OLEH :
KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLTEKKES KEMENKES DENPASAR
D-III TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
TAHUN 2019-2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
dengan berkat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Makalah
mengenai Titrasi Pengendapan (Argentometri) sesuai dengan yang
diharapkan dan tepat pada waktunya. Makalah ini ditulis untuk memenuhi
salah satu tugas mata kuliah pilihan Kimia Analitik dan sebagai syarat
memperoleh nilai tugas pada mata kuliah ini.
Dalam menyelesaikan makalah ini, penulis menyadari bahwa
sepenuhnya masih banyak kekurangan, akan tetapi atas bantuan semua
pihak akhirnya kesulitan-kesulitan tersebut dapat diatasi. Semoga makalah
yang penulis buat ini dapat berguna untuk kita semua dan tak lupa pula
kritik dan saran yang membangun yang penulis harapkan demi
sempurnanya makalah berikutnya. Kami mohon maaf apabila ada
kesalahan penulisan kata.
Tim Penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
ii
BAB I
PENDAHULUAN
• Titrasi asam basa yang meliputi reaksi asam basa baik kuat maupun
lemah.
• Titrasi redoks adalah titrasi yang meliputi hampir semua reaksi oksidasi
reduksi
• Titrasi pengendapan adalah titrasi yang meliputi pembentukan
endapan, seperti Ag.
• Titrasi kompleksometri; meliputi titrasi EDTA seperti titrasi spesifik dan
juga dapat digunakan untuk melihat perbedaan pH pada
pengompleksan.
1
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan titrsi Argentometri
2
BAB II
PEMBAHASAN
2. 1 Pengertian Argentometri
Titrasi pengendapan atau Argentometri adalah penetapan kadar zat yang
didasarkan atas reaksi pembentukan endapan dari komponen zat uji dengan titran
larutan titer perak nitrat. Pada argentometri, ion perak memegang peranan penting
dalam pembentukan endapan, cara ini dipakai untuk penetapan kadar ion halida, anion
yang dapat membentuk endapan garam perak, atau untuk penetapan kadar perak
tersebut.
Reaksi yang menghasilkan endapan dapat digunakan untuk analisis secara
titrasi jika reaksinya berlangsung cepat, dan kuantitatif serta titik akhir dapat dideteksi.
Beberapa reaksi pengendapan berlangsung lambat dan mengalami keadaan lewat
jenuh. Tidak seperti gravimetri, titrasi pengendapan tidak dapat menunggu sampai
pengendapan berlangsung sempurna. Hal yang penting juga adalah hasil kali
kelarutan harus cukup kecil sehingga pengendapan bersifat kuantitatif dalam batas
kesalahan eksperimen. Reaksi samping tidak boleh terjadi demikian juga kopresipitasi.
Keterbatasan pemakaian cara ini disebabkan sedikit sekali indikator yang sesuai.
Semua jenis reaksi diklasifikasi berdasarkan tipe indikator yang digunakan untuk
melihat titik akhir.
Berdasarkan jenis indikator dan teknik titrasi yang dipakai, maka titrasi
Argentometri dapat dibedakan atas Argentometri dengan metode Mohr, Volhard, atau
Fajans. Selain menggunakan jenis indikator di atas, maka kita juga dapat
menggunakan metode potensiometri untuk menentukan titik ekivalen.
Indikator K2CrO4 digunakan pada titrasi antara ion halida dan ion perak, dimana
kelebihan ion Ag+ akan beraksi dengan CrO42- membentuk perak kromat yang
berwarna merah bata (cara Mohr) pada titik ekivalen : Ekivalen Ag+ = ekivalen Cl-
Indikator ion Fe3+ dapat digunakan pada titrasi antara ion perak dan ion SCN-,
dimana kelebihan ion SCN- akan bereaksi dengan ion Fe3+ yang memberikan warna
merah. Atau dapat juga digunakan pada titrasi antara ion halida dengan ion perak
berlebihan, dan kelebihan ion perak dititrasi dengan ion tiosianat (cara Volhard).
3
1. Temperatur, kelarutan bertambah dengan naiknya temperatur.
2. Sifat pelarut. Garam anorganik lebih larut dalam air, berkurangnya
kelarutan di dalam pelarut organik dapat digunakan sebagai dasar
pemisahan dua zat.
3. Efek ion sejenis. Kelarutan endapan dalam air berkurang, jika larutan
tersebut mengandung satu dari ion-ion penyusun endapan.
4. Ion-ion lain. Endapan berrtambah kelarutannya bila dalam larutan
terdapat garam-garam yang berbeda dengan endapan.
5. Pengaruh pH. Larutan garam dari asam lemah tergantung pada pH
larutan.
6. Pengaruh hidrolisis. Jika garam dari asam lemah dilarutkan dalam air,
akan menghasilkan perubahan (H+), kation dari spesies garam
mengalami hidrolisis sehingga menambah kelarutannya.
7. Pengaruh kompleks. Kelarutan garam yang sedikit larut merupakan
fungsi konsentrasi zat lain yang membentuk kompleks dengan kation
garam tersebut.
4
1. Menyempurnakan pengendapan
2. Pencucian endapan dengan larutan yang mengandung ion sejenis dengan endapan
Untuk larutan yang mengandung Ag, jika ditambahkan NaCI maka mula-mula
terbentuk suspensi yang kemudian terkoagulasi (membeku). Laju terjadinya koagulasi
menyatakan mendekamya titik ekivalen. Penambahan NaCI ditersukan sampai titik
akhir tercapai. Perubahan ini dilihat dengan tidak terbentuknya endapan AgCI pada
cairan supernatan. Akan tetapi sedikit NaCI harus ditambahkan untuk
menyempurnakan titik akhir. Penentuan Ag sebagai AgCI dapat dilakukan dengan
pengukuran turbidimetri yaitu dengan pembauran sinar (Underwood,1986).Jika
AgNO3 ditambahkan ke NaCI yang mengandung zat berpendar fluor, titik akhir
ditentukan dengan berubahnya warna dari kuning menjadi merah jingga. Jika
didiamkan, tampak endapan berwarna, sedangkan larutan tidak berwarna disebabkan
adanya adsorpsi indikator pada endapan AgCI. Warna zat yang terbentuk dapat
berubah akibat adsorpsi pada penukaan (Khopkar, 1990).
5
menghasilkan perubahan (H). Kation dari spesies garam mengalami hidrolisis
sehingga menambah kelarutannya (Vogel, 1990).
Kelarutan garam yang sedikit larut merupakan fungsi konsentrasi zat lain yang
membentuk kompleks dengan kation garam tersebut. Beberapa endapan membentuk
kompleks yang larut dengan ion pengendap itu sendiri. Mula-mula kelarutan berkurang
(disebabkan ion sejenis) sampai melalui minuman. Kemudian bertambah akibat
adanya reaksi kompleksasi (Vogel, 1990). Reaksi yang menghasilkan endapan dapat
dimanfaatkan untuk analisis secara titrasi jika reaksinya berlangsung cepat, dan
kuantitatif serta titik akhir dapat dideteksi. Beberapa reaksi pengendapan berlangsung
lambat dan mengalami keadaan lewat jenuh. Tidak seperti gravimetri, titrasi
pengendapan tidak dapat menunggu sampai pengendapan berlangsung sempurna.
Hal yang penting juga adalah hasil kali kelarutan (KSP) harus cukup kecil sehingga
pengendapan bersifat kuantitatif dalam batas kesalahan eksperimen. Reaksi samping
tidak boleh terjadi, demikian juga kopresipitasi. Keterbatasan utama pemakaian cara
ini disebabkan sedikit sekali indikator yang sesuai. Semua jenis reaksi diklasifikasi
berdasarkan tipe indikator yang digunakan untuk melihat titik akhir (Khopkar, 1990).
Metode Mohr biasanya digunakan untuk menitrasi ion halida seperti NaCl,
dengan AgNO3 sebagai titran dan K2CrO4¬ sebagai indikator. Titik akhir titrasi
ditandai dengan adanya perubahan warna suspensi dari kuning menjadi kuning coklat.
Perubahan warna tersebut terjadi karena timbulnya Ag2CrO4, saat hamper mencapai
titik ekivalen, semua ion Cl- hamper berikatan menjadi AgCl. Larutan standar yang
digunakan dalam metode ini, yaitu AgNO3, memiliki normalitas 0,1 N atau 0,05 N.
(Alexeyev,V,1969)
Indikator menyebabkan terjadinya reaksi pada titik akhir dengan titran, sehingga
terbentuk endapan yang berwarna merah-bata, yang menunjukkan titik akhir karena
warnanya berbeda dari warna endapan analat dengan Ag+.
Pada analisa Cl- mula-mula terjadi reaksi:
6
Ag+(aq) + Cl-(aq) ↔ AgCl(s)↓
Sedang pada titik akhir, titran juga bereaksi menurut reaksi:
2Ag+(aq) + CrO4(aq) ↔ Ag2CrO4(s)↓
Pengaturan pH sangat perlu, agar tidak terlalu rendah ataupun tinggi. Bila
terlalu tinggi, dapat terbentuk endapan AgOH yang selanjutnya terurai menjadi Ag2O
sehingga titran terlalu banyak terpakai.
2Ag+(aq) + 2OH-(aq) ↔ 2AgOH(s)↓ ↔ Ag2O(s)↓ + H2O(l)
Bila pH terlalu rendah, ion CrO4- sebagian akan berubah menjadi Cr2O72- karena
reaksi
2H+(aq) + 2CrO42-(aq) ↔ Cr2O72- +H2O(l)
Metode Volhard menggunakan NH4SCN atau KSCN sebagai titrant, dan larutan
Fe3+ sebagai indikator. Sampai dengan titik ekivalen harus terjadi reaksi antara titrant
dan Ag, membentuk endapan putih.
Ag+(aq) + SCN-(aq) ↔ AgSCN(s)↓ (putih)
Yang larut dan mewarnai larutan yang semula tidak berwarna. Karena titrantnya
SCN- dan reaksinya berlangsung dengan Ag+, maka dengan cara Volhard, titrasi
langsung hanya dapat digunakan untuk penentuan Ag+ dan SCN- sedang untuk anion-
anion lain harus ditempuh cara titrasi kembali: pada larutan X- ditambahkan Ag+
berlebih yang diketahui pasti jumlah seluruhnya, lalu dititrasi untuk menentukan
kelebihan Ag+. Maka titrant selain bereaksi dengan Ag+ tersebut, mungkin bereaksi
pula dengan endapan AgX:
7
Ag+(aq) (berlebih) + X- (aq) ↔ AgX(s) ↓
Ag+(aq) (kelebihan) + SCN- (aq) (titrant) ↔ AgSCN(s) ↓
SCN-(aq) + AgX (s) ↔ X-(aq) + AgSCN(aq) ↓
Bila hal ini terjadi, tentu saja terdapat kelebihan titrant yang bereaksi dan juga
titik akhirnya melemah (warna berkurang).
Cara kerja indikator adsorpsi ialah sebagai berikut: indikator ini ialah asam
lemah atau basa lemah organik yang dapat membentuk endapan dengan ion perak.
Misalnya fluoresein yang digunakan dalam titrasi ion klorida. Dalam larutan, fluoresein
akan mengion (untuk mudahnya ditulis HFl saja).
HFl(aq) ↔ H+(aq) +Fl-(aq)
Ion Fl- inilah yang diserap oleh endapan AgX dan menyebabkan endapan
berwarna merah muda. Karena penyerapan terjadi pada permukaan, dalam titrasi ini
diusahakan agar permukaan endapan itu seluas mungkin supaya perubahan warna
yang tampak sejelas mungkin, maka endapan harus berukuran koloid. Penyerapan
terjadi apabila endapan yang koloid itu bermuatan positif, dengan perkataan lain
setelah sedikit kelebihan titrant (ion Ag+).
8
Pada tahap-tahap pertama dalam titrasi, endapan terdapat dalam lingkungan
dimana masih ada kelebihan ion X- dibanding dengan Ag+; maka endapan menyerap
ion-ion X- sehingga butiran-butiran koloid menjadi bermuatan negatif. Karena muatan
Fl- juga negatif, maka Fl- tidak dapat ditarik atau diserap oleh butiran-butiran koloid
tersebut. Makin lanjut titrasi dilakukan, makin kurang kelebihan ion X-; menjelang titik
ekivalen, ion X- yang terserap endapan akan lepas kembali karena bereaksi dengan
titrant yang ditambah saat itu, sehingga muatan koloid makin berkurang negatif. Pada
titik ekivalen tidak ada kelebihan X- maupun Ag+; jadi koloid menjadi netral. Setetes
titrant kemudian menyebabkan kelebihan Ag+. Ion-ion Ag+ ini diserap oleh koloid yang
menjadi positif dan selanjutnya dapat menarik ion Fl- dan menyebabkan warna
endapan berubah mendadak menjadi merah muda. Pada waktu bersamaan sering
juga terjadi penggumpalan koloid, maka larutan yang tadinya berwarna keruh juga
menjadi jernih atau lebih jernih. Fluoresein sendiri dalam larutan berwarna hijau
kuning, sehingga titik akhir dalam titrasi ini diketahui berdasar ketiga macam
perubahan diatas, yakni
1. Endapan yang semula putih menjadi merah muda dan endapan kelihatan
menggumpal
2. Larutan yang semula keruh menjadi lebih jernih
3. Larutan yang semula kuning hijau hampir-hampir tidak berwarna lagi.
9
Titrasi Mohr terbatas untuk larutan dengan perak dengan pH antara 6,0 – 10,0.
Dalam larutan asam konsentrasi ion kromat akan sangat dikurangi karena HCrO4-
hanya terionisasi sedikit sekali. Lagi pula dengan hidrogen kromat berada dalam
kesetimbangan dengan dikromat terjadi reaksi :
2H+ + 2CrO4- ↔ 2HCrO4 ↔ Cr2O72- + 2H2O
Karena AgNO3 mempunyai kemurnian yang tinggi maka garam tersebut dapat
digunakan sebagai larutan standar primer. Dalam titrasi argentometri terhadap ion CN-
tercapai untuk garam kompleks K [Ag(CN)2] karena proses tersebut dikemukakan
pertama kali oleh Lieberg, cara ini tidak dapat dilakukan dalam suasana amoniatial
karena garam kompleks dalam larutan akan larut menjadi ion komplek diamilum.
(Harizul, Rivai. 1995)
2.5 Kelebihan dan Kekurangan Titrasi Argentometri
Titrasi pengendapan adalah anilisis titrimetri berdasarkan proses
terbentuknya endapan antara reagen dengan analit dan reagen dengan indikator
dengan warna yang berbeda. Hal dasar yang diperlukan dari titrasi pengendapan
adalah pencapaian keseimbangan pembentukan yang cepat setiap kali titran
ditambahkan pada analit, tidak adanya interferensi yang menggangu titrasi, tetapi
ditambah dengan titik akhir titrasi yang mudah diamati.
Adapun dalam titrasi pengendapan terdapat kelebihan dan kekurangan yang
signifikan, diantaranya :
1. Jumlah metode titrasi pengendapan tidak sebanyak titrasi asam-basa ataupun
titrasi reduksi-oksidasi (redoks).
10
2. Kesulitan dalam mencari indikator yang sesuai dalam titrasi pengendapan.
JAWAB
Vol. Pentiter yang diperlukan = 9,60 – 0,10 = 9,50 mL
Dari rumus di atas , maka :
[Cl-] = N = 0,1056 M
Jadi kadar NaCl = [Cl-] = 0,1056 M = 0,1056 mol /L, atau dalam 100 ml
sampel
mengandung
NaCl = 100/1000 x 0,1056 mol = 0,01056 mol = 0,01056 x 58,5 g = 0,
62 g
= 0,62 / 1,0 x 100 % = 62 %
2. Tabel Data.
NaCl (gr) AgNO (ml) Indikator Perubahan
warna
11
0,057 9,2 ml K2CrO4 Kuning menjadi
merah
0,054 10 ml K2CrO4
Reaksi :
Cara Mohr
NaCl + AgNO3 AgCl + NaNO3
(endapan putih)
Diketahui :
Massa NaCl = 57 mg
Jawab :
% kadar NaCl = V x N x Bst x 100 %
Bs x Fk
12
= 5,0176 x 100 %
5,7
= 92,9218 %
Diketahui :
Massa NaCl = 54 mg
Konsentrasi NaCl = 0,0954 N
Volume AgNO3 = 10 ml
Jawab :
% kadar NaCl = V x N x Bst x 100 %
Bs x Fk
= 5,575176 x 100 %
5,4
=103,244 %
Pembahasan :
Pada metode argentometri cara Mohr ini sample yang digunakan yaitu
NaCL. Cara ini biasanya digunakan terutama dalam penentuan klorida dan
bromide. Digunakan 2 berat (massa) NaCl yang berbeda yaitu 57 mg dan 54
13
mg. pertama-tama NaCl ditimbang dengan neraca analitik, setelah itu
dilarutkan dalam 10 ml air suling. Sampel larut dalam air suling. Setelah itu
ditambahkan 3 tetes kalium kromat (K2CrO4) sebagai indicator, warna larutan
menjadi kuning. Kemudian dititrasi dengan AgNO3 sambil dokocok/digoyang
sampai tepat membentuk endapan merah bata. Untuk NaCl 57 mg digunakan
AgNO3sebanyak 10 ml dan 9,2 ml untuk NaCl 54 mg.
Bila suatu larutan klorida dititrasi dengan larutan AgNO3 maka akan terjadi
reaksi
Ag+ + Cl– AgCl
Titik akhir titrasi dapat dinyatakan dengan indicator larutan K 2CrO4 yang
dengan ion Ag+berlebih menghasilkanendapan AgCl yang berwarna putih
mulai berubah menjadi kemerah-merahan. Titrasi harus dilakukan dalam
suasana netral atau basa lemah dengan pH antara 6,5 – 9, dengan begitu
garam perak kromat tidak akan terbentuk.
Dari hasil perhitungan diperoleh kadar NaCl yaitu 98,0829%. Berdasarkan
literatur, kadar tersebut tidak sesuai yaitu seharusnya tidak kurang dari 99%
dan tidak lebih dari 101,0%. Hal ini mungkin terjadi karena NaCl yang
ditimbang tidak dalam keadaan kering. Atau kurang teliti dalam menentukan
titik akhir titrasi serta penambahan indikatornya tidak secara seksama,
sehingga akan mempengaruhi hasil titrasi.
3. Tabel Data
No sampel Berat sampel Vol. larutan baku
(MgCl2) AgNO3
I 50,3 mg 6,7 ml
II 50,9 mg 7,9 ml
14
Reaksi
MgCl2 + K2CrO4 Mg2CrO4 + 2 KCl (Kuning)
MgCl2 + 2AgNO3 2AgCl + Mg(NO3)2 (Putih kekuningan)
AgNO3 + K2CrO4 Ag2CrO4 + 2 KNO3 (Merah bata)
Perhitungan :
% kadar = V x N x berat setara x 100%
Berat sampel
15
Kadar rata-rata :
K = ( K1 + K2 ) / 2
= ( 94,5 % + 101,6 % ) / 2
= ( 196,1 % ) / 2
= 98,05 %
Pembahasan :
Argentometri merupakan analisis volumetri berdasarkan atas
reaksi pengendapan dengan menggunakan larutan standar argentum.
Atau dapat juga diartikan sebagai cara pengendapan atau
pengendapan kadar ion halida atau kadar Ag+ itu sendiri dari reaksi
terbentuknya endapan dan zat uji dengan titran AgNO3.
Pada metode titrasi ditambahkan larutan indikator pada zat
uji.Indikator adalah suatu senyawa organik yang kompleks yang
digunakan untuk menentukan titik akhir suatu reaksi. Titik akhir titrasi
adalah suatu keadaan dimana penambahan satu tetes larutan baku
dapat menyebabkan perubahan warna pada indikator. Indikator
memiliki rentang pH tertentu dan dapat berubah warna dengan
adanya perubahan pH dari larutan uji. Pada percobaan inin digunakan
indikator K2CrO4.
Standarisasi larutan AgNO3 dengan NaCl merupakan titrasi yang
termasuk dalam presipitimetri jenis argentometri. Cara pengendapan
yang digunkan dalam percobaan ini adalah cara mohr karena dipakai
dalam penentuan clorida yaitu MgCl2. Pada cara mohr nantinya akan
terlihat endapan merah bata yang larutannya dititrasi dengan larutan
baku AgNO3.
16
Pada percobaan argentometri ini ditimbang sampel
MgCl2sebanyak 50,3 mg dan 50,9 mg. Titrasi dilakukan secara diplo
(dua kali percobaan) agar dapat diketahui jumlah larutan baku (titran)
yang digunakan pada percobaan pertama dan kedua yang nantinya kan
dibandingkan bahwa apakah jarak (selisih) antara titrasi kedua dan
pertama lebih sedikit atau cukup besar. Sampel yang telah ditmbang
kemudian dilarutkan dengan aquadest sebanyak 10 ml lalu
ditambahkan 3 tetes indikator K2CrO4, alasan penggunaan indikator ini
adalah untuk mengetahui titik akhir titrasi saat dilakukannya penitrasian.
Kemudian sampel dititrasi menggunakan larutan baku AgNO 3 dimana,
dengan ion perak yang berlebih maka akan terbentuk endapan
berwarna merah bata.
Larutan AgNO3 dan larutan MgCl2, pada awalnya masing-masing
merupakan larutan yang jernih dan tidak berwarna.Larutan kemudian
berubah menjadi kuning mengikuti warna K2CrO4 yang merupakan
indikator pada percobaan ini.
Setelah dititrasi dengan AgNO3, awalnya terbentuk endapan
berwarna putih yang merupakan AgCl.Ketika MgCl2 sudah habis
bereaksi dengan AgNO3, sementara jumlah AgNO3 masih ada, maka
AgNO3 kemudian bereaksi dengan indikator K2CrO4 membentuk
endapan Ag2CrO4 yang berwarna merah bata.
Dalam titrasi ini, titrasi perlu dilakukan secara cepat dan
pengocokan harus juga dilakukan secara kuat agar Ag+ tidak teroksidasi
menjadi AgO yang menyebabkan titik akhir titrasi menjadi sulit tercapai.
Setelah terjadi perubahan warna merah bata, maka titrasi
dihentikan, sehingga diperoleh data volume AgNO3 untuk masing –
masing percobaan adalah sebagai berikut :
17
Volume AgNO3 sebanyak 6,7 ml
4. Tabel Data
Labu V V N V rata- Perubahan Warna
NaCl AgNO3 AgNO3 rata Endapan
AgNO3
awal akhir
Diketahui :
18
V AgNO3 = 44,1 mL
N AgNO3 = 0,1 N
V NaCl = 25 mL
BE NaCl = 58,44 gr/mol
Mg contoh = 1gr = 1000 mg
Ditanya :
a. Standarisasi AgNO3 dengan NaCl (indikator K2CrO4)
b. Penentuan NaCl dalam garam dapur (cara Mohr)
Jawab :
𝑉1+𝑉2
V AgNO3 = 2
44,2+44 𝑚𝐿
= 2
= 44,1 mL
= 0,1764 N
19
𝑉 AgNO3 x NAgNO3 x BE NaCl
Kadar NaCl = x 100 %
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ
44,1 𝑚𝐿 𝑥 0,1 𝑁 𝑥 58,44 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙
= x 100%
1 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑙
0,0441 𝐿 𝑥 0,1 𝑥 58,44 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙
𝑒𝑘
= x 100%
1 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 25,77 %
Ditanya : Galat …?
Penyelesaian :
𝑁 𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘−𝑛 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖
Galat = x 100%
𝑁 𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘
0,00739−0,01
= x 100%
𝑜,00739
= 35,31%
Diketahui :
N Nacl : 0,01 N
V rata-rata AgNO3 : 16,9
20
V NaCl : 12,5
Ditanya : N AgNO3…?
Penyelesaian :
V1 x N1 = V2 x N2
12,5 x 0,01 = 16,9 x N2
N2 = 0,00739
JAWAB :
21
Ag+ total untuk mentiter Br - dan SCN- = 0,1020 N x 11 mL = 1,1220
mmolek
2. Tabel Data :
KBr Perubahan
(gr) indikator warna
HNO3(ml) AgNO3(ml)
Bening
menjadi hijau
0,105 2 15 FeNH4- pucat
(SO4)2
Reaksi :
22
AgNO3 + KSCN AgSCN + KNO3
(endapan putih)
Perhitungan:
Diketahui :
Massa KBr = 0,105 mg
V. AgNO3 = 15 ml
V. KSCN = 7,7 ml
N. AgNO3 = 0,0954 N
N. KSCN = 0,0929 N
m grek KBr setara dengan m grek AgNO3
= 1,4310 – 0,7153
= 0,7154
m grek = mg x Mr.KBr
BE
23
m KBr = 0,7154 x 119,01
= 42,5699 x 100%
100 ml
% Kemurnian = 42,69
Pembahasan :
Titrasi cara ini dilakukan secara tidak langsung, dimana ion halogen
diendapkan oleh ion Ag+ yang berlebihan. Kelebihan ion perak lalu dititrasi
dengan larutan KSCN. Titrasi harus dilakukan dalam suasana asam
berlebih.
Pada percobaan ini, jumlah KBr yang digunakan yaitu0,105 gram.
Kemudian sample dilarutkan dalam air suling sebanyak 10 ml. sample larut
dalam air suling. Sample ditambah 2 ml asam nitrat, larutan tetap bening.
Kemudian sample ditambahkan 15 ml AgNO3 dan ditambahkan 3 tetes
besi(III) ammonium sulfat sebagai indicator, akan terbentuk endapan hijau
pucat dengan larutan berwarna bening.
Setelah dihitung, kadar KBr didapatkan sebesar 42,5699%.
Berdasarkan literatur, kadar KBr yang seharusnya yaitu tidak kurang dari
98,5% KBr yang ditimbang dari zat yang telah dikeringkan. Hal ini mungkin
terjadi karena KBr yang ditimbang tidak dalam keadaan kering. Atau
kurang teliti dalam menentukan titik akhir titrasi serta penambahan
indikatornya tidak secara seksama, sehingga akan mempengaruhi hasil
titrasi.
24
Lab V V N V rata- Perubahan Warna
u NaCL KSCN KSCN rata Endapan
KSCN
Awal Akhir
Diketahui :
V KSCN = 2,65 mL
N KSCN = 0,1 N
V NaCl = 25 mL
BE NaCl = 58,44 gr/mol
Mg contoh = 1gr = 1000 mg
Ditanya :
Penyelesaian :
2,7+2,6 𝑚𝐿
= 2
25
= 2,65 mL
N NaCl . V NaCl = N KSCN .V KSCN
𝑁 𝐾𝑆𝐶𝑁 . 𝑉 𝐾𝑆𝐶𝑁
N NaCl = 𝑉 𝑁𝑎𝐶𝑙
0,1 𝑁 𝑥 2,65 𝑚𝐿
= 25 𝑚𝐿
= 0,011 mL
𝑔𝑟
2,65 𝑚𝐿 𝑥 0,1 𝑁 𝑥 58,44
𝑚𝑜𝑙
= x 100%
1 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝐿
0,00265 𝐿 𝑥 0,1 𝑥 58,44 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙
𝑒𝑘
= x 100%
1 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 1,55 %
Ditanya : N AgNO3 …?
Penyelesaian :
V1xN1 = V2 x N2
12,5 x 0,01 = 15,86 x N2
26
0,125 = 15,86 x N2
0,00788 = N2
Diketahui :
N (praktik ) AgNO3 : 0,00788 N
N (teori) AgNO3 : 0,,01 N
Ditanya : Galat …?
Penyelesaian :
𝑁 𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘−𝑁 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖
Galat = x 100%
𝑁 𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘
0,00788−0,01
= x 100%
0,00788
= 26,90 %
Jadi pada metode ini terdapat galat sebesar 26,90%
Contoh Soal :
Penambahan AgNO3
Tbg Perlakuan
Sebelum Setelah
Berwarna Berwarna merah
I 10 mL larutan NaCl +
kuning bata
27
5 tetes indikator larutan V AgNO3 = 9,13
K2CrO4 mL
II V AgNO3 = 9,10
mL
III V AgNO3 = 8,98
mL
N NaCl ( N1 ) = 0,01 N
Volume NaCl ( V1 ) = 10 mL
ek analit = ek titran
ek NaCl = ek AgNO3
N1 . V1 = N2 . V2
28
a. Volume titrasi 9,13 mL
ek NaCl = ek AgNO3
N1 . V1 = N2 . V2
V1 10 mL
N2 x N1 x 0,01 N 0,01 N
V2 9,13 mL
N1 . V1 = N2 . V2
V1 10 mL
N2 x N1 x 0,01 N 0,01 N
V2 9,10 mL
N1 . V1 = N2 . V2
V1 10 mL
N2 x N1 x 0,01 N 0,01 N
V2 8,98 mL
29
Standar Deviasi
2
(N i - N )
S
n -1
(0,01 - 0,01) 2 (0,01 - 0,01) 2 (0,01 - 0,01) 2
3 -1
0 0 0 0
2 2
0
Penambahan AgNO3
Tbg Perlakuan
Sebelum Setelah
Berwarna merah
10 mL larutan NaCl bata
I
(garam dapur kotor) + V AgNO3 = 6,53
Berwarna
5 tetes indikator larutan mL
kuning
K2CrO4 V AgNO3 = 6,48
II
mL
III V AgNO3 = 6,51
mL
30
Diketahui : Volume titrasi = 6,53 mL ; 6,48 mL ; 6,51 mL
N AgNO3 = 0,01 N
ek NaCl = ek AgNO3
31
a. Volume titrasi 6,53 mL = 6,53.10-3 L
ek NaCl = ek AgNO3
berat NaCl
kemurnian (k) NaCl dalam garam dapur kotor x 100%
berat sampel
0,19 gram
x 100%
0,2 gram
95 %
32
b. Volume titrasi 6,48 mL = 6,48.10-3 L
ek NaCl = ek AgNO3
berat NaCl (g) 10 mL
x V . N AgNO 3
BE 500 mL
berat NaCl
x 0,02 6,48.10 -3 L . 0,01 ek/L
58,5 g/ek
0,02 x berat NaCl
6,48 . 10 -5 ek
58,5 g/ek
6,48 . 10 -5 ek x 58,5 g/ek
berat NaCl
0,02
3,7908.10 -3 g
0,02
0,19 gram
berat NaCl
kemurnian (k) NaCl dalam garam dapur kotor x 100%
berat sampel
0,19 gram
x 100%
0,2 gram
95 %
33
c. Volume titrasi 6,51 mL = 6,51.10-3 L
ek NaCl = ek AgNO3
berat NaCl
kemurnian (k) NaCl dalam garam dapur kotor x 100%
berat sampel
0,19 gram
x 100%
0,2 gram
95 %
Dari perhitungan dapat dicari rerata kadar/kemurnian dari NaCl
dalam garam dapur kotor, yaitu :
34
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Titrasi AgNO3 dan NaCl merupakan titrasi dengan Metode Mohr dan
Titrasi sampel termasuk dalam Metode Fajans karena sampel mengandung ion
I-. Argentometri adalah titrasi pengendapan dengan larutan standar AgNO3.
Ada 3 metode argentometri yaitu metode Mohr, Volhard, Fajans.
Pada titrasi argentometri, zat pemeriksaan yang telah dibubuhi indikator
dicampur dengan larutan standar garam perak nitrat (AgNO3).
3.2 Saran
35
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/6612492/makalah_argentometri
https://www.academia.edu/15176032/A._Pengertian_Titrasi_pengendapan
36