,4
dikategorikan kurang baik sebesar 38,2%, Kurang Mendukung 77 20,6
sedangkan untuk dukungan keluarga dengan Sosial Budaya
indikator yang dilihat adalah motivasi, dan Baik 19 55,9
membantu menyediakan makanan bagi ibu muda Kurang Baik 15 44,1
menyusui, diperoleh sebesar 26,6% kurang Jumlah 34 100
mendukung. Pada variabel sosial budaya
diperoleh sebesar 44,1% dengan kategori sosial
Selanjutnya berdasarkan hasil analisis
budaya kurang baik, hal ini diasumsikan bahwa,
secara bivariat ditemukan hasil yang
segenap kebiasaan masyarakat setempat hampir
menunjukkan hubungan antara variabel
seutuhnya merujuk pada perilaku orang
dependen dengn variabel independen, sebagai
terdahulu, dan dalam penyediaan makanan
berikut ini:
hanya diutamakan pada nasi dan ikan, karena
Tabel 3. Hasil uji chi square test pada variabel independen terhadap konsumsi makanan ibu
menyusui
menyusui cukup. Berdasarkan uji Chi Square muda dan kepercayaan dari orang tua yang mesti
didapatkan nilai p = 0,003 (p<0,05), dapat jalankan. Namun dalam realita, ibu muda
disumpulkan bahwa hipotesis (Ha) diterima, menyusui sudah mulai memperhatikan pola
yang berarti ada pengaruh pemahaman individu makan, meskipun sebagian dari ibu tersebut
terhadap konsumsi makanan ibu muda bukan karena menyusui, melainkan menjaga
menyusui di Desa Sefoyan Kecamatan Simeulue kualitas makanan demi bentuk tubuh yang ideal.
Timur Kabupaten Simeulue.
Pemahaman individu sangat dipengaruhi 3. Hubungan Dukungan Keluarga dengan
oleh pengetahuan, dimana pengetahuan menjadi Asupan Makanan Ibu Muda Menyusui
landasan penting untuk menentukan suatu Hasil pada tabel 3, diketahui dari 27
tindakan. Pengetahuan, sikap dan perilaku responden yang memperoleh dukungan
seseorang akan kesehatan merupakan faktor keluarga, maka sebanyak 14,8% konsumsi
yang menentukan dalam mengambil suatu makanan ibu muda menyusui kurang, dan dari 7
keputusan. Orang yang berpengetahuan baik responden dengan dukungan keluarga kurang,
akan mengupayakan kemampuan menerapkan maka 28,6% konsumsi makanan ibu muda
pengetahuannya didalam kehidupan sehari- menyusui cukup. Hasil uji Chi Square
hari. 11 didapatkan nilai p = 0,028 (p<0,05), dapat
Pada saat menyusui sudah seharusnyalah disumpulkan bahwa hipotesis (Ha) diterima,
ibu memiliki Pemahaman diri, bahwa yang berarti ada pengaruh dukungan keluarga
banyaknya ASI yang akan dihasilkan seorang terhadap konsumsi makanan ibu muda
ibu tidak tergantung pada besarnya payudara, menyusui di Desa Sefoyan Kecamatan Simeulue
tetapi pada gizi ibu selama hamil dan menyusui, Timur Kabupaten Simeulue.
serta cara menyusui, dan dengan pengetahuan Dukungan keluarga adalah dukungan-
yang dimiliki ibu.7 dukungan sosial yang dipandang oleh anggota
Kondisi psikis dan juga makanan yang keluarga sebagai sesuatu yang dapat diadakan
dikonsumsi oleh ibu juga dapat untuk keluarga yang berupa memberikan
mempengaruhi produksi ASI. Kesulitan ibu dukungan. Dukungan keluarga memiliki
menyusui tersebut menyebabkan ibu merasa fungsi dukungan informasi yaitu keluarga
cemas dan kawatir, menyebabkan ibu menjadi berfungsi sebagai pengumpul dan penyebar
pesimis dengan jumlah ASI yang diperoleh dan tentang suatu informasi baik yang diterima
menghambat produksi ASI. Apalagi bila gizi secara langsung dari istri, orang dekat dan
ibu kurang bisa menyebabkan kualitas ASI tenaga kesehatan atau tidak langsung dari media
menjadi menurun. Dengan produksi ASI yang cetak dan elektronik), dan dukungan penilaian
kurang tersebut, ibu yang memiliki dimana keluarga bertindak sebagai sebuah
pemahaman individu kurang mencari alternatif bimbingan umpan balik, membimbing dan
lain dengan memberikan susu formula pada menengahi pemecahan masalah dan sebagai
bayinya yang menyebabkan intensitas isapan sumber dan pengambil keputusan dalam ber-KB.
14
bayi menjadi berkurang karena bergantian
dengan susu formula yang membuat ASI Kebutuhan dasar manusia merupakan
menjadi semakin sedikit yang keluar. 12 sumber kekuatan yang mendorong kearah
Merujuk pada penelitian yang dilakukan di tujuan tertentu secara disadari maupun tidak
Karanganyar, diperoleh bahwa terdapat disadari. Dorongan itu disebut dengan
hubungan yang signifikan dengan p= 0,001 motivasi, motivasi bisa timbul dari dalam diri
antara pengetahuan gizi dengan status gizi ibu individu itu sendiri maupun yang datang dari
menyusui di Posyandu Desa Gawanan lingkungan sekitarnya khususnya dukungan
Colomadu Karanganyar.13 suami atau keluarga terdekat.15
Pemahaman diri ibu muda saat ini juga Hasil penelitian ini sejelan dengan
dipengaruhi oleh dua hal yang saling penelitian yang dilakukan di Purworejo, dimana
bertolakbelakang yang perlu dikaji lebih dalam, terdapat hubungan dukungan keluarga dengan
yaitu mudahnya akses media sosial bagi ibu perilaku menyusui pada ibu yang mempunyai
bayi 0-6 bulan di Puskesmas Kaligesing bertingkah laku dan memenuhi kebutuhan dasar
Kabupaten Purworejo tahun 2010, dengan nilai biologisnya termasuk kebutuhan terhadap
signifikansi p : 0,032.16 pangan. Pola makan yang seimbang, yaitu sesuai
Keluarga memberi pemahaman yang dengan kebutuhan disertai pemilihan bahan
diketahui oleh keluarga berdasarkan turun makanan yang tepat akan melahirkan status gizi
temurun, yang hendaknya harus dijalankan, yang baik.19 Pada banyak masyarakat, usia atau
keluarga kurang memperhatikan ibu menyusui kondisi seseorang dapat dipakai sebagai alasan
pada aspek pemenuhan gizi makanan, melainkan untuk melarang makanan-makanan tertentu.
fokus pada cara-cara perawatan tradisional Sebagai contoh, permasalahan gizi pada ibu
semata, dan dalam dukungan yang diberikan hamil di Indonesia tidak terlepas dari faktor
juga terbatas anjuran untuk makan nasi saja, budaya setempat. Hal ini disebabkan karena
tanpa memperhatikan keseimbangan gizi bagi adanya kepercayaan-kepercayaan dan
ibu hamil pantangan-pantangan terhadap beberapa
makanan.20
4. Hubungan Sosial Budaya dengan Asupan Dilakukan penelitian kualitatif Daerah
Makanan Ibu Muda Menyusui Jepara, dengan hasil bahwa selama kehamilan,
Merujuk pada tabel 3, diketahui dari 19 biasanya si ibu akan melakukan berbagai upaya
responden dengan sosial budaya baik, maka agar bayi dan ibunya sehat dan dapat bersalin
diperoleh 15,8% konsumsi makanan ibu muda dengan selamat, normal dan tidak cacat.
menyusui kurang, sedangkan dari 15 responden Sebagian masyarakat masih berpantang makan
dengan sosial budaya kurang baik, maka 60% makanan tertentu seperti udang atau kepiting dan
konsumsi makanan ibu muda menyusui cukup. buah nenas, walaupun menurut kesehatan
Hasil uji Chi Square didapatkan nilai p = 0,027 pantangan makanan tertentu tidak dibenarkan
(p<0,05), dapat disumpulkan bahwa hipotesis apalagi kalau makanan tersebut bergizi.21
(Ha) diterima, yang berarti ada pengaruh Masyarakat setempat secara umum masih
sosial budaya terhadap konsumsi makanan ibu memiliki kebiasaan atau kepercayaan yang
muda menyusui di Desa Sefoyan Kecamatan membudaya terhadap makanan pada ibu hamil,
Simeulue Timur Kabupaten Simeulue. seperti banyak pantangan dan tidak pengaruh
Lingkungan setempat/budaya adalah makan dengan gizi seimbang terhadap kualitas
faktor yang berhubungan dengan nilai-nilai ASI yang diberikan kepada bayi, sehingga masih
dan pandangan masyarakat yang lahir dari ibu muda menyusui sebagian masih mengikuti
kebiasaan yang ada, dan pada akhirnya sosial budaya yang ada di masyarakat tersebut.
mendorong masyarakat untuk berperilaku sesuai
dengan tuntutan budaya. Misalnya budaya yang
baru berkembang sekarang ini adalah KESIMPULAN DAN SARAN
pandangan untuk tidak mengkonsumsi bahan
Berdasarkan pelaksanaan dan uji hasil
makanan yang dipantang oleh budaya, karena
penelitian, maka diperoleh hasil bahwa, terdapat
dapat berdampak bagi kesehatan bayi.17
pengaruh pemahaman diri terhadap konsumsi
Pola konsumsi makan merupakan hasil
makanan ibu muda menyusui. Terdapat
budaya masyarakat yang bersangkutan dan
pengaruh pemahaman individu terhadap
mengalami perubahan terus menerus sesuai
konsumsi makanan ibu muda menyusui, terdapat
dengan kondisi lingkungan dan tingkat
pengaruh dukungan keluarga terhadap
kemajuan budaya masyarakat. Pola konsumsi ini
konsumsi makanan ibu muda menyusui dan
diajarkan dan bukan diturunkan secara herediter
terdapat pengaruh sosial budaya terhadap
dari nenek moyang sampai generasi
18 konsumsi makanan ibu muda menyusui di
mendatang. Kebudayaan suatu masyarakat
Desa Sefoyan Kecamatan Simeulue Timur
mempunyai kekuatan yang cukup besar untuk
Kabupaten Simeulue.
mempengaruhi seseorang dalam memilih dan
Diharapkan puskesmas dan kepada para
mengolah pangan yang akan dikonsumsi.
bidan dan masyarakat agar dapat meningkatkan
Kebudayaan menuntun orang dalam cara
20. Khasanah N. Dampak Persepsi Budaya dan pasca persalinan (Studi di Kecamatan
terhadap Kesehatan Reproduksi Ibu dan Bangsri Kabupaten Jepara). The
Anak di Indonesia. Jurnal Muwazah. Indonesian Journal of Health Promotion
2011;3(1):487-492. (Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia).
21. Suryawati C. Faktor sosial budaya dalam 2007;2(1):21-31.
praktik perawatan kehamilan, persalinan,