Anda di halaman 1dari 39

TUGAS KIMIA ANALITIK

TITRASI PENGENDAPAN (ARGENTOMETRI)

OLEH :

MADE WITARI NUGRAHA PUTRI (P07134019057)


NI PUTU MIRANTI DEWI (P07134019068)
KADEK DEVI ANDRIANI (P07134019073)

NI MADE EVITA MAHARANI (P07134019080)


I GUSTI AYU MIRDA PRAMIANDARI (P07134019085)
DEWA AYU MIRAH DESWIKA RACHMANIA (P07134019092)

NI KADEK SINTHA DWIPUTRI (P07134019098)

KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLTEKKES KEMENKES DENPASAR
D-III TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
TAHUN 2019-2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
dengan berkat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Makalah
mengenai Titrasi Pengendapan (Argentometri) sesuai dengan yang
diharapkan dan tepat pada waktunya. Makalah ini ditulis untuk memenuhi
salah satu tugas mata kuliah pilihan Kimia Analitik dan sebagai syarat
memperoleh nilai tugas pada mata kuliah ini.
Dalam menyelesaikan makalah ini, penulis menyadari bahwa
sepenuhnya masih banyak kekurangan, akan tetapi atas bantuan semua
pihak akhirnya kesulitan-kesulitan tersebut dapat diatasi. Semoga makalah
yang penulis buat ini dapat berguna untuk kita semua dan tak lupa pula
kritik dan saran yang membangun yang penulis harapkan demi
sempurnanya makalah berikutnya. Kami mohon maaf apabila ada
kesalahan penulisan kata.

Denpasar, 6 Oktober 2019

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .........................................................................................i


DAFTAR ISI ..................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1


1.2 Perumusan Masalah ............................................................................ 1
1.3 Tujuan .................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Argentometri ...................................................................... 3


2.2 Faktor Yang Mempengeruhi Kelarutan Dalam
Titrasi Pengendapan ............................................................................ 3
2.3 Metode Dalam Titrasi Pengendapan .................................................... 6
2.4 Pembentukan Endapan Berwarna ....................................................... 9
2.5 Kelebihan Dan Kekurangan Titrasi Argentometri ............................... 10
2.6 Contoh Perhitungan ........................................................................... 11

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ........................................................................................ 14


3.2 Saran.................................................................................................. 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu cara untuk menentukan kadar asam – basa dalam suatu
larutan adalah dengan volumetri. Metode volumetri secara garis besar dapat
diklasifikasikan dalam 4 kategori:

• Titrasi asam basa yang meliputi reaksi asam basa baik kuat maupun
lemah.
• Titrasi redoks adalah titrasi yang meliputi hampir semua reaksi oksidasi
reduksi
• Titrasi pengendapan adalah titrasi yang meliputi pembentukan
endapan, seperti Ag.
• Titrasi kompleksometri; meliputi titrasi EDTA seperti titrasi spesifik dan
juga dapat digunakan untuk melihat perbedaan pH pada
pengompleksan.

Pada percobaan ini, akan dilakukan percobaan argentometri untuk


menentukan kadar NaCl. Cara argentometri yang cukup mudah dilakukan yaitu
dengan metode Mhor.

1.2 Perumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan titrasi Argentometri?


2. Faktor apa yang dapat mempengaruhi kelarutan?
3. Apa saja macam-macam metode?
4. Bagaimana cara pembentukan endapan berwarna?
5. Apa saja kelebihan dan kekurangan dari titrasi Argentometri?
6. Apa contoh perhitungan dari Titrasi Argentometri?

1
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan titrsi Argentometri

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan dalam


titrasi Argentometri
3. Untuk mengetahui macam-macam metode dalam titrasi Argentometri
4. Untuk mengetahui cara pembentukan endapan berwarna
5. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari titrasi Argentometri
6. Untuk mengetahui contoh perhitungan dari titrasi Argentometri

2
BAB II
PEMBAHASAN

2. 1 Pengertian Argentometri
Titrasi pengendapan atau Argentometri adalah penetapan kadar zat yang
didasarkan atas reaksi pembentukan endapan dari komponen zat uji dengan titran
larutan titer perak nitrat. Pada argentometri, ion perak memegang peranan penting
dalam pembentukan endapan, cara ini dipakai untuk penetapan kadar ion halida, anion
yang dapat membentuk endapan garam perak, atau untuk penetapan kadar perak
tersebut.
Reaksi yang menghasilkan endapan dapat digunakan untuk analisis secara
titrasi jika reaksinya berlangsung cepat, dan kuantitatif serta titik akhir dapat dideteksi.
Beberapa reaksi pengendapan berlangsung lambat dan mengalami keadaan lewat
jenuh. Tidak seperti gravimetri, titrasi pengendapan tidak dapat menunggu sampai
pengendapan berlangsung sempurna. Hal yang penting juga adalah hasil kali
kelarutan harus cukup kecil sehingga pengendapan bersifat kuantitatif dalam batas
kesalahan eksperimen. Reaksi samping tidak boleh terjadi demikian juga kopresipitasi.
Keterbatasan pemakaian cara ini disebabkan sedikit sekali indikator yang sesuai.
Semua jenis reaksi diklasifikasi berdasarkan tipe indikator yang digunakan untuk
melihat titik akhir.
Berdasarkan jenis indikator dan teknik titrasi yang dipakai, maka titrasi
Argentometri dapat dibedakan atas Argentometri dengan metode Mohr, Volhard, atau
Fajans. Selain menggunakan jenis indikator di atas, maka kita juga dapat
menggunakan metode potensiometri untuk menentukan titik ekivalen.
Indikator K2CrO4 digunakan pada titrasi antara ion halida dan ion perak, dimana
kelebihan ion Ag+ akan beraksi dengan CrO42- membentuk perak kromat yang
berwarna merah bata (cara Mohr) pada titik ekivalen : Ekivalen Ag+ = ekivalen Cl-
Indikator ion Fe3+ dapat digunakan pada titrasi antara ion perak dan ion SCN-,
dimana kelebihan ion SCN- akan bereaksi dengan ion Fe3+ yang memberikan warna
merah. Atau dapat juga digunakan pada titrasi antara ion halida dengan ion perak
berlebihan, dan kelebihan ion perak dititrasi dengan ion tiosianat (cara Volhard).

2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengeruhi Kelarutan Dalam Titrasi Pengendapan


Faktor-faktor yang mempengaruhi titrasi pengendapan adalah :

3
1. Temperatur, kelarutan bertambah dengan naiknya temperatur.
2. Sifat pelarut. Garam anorganik lebih larut dalam air, berkurangnya
kelarutan di dalam pelarut organik dapat digunakan sebagai dasar
pemisahan dua zat.
3. Efek ion sejenis. Kelarutan endapan dalam air berkurang, jika larutan
tersebut mengandung satu dari ion-ion penyusun endapan.
4. Ion-ion lain. Endapan berrtambah kelarutannya bila dalam larutan
terdapat garam-garam yang berbeda dengan endapan.
5. Pengaruh pH. Larutan garam dari asam lemah tergantung pada pH
larutan.
6. Pengaruh hidrolisis. Jika garam dari asam lemah dilarutkan dalam air,
akan menghasilkan perubahan (H+), kation dari spesies garam
mengalami hidrolisis sehingga menambah kelarutannya.
7. Pengaruh kompleks. Kelarutan garam yang sedikit larut merupakan
fungsi konsentrasi zat lain yang membentuk kompleks dengan kation
garam tersebut.

Pada kebanyakan garam anorganik, kelarutan meningkat jika suhu naik.


Sebaiknya proses pengendapan, penyaringan dan pencucian endapan dilakukan
dalam keadaan larutan panas kecuali untuk endapan yang dalam larutan panas
memiliki kelarutan kecil (mis. Hg2Cl2, MgNH4PO4) cukup disaring setelah terlebih
dahulu didinginkan di lemari es. Kebanyakan garam anorganik larut dalam air dan tidak
arut dalam pelarut organik. Air memiliki momen dipol yang besar dan tertarik oleh
kation dan anion membentuk ion hidrat. Sebagaimana ion hidrogen yang membentuk
H3O+, energi yang dibebaskan pada saat interaksi ion dengan pelarut akan membantu
meningkatkan gaya tarik ion terhadap kerangka padat endapan. Ion-ion dalam kristal
tidak memiliki gaya tarik terhadap pelarut organik, sehingga kelarutannya lebih kecil
daripada kelarutan dalam air. Pada analisis kimia, perbedaan kelarutan menjadi dasar
untuk pemisahan senyawa. Contoh : campuran kering Ca(NO3)2 + Sr(NO3)2
dipisahkan dalam campuran alkohol + eter, hasilnya Ca(NO3)2 larut, sedangkan
Sr(NO3)2 tidak larut. Endapan lebih mudah larut dalam air daripada dalam larutan
yang mengandung ion sejenis. Misal pada AgCl, [Ag+][Cl-] tidak lebih besar dari
tetapan (Ksp AgCl = 1x10-10)di dalam air murni di mana [Ag+] = [Cl-] = 1x10-5 M; jika
ditambahkan AgNO3 hingga [Ag+] = 1x10-4 M, maka [Cl-] turun menjadi 1x10-6 M,
kanan sesuai arah : Ag+ + Cl- AgCl Ke dalam endapan terjadi penambahan garam,
sedangkan jumlah Cl- dalam larutan menurun.
Teknik penambahan ion sejenis dilakukan oleh analis untuk tujuan :

4
1. Menyempurnakan pengendapan
2. Pencucian endapan dengan larutan yang mengandung ion sejenis dengan endapan

Untuk larutan yang mengandung Ag, jika ditambahkan NaCI maka mula-mula
terbentuk suspensi yang kemudian terkoagulasi (membeku). Laju terjadinya koagulasi
menyatakan mendekamya titik ekivalen. Penambahan NaCI ditersukan sampai titik
akhir tercapai. Perubahan ini dilihat dengan tidak terbentuknya endapan AgCI pada
cairan supernatan. Akan tetapi sedikit NaCI harus ditambahkan untuk
menyempurnakan titik akhir. Penentuan Ag sebagai AgCI dapat dilakukan dengan
pengukuran turbidimetri yaitu dengan pembauran sinar (Underwood,1986).Jika
AgNO3 ditambahkan ke NaCI yang mengandung zat berpendar fluor, titik akhir
ditentukan dengan berubahnya warna dari kuning menjadi merah jingga. Jika
didiamkan, tampak endapan berwarna, sedangkan larutan tidak berwarna disebabkan
adanya adsorpsi indikator pada endapan AgCI. Warna zat yang terbentuk dapat
berubah akibat adsorpsi pada penukaan (Khopkar, 1990).

Semua indikator adsorpsi bersifat ionik. Selain indikator adsorpsi tersebut


terdapat pula indikator-indikator adsorpsi yang digunakan dalam titrasi pengendapan,
yaitu turunan krisodin. Indikator tersebut merupakan indikator asam basa dan indikator
reduksi oksidasi dan memberikan perubahan warna yang reversibel dengan brom.
Indikator ini berwarna merah pada suasana asam clan kuning pada suasana basa.
Indikator ini juga digunakan untuk titrasi ion I- dengan ion Ag+. Kongo merah adalah
indikator asam basa lainnya (Khopkar, 1990).

Selain kelemahan, indikator adsorpsi mempunyai beberapa keunggulan.


Indikator ini memberikan kesalahan yang kecil pada penentuan titik akhir titrasi.
Perubahan warna yang disebabkan adsorpsi indikator biasanya tajam. Adsorpsi pada
permukaan berjalan baik jika endapan mempunyai luas permukaan yang besar. Warna
adsorpsi tidak begitu jelas jika endapan terkoagulasi. Kita tidak dapat menggunakan
indikator tersebut karena koagulasi. Koloid pelindung dapat mengurangi masalah
tersebut. Indikator-indikator tersebut bekerja pada batasan daerah-daerah pH tertentu
juga pada konsentrasi tertentu saja, yaitu pada keadaan yang sesuai dengan peristiwa
adsorpsi dan desorpsi saja (Vogel, 1990).
Beberapa endapan bertambah kelarutannya bila dalam lanitan terdapat garam-
garam yang berbeda dengan endapan. Hal ini disebut sebagai efek garam netral atau
efek aktivitas. Semakin kecil koefesien aktivitas dari dua buah ion, semakin besar hasil
kali konsentrasi molar ion-ion yang dihasilkan. Kelarutan garam dari asam lemah
tergantung pada pH larutan. Jika garam dari asam lemah dilarutkan dalam air, akan

5
menghasilkan perubahan (H). Kation dari spesies garam mengalami hidrolisis
sehingga menambah kelarutannya (Vogel, 1990).

Kelarutan garam yang sedikit larut merupakan fungsi konsentrasi zat lain yang
membentuk kompleks dengan kation garam tersebut. Beberapa endapan membentuk
kompleks yang larut dengan ion pengendap itu sendiri. Mula-mula kelarutan berkurang
(disebabkan ion sejenis) sampai melalui minuman. Kemudian bertambah akibat
adanya reaksi kompleksasi (Vogel, 1990). Reaksi yang menghasilkan endapan dapat
dimanfaatkan untuk analisis secara titrasi jika reaksinya berlangsung cepat, dan
kuantitatif serta titik akhir dapat dideteksi. Beberapa reaksi pengendapan berlangsung
lambat dan mengalami keadaan lewat jenuh. Tidak seperti gravimetri, titrasi
pengendapan tidak dapat menunggu sampai pengendapan berlangsung sempurna.
Hal yang penting juga adalah hasil kali kelarutan (KSP) harus cukup kecil sehingga
pengendapan bersifat kuantitatif dalam batas kesalahan eksperimen. Reaksi samping
tidak boleh terjadi, demikian juga kopresipitasi. Keterbatasan utama pemakaian cara
ini disebabkan sedikit sekali indikator yang sesuai. Semua jenis reaksi diklasifikasi
berdasarkan tipe indikator yang digunakan untuk melihat titik akhir (Khopkar, 1990).

2.3 Macam-macam Metode Dalam Titrasi Pengendapan (Argentometri)

Ada beberapa metode dalam titrasi argentometri yang dibedakan berdasarkan


indikator yang digunakan pada penentuan titik akhir titrasi, antara lain:
A. Metode Mohr

Metode Mohr biasanya digunakan untuk menitrasi ion halida seperti NaCl,
dengan AgNO3 sebagai titran dan K2CrO4¬ sebagai indikator. Titik akhir titrasi
ditandai dengan adanya perubahan warna suspensi dari kuning menjadi kuning coklat.
Perubahan warna tersebut terjadi karena timbulnya Ag2CrO4, saat hamper mencapai
titik ekivalen, semua ion Cl- hamper berikatan menjadi AgCl. Larutan standar yang
digunakan dalam metode ini, yaitu AgNO3, memiliki normalitas 0,1 N atau 0,05 N.
(Alexeyev,V,1969)

Indikator menyebabkan terjadinya reaksi pada titik akhir dengan titran, sehingga
terbentuk endapan yang berwarna merah-bata, yang menunjukkan titik akhir karena
warnanya berbeda dari warna endapan analat dengan Ag+.
Pada analisa Cl- mula-mula terjadi reaksi:

6
Ag+(aq) + Cl-(aq) ↔ AgCl(s)↓
Sedang pada titik akhir, titran juga bereaksi menurut reaksi:
2Ag+(aq) + CrO4(aq) ↔ Ag2CrO4(s)↓

Pengaturan pH sangat perlu, agar tidak terlalu rendah ataupun tinggi. Bila
terlalu tinggi, dapat terbentuk endapan AgOH yang selanjutnya terurai menjadi Ag2O
sehingga titran terlalu banyak terpakai.
2Ag+(aq) + 2OH-(aq) ↔ 2AgOH(s)↓ ↔ Ag2O(s)↓ + H2O(l)

Bila pH terlalu rendah, ion CrO4- sebagian akan berubah menjadi Cr2O72- karena
reaksi
2H+(aq) + 2CrO42-(aq) ↔ Cr2O72- +H2O(l)

Yang mengurangi konsentrasi indikator dan menyebabkan tidak timbul


endapannya atau sangat terlambat. Selama titrasi Mohr, larutan harus diaduk dengan
baik. Bila tidak, maka secara lokal akan terjadi kelebihan titrant yang menyebabkan
indikator mengendap sebelum titik ekivalen tercapai, dan dioklusi oleh endapan AgCl
yang terbentuk kemudian; akibatnya ialah, bahwa titik akhir menjadi tidak tajam.
B. Metode Volhard

Metode Volhard menggunakan NH4SCN atau KSCN sebagai titrant, dan larutan
Fe3+ sebagai indikator. Sampai dengan titik ekivalen harus terjadi reaksi antara titrant
dan Ag, membentuk endapan putih.
Ag+(aq) + SCN-(aq) ↔ AgSCN(s)↓ (putih)

Sedikit kelebihan titrant kemudian bereaksi dengan indikator, membentuk ion


kompleks yang sangat kuat warnanya (merah)
SCN-(aq) + Fe3+(aq) ↔ FeSCN2+(aq)

Yang larut dan mewarnai larutan yang semula tidak berwarna. Karena titrantnya
SCN- dan reaksinya berlangsung dengan Ag+, maka dengan cara Volhard, titrasi
langsung hanya dapat digunakan untuk penentuan Ag+ dan SCN- sedang untuk anion-
anion lain harus ditempuh cara titrasi kembali: pada larutan X- ditambahkan Ag+
berlebih yang diketahui pasti jumlah seluruhnya, lalu dititrasi untuk menentukan
kelebihan Ag+. Maka titrant selain bereaksi dengan Ag+ tersebut, mungkin bereaksi
pula dengan endapan AgX:

7
Ag+(aq) (berlebih) + X- (aq) ↔ AgX(s) ↓
Ag+(aq) (kelebihan) + SCN- (aq) (titrant) ↔ AgSCN(s) ↓
SCN-(aq) + AgX (s) ↔ X-(aq) + AgSCN(aq) ↓

Bila hal ini terjadi, tentu saja terdapat kelebihan titrant yang bereaksi dan juga
titik akhirnya melemah (warna berkurang).

Konsentrasi indikator dalam titrasi Volhard juga tidak boleh sembarang,


karena titrant bereaksi dengan titrat maupun dengan indikator, sehingga kedua reaksi
itu saling mempengaruhi.

Penerapan terpenting cara Volhard ialah untuk penentuan secara tidak


langsung ion-ion halogenida: perak nitrat standar berlebih yang diketahui jumlahnya
ditambahkan sebagai contoh, dan kelebihannya ditentukan dengan titrasi kembali
dengan tiosianat baku. Keadaan larutan yang harus asam sebagai syarat titrasi
Volhard merupakan keuntungan dibandingkan dengan cara-cara lain penentuan ion
halogenida karena ion-ion karbonat, oksalat, dan arsenat tidak mengganggu sebab
garamnya larut dalam keadaan asam.
C. Metode Fajans
Dalam titrasi Fajans digunakan indikator adsorpsi. Indikator adsorpsi ialah zat
yang dapat diserap pada permukaan endapan (diadsorpsi) dan menyebabkan
timbulnya warna. Penyerapan ini dapat diatur agar terjadi pada titik ekivalen, antara
lain dengan memilih macam indikator yang dipakai dan pH.

Cara kerja indikator adsorpsi ialah sebagai berikut: indikator ini ialah asam
lemah atau basa lemah organik yang dapat membentuk endapan dengan ion perak.
Misalnya fluoresein yang digunakan dalam titrasi ion klorida. Dalam larutan, fluoresein
akan mengion (untuk mudahnya ditulis HFl saja).
HFl(aq) ↔ H+(aq) +Fl-(aq)

Ion Fl- inilah yang diserap oleh endapan AgX dan menyebabkan endapan
berwarna merah muda. Karena penyerapan terjadi pada permukaan, dalam titrasi ini
diusahakan agar permukaan endapan itu seluas mungkin supaya perubahan warna
yang tampak sejelas mungkin, maka endapan harus berukuran koloid. Penyerapan
terjadi apabila endapan yang koloid itu bermuatan positif, dengan perkataan lain
setelah sedikit kelebihan titrant (ion Ag+).

8
Pada tahap-tahap pertama dalam titrasi, endapan terdapat dalam lingkungan
dimana masih ada kelebihan ion X- dibanding dengan Ag+; maka endapan menyerap
ion-ion X- sehingga butiran-butiran koloid menjadi bermuatan negatif. Karena muatan
Fl- juga negatif, maka Fl- tidak dapat ditarik atau diserap oleh butiran-butiran koloid
tersebut. Makin lanjut titrasi dilakukan, makin kurang kelebihan ion X-; menjelang titik
ekivalen, ion X- yang terserap endapan akan lepas kembali karena bereaksi dengan
titrant yang ditambah saat itu, sehingga muatan koloid makin berkurang negatif. Pada
titik ekivalen tidak ada kelebihan X- maupun Ag+; jadi koloid menjadi netral. Setetes
titrant kemudian menyebabkan kelebihan Ag+. Ion-ion Ag+ ini diserap oleh koloid yang
menjadi positif dan selanjutnya dapat menarik ion Fl- dan menyebabkan warna
endapan berubah mendadak menjadi merah muda. Pada waktu bersamaan sering
juga terjadi penggumpalan koloid, maka larutan yang tadinya berwarna keruh juga
menjadi jernih atau lebih jernih. Fluoresein sendiri dalam larutan berwarna hijau
kuning, sehingga titik akhir dalam titrasi ini diketahui berdasar ketiga macam
perubahan diatas, yakni

1. Endapan yang semula putih menjadi merah muda dan endapan kelihatan
menggumpal
2. Larutan yang semula keruh menjadi lebih jernih
3. Larutan yang semula kuning hijau hampir-hampir tidak berwarna lagi.

Suatu kesulitan dalam menggunakan indikator adsorpsi ialah, bahwa banyak


diantara zat warna tersebut membuat endapan perak menjadi peka terhadap cahaya
(fotosensifitasi) dan menyebabkan endapan terurai.

Titrasi menggunakan indikator adsorpsi biasanya cepat, akurat dan terpercaya.


Sebaliknya penerapannya agak terbatas karena memerlukan endapan berbentuk
koloid yang juga harus dengan cepat. (Harjadi,W,1990)

2.4 Pembentukan Endapan Berwarna


Seperti sistem asam, basa dapat digunakan sebagai suatu indicator untuk
titrasi asam-basa. Pembentukan suatu endapan lain dapat digunakan untuk
menyatakan lengkapnya suatu titrasi pengendapan. Dalam hal ini terjadi pula pada
titrasi Mohr, dari klorida dengan ion perak dalam mana digunakan ion kromat sebagai
indikator. Pemunculan yang permanen dan dini dari endapan perak kromat yang
kemerahan itu diambil sebagai titik akhir (TE).

9
Titrasi Mohr terbatas untuk larutan dengan perak dengan pH antara 6,0 – 10,0.
Dalam larutan asam konsentrasi ion kromat akan sangat dikurangi karena HCrO4-
hanya terionisasi sedikit sekali. Lagi pula dengan hidrogen kromat berada dalam
kesetimbangan dengan dikromat terjadi reaksi :
2H+ + 2CrO4- ↔ 2HCrO4 ↔ Cr2O72- + 2H2O

Mengecilnya konsentrasi ion kromat akan menyebabkan perlunya menambah


ion perak dengan sangat berlebih untuk mengendapkan ion kromat dan karenanya
menimbulkan galat yang besar. Pada umumnya garam dikromat cukup dapat larut.
Proses argentometri termasuk dalam titrasi yang menghasilkan endapan dan
pembentukan ion kompleks. Proses argentometri menggunakan AgNO3 sebagai
larutan standar. Proses ini biasanya digunakan untuk menentukan garam-garam dari
halogen dan sianida. Karena kedua jenis garam ini dapat membentuk endapan atau
senyawa kompleks dengan ion Ag+ sesuai dengan persamaan reaksi sebagai berikut
:
NaCl + Ag+ → AgCl ↓ + Na+
KCN + Ag+ → AgCl ↓ + K+
KCN + AgCN ↓ → K [Ag(CN)2 ]

Karena AgNO3 mempunyai kemurnian yang tinggi maka garam tersebut dapat
digunakan sebagai larutan standar primer. Dalam titrasi argentometri terhadap ion CN-
tercapai untuk garam kompleks K [Ag(CN)2] karena proses tersebut dikemukakan
pertama kali oleh Lieberg, cara ini tidak dapat dilakukan dalam suasana amoniatial
karena garam kompleks dalam larutan akan larut menjadi ion komplek diamilum.
(Harizul, Rivai. 1995)
2.5 Kelebihan dan Kekurangan Titrasi Argentometri
Titrasi pengendapan adalah anilisis titrimetri berdasarkan proses
terbentuknya endapan antara reagen dengan analit dan reagen dengan indikator
dengan warna yang berbeda. Hal dasar yang diperlukan dari titrasi pengendapan
adalah pencapaian keseimbangan pembentukan yang cepat setiap kali titran
ditambahkan pada analit, tidak adanya interferensi yang menggangu titrasi, tetapi
ditambah dengan titik akhir titrasi yang mudah diamati.
Adapun dalam titrasi pengendapan terdapat kelebihan dan kekurangan yang
signifikan, diantaranya :
1. Jumlah metode titrasi pengendapan tidak sebanyak titrasi asam-basa ataupun
titrasi reduksi-oksidasi (redoks).

10
2. Kesulitan dalam mencari indikator yang sesuai dalam titrasi pengendapan.

Komposisi endapan pada titrasi pengendapan seringkali tidak diketahui pasti,


terutama jika terdapat efek kopresipitasi.

2.6 Contoh Perhitungan


a. Contoh Metode Mohr
1. Akan ditentukan kemurnian (kadar) NaCl dalam garam dapur. Seberat
1,0 g sampel garam dilarutkan dalam air sampai 100,0 mL . Sebanyak
10,0 mL larutan tersebut dititrasi dengan larutan baku AgNO3 0,1100 N
dengan cara Mohr. Untuk larutan sampel membutuhkan pentiter 9,60
mL sedangakan untuk blangko 0,10 mL . jika Mr. NaCl = 58,5 tentukan
kadar NaCl dalam sampel garam tersebut dalam % b/b

JAWAB
Vol. Pentiter yang diperlukan = 9,60 – 0,10 = 9,50 mL
Dari rumus di atas , maka :
[Cl-] = N = 0,1056 M

Jadi kadar NaCl = [Cl-] = 0,1056 M = 0,1056 mol /L, atau dalam 100 ml
sampel
mengandung
NaCl = 100/1000 x 0,1056 mol = 0,01056 mol = 0,01056 x 58,5 g = 0,
62 g
= 0,62 / 1,0 x 100 % = 62 %

2. Tabel Data.
NaCl (gr) AgNO (ml) Indikator Perubahan
warna

11
0,057 9,2 ml K2CrO4 Kuning menjadi
merah
0,054 10 ml K2CrO4

Reaksi :

Cara Mohr
NaCl + AgNO3 AgCl + NaNO3
(endapan putih)

2AgNO3 + K2CrO4 Ag2CrO4 + 2 KNO3


(endapan merah)

 Diketahui :
Massa NaCl = 57 mg

Konsentrasi NaCl = 0,0954 N

Volume AgNO3 = 9,2 ml

m grek NaCl setara dengan m grek AgNO3

Ditanya : % NaCl = .....?

Jawab :
% kadar NaCl = V x N x Bst x 100 %
Bs x Fk

= 9,2 ml x 0,0954 N x 5,844 mg x 100 %


57 mg x 0,1

12
= 5,0176 x 100 %

5,7

= 92,9218 %

 Diketahui :
Massa NaCl = 54 mg
Konsentrasi NaCl = 0,0954 N
Volume AgNO3 = 10 ml

Ditanya : % Kadar NaCl = ....?

Jawab :
% kadar NaCl = V x N x Bst x 100 %
Bs x Fk

= 10 ml x 0,0954 N x 5,844 mg x 100 %


54 mg x 0,1

= 5,575176 x 100 %
5,4

=103,244 %

Pembahasan :

Pada metode argentometri cara Mohr ini sample yang digunakan yaitu
NaCL. Cara ini biasanya digunakan terutama dalam penentuan klorida dan
bromide. Digunakan 2 berat (massa) NaCl yang berbeda yaitu 57 mg dan 54

13
mg. pertama-tama NaCl ditimbang dengan neraca analitik, setelah itu
dilarutkan dalam 10 ml air suling. Sampel larut dalam air suling. Setelah itu
ditambahkan 3 tetes kalium kromat (K2CrO4) sebagai indicator, warna larutan
menjadi kuning. Kemudian dititrasi dengan AgNO3 sambil dokocok/digoyang
sampai tepat membentuk endapan merah bata. Untuk NaCl 57 mg digunakan
AgNO3sebanyak 10 ml dan 9,2 ml untuk NaCl 54 mg.

Bila suatu larutan klorida dititrasi dengan larutan AgNO3 maka akan terjadi
reaksi
Ag+ + Cl– AgCl
Titik akhir titrasi dapat dinyatakan dengan indicator larutan K 2CrO4 yang
dengan ion Ag+berlebih menghasilkanendapan AgCl yang berwarna putih
mulai berubah menjadi kemerah-merahan. Titrasi harus dilakukan dalam
suasana netral atau basa lemah dengan pH antara 6,5 – 9, dengan begitu
garam perak kromat tidak akan terbentuk.
Dari hasil perhitungan diperoleh kadar NaCl yaitu 98,0829%. Berdasarkan
literatur, kadar tersebut tidak sesuai yaitu seharusnya tidak kurang dari 99%
dan tidak lebih dari 101,0%. Hal ini mungkin terjadi karena NaCl yang
ditimbang tidak dalam keadaan kering. Atau kurang teliti dalam menentukan
titik akhir titrasi serta penambahan indikatornya tidak secara seksama,
sehingga akan mempengaruhi hasil titrasi.

3. Tabel Data
No sampel Berat sampel Vol. larutan baku
(MgCl2) AgNO3

I 50,3 mg 6,7 ml

II 50,9 mg 7,9 ml

Perubahan warna Kuning Merah bata

14
Reaksi
MgCl2 + K2CrO4 Mg2CrO4 + 2 KCl (Kuning)
MgCl2 + 2AgNO3 2AgCl + Mg(NO3)2 (Putih kekuningan)
AgNO3 + K2CrO4 Ag2CrO4 + 2 KNO3 (Merah bata)

Perhitungan :
% kadar = V x N x berat setara x 100%
Berat sampel

 Untuk MgCl2 berat Sampel 50,3 mg

% kadar = V x N x Bst x 100 %


Berat sampel
= 6,7 x 0,1492 x 47,605 x 100 %
50,3
= 47,58 x 100 %
50,3
= 94,5 %
 Untuk MgCl2 berat Sampel 50,9 mg
% kadar = V x N x Bst x 100 %
Berat sampel
= 6,9 x 0,1492 x 47,605 x 100 %
50,9
= 51,13 x 100 %
50,9
= 101,6 %

15
Kadar rata-rata :
K = ( K1 + K2 ) / 2

= ( 94,5 % + 101,6 % ) / 2

= ( 196,1 % ) / 2

= 98,05 %
Pembahasan :
Argentometri merupakan analisis volumetri berdasarkan atas
reaksi pengendapan dengan menggunakan larutan standar argentum.
Atau dapat juga diartikan sebagai cara pengendapan atau
pengendapan kadar ion halida atau kadar Ag+ itu sendiri dari reaksi
terbentuknya endapan dan zat uji dengan titran AgNO3.
Pada metode titrasi ditambahkan larutan indikator pada zat
uji.Indikator adalah suatu senyawa organik yang kompleks yang
digunakan untuk menentukan titik akhir suatu reaksi. Titik akhir titrasi
adalah suatu keadaan dimana penambahan satu tetes larutan baku
dapat menyebabkan perubahan warna pada indikator. Indikator
memiliki rentang pH tertentu dan dapat berubah warna dengan
adanya perubahan pH dari larutan uji. Pada percobaan inin digunakan
indikator K2CrO4.
Standarisasi larutan AgNO3 dengan NaCl merupakan titrasi yang
termasuk dalam presipitimetri jenis argentometri. Cara pengendapan
yang digunkan dalam percobaan ini adalah cara mohr karena dipakai
dalam penentuan clorida yaitu MgCl2. Pada cara mohr nantinya akan
terlihat endapan merah bata yang larutannya dititrasi dengan larutan
baku AgNO3.

16
Pada percobaan argentometri ini ditimbang sampel
MgCl2sebanyak 50,3 mg dan 50,9 mg. Titrasi dilakukan secara diplo
(dua kali percobaan) agar dapat diketahui jumlah larutan baku (titran)
yang digunakan pada percobaan pertama dan kedua yang nantinya kan
dibandingkan bahwa apakah jarak (selisih) antara titrasi kedua dan
pertama lebih sedikit atau cukup besar. Sampel yang telah ditmbang
kemudian dilarutkan dengan aquadest sebanyak 10 ml lalu
ditambahkan 3 tetes indikator K2CrO4, alasan penggunaan indikator ini
adalah untuk mengetahui titik akhir titrasi saat dilakukannya penitrasian.
Kemudian sampel dititrasi menggunakan larutan baku AgNO 3 dimana,
dengan ion perak yang berlebih maka akan terbentuk endapan
berwarna merah bata.
Larutan AgNO3 dan larutan MgCl2, pada awalnya masing-masing
merupakan larutan yang jernih dan tidak berwarna.Larutan kemudian
berubah menjadi kuning mengikuti warna K2CrO4 yang merupakan
indikator pada percobaan ini.
Setelah dititrasi dengan AgNO3, awalnya terbentuk endapan
berwarna putih yang merupakan AgCl.Ketika MgCl2 sudah habis
bereaksi dengan AgNO3, sementara jumlah AgNO3 masih ada, maka
AgNO3 kemudian bereaksi dengan indikator K2CrO4 membentuk
endapan Ag2CrO4 yang berwarna merah bata.
Dalam titrasi ini, titrasi perlu dilakukan secara cepat dan
pengocokan harus juga dilakukan secara kuat agar Ag+ tidak teroksidasi
menjadi AgO yang menyebabkan titik akhir titrasi menjadi sulit tercapai.
Setelah terjadi perubahan warna merah bata, maka titrasi
dihentikan, sehingga diperoleh data volume AgNO3 untuk masing –
masing percobaan adalah sebagai berikut :

1. MgCl2 dengan berat 50,3 mg

17
Volume AgNO3 sebanyak 6,7 ml

2. MgCl2 dengan berat 50,9 mg


Volume AgNO3 sebanyak 7,9 ml
Setelah itu dihitung kadar MgCl2 dengan menggunakan rumus
sebagai berikut :
% kadar = V x N x Bst x 100 %
Berat sampel

Hasil perhitungan dari kadar MgCl2 untuk setiap sampel, yaitu :


1. MgCl2 dengan berat 50,3 mg , Volume AgNO3 sebanyak 6,7 ml
Kadar = 94,5 %
2. MgCl2 dengan berat 50,9 mg, Volume AgNO3 sebanyak 7,9 ml
Kadar = 101,6 %
Sehingga diperoleh hasil perhitungan kadar rata-rata MgCl2 yaitu 98,05
%.

4. Tabel Data
Labu V V N V rata- Perubahan Warna
NaCl AgNO3 AgNO3 rata Endapan
AgNO3
awal akhir

1 25 ml 44,2 mL 0,1 N (44,2 + Kuning Putih pucat


44) merah bata

2 25 ml 44 mL 0,1 N 44,1 mL Kuning Putih pucat


merah bata

Diketahui :

18
V AgNO3 = 44,1 mL
N AgNO3 = 0,1 N
V NaCl = 25 mL
BE NaCl = 58,44 gr/mol
Mg contoh = 1gr = 1000 mg

Ditanya :
a. Standarisasi AgNO3 dengan NaCl (indikator K2CrO4)
b. Penentuan NaCl dalam garam dapur (cara Mohr)

Jawab :

a. Standarisasi AgNO3 dengan NaCl (indikator K2CrO4)


AgNO3 Ag+ + NO3-

𝑉1+𝑉2
V AgNO3 = 2

44,2+44 𝑚𝐿
= 2

= 44,1 mL

N NaCl . V NaCl = N AgNO3. V AgNO3


𝑁 AgNO3 . VAgNO3
N NaCl = 𝑉 𝑁𝑎𝐶𝑙
0,1 𝑁 𝑥 44,1 𝑚𝐿
= 25 𝑚𝐿

= 0,1764 N

b. Penentuan NaCl dalam garam dapur (cara Mohr)


NaCl Na+ + Cl-

19
𝑉 AgNO3 x NAgNO3 x BE NaCl
Kadar NaCl = x 100 %
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ
44,1 𝑚𝐿 𝑥 0,1 𝑁 𝑥 58,44 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙
= x 100%
1 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑙
0,0441 𝐿 𝑥 0,1 𝑥 58,44 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙
𝑒𝑘
= x 100%
1 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 25,77 %

Jadi, kadar banyaknya NaCl sebanyak 25,77%

5. Menghitung galat pada metode mohr


Diketahui :
N (praktik) AgNO3 : 0,00739 N
N (teori) AgNO3 : 0,01 N

Ditanya : Galat …?
Penyelesaian :

𝑁 𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘−𝑛 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖
Galat = x 100%
𝑁 𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘
0,00739−0,01
= x 100%
𝑜,00739

= 35,31%

Jadi pada metode mohr ini terdapat galat sebesar 35,31%

6. Standarisasi larutan perak nitrat dengan Natrium Klorida 0,01 N


Metode Mohr

Diketahui :
N Nacl : 0,01 N
V rata-rata AgNO3 : 16,9

20
V NaCl : 12,5

Ditanya : N AgNO3…?

Penyelesaian :

V1 x N1 = V2 x N2
12,5 x 0,01 = 16,9 x N2
N2 = 0,00739

Jadi, konsentrasi perak nitrat setelah dilakukan standarisasi adalah


0,00739 N

b. Contoh Metode Volhard


1. Seberat 0,10 g senyawa garam magnesium bromida berair kristal murni (
MgBr2 . n H2O ) dilarutkan dalam air sampai 10,0 mL. Seluruh larutan
tersebut dititrasi secara Argentometri dengan cara Volhard. Setelah
ditambah 11,0 mL Ag+ 0,1020 N lalu dititrasi dengan larutan standar
KSCN , 0.0150 N ; ternyata dibutuhkan 1,50 ml . Hitung n Ar: Mg = 24 ,
Br = 73 H = 1 dan O = 16 ) ( Bantuan : dalam air : MgBr2. n H2O →
Mg2+ + 2 Br - + n H2O )

JAWAB :

Mr. MgBr2 . n H2O = 170 + 18 n

[ SCN - ] yang bereaksi dengan kelebihan Ag + = 0,1050 N x 1,50 mL =


0,1575 molek

21
Ag+ total untuk mentiter Br - dan SCN- = 0,1020 N x 11 mL = 1,1220
mmolek

Sehingga Ag+ untuk mentiter Br - = 1,1220 – 0,1575 = 0,9645 mmolek

Dari proses titrasi : mmolek Br - = mmolek Ag+ = 0,9645

Jadi [ Br -] dalam sampel = 0,9645 mmolek = 0,9645 mmol

Dari proses perurain zat dalam air : [ MgBr2 ] = ½ x [ Br -] = ½ x 0,9645


= 0,4823 mmol

Jadi berat zat = 0,4823 mmol x ( 170 + 18 n ) mg = ( 82 + 8,68 n ) mg

Berat sampel = 0,10 gram = 100 mg

Sehingga : 100 = ( 82 + 8,68 n ) ; maka n = = 2

2. Tabel Data :
KBr Perubahan
(gr) indikator warna
HNO3(ml) AgNO3(ml)

Bening
menjadi hijau
0,105 2 15 FeNH4- pucat
(SO4)2

Reaksi :

AgNO3 + KBr AgBr + KNO3

22
AgNO3 + KSCN AgSCN + KNO3
(endapan putih)

3AgSCN + Fe3+ Fe (SCN)3 + 3Ag+


( larutan merah)

Perhitungan:
Diketahui :
Massa KBr = 0,105 mg

V. AgNO3 = 15 ml

V. KSCN = 7,7 ml

N. AgNO3 = 0,0954 N

N. KSCN = 0,0929 N
m grek KBr setara dengan m grek AgNO3

KBr = m grek AgNO3 – m grek KSCN


BE

= ( 15 ml x 0,0954 ) – ( 7,7 ml x 0,0929)

= 1,4310 – 0,7153

= 0,7154

m grek = mg x Mr.KBr
BE

23
m KBr = 0,7154 x 119,01

= 42,5699 x 100%
100 ml

% Kemurnian = 42,69

Pembahasan :

Titrasi cara ini dilakukan secara tidak langsung, dimana ion halogen
diendapkan oleh ion Ag+ yang berlebihan. Kelebihan ion perak lalu dititrasi
dengan larutan KSCN. Titrasi harus dilakukan dalam suasana asam
berlebih.
Pada percobaan ini, jumlah KBr yang digunakan yaitu0,105 gram.
Kemudian sample dilarutkan dalam air suling sebanyak 10 ml. sample larut
dalam air suling. Sample ditambah 2 ml asam nitrat, larutan tetap bening.
Kemudian sample ditambahkan 15 ml AgNO3 dan ditambahkan 3 tetes
besi(III) ammonium sulfat sebagai indicator, akan terbentuk endapan hijau
pucat dengan larutan berwarna bening.
Setelah dihitung, kadar KBr didapatkan sebesar 42,5699%.
Berdasarkan literatur, kadar KBr yang seharusnya yaitu tidak kurang dari
98,5% KBr yang ditimbang dari zat yang telah dikeringkan. Hal ini mungkin
terjadi karena KBr yang ditimbang tidak dalam keadaan kering. Atau
kurang teliti dalam menentukan titik akhir titrasi serta penambahan
indikatornya tidak secara seksama, sehingga akan mempengaruhi hasil
titrasi.

3. Penentuan NaCl dalam garam dapur (cara Volhard)

24
Lab V V N V rata- Perubahan Warna
u NaCL KSCN KSCN rata Endapan
KSCN
Awal Akhir

1 25 mL 2,7 mL 01 N (2,7 + 2,6 Putih Putih


) bening

2 25 mL 2,6 mL 0,1 N 2,65 mL Putih Putih


bening

Diketahui :

V KSCN = 2,65 mL
N KSCN = 0,1 N
V NaCl = 25 mL
BE NaCl = 58,44 gr/mol
Mg contoh = 1gr = 1000 mg

Ditanya :

a. Standarisasi KSCN dengan NaCl


b. Kadar NaCl

Penyelesaian :

a. Standarisasi KSCN dengan NaCl


𝑉1 𝑥 𝑉2
V KSCN = 2

2,7+2,6 𝑚𝐿
= 2

25
= 2,65 mL
N NaCl . V NaCl = N KSCN .V KSCN
𝑁 𝐾𝑆𝐶𝑁 . 𝑉 𝐾𝑆𝐶𝑁
N NaCl = 𝑉 𝑁𝑎𝐶𝑙
0,1 𝑁 𝑥 2,65 𝑚𝐿
= 25 𝑚𝐿

= 0,011 mL

𝑉 𝐾𝑆𝐶𝑁 𝑥 𝑁 𝐾𝑆𝐶𝑁 𝑥 𝐵𝐸 𝑁𝑎𝐶𝑙


b. Kadar NaCl = 𝑥 100%
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ

𝑔𝑟
2,65 𝑚𝐿 𝑥 0,1 𝑁 𝑥 58,44
𝑚𝑜𝑙
= x 100%
1 𝑔𝑟𝑎𝑚

𝐿
0,00265 𝐿 𝑥 0,1 𝑥 58,44 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙
𝑒𝑘
= x 100%
1 𝑔𝑟𝑎𝑚

= 1,55 %

c. Contoh Metode Fajans


1. Diketahui :
N NaCl : 0,01 N
V rata-rata AgNO3 : 15,86
V NaCl : 12,5 mL

Ditanya : N AgNO3 …?

Penyelesaian :
V1xN1 = V2 x N2
12,5 x 0,01 = 15,86 x N2

26
0,125 = 15,86 x N2
0,00788 = N2

Jadi konsentrasi perak nitrat setelah dilakukan standarisasi adalah


0,00788 N

2. Menghitung galat pada metode fajans

Diketahui :
N (praktik ) AgNO3 : 0,00788 N
N (teori) AgNO3 : 0,,01 N
Ditanya : Galat …?

Penyelesaian :
𝑁 𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘−𝑁 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖
Galat = x 100%
𝑁 𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘
0,00788−0,01
= x 100%
0,00788

= 26,90 %
Jadi pada metode ini terdapat galat sebesar 26,90%

Contoh Soal :

Standardisasi larutan NaCl dengan menggunakan larutan standard


AgNO3

Penambahan AgNO3
Tbg Perlakuan
Sebelum Setelah
Berwarna Berwarna merah
I 10 mL larutan NaCl +
kuning bata

27
5 tetes indikator larutan V AgNO3 = 9,13
K2CrO4 mL

II V AgNO3 = 9,10
mL
III V AgNO3 = 8,98
mL

1. Sebelum larutan NaCl sebanyak 10 mL yang sudah ditambahkan


dengan 5 tetes larutan indikator K2CrO4 dititrasi dengan larutan
AgNO3, mula-mulanya larutan NaCl berwarna kuning. Namun setelah
dititrasi dengan larutan AgNO3, larutan NaCl akan berubah warnanya
dan menghasilkan larutan yang berwarna merah bata pada
penambahan volume larutan AgNO3 yang sama untuk 3 kali
pengulangan.

Diketahui : Volume titrasi = 9,13 mL ; 9,10 mL ; 8,98 mL

N NaCl ( N1 ) = 0,01 N
Volume NaCl ( V1 ) = 10 mL

Jadi, yang perlu dicari adalah normalitas dari AgNO3.


Persamaan yang digunakan adalah :

 ek analit =  ek titran

 ek NaCl =  ek AgNO3

N1 . V1 = N2 . V2

Oleh sebab itu,berikut ini adalah perhitungan normalitas AgNO 3 dari


standarisasi dengan NaCl.

28
a. Volume titrasi 9,13 mL
 ek NaCl =  ek AgNO3

N1 . V1 = N2 . V2

V1 10 mL
N2  x N1  x 0,01 N  0,01 N
V2 9,13 mL

b. Volume titrasi 9,10 mL


 ek NaCl =  ek AgNO3

N1 . V1 = N2 . V2

V1 10 mL
N2  x N1  x 0,01 N  0,01 N
V2 9,10 mL

c. Volume titrasi 8,98 mL


 ek NaCl =  ek AgNO3

N1 . V1 = N2 . V2

V1 10 mL
N2  x N1  x 0,01 N  0,01 N
V2 8,98 mL

Dari perhitungan normalitas AgNO3 -nya dapat dicari rerata normalitas


AgNO3 -nya dan standar deviasinya, yaitu :

 Rerata Normalitas AgNO3


N1  N 2  N 3 0,01  0,01  0,01 0,03
N     0,01 N
3 3 3

29
 Standar Deviasi
2
 (N i - N )
S 
n -1
(0,01 - 0,01) 2  (0,01 - 0,01) 2  (0,01 - 0,01) 2

3 -1
0  0  0 0
 
2 2
 0

Menetapkan kadar/kemurnian NaCl dalam garam dapur kotor dengan


menggunakan metode Mohr

Penambahan AgNO3
Tbg Perlakuan
Sebelum Setelah
Berwarna merah
10 mL larutan NaCl bata
I
(garam dapur kotor) + V AgNO3 = 6,53
Berwarna
5 tetes indikator larutan mL
kuning
K2CrO4 V AgNO3 = 6,48
II
mL
III V AgNO3 = 6,51
mL

2. Mula-mula larutan garam dapur kotor yang sudah yang sudah


diencerkan diambil sebanyak 10 mL dari sampel larutan garam dapur
kotor tersebut dan ditambahkan dengan larutan indikator K 2CrO4
sebanyak 5 tetes adalah berwarna kuning. Namun setelah dititrasi
dengan larutan AgNO3, larutan garam kotor tersebut akan berubah
warnanya dan menghasilkan larutan yang berwarna merah bata pada
penambahan volume larutan AgNO3 yang berbeda-beda untuk 3 kali
pengulangan.

30
Diketahui : Volume titrasi = 6,53 mL ; 6,48 mL ; 6,51 mL

BE NaCl dalam garam dapur kotor = Mr = 1 mol/ek . 58,5 g/mol


= 58,5 g/ek

Berat cuplikan = 0,293 gram

N AgNO3 = 0,01 N

Jadi, yang perlu dicari adalah kadar/kemurnian dari NaCl dalam


garam dapur kotor. Persamaan yang digunakan adalah :

 mek analit =  mek titran

 ek NaCl =  ek AgNO3

berat NaCl 500 mL


x  V . N AgNO 3
BE 10 mL

Oleh sebab itu, berikut ini adalah perhitungan kadar/kemurnian dari


NaCl dalam garam dapur kotor.

31
a. Volume titrasi 6,53 mL = 6,53.10-3 L

 ek NaCl =  ek AgNO3

berat NaCl (g) 10 mL


x  V . N AgNO 3
BE 500 mL
berat NaCl
x 0,02  6,53.10 -3 L . 0,01 ek/L
58,5 g/ek
0,02 x berat NaCl
 6,53 . 10 -5 ek
58,5 g/ek
6,53 . 10 -5 ek x 58,5 g/ek
berat NaCl 
0,02
3,82005.10 -3 g

0,02
 0,19 gram

berat NaCl
kemurnian (k) NaCl dalam garam dapur kotor  x 100%
berat sampel
0,19 gram
 x 100%
0,2 gram
 95 %

32
b. Volume titrasi 6,48 mL = 6,48.10-3 L
 ek NaCl =  ek AgNO3
berat NaCl (g) 10 mL
x  V . N AgNO 3
BE 500 mL
berat NaCl
x 0,02  6,48.10 -3 L . 0,01 ek/L
58,5 g/ek
0,02 x berat NaCl
 6,48 . 10 -5 ek
58,5 g/ek
6,48 . 10 -5 ek x 58,5 g/ek
berat NaCl 
0,02
3,7908.10 -3 g

0,02
 0,19 gram

berat NaCl
kemurnian (k) NaCl dalam garam dapur kotor  x 100%
berat sampel
0,19 gram
 x 100%
0,2 gram
 95 %

33
c. Volume titrasi 6,51 mL = 6,51.10-3 L

 ek NaCl =  ek AgNO3

berat NaCl (g) 10 mL


x  V . N AgNO 3
BE 500 mL
berat NaCl
x 0,02  6,51.10 -3 L . 0,01 ek/L
58,5 g/ek
0,02 x berat NaCl
 6,51 .10 -5 ek
58,5 g/ek
6,51 . 10 -5 ek x 58,5 g/ek
berat NaCl 
0,02
3,80835.10 -3 g

0,02
 0,19 gram

berat NaCl
kemurnian (k) NaCl dalam garam dapur kotor  x 100%
berat sampel
0,19 gram
 x 100%
0,2 gram
 95 %
Dari perhitungan dapat dicari rerata kadar/kemurnian dari NaCl
dalam garam dapur kotor, yaitu :

Rerata kemurnian kadar/kemurnian dari NaCl dalam garam dapur


kotor.

k1  k 2  k 3 95%  95 %  95% 285%


k     95%
3 3 3

34
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Titrasi AgNO3 dan NaCl merupakan titrasi dengan Metode Mohr dan
Titrasi sampel termasuk dalam Metode Fajans karena sampel mengandung ion
I-. Argentometri adalah titrasi pengendapan dengan larutan standar AgNO3.
Ada 3 metode argentometri yaitu metode Mohr, Volhard, Fajans.
Pada titrasi argentometri, zat pemeriksaan yang telah dibubuhi indikator
dicampur dengan larutan standar garam perak nitrat (AgNO3).

Dengan mengukur volume larutan standar yang digunakan sehingga


seluruh ion Ag+ dapat tepat diendapkan, kadar garam dalam larutan
pemeriksaan dapat ditentukan. (Al.Underwood,1992). Titik akhir potensiometri
didasarkan pada potensial elektrode perak yang dicelupkan kedalam larutan
analit.Titik akhir amperometri melibatkan penentuan arus yang diteruskan
antara sepasang mikroelektrode perak dalam larutan analit. Sedangkan titik
akhir yang dihasilkan indikator kimia, biasanya terdiri dari perubahan
warna/muncul tidaknya kekeruhan dalam larutan yang dititrasi.

3.2 Saran

Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang


menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak
kekurangan dan kelemahannya, karena terbatasnya pengetahuan dan
kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul
makalah ini.

Penulis banyak mengharap para pembaca memberikan kritik dan saran


yang membangun demi kesempurnaan makalah ini dan penulisan makalah di
kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis khususnya
dan pembaca pada umumnya.

35
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/6612492/makalah_argentometri
https://www.academia.edu/15176032/A._Pengertian_Titrasi_pengendapan

36

Anda mungkin juga menyukai