Anda di halaman 1dari 20

Budi Winarno Ilmu Sosial dan Ilmu Politik: Filsafat, Teori, dan Metodologi

ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK:


FILSAFAT, TEORI DAN METODOLOGI

Oleh Budi Winarno1

A. PENDAHULUAN
1. Pengertian Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Ilmu dapat dimengerti sebagai pengetahuan tentang struktur dan perilaku dunia
natural dan fisik yang menuntut adanya sebuah pembuktian dan syarat-syarat tertentu.2 Sedangkan
ilmu sosial merupakan ilmu yang berusaha menerangkan keberadaan sebuah fenomena lazimnya
diupayakan melalui proses penelitian yaitu untuk menjawab pernyataan: mengapa sesuatu terjadi atau
mengapa gejala-gejala sosial tertentu muncul dalam masyarakat3. Dalam pengertian sederhana, ilmu
sosial dapat diartikan sebagai sebuah ilmu yang membahas fenomena/gejala sosial, yaitu hubungan
antara manusia dengan lingkungan sosialnya. Selanjutnya, yang dimaksud dengan ilmu politik adalah
ilmu yang mempelajari tentang seni pemerintahan, interaksi publik, kompromi dan konsensus, serta
power dan distribusi sumber-sumber dalam interaksi publik tersebut. Atau menurut Alfred Apsler,
ilmu politik adalah ilmu mengenai institusi-institusi pemerintah dan pola perilaku aktor politik yang
mengkaji bagaimana kekuatan politik berkembang dan bagaimana proses pengambilan keputusan
berlangsung4.
2. Hubungan antara Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Di satu sisi, ilmu politik diposisikan sebagai sub-ordinat dari ilmu sosial, sedangkan di sisi
lain, ilmu politik diposisikan sejajar dengan ilmu sosial. Pemaknaan bahwa ilmu politik merupakan
subordinat dari ilmu sosial berlaku dalam konteks pengertian ilmu sosial secara luas (sejalan dengan
pengertian sebelumnya), yaitu ilmu sosial yang mencakup sosiologi, antropologi, psikologi, ekonomi,
ilmu politik, sejarah, dan psikiatri5. Sedangkan pengertian kedua yang menyatakan bahwa ilmu sosial
diposisikan sejajar dengan ilmu politik berlaku dalam konteks pemaknaan ilmu sosial yang sempit
di mana istilah “ilmu sosial” mengalami spesialisasi makna yaitu ditunjukkan dengan penggunaan
istilah ilmu sosial yang “hanya” digunakan untuk menyebut sebuah rumpun keilmuan yang sangat
spesifik, yaitu ilmu sosiologi, ilmu sosiatri, dan sebagainya. Dalam konteks tulisan ini, ilmu sosial
akan dimaknai dalam pengertian yang lebih luas. Dengan demikian, kedudukan ilmu politik di sini
adalah sebagai bagian (sub-ordinat) yang tak terpisahkan dari ilmu sosial.

B. FILSAFAT ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


Filsafat (falsafat, falsafah) dapat diartikan sebagai sebuah cara berfikir secara radikal dan
menyeluruh, suatu cara berfikir yang mengupas sesuatu sedalam-dalamnya6. Sedangkan filsafat ilmu
dapat diartikan sebagai kajian filsafat yang secara khusus mengkaji hakekat ilmu. Atau dapat dikatakan

<?>
Guru Besar Ilmu Politik dan Ilmu Hubungan Internasional, FISIPOL, UGM, Yogyakarta.
2 Pemikiran tentang bagaimana ilmu terbentuk, antara lain bisa dilihat dari perdebatan
antar dua kelompok di kalangan para ahli fisafat, yaitu kelompok rasional vis-a-vis kelompok
non-rasional. Pada kelompok pertama, terdapat orang-orang semacam Popper, Lakatos, dan Lau-
dan. Pada kelompok kedua, terdapat Kuhn dan Feyeraben. Di satu sisi, kelompok pertama ber-
pendapat bahwa ilmu dibangun berdasarkan pada kerangka teoretik. Di sisi lain, kelompok kedua
berpendapat bahwa ilmu dibangun dan berkembang berdasarkan pada kerangka observasi, lihat
W.H. Newton-Smith, 1981. The Rationality of Science, New York: Routledge & Kegan Paul Ltd.
3 Sunyoto Usman, 1998, “Ilmu Sosial Modern: Perkembangan dan Tantangan,” Jurnal Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik UGM, volume 1, nomor 3, Yogyakarta: FISIPOL UGM, hlm.2
4 Alfred Apsler, 1975, In Introduction to Social Science (second edition), New York: Random
House Inc., hlm. 445
5 Ibid.
6 Suriasumantri, Jujun, 2006, Ilmu dalam Perspektif: Sebuah Kumpulan Karangan tentang
Hakekat Ilmu, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, hlm.4

Volume 17, Nomor 1, Januari 2013 1


Ilmu Sosial dan Ilmu Politik: Filsafat, Teori, dan Metodologi Budi Winarno

juga sebagai sebuah telaah filsafat yang ingin pada aspek normative, sehingga pertanyaan yang
menjawab sejumlah pertanyaan mengenai ilmu7. muncul adalah “apakah yang seharusnya?” Plato
1. Filsafat Ilmu Sosial dan Aristoteles merupakan founding fathers dari
Antara ilmu sosial dan ilmu lain terdapat tradisi ini12. Dalam perkembangannya, ilmu
perbedaan pemahaman tentang realitas, perbedaan politik berusaha memetakan tujuan, menjawab
pemilihan data yang relevan dengan realitas permasalahan yang ada, dan mengevaluasi
tersebut, dan perbedaan strategi dalam mencari penemuannya dengan menggunakan framework
data. Perbedaan tersebut melahirkan ciri khas analisis filsafat ilmu, dalam hal ini tujuan yang
dari setiap ilmu berdasarkan 3 buah landasan, ditetapkan merupakan penjelasan dari sebuah
yaitu landasan ontologi, landasan epistemologi, fenomena empiris13. Namun demikian, ilmu
dan landasan axiologi. politik mendapatkan kritik karena dianggap telah
a.Landasan ontologi berusaha menjawab gagal menyerap standar intelektual karena dalam
pertanyaan: apakah yang ingin diketahui ilmu?8 banyak kasus, sangat mustahil bagi ilmu politik
Atau dengan kata lain, landasan ini membahas untuk mendekati standar kualitatif seperti yang
pertanyaan-pertanyaan mengenai objek apakah dikembangkan dalam ilmu alam. Oleh karena itu,
yang ditelaah oleh ilmu. terdapat upaya-upaya untuk menyerap prinsip-
b.Landasan epistemologi berusaha menjawab prinsip dalam ilmu alam ke dalam ilmu politik.
pertanyaan: bagaimanakah cara/ metode agar Hal ini tidak bertujuan untuk membawa ilmu
diperoleh ilmu yang benar? Atau dengan kata politik menjadi identik dengan ilmu alam, namun
lain landasan ini membahas secara mendalam untuk meningkatkan kualitas dan objektifitas dari
segenap proses yang terlihat dalam usaha kita ilmu politik itu sendiri.
untuk memperoleh pengetahuan. 3. Pendekatan dalam studi politik
c.Landasan axiologi yang berusaha menjawab Terdapat tiga pendekatan dalam studi
pertanyaan: apakah manfaat ilmu bagi manusia?9 politik.14 Pertama, pendekatan normatif
Landasan ini mempunyai hubungan yang erat (normative approach). Pendekatan ini biasanya
dengan nilai (teori tentang nilai) dan etika. dipakai oleh ilmuwan politik yang tertarik
Filsafat ilmu sosial sebetulnya merujuk mempelajari sejarah ide-ide politik dan sosiologi
pada pertanyaan yang terfokus pada interpretasi, pengetahuan. Pendekatan normatif mewakili
konfirmasi, eksplanasi, dan reduksi yang muncul kecenderungan tradisional yang berawal sebelum
dalam hubungan dengan teori tentang human filsafat dipisahkan dari politik. Pendekatan ini
society10. Dalam perkembangannya, ilmu sosial memandang nilai-nilai budaya dalam masyarakat
mengalami tantangan besar agar dapat diakui yang dianggap sangat penting. Pendekatan
sebagai sebuah ilmu yang seutuhnya, sehingga ini juga meneliti norma-norma dalam bentuk
muncul tuntutan untuk mengakomodasi prinsip- aturan-aturan atau hak-hak dan kewajiban
prinsip dalam ilmu alam ke dalam ilmu sosial. dengan menjelaskan bagaimana nilai-nilai itu
2. Filsafat Ilmu Politik diwujudkan. Para analis normatif biasanya lebih
Analisis politik yang asli berkembang mementingkan pengamatan-pengamatan empirik
sejak jaman Yunani kuno. Tradisi untuk terhadap kejadian-kejadian dengan mencari
mempelajari secara lebih mendalam tentang makna yang lebih tinggi yang dikaitkan dengan
politik tersebut kemudian disebut sebagai filsafat
hlm.13
politik11. Pada saat itu, politik lebih menekankan 12 Goodin, Robert E. Goodin and Hans-
7 Ibid, hlm. 11 Dieter Klingemann, 1996, A New Handbook of
8 Ibid, hlm. 5 Political Science, New York: Oxford University
9 Haryono Semangun , 1992, Filsafat, Press, hlm. 55
Filsafat Pengetahuan, dan Kegiatan Ilmiah, Yo- 13 Eugene J. Meehan, 1965, The The-
gyakarta: Universitas Gadjah Mada, hlm. 11 ory and Method of Political Analysis,
10 Philip Gasper, The Philosopy of Social Illinois: The Dorsey Press, hlm. 14
Science, dalam Richard, Boyd, et.al. 1995, The 14 David E. Apter and Charles Andrain,
Philosopy of Social Science, Massachusetts: Mas- 1968. “Comparative Government: Developing
sachusetts Instittute of Technology (MIT), hlm. New Nations” dalam Marian D. Irish (ed.), Politi-
713 cal Science: Advance of the Discipline, Engle-
11 Andrew Heywwood, 2002, Politics wood Cliffs, New Jersey: Prentice-Hall, hlm
(Second Edition), New York: Palgrave, 82-126.

2 Volume 17, Nomor 1, Januari 2013


Budi Winarno Ilmu Sosial dan Ilmu Politik: Filsafat, Teori, dan Metodologi

nilai-nilai mereka dengan nilai-nilai masyarakat kemudian memunculkan tradisi-tradisi dalam ilmu
yang mereka amati. Para analis normatif sosial dan politik. Tradisi memiliki signifikansi
menggunakan seluruh masyarakat sebagai unit untuk memberikan kaidah-kaidah objektivitas
analisis. Mereka juga berasumsi bahwa perubahan ilmu sosial berdasarkan sudut pandang masing-
dalam masyarakat merupakan konsekuensi masing. Chilcote menggambarkan pergerakan
dari konflik dialektik antara nilai-nilai dan ide- perkembangan ilmu politik dengan melakukan
ide yang bertentangan. Misalnya, kaum Marxis pengkategorian dasar perbandingan analisis
memandang konflik di kalangan kelas-kelas sosial politik ke dalam dua model yaitu positivisme
dalam masyarakat. Kedua, pendekatan struktural (tradisi positivist) dan historisisme (tradisi
(structural approach). Ada lima faktor yang antipositivist) 15.
perlu ditekankan dalam pendekatan ini: (1), legal
dan formal, biasanya administratif dan institusi-
institusi yang menjadi perhatian para spesialis
yang mempelajari empirium dan wilayah-wilayah
jajahan sebelum Perang Dunia II; (2) struktur-
struktur kelembagaan baru (neo-institutional
stuctrures), seperti civil service dan partai
politik, struktur-struktur legal dan konstitusi;
(3) kelompok-kelompok (groups), seperti partai
politik, gereja, dan militer, kelompok-kelompok
informal seperti serikat dagang, kelompok bisnis, Diagram Paradigma Dominan dalam
dan kelompok petani; (4) struktur-struktur dan Politik Perbandingan
fungsi-fungsi yang membentuk sebuah sistem
dari bagian-bagian yang saling berkaitan; dan a. Tradisi positivist
(5) struktur-struktur dalam bentuk kelompok- Tradisi ini lahir dari pemikiran liberal
kelompok dan kelas-kelas, yang dalam analisis dalam kerangka paradigma ortodok yang
kaum neo-Marxis adalah kepentingan ekonomi. kemudian berkembang dan menjadi dasar bagi
Para analis struktur cenderung menyelidiki isu- kemunculan teori perilaku (behavior). Fundasi
isu mengenai pemeliharaan sistem dan stabilitas. tradisi positivist dalam ilmu sosial semakin
Seluruh masyarakat atau bangsa, unit-unit kuat dengan lahirnya pemikiran Aguste Comte
makro, dipelajari, dan asumsi-asumsi tentang (1798-1857) yang merintis penerapan metode
perkembangan berkisar dari tekanan pada ilmiah dalam ilmu-ilmu alam pada ilmu-ilmu
pemisahan kekuasaan antar lembaga-lembaga sosial. Tradisi ini mengandaikan suatu ilmu yang
pemerintahan formal, di satu sisi, sampai bebas nilai, obyektif, terlepas dari praktik sosial
pada perjuangan antara kelas-kelas ekonomi dan moralitas16. Penganutnya tradisi positivist
dominan, di sisi lain. Ketiga, pendekatan diantaranya adalah Max Weber, David Hume,
perilaku (behavioral approach). Pendekatan Herbert Spencer, Vilfredo Pareto, dan lain-lain.
ini dipengaruhi oleh psikologi. Behavioralisme Asumsi utama dari tradisi positivist adalah:
memfokuskan pada beragam persoalan yang Pertama, realitas merupakan fenomena yang
berkaitan dengan proses pembelajaran dan keberadaannya ditentukan oleh fenomena yang
sosialisasi (the learning and socialization lain17. Dengan demikian, sesuatu adalah riil/
process). Unit analisis adalah individual dan nyata, jika hal itu dapat dibuktikan secara
kelompok kecil. Asumsi behavioral dikaitkan empiris. Oleh karena itu, kaum positivist lebih
dengan optimisme individu bahwa perubahan menekankan pada hubungan sebab akibat antara
adalah sangat penting dan dimungkinkan, dan 15 Ronald H. Chilcote,1981, Theories of
bahwa perkembangan adalah konsekuensi dari Comparative Politics: The Search for A Paradigm,
kebutuhan manusia bagi pencapaian. Colorado: Westview Press, hlm. 63
16 Ibid., hlm. 62.
4. Tradisi Ilmu Politik
17 Peter Halfpenny, 1982, Positiv-
Di kalangan ilmuwan sosial sendiri
terdapat perdebatan tentang objektivitas dalam ism and Sociology: Explaining Social Life,
bidang keilmuan ini. Perdebatan tersebut London: George Allen & Unwin Ltd.,
hlm..63

Volume 17, Nomor 1, Januari 2013 3


Ilmu Sosial dan Ilmu Politik: Filsafat, Teori, dan Metodologi Budi Winarno

dua buah variabel. Kedua, realitas sosial dapat Dia menunjukkan posisi antipositivist dari
dibuat klasifikasi dan keberadaannya dapat para sejarahwan ilmu kontemporer, dengan
digambarkan dalam sebuah simbol dengan atribut mengingatkan bahwa komunitas ilmiah diatur
tertentu18. Yang dimaksud dengan simbol di sini oleh sebuah pradigma yang berlaku, dan bahwa
adalah sebuah kategori yang sesungguhnya hanya paradigma mewakili perspekstif historis dari
ada dalam pikiran. komunitas ilmiah. Paradigma memandu dan
menentukan pemilihan masalah-masalah, data,
dan teori – sampai paradigma lain mengambil
alih. Proses ini merupakan apa yang dikatakan
oleh Thomas Khun ”revolusi keilmuan’.
Dalam bukunya The Structure of Scientific
Revolution, Khun memberikan penjelasan
bagaimana revolusi keilmuan terjadi. Kuhn
mengawali konsep ini dengan memunculkan istilah
normal science. Normal science dapat dimaknai
sebagai suatu hasil penelitian berdasarkan satu
atau lebih pencapaian ilmu pada masa lampau,
Proses penelitian sosial menurut kaum yang mana dalam praktik selanjutnya pencapaian
positivist tersebut dipengaruhi oleh berbagai pencapaian-
pencapaian baru dari satu kelompok ilmuwan
b. Tradisi historicist tertentu yang menjadi suplemen bagi pencapaian
Tradisi ini lahir dari pemikiran Marxis dalam sebelumnya20. Terbentuknya sebuah normal
kerangka paradigma radikal. Tradisi antipositivist science mengacu pada besarnya penerimaan
kemudian menjadi landasan kemunculan teori komunitas ilmiah itu sendiri. Kuhn kemudian
post-behavioralisme. Tradisi antipositivist sangat menamai normal science yang dominan yang
berbeda dengan apa yang telah dijelaskan dalam ditopang oleh sebuah ”paradigm.”21 Paradigma
tradisi positivist. Kaum historisis memberikan dapat diartikan sebagai perspektif yang dimiliki
sanggahan atas pandangan positivist dengan oleh komunitas keilmuan, yang terbentuk dari
berpendapat bahwa data berdasarkan keadaan keinginan dan komitmen (konseptual, teoretis,
didapatkan dalam situasi yang bias. Pemikirannya metodologis, instrumental). Sebuah paradigma
bersifat aktif, tidak pasif, serta memilih dan menuntun scientific community untuk melakukan
membentuk pengalaman berdasarkan prioritas seleksi terhadap sebuah masalah, evaluasi data,
perhatian. Objektifitas sebuah ilmu dapat diukur dan menganjurkan teori22.
dari banyak sudut pandang yang memunculkan Ketika sebuah normal science muncul, maka
sifat kebenaran itu menjadi relatif. Selain itu, secara otomatis tercipta sebuah konsensus dan
ilmu sosial juga dikatakan bersifat temporal komitmen untuk menggunakan normal science
dan tidak absolut. Karenanya, kaum historicist tersebut secara konsisten. Artinya, komunitas
berpendapat bahwa terdapat keberagaman ilmiah (scientific community) harus tunduk
pandangan, bukan satu pandangan, dalam dunia terhadap normal science dengan paradigmanya
objektif19. Inilah yang menyebabkan satu realita yang diakui secara universal. Pada dasarnya
sosial dapat dianalisis dari banyak sudut pandang pada tahap ini setiap peneliti/ilmuwan tidak
dan berbagai karakter analisis. memunculkan sesuatu yang baru dari setiap
Pandangan kaum historicist tersebut
memberikan pengaruh terhadap ilmu sosial 20 Thomas S. Kuhn, 1970, The Structure
of Scientific Revolution: Second Edition, Chicago:
dan ilmu politik. Mereka mempertanyakan
The University of Chicago Press, hlm. 10
kepercayaan kaum positivist tentang karakter 21 Khun sendiri pada awalnya tidak mem-
progresif dalam perkembangan keilmuan. berikan batasan yang jelas tentang apa yang
Dalam argumennya disebutkan bahwa ilmu dia maksudkan dengan paradigma. Namun
harus dimengerti dalam konteks historis. demikian, setelah meneroleh banyak reaksi
yang keras atas pemikirannya, kemudian Khun
18 Usman, Op. Cit., hlm. 5. memberikan ungkupan yang lebih jelas.
19 Chilcote, Op. Cit., hlm. 69 22 Chilcote, Op. Cit., hlm. 21

4 Volume 17, Nomor 1, Januari 2013


Budi Winarno Ilmu Sosial dan Ilmu Politik: Filsafat, Teori, dan Metodologi

penelitiannya. Kuhn menggambarkan kondisi ini


seperti sebuah penyelesaian teka-teki silang di
mana orang yang mengisi hanya berusaha untuk
menemukan jawaban-jawaban yang sebetulnya
telah ada sebelumnya (normal science as puzzle-
solving)23.
Revolusi keilmuan (scientific revolution)
menurut Khun, baru bisa terjadi manakala sebuah
paradigma memberikan kesempatan terhadap
munculnya penyimpangan-penyimpangan atau
anomalies, dan anomali-anomali tersebut tidak
bisa diatasi oleh paradigma yang ada. Jika
hal itu terjadi, entah secara teratur atau secara
insidental, ataukah anomali-anomali itu terjadi
pada saat-saat yang kritis saja yang kemudian Siklus Struktur Revolusi Keilmuan menurut
tumbuh menjadi konsep dan metode yang baru, Thomas Khun
maka akan memungkinkan terjadinya revolusi Dalam konteks tradisi pemikiran
keilmuan. Dengan demikian, revolusi keilmuankubu positivis dan kubu historicis antipositivis
haruslah dipandang sebagai terbentuknya ilmutelah melibatkan pencarian suatu paradigma,
dan behavioralisme dan postbehavioralisme
pengetahuan yang lebih maju, suatu pergantian
merupakan manifestasi terakhir dari perjuangan
dari satu paradigma (lama) ke paradigma (baru)
lainnya.24 selama seratus tahun lebih. Liberalisme dan
positivisme dengan jelas telah memengaruhi
23 Kuhn, Op. Cit., , hlm. 35 sekali dalam studi politik. Namun dermikian,
24 Berseberangan dengan pendapat Kuhn,
tradisi historicist antipositivist dan upaya-upaya
Popper justru menegaskan bahwa ilmu penge-
tahuan akan mengalami kemajuan, jika ia me- untuk membentuk sebuah paradigma yang radikal
miliki prosedur tertentu dalam mengurangi ke-
salahan. Bagi Popper ada tiga hal penting yang kali terjadi salah penilaian. Kuhn dianggap le-
harus diperhatikan jika ilmu pengetahuan men- bih revoluisoner ketimbang Popper. Padahal
galami kemajuan dalam taraf kebenaran. Perta- sebenarnya Popper terlihat lebih revolusioner
ma, metode untuk melakukan tes hanya dapat ketimbang Kuhn. Bagi Kuhn, suatu paradigma
digunakan melalui metode deduktif, sementara akan mengalami perubahan dengan melalui ja-
itu metode induktif yang belum memeroleh dasar lur anomali dan krisis. Jika suatu paradigma ti-
rasionalnya harus dianggap gugur. Kedua, ke- dak mampu lagi memecahkan masalah yang di-
kuatan suatu teori tidak dapat diukur berdasar- ajukan kepadanya, dan ini terjadi berulangkali
kan pada verifikasi, melainkan hanya berdasar- dan berkepanjangan, maka timbunan anomali
kan pada penyangkalan (falsifikasi). Ketiga, ilmu ini tidak dapat disangkal lagi akan menimbulk-
pengetahuan tidak dapat dicari dasarnya pada an krisis. Terlihat betapa suatu paradigma tidak
observasi semata, akan tetapi dapat dilakukan dapat berubah secara drastis begitu saja. Ber-
melalui teorisasi yang diajukan sebagai ikhtiar beda dengan Kuhn, Popper terlihat lebih revolu-
memecahkan berbagai masalah. Sementara itu sioner. Bagi Popper, jika suatu teori mengalami
Lakatos (sekalipun satu posisi dengan Popper) falsifikasi, maka saat itu pulalah teori ditolak.
mencoba menjembatani perbedaan pandangan Tanpa harus melewati jalur anomali dan krisis,
antara Kuhn dan Popper dengan menolak ada- begitu suatu teori dapat dibuktikan sebaliknya,
nya falsifikasi yang sedemikian rupa. Karena maka ia menjadi tertolak kebenarannya. Popper
bagi Lakatos falsifikasi tidak memberi kesempa- menyebut bahwa dengan menunjukkan ”seekor
tan bagi suatu teori untuk mengokohkan diri. angsa hitam” dalam suatu ”kumpulan angsa
Pada sisi ini, Lakatos berdiri pada pihak Kuhn. berwarna putih,” maka saat itu pulalah kesim-
Lakatos mengusulkan dilakukan suatu program pulan induktif bahwa angsa berwarna putih
riset progresif untuk mengembangkan dan men- menjadi tertolak. Perdebatan antara Kuhn dan
gokohkan suatu teori. Jadi, Lakatos masih me- versus Popper ini dijelaskan cukup menarik
nempatkan ( menggunakan istilah Kuhn) teori oleh Kleden, dalam Ignas Klexden, 1987. Sikap
dalam kerangka ilmu normal (normal science).Di Ilmiah dan Kritik Kebudayaan, Jkarta: LP3ES,
mana suatu teori memiliki kesempatan untuk terutama pada bab ”Teori Ilmu Sosial sebagaio
membuktikan kebenaran dirinya.Lihat Newton- Variabel Sosial: Suatu Tinjauan Filsafat Sosial’”
Smith, Loc. Cit. Di sinilah sebenarnya sering- hlm. 49-58.

Volume 17, Nomor 1, Januari 2013 5


Ilmu Sosial dan Ilmu Politik: Filsafat, Teori, dan Metodologi Budi Winarno

masih tetap menjadi tantangan.25 sejarah, hukum, metodologi, sampai pada


sosiologi musik. Sampai sekarang, banyak dari
C. TEORI-TEORI DALAM ILMU SOSIAL hasil pemikirannya yang masih mendapatkan
DAN POLITIK perhatian, misalnya saja rasionalisasi sebagai
1. Teori dalam Ilmu Sosial proses yang tidak mungkin ditawar, akan tetapi
a) Karl Marx (1818-1883) sifatnya ambivalen. Ia juga menyatakan bahwa
Karl Marx merupakan salah satu tokoh warga modernitas memerlukan birokrasi,
kunci dalam perkembangan ilmu sosial. Pada keadilan, legalitas, dan administrasi, namun pada
masa hidupnya Marx menghasilkan berbagai gilirannya kesemuanya itu justru menguasai
karya yang berkembang dengan luar biasa kita. Sedangkan dalam arus utama sosiologi,
karena terfragmentasi ke dalam berbagai tema, Weber juga menulis tentang birokrasi. Proposisi
misalnya saja melalui buku Manuscripts yang Weber dalam kajian ini adalah bahwa status
berisi kritik ekonomi politik, Grundrisse yang dan kekuasaan politik merupakan pengimbang
berisi tentang epistemologi, metodologi, transisi dan syarat bagi kekuasaan kelas, serta model
dari feodalisme, dan kapital. Sedangkan puncak mengenai ciri-ciri ideal tipikal birokrasi29.
mitologi dan pemikiran Marx adalah Capital Dari kesekian banyak karyanya, terdapat
yang berbicara tentang kritik terhadap kapitalis sebuah karya yang dianggap paling kritis dan
dan utilitarian (dianggap sebagai pelopor menimbulkan kontroversi yang luas yaitu sebuah
sosiologi industri modern)26. Namun demikian, esai yang berjudul The Protestant Ethic and The
ada satu tema sentral yang diangkat oleh Marx Spirit of Capitalism (1904-1905)30. Benang merah
yaitu kritik atas ekonomi politik (sebagai bagian dari karya ini adalah etika Kristen Protestan yang
dari ilmu sosial). Ia menawarkan sebuah teori memiliki pengaruh kuat terhadap pola kerja
tentang masyarakat kapitalis berdasarkan citranya masyarakat kapitalis. Teori sosial Weber secara
mengenai sifat mendasar manusia. konsisten bersifat historis, menempatkan diri di
Manusia pada dasarnya produktif, artinya dalam suatu zaman di mana ilmu pengetahuan
untuk bertahan hidup manusia perlu bekerja dan agama telah “diceraikan”31.
di dalam dan dengan alam. Dengan demikian, c) Emile Durkheim (1858-1917)
manusia perlu bekerjasama untuk menghasilkan Proyek intelektual Emile Durkheim berkaitan
segala sesuatu yang mereka hasilkan dari dengan dua problem utama: Pertama,
hidupnya27. Seiring berjalannya waktu, proses mengenai otonomi sosial sebagai level realitas
produktif ilmiah ini dihancurkan oleh berbagai yang khas dan tidak dapat direduksi menjadi
jenis tatanan struktural masyarakat, terutama oleh wilayah-wilayah psikologis individu, tetapi
kemunculan kapitalisme. Kapitalisme menurut memerlukan penjelasan dengan mendasarkan
Marx merupakan sebuah struktur (atau lebih pada kerangkanya sendiri. Kedua, mengenai
tepatnya serangkaian struktur) yang membuat krisis modernitas (putusnya ikatan-ikatan sosial
batas pemisah antara seorang individu dan proses tradisional karena industrialisasi, pencerahan,
produksi, produk yang diproses dan orang lain, dan individualisme. Kedua problem yang saling
dan akhirnya juga memisahkan diri individu itu berkaitan tersebut hanya akan dapat diatasi
sendiri28. Dengan demikian, inti dari pemikiran dengan observasi empiris terhadap hukum yang
Marx adalah bagaimana membebaskan manusia mengendalikan dunia alamiah dan (juga) dunia
dari penindasan struktur kapitalisme. sosial32.
b) Max Weber (1864-1920) Durkheim juga mengembangkan masalah-
Max Weber dikenal dengan berbagai karya masalah pokok sosiologis dan mengujinya secara
besarnya, mulai dari bidang sosiologi agama, empiris. Dalam karyanya The Rule of Sociological
Method, ia menekankan bahwa tugas sosiologi
25 Chilcote, Loc. Cit.
26 Peter Beilharz, 2005, Teori-Teori Sosial: 29 Ibid, hal.367
Observasi Kritis terhadap Para Filosof Terkemu- 30 Ibid, hal.365
ka, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, hlm. 275-276 31 Ibid, hal.370
27 George Ritzer dan Douglas J. Goodman, 32 Langer, Beryl, “Emile Durkheim”, dalam
2004. Teori Sosiologi Modern (Edisi Keenam), Ja- Peter Beilharz, 2005, Teori-Teori Sosial: Obser-
karta: Prenada Media, hlm. 31 vasi Kritis terhadap Para Filosof Terkemuka, Yo-
28 Ibid., hlm.34 gyakarta: Pustaka Pelajar, hlm. 101

6 Volume 17, Nomor 1, Januari 2013


Budi Winarno Ilmu Sosial dan Ilmu Politik: Filsafat, Teori, dan Metodologi

adalah mempelajari apa yang disebut fakta-fakta mengalami perkembangannya atau tersublimasi
sosial. Fakta-fakta tersebut merupakan kekuatan hingga memunculkan berbagai perilaku lain yang
(forces) dan struktur yang bersifat eksternal dan disesuaikan dengan aturan norma masyarakat
memaksa individu33. Dalam karya ini ia juga atau norma Ayah�. Freud juga mengemukakan
berusaha membedakan fakta sosial menjadi bahwa dalam diri manusia, ego “bukanlah tuan
dua macam, yaitu material dan non-material. di rumahnya sendiri”�. Selain itu, segala perilaku
Sedangkan dalam karya lain yang berjudul manusia dapat dipahami sebagai sesuatu yang
Suicide, ia mengambil studi kasus bunuh diri mengandung arti atau signifikan, dan bahwa
(sebagai salah satu bentuk perilaku masyarakat) arti-arti tersebut seringkali tak diketahui (secara
untuk menunjukkan signifikansi ilmu sosiologi sadar) oleh individu karena arti-arti itu terepresi.
dalam memahami fakta sosial. Karya Durkheim 2. Teori dalam Ilmu Politik
lain yang bertemakan keagamaan adalah The Ilmu politik berkembang sejalan dengan
Elementary Forms of Religious Life. Melalui perkembangan jaman karena pada dasarnya ide-ide
karya ini ia berpendapat bahwa sumber agama yang muncul dalam studi ilmu politik merupakan
adalah masyarakat itu sendiri. Masyarakatlah respon dari situasi masyarakat/negara/dunia
yang menentukan bahwa sesuatu itu bersifat internasional yang sedang berkembang. Tulisan
sakral dan yang lain bersifat tercemar (profane), ini akan membahas tiga pemikiran dominan
khususnya dalam kasus yang disebut totemisme dalam studi ilmu politik yaitu tradisionalisme,
(agama primitif)34. Jadi, hubungan antara behavioralisme, dan postbehavioralisme.
masyarakat dan produk-produk utama tersebut Sebetulnya ketiganya lebih tepat untuk dikatakan
sangat dekat, bahkan dikatakan sebagai sebuah sebagai mahzab (school) karena ketiganya lahir
kesatuan yang tak terpisahkan. dari proses berkembangnya pemikiran ilmu
politik itu sendiri. Dengan demikian, antara satu
d) Sigmund Freud (1856-1939) dengan yang lain bersifat saling melengkapi dan
Sigmund Freud sebetulnya adalah seorang tidak saling meniadakan.
Neurolog dan psikoanalis. Karyanya Studies on Tradisionalisme berkembang di akhir
Hysteria yang disusun bersama Joseph Breuer abad 19 sampai tahun 1950an. Teori ini bersifat
yang banyak berbicara tentang psikoanalisis35. politis dan etis, tapi “tidak ilmiah”. Kajiannya
Pemikirannya kemudian mencoba untuk difokuskan pada studi tentang pemerintahan
memahami kehidupan manusia yang kompleks, yang meliputi sejarah politik, institusi-institusi
baik secara internal maupun eksternal. Berkaitan politik (parlemen, lembaga kepresidenan, dan
dengan kompleksitas objek kajian tersebut, ia sebagainya), dan aturan hukum (konstitusi,
terus berusaha menemukan metode baru yang pengadilan, sanksi, dan sebagainya)36. Secara
dapat memberikan penjelasan secara menyeluruh lebih spesifik, kaum tradisionalis banyak
dan ideal. Gagasan-gagasan Freud sebetulnya membicarakan aspek-aspek formal dan
telah menjadi bagian dari kosakata kita sehari- kelembagaan dari politik yang dipengaruhi oleh
hari, misalnya saja konsep tentang ketaksadaran, studi hukum, ilmu negara dan filsafat politik.
represi, kecemasan, sublimasi, defensi, dan Sejarah dan filsafat digunakan untuk mencari
sebagainya. pemahaman non numerik (kualitatif) dari
Teorinya yang sangat populer adalah bahwa fenomena politik, misalnya studi tentang sejarah
motif tak sadar mengendalikan sebagian besar parlemen Inggris, Kongres Amerika Serikat,
perilaku. Selain itu ia juga memberikan pernyataan evolusi lembaga kepresidenan37.
bahwa perilaku manusia didasari pada hasrat Salah satu prinsip utama dalam teori
seksualitas pada awalnya (eros) dirasakan oleh tradisional adalah bahwa ilmu selalu sarat dengan
manusia semenjak kecil dari Ibunya. Pengalaman value/nilai. Dengan demikian ilmu hidup dalam
seksual dari Ibu, seperti menyusui, selanjutnya lingkungan tertentu yang tidak vakum. Ada batas-
33 Ritzer and Goodman, Op. Cit., hlm 21 batas/boundary yang melingkupi berkembangnya
34 Ibid, hlm. 21-22 ilmu itu sendiri. Tradisi ini mengarahkan analisis
35 Kirsner, Douglas, “Sigmund Freud”, 36 Purwo Santoso, Post-Behavioralism,
dalam Peter Beilharz, 2005, Teori-Teori Sosial: http://elisa.ugm.ac.id/files/PSantoso_Isipol/
Observasi Kritis terhadap Para Filosof Terkemu- nogGZ1aq/, diakses pada 3 Januari 2007
ka, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, hlm.180 37 Ibid.

Volume 17, Nomor 1, Januari 2013 7


Ilmu Sosial dan Ilmu Politik: Filsafat, Teori, dan Metodologi Budi Winarno

studi ideologi dan doktrin yang menjadi sentral berkembang di kalangan ilmuwan. Merriam
ilmu politik. Secara umum, tradisi ini memiliki menganggap bahwa ilmu politik belum dapat
andil besar dalam sejarah pengetahuan politik dikatakan sebagai normal science yang memiliki
yang berfokus pada pemikir-pemikir besar klasik paradigma baku (seperti telah disyaratkan)
seperti Plato dan Marx. Dengan demikian, sangat sehingga belum dapat dikatakan sebagai ilmu
penting untuk menelaah apa yang telah diutarakan yang sesungguhnya. Hal ini didasarkan pada
oleh para pemikir besar tersebut dan bagaimana ketidakmampuan ilmu politik (pada waktu itu)
mereka mengembangkan dan memberikan untuk melakukan eksplanasi dan prediksi39.
justifikasi atas pemikiran mereka. Akibatnya, pemikiran politik hanya berhenti
Penekanan kaum tradisionalis pada pada pemikiran-pemikiran yang spekulatif. Bagi
pemahaman kualitatif kemudian menimbulkan kaum behavioralis, ilmu politik harus mampu
ketidakpuasan di kalangan ilmuwan politik memaparkan dan menjelaskan, memprediksi,
generasi modern yang menganggap cara pandang serta mengontrol perubahan politik.
kaum tradisional tidak mampu memenuhi Merriam kemudian menawarkan sebuah
objektivitas ilmu politik. Dari sini muncullah solusi agar ilmu politik mampu mendapatkan
usaha-usaha untuk mengarahkan ilmu politik keabsahannya, yaitu melalui rekonstruksi
pada pemahaman yang bersifat kuantitatif. Selain metodologi. Artinya, para ilmuwan harus keluar
itu, tradisionalisme hanya mampu diterapkan di dari pola-pola tradisional dan mulai meniru
negara-negara modern seperti Amerika Serikat, metode kerja ilmu psikologi dan statistika.
Inggris, Perancis, Jerman, dan negara-negara Kondisi di mana ilmu politik mendapat keabsahan
modern lainya. Padahal, dalam perkembangannya tersebut kemudian ia sebut sebagai The New
banyak negara-negara baru lahir pasca Perang Science of Politics40. Konsep/pemikiran ini pada
Dunia Kedua. Kelahiran negara-negara baru yang akhirnya mendapatkan dukungan luas dari para
pada umumnya masih jauh tertinggal dari negara- ilmuwan besar pada zaman itu, yang merupakan
negara modern kemudian menuntut adanya kelompok Chicago, seperti Harold Lasswell,
alat analisis yang lebih universal dan mampu David Easton, Quincy Wright, Leonard D. White,
diterapkan dalam konteks negara modern maupun Gabriel Almond, David Truman, dan sebagainya.
negara tradisional. Tuntutan-tuntutan tersebut Ilmuwan politik kedua yang muncul
akhirnya melahirkan pemikiran behavioralisme. sebagai pelopor studi politik yang ilmiah adalah
Behavioralisme berkembang pesat antara William Bennet Muro. Munro malahan jauh lebih
tahun 1950-1960an. Prinsip utamanya yang eksplisit ketimbang Merriam, yang dengan tegas
sangat bertentangan dengan kaum tradisionalis menginginkan ilmu politik bisa menciptakan apa
adalah bahwa metode penelitian harus bebas yang disebut fundamental laws atau hukum yang
nilai (value free). Fokus kajiannyapun tidak lagi mampu menjelaskan gejala politik, khususnya
pada aspek formal kelembagaan, akan tetapi pada perilaku politik. Menurutnya, “ There is must be
perilaku aktual aktor-aktor politik ( individual laws of politics, for laws are the most universal
and small groups). Selain itu, permasalahan etika of all phenomena. Everything in nature inclines
dan normatif juga tidak lagi menjadi prinsip to move in seasons, or in undulations, or in
utama karena dianggap dapat menyebabkan hasil cyrcle.”41 Selanjutnya, Munro menegaskan
penelitian menjadi subjektif, etnosentris (karena bahwa hukum-hukum atau laws tersebut akan
dipengaruhi latarbelakang budaya tertentu) dan dapat diungkapkan dengan lebih jelas jika
tidak ilmiah. Singkatnya dapat dikatakan bahwa ilmuwan politik tidak lagi mengafiliasikan dirinya
behavioralis dekat dengan tradisi empirisme dan dengan filsafat dan sosiologi dan lebih banyak
positivisme. Metode statistik dan kuantifikasi 39 Afan Gaffar, 2001, “Dari
�Dari Negara ke Neg-
(dengan metode kuantitatif) digunakan untuk ara: Perubahan Paradigma dalam Ilmu Politik,”
Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar pada
menjelaskan perilaku aktor-aktor politik38.
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universi-
Berawal dari pemikiran Charles Merriam tas Gadjah Mada, Yogyakarta. hlm.10.
dari Chicago School yang mempertanyakan 40 Ibid, hlm. 10.
keabsahan ilmu politik sebagai “ilmu yang 41 Dikutip dari Albert Somit and William
sesungguhnya”, pemikiran behavioralis semakin Tanenhaus, 1982. The Development of Americn
Political Science, New York: Irvington Publish-
38 Ibid. ers, hlm. 113.

8 Volume 17, Nomor 1, Januari 2013


Budi Winarno Ilmu Sosial dan Ilmu Politik: Filsafat, Teori, dan Metodologi

mengadopsi metodologi dan obyektivitas ilmu dalam sistem-sistem kekuasaan yaitu tradisional,
alam (natural science). Munro membuat analogi karismatik, dan legal-rasional. Sedangkan Marx
yang menarik antara fisika dan ilmu politik. membagi masyarakat ke dalam sistem ekonomi
Menurutnya, ilmu politik sudah selayaknya berdasarkan mode produksi dan hubungan dalam
meminjam analogi dari ilmu fisika dalam rangka proses produksi yang dimanifestasikan melalui
menghilangkan ketidakjujuran intelektual yang kelas sosial yaitu feudal, borjuis, dan proletar.
menyangkut kebenaran, persamaan, persaingan, Konsep-konsep ”lama” tersebut mengilhami
dan lain sebagainya. Ilmu politik harus mencari pencetusan teori sistem pasca Perang Dunia II.
konsep-konsep yang mampu melakukan tes Dalam lingkup perbandingan politik,
yang senyatanya dan untuk itu ilmu politik harus Gabriel Almond kemudian melakukan
menekankan pada pengamatan kehidupan yang pembedaan sistem yang berkembang di negara-
aktual.42 negara ke dalam Anglo-American, Eropa
Ilmuwan politik ketiga yang Daratan, totalitarian, dan sistem preindustrial44.
menghendaki sains dalam ilmu politik adalah Sedangkan David Easton berusaha membangun
George E.G. Catlin yang muncul pada tahun orientasi empirik dalam teori politik ke dalam
1927 dalam karyanya Science and Method of tiga fase. Tiga fase tersebut tertuang dalam
Politics. Catlin adalah orang yang pertama kali tiga buku yaitu The Political System (1953), A
yang menghendaki adanya ekspemerimen dalam Framework for Political Analysis (1965a), dan
ilmu politik. Menurutnya, ilmu politik, berbeda A System Analysis of Political Life (1965b).
dengan sejarah, dapat dipelajari secara ilmiah. Inti dari pemikiran Easton45 menjelaskan bahwa
Dia menantang orang-orang yang meremehkan kehidupan politik seyogyanya dilihat sebagai
bahwa ilmu politik tidak dapat dipelajari secara sebuah sistem dari kegiatan-kegiatan yang
ilmiah. Catlin juga percaya bahwa ilmu politik saling berhubungan. Menurut Easton, adalah
dapat melakukan prediksi, seperti halnya ilmu penting untuk menerapkan asumsi implisit
alam., bahwa jika sesuatu dilakukan , maka tentu kesalinghubungan bagian-bagian sebagai pangkal
saja akan ada efeknya, sepanjang elemen-elemen tolak berpikir dalam melaksanakan penelitian,
lainnya sama/ tidak berubah (ceteris paribus).43 dan untuk memandang kehidupan politik sebagai
Tokoh-tokoh kelompok Chicago inilah suatu sistem kegiatan-kegiatan yang saling
yang kemudian menjadi pencetus teori-teori berkaitan. Asumsi saling berkaitan ini atau
politik modern seperti teori-teori sistem, budaya ikatan-ikatan sistematis dari kegiatan-kegiatan
politik, teori pembangunan, teori elit politik, ini tidak dapat dilepaskan dari fakta bahwa semua
struktural fungsional dan perbandingan politik. kegiatan tersebut memengaruhi cara pembuatan
Seperti telah diungkapkan di atas bahwa teori- dan pelaksanaan keputusan-keputusan otoritatif
teori ini muncul karena adanya kebutuhan dalam suatu masyarakat.
yang mendesak akan alat analisis yang mampu Berdasarkan gambar di bawah ini, dapat
diterapkan baik di negara-negara modern maupun dilihat dengan jelas bagaimana sistem politik
negara-negara tradisional yang baru muncul pasca bekerja atas tuntutan dan dukungan (demands and
Perang Dunia II. Berikut akan dibahas gambaran supports) untuk selanjutnya masuk dalam sistem
umum tentang substansi pemikiran dari masing- politik dan melalui proses pengubahan (conversion
masing teori tersebut. process) keluar dalam bentuk keputusan atau
Pertama, Teori sistem. Teori ini kebijakan. Tuntutana-tuntutan dan dukungan-
menekankan pada dinamika sistem dalam 44 Chilcote, Op. Cit., hlm. 139
masyarakat maupun negara. Sejak lama, 45 David Easton. 1957. �Empirical Con-
para ilmuwan dan filosof sebetulnya telah ceptualizations: An Approach to the Analysis of
mengkorelasikan beberapa konsep sistem Political System,” dalam Louis J. Cantori. 1974.
Comparative Political System, Boston: Holbrook
dengan pengetahuan politik mereka. Misalnya
Press, hlm, 149. Mengenai pemikiran Easton
saja Weber mengklasifikasikan masyarakat ke yang lebih detil bisa dibaca dalam buku-buku
42 Ibid. Easton yang telah disebutkan oleh Chilcote,
43 Afan Gaffar, 1990. �Revolusi Bedhav- atau bisa dibaca pula dalam Budi Winarno,
ioralisme,” Diktat Kuliah, Jurusan Ilmu Pemer- 2007. Sistem Politik Indonesia Era Reformasi,
intahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Yogyakarta: Media
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Pressindo

Volume 17, Nomor 1, Januari 2013 9


Ilmu Sosial dan Ilmu Politik: Filsafat, Teori, dan Metodologi Budi Winarno

dukungan tersebut disebut sebagai inputs sistem bagian dalam sistem tersebut serta perilaku
politik, sedangkan keputusan-keputusan atau terhadap peran individu dalam sistem politik.
kebijakan-kebijakan yang kemudian diikuti Sedangkan Sidney Verba mendeskripsikan
oleh tindakan-tindakan kebijakan/keputusan budaya politik sebagai suatu sistem kepercayaan
atau implementasi keputusan/kebijakan akan empirik, simbol-simbol ekspresif, dan nilai-nilai
menghasilkan outputs sistem politik, misalnya yang menjelaskan situasi di mana suatu praktek
kontrol upah dan harga, pajak, dan pembayaran politik terjadi. Dan yang terakhir Lucian Pye
kesejahteraan. Sementara outputs sistem politik berpendapat bahwa budaya politik merupakan
ini akan menghasilkan perubahan-perubahan bentuk perilaku kepercayaan dan sentimen yang
dalam lingkungan (environment), yang pada menjelaskan suatu proses politik dan menawarkan
gilirannya akan memengaruhi sistem politik, asumsi dasar serta tata cara mengenai perilaku
misalnya kontrol harga mengurangi inflasi pemerintah dalam suatu sistem politik48.
sehingga mengurangi tuntutan untuk melakukan Ketiga, Teori pembangunan.49 Pemikiran
tindakan serupa. Proses ini dinamakan unpan klasik Marx dan Weber juga mengilhami lahirnya
balik (feedback). Selanjutnya, sistem politik teori pembangunan. Jauh sebelum teori ini lahir,
ini berada dan berinteraksi dengan lingkungan Marx telah memfokuskan diri pada pembangunan
yang mengitarinya, yang menurut Almond dan yang berdasarkan pada interaksi manusia dengan
Powell, Jr. Terdiri lingkungan domestik dan tekanan produksi material dan bentuk-bentuk
internasional.46 produksi. Sedangkan Weber mengidentifikasi
pembangunan sebagai pembedaan karakteristik
rasional sebuah aturan birokratik mengenai
sebuah negara industri. Kedua pemikir tersebut
memfokuskan pada kapitalisme borjuis, akan
tetapi Marx mencari transformasi dalam bentuk
struktural dan berusaha mendasarkan teorinya
pada fakta-fakta realita historis. Sementara Weber
memunculkan ide tentang tuntutan-tuntutan dalam
pembangunan seperti penekanan pada rutinisasi,
efisiensi, profesionalisasi, sekularitas, perbedaan,
48 James Bill and Robert L. Hard-
grave Jr., 1973, Comparative Politics:
The Quest of Theory, Columbus: A Bell
Diagram Easton tentang Sistem Politik47 and Howell Company, hlm. 85-86
49 Pemikiran-pemikiran kelom-
Kedua, Teori budaya politik. Sejak lama, pok teoretisi ortodoks dan radikal lebih
budaya politik diasosiasikan dengan konsep- difokuskan kepada studi tentang pem-
konsep seperti ideologi politik, opini publik, bangunan dan keterbelakangan ( devel-
model kepribadian, dan karakter nasional. Namun opment and underdevelopment). Secara
secara sederhana, budaya politik mencari suatu khusus, para teoretisi Marxist memberi-
pengertian sistematik dan eksplisit mengenai kan andil kepada kritik terhadap pemiki-
perilaku dan orientasi politik. Tokoh-tokoh yang ran borjuis dan radikal, dan perdebatan
memfokuskan kajian pada teori ini diantaranya yang sengit terjadi. Ada dua tema isu
adalah Gabriel Almond, Sidney Verba, dan yang diperdebatkan. Di satu sisi, tema-
Lucian Pye. Almond mendeskripsikan budaya
tema isu yang ditampilkan oleh kubu
politik sebagai orientasi politik yang spesifik,
teoritisi ortodoks adalah pembangunan
yaitu perilaku terhadap sistem politik dan bagian-
politik; pembangunan dan nasionalism;
46 Gabriel Almond and Bingham Powell, dan modernisasi. Di lain sisi, tema-tema
Jr. 1978. Comparative Politics: System, Process, isu yang ditampilkan oleh kubu teoriti-
and Policy, Second Edition, Boston: United
States of America: Little Brown, and Company si radikal mencakup: keterbelakangan;
Limited. ketergantungan; dan imperialisme. Li-
47 Chilcote, Op. Cit., hlm. 147 hat Chilcote, Op. Cit. hlm., 271-346.

10 Volume 17, Nomor 1, Januari 2013


Budi Winarno Ilmu Sosial dan Ilmu Politik: Filsafat, Teori, dan Metodologi

dan spesialisasi serta berusaha menghubungkan dari pendekatan elit adalah pernyataan bahwa
teorinya pada suatu konsepsi ideal50. seluruh sistem politik dibagi dalam dua strata,
Konsep-konsep dalam teori yaitu mereka yang memimpin, dan mereka
pembangunan diantaranya dikemukakan oleh yang dipimpin. Tokoh-tokoh dalam teori ini
C.S Whitaker, Jr. (1967) yang mengacu pada diantaranya adalah Mosca yang membagi sistem
“dysrhythmic process” dalam perubahan politik. politik ke dalam dua strata yaitu kelas politik dan
Fred W. Riggs (1968) mempelajari ”dialectics non-kelas politik. Sedangkan tokoh lain adalah
of developmental change”, sedangkan Lewis Vilvredo Pareto dan Robert Michels53.
A. Coser (1957) menekankan pada ”social Kelima, Teori struktural fungsional54.
conflict” dalam perubahan teori51. Dudley Seers Teori struktural fungsional merupakan teori yang
(1977) mendefinisikan pembangunan dalam cukup dominan dalam analisis perbandingan
konteks kebutuhan pokok manusia. Selain itu, struktural terutama pada era 1980-an. Konsep-
pembangunan juga sering diasosiasikan sebagai konsep dalam teori ini dimunculkan oleh beberapa
nasionalisme. Hubungan ini terlihat dalam tokoh terkemuka seperti Talcott Parsons, Gabriel
perkembangan negara-negara di Afrika, Asia, Almond, David Apter, Marion Levy, William
dan Amerika Latin pada masa ini di mana negara- Mithchell, dan S.N. Eisenstandt. Analisis
negara tersebut melibatkan nasionalisme sebagai struktural fungsional memberikan suatu sudut
faktor penting dalam pembangunan. Pasca Perang pandang untuk menganalisis keseluruhan sistem.
Dunia II, kepentingan negara kapitalis Barat di Penekanannya terletak pada hubungan antara
negara-negara miskin tidak hanya terfokus pada struktur dan fungsi yang muncul dari sistem dan
keuntungan, pengolahan bahan mentah, dan bagaimana fungsi tersebut harus ditunjukkan
pangsa pasar baru, tetapi juga pada asumsi bahwa jika ingin bertahan. Karena orientasi ini, analisis
bantuan financial dan teknis yang massif akan struktural fungsional mencakup identifikasi dari
bertransformasi dari masyarakat agraris yang satu rangkaian fungsi penting dalam sistem
subsisten ke masyarakat industri modern. Para tertentu di bawah investigasi. Asumsi utama
pemikir Barat mendeskripsikan transformasi ini dari analisis struktural adalah bahwa manusia
dalam konteks tahapan pembangunan. Walt W. berperilaku dalam pola yang konsisten: mereka
Rostow mengemukakan tahapan tersebut dalam mengulang perilakunya pada masa yang lalu.
”Stages of Economic Growth: A Non-Communist Ketika interaksi berulang melebihi titik tertentu,
Manifesto”. Tahapan tersebut adalah sebagai hasilnya adalah sebuah struktur55.
berikut: masyarakat tradisional, persiapan Keenam, Teori kelas. Sejak era Aristoteles
menuju tinggal landas, tinggal landas, menuju teori kelas mempuyai peran penting dalam studi
kedewasaan/kematangan, dan tahap konsumsi sistem sosial dan sistem politik. Stratifikasi
massal yang tinggi52. oleh kelas telah digunakan oleh para ilmuwan
Keempat, Teori elit politik. Analisis elit terkemuka seperti Karl Marx, Adam Smith, Max
selalu menjadi ancaman serius bagi pendekatan Weber, Joseph Schumpeter, Thorstin Veblen,
legal formal (institusional) dikarenakan teori ini T.H. Marshall, dan Pitrin Sorokin.56 Untuk
memfokuskan perhatian kepada perilaku sebagian menjelaskan pola-pola kompetisi ekonomi,
kecil pembuat kebijakan politik, ketimbang konflik sosial, dan perubahan sosial. Namun
menekankan aparat formal institusional demikain, teori kelas belum memeroleh perhatian
pemerintah. Pendukung teori elit juga menantang dan penerimaan besar, ketimbang teori kelompok
teori-teori kelompok dengan menekankan pada dan teori elit.
konflik dan stratifikasi dan dengan berasumsi Ada beberapa alasan mengapa teori
pada signifikansi dari satu kelompok utama. kelas kurang mendapat sambutan ketimbang
Dengan demikian, pendekatan elit menjadi 53 Bill and Hardgrave Jr., Op. Cit., hlm.
alternatif penting bagi analisis kelas dengan 143-144
memusatkan studi pada satu level stratifikasi yang 54 Allan Larson, 1980, Comparative Politi-
dianggap penting karena merupakan inti dari cal Analysis, Chicago: Nelson-Hall Inc., hlm. 51-
kepemimpinan politik. Perspektif fundamental 52
50 Ibid. 55 Ibid, hlm. 51-52
51 Ibid, hlm. 273 56 Bill dan Hardgrave, Op. Cit.,
52 Ibid, hlm. 279 hlm. 175.

Volume 17, Nomor 1, Januari 2013 11


Ilmu Sosial dan Ilmu Politik: Filsafat, Teori, dan Metodologi Budi Winarno

teori-teori lainnya?57 Pertama, teori politik of politics. Secara garis besar teori kelompok
Amerika pada aras populer dan akademik, mempunyai anggapan dasar bahwa interaksi
menganggap teori kelas tidak mempunyai peran dan perjuangan antar kelompok merupakan
penting dalam masyarakat Amerika. Kedua, kenyataan dari kehidupan politik. Dalam
teori kelas diidentifikasi mempunyai kaitan pandangan kelompok, individu akan mempunyai
erat dengan karya Karl Marx. Oleh karena itu, arti penting hanya jika ia merupakan partisan
teori ini bertentangan dengan watak Amerika, dalam atau wakil dari kelompok-kelompok
sehingga dicurigai sebagai pengkhianatan tertentu. Dengan melalui kelompok, individu-
ideologis. Ketiga, secara luas karena teori elit individu berupaya untuk memeroleh pilihan-
diidentikkan denga karya Marx, teori ini menjadi pilihan politik yang mereka inginkan. Dengan
sangat berkaitan dengan fenomena ekonomi. kata lain, individu-individu adalah penting dalam
Keempat, gerakan behavioralisme menjadi politik, jika bertindak sebagai bagian atau atas
sumber perlawanan terhadap teori kelas. Dalam nama kepentingan kelompok. Kelompok menjadi
mendorong generalisasi dan obyektivitas ilmiah, jembatan penting antara individu dan pemerintah.
kaum behavioralis menamakan teori kelas Politik sesungguhnya adalah perjuangan antar
mempunyai kelemahan-kelemahan dalam dua kelompok untuk memengaruhi kebijakan publik.
aspek: Teori kelas membawa banyak muatan Kedelapan, Teori perbandingan
ideologis dan nilai; dan teori ini dianggap tidak politik. Perkembangan pemikiran ilmu politik
mampu untuk menjelaskan suatu fenomena secara tersebut pada akhirnya mengarah pada studi
akurat. Kelima, teori kelas dianggap sulit untuk perbandingan politik. Studi perbandingan telah
diterapkan dalam konteks analisis perbandingan berkembang seiring dengan perkembangan ilmu
politik secara luas. politik. Seluruh praktik klasik dari teori politik
Menurut teori kelas, stratifikasi masyarakat berdasarkan pada pendekatan perbandingan.
secara luas adalah realitas pokok dari kehidupan Studi politik perbandingan diterapkan pada
sosial dan politik. Sistem stratifikasi tidak hanya negara-negara yang dinamis. Selama empat
mencakup semua anggota masyarakat, tetapi juga dekade terakhir, sebuah revolusi intelektual
membentuk faktor penentu utama terhadap konflik terjadi dalam studi tersebut. Sejak pertengahan
dan perubahan. Kelas-kelas adalah kumpulan- tahun 1950-an, studi politik perbandingan telah
kumpulan yang harus dibatasi dalam kaitannya menjadi teori politik utama di mana masalah
satu dengan yang lain, dan konflik adalah sifat mengenai pengklasifikasian dan pembedaan
pokok yang menandai hubungan-hubungan ini. sistem pemerintahan telah menjadi fokus utama.
Unit-unit pokok analisis dari teori kelas adalah Untuk membandingkan secara simultan, analis
kumpulan-kumpulan individu yang mempunyai harus melihat persamaan dan perbedaan diantara
kedudukan yang serupa yang berkaitan dengan kedua objek yang akan diperbandingkan. Politik
pemilihan-pemilihan nilai, seperti kekuasaan perbandingan memfokuskan pada persamaan
(power), kekayaan, otoritas,, atau martabat. dan perbedaan dalam praktek institusi politik
Kelas-kelas ini berhubungan satu dengan yang dan dalam perilaku politik. Hal ini tidak hanya
lain dalam pola-pola atasan dan bawahan secara terlihat di dalam level negara, akan tetapi juga
hirarkhir. Konflik dengan sendirinya berkembang dalam kelompok sosial, kelompok bisnis, sistem
dari hubungan-hubungan antara unit-unit yang perkotaan, dan sistem-sistem lainnya59.
dikaitkan dalam ketidaksetaraan hierarkhis, Dalam perkembangannya, muncul
sehingga menimbulkan dinamika yang mahzab baru yaitu post-behavioralisme pada
menghasilkan perubahan sosial dan politik. 58
tahun 1960-an sebagai respon atas behavioralisme.
Ketujuh, Teori kelompok. Terdapat Mahzab ini berusaha untuk menjembatani antara
pandangan yang sama dari kalangan teoritisi pemikiran tradisional dengan behavioralisme
kelompok, seperti Arthus Bentley (1908), The yaitu dengan mengkritik beberapa kekurangan
Proses of Government; David Truman (1951), dalam kedua mahzab tersebut. Akan tetapi di
The Government Process; Earl Latham (1952), sisi lain juga memadukan konsep-konsep kedua
The Group Basis of Politics. Menurut mereka, mahzab yang dianggap lebih mampu menjawab
kelompok-kelompok adalah the ultimate “real” kebutuhan analisis pada masa ini. Jika kaum
57 Ibid.
58 Ibid. 59 Larson, Op. Cit., , hlm.1-3

12 Volume 17, Nomor 1, Januari 2013


Budi Winarno Ilmu Sosial dan Ilmu Politik: Filsafat, Teori, dan Metodologi

tradisionalis menekankan pada institusi/lembaga METODOLOGI PENELITIAN


kenegaraan dan kaum behavioralis menekankan 1. Pengertian
pada perilaku, maka kaum post-behavioralis Methodology is defined as the analysis of
menggunakan kedua penekanan tersebut secara the principles of methods, rules, and postulates
bersama-sama. Jadi, baik penekanan institusional employed by a discipline, the systematic study of
maupun perilaku dipakai dalam analisis ini. methods that are, can be, or have been applied
Demikian juga dengan metode yang digunakan within a discipline, or a particular procedure or
dalam mahzab ini juga mengakomodasi metode set of procedures62.
kualitatif maupun kuantitatif dalam ranah ilmu
politik. Disamping pengertian di atas, metodologi
Secara spesifik kaum post-behavioralis penelitian juga menyajikan pembahasan
beranggapan bahwa kaum behavioralis sering tentang logika, dalil-dalil, proposisi, yang
mempertanyakan persoalan-persoalan yang melatarbelakangi setiap langkah-langkah dan
tidak relevan dengan kebutuhan masyarakat proses yang lazim ditempuh dalam kegiatan
politik60. Behavioralisme juga mempunyai bias penelitian. Tujuan dari penentuan metodologi
etnosentris ketika menganggap tradisi yang itu sendiri sebagai upaya untuk menemukan,
dipakainya lebih baik dibanding dengan tradisi mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu
lain. Behavioralisme juga dianggap terlalu pengetahuan. Dengan demikian, metodologi
“objective”. Mereka melakukan riset yang tidak penelitian juga akan memberikan arahan-arahan
berbasis pada kenyataan sesungguhnya yaitu dan syarat-syarat tertentu atas berjalannya
nilai dan empiris. Bagi kaum post-behavioralis, sebuah penelitian untuk mengusahakan, menjaga
ilmu murni tidak bisa dipisahkan dengan ilmu dan mempertahankan agar hasil dari penelitian
terapan. Dengan demikian, ilmu politik harus bisa tersebut memiliki nilai ilmiah yang tinggi. Dalam
memaparkan dan menjelaskan, memprediksi, pembahasan ini, akan dilakukan pembedaan antara
dan mengontrol perubahan politik yang ada. “metodologi penelitian” dan “metodologi ilmu”
Selain itu, teori ini juga memiliki prinsip-prinsip sosial dan politik. Metodologi penelitian lebih
dasar seperti fokus pada perilaku aktor dan nilai/ mengarah pada langkah-langkah metodologis
value tidak bisa dihilangkan dalam studi politik. yang menjadi tuntunan langkah-langkah sebuah
Teori ini juga menggunakan pengetahuan yang penelitian dan jenis-jenis penalaran yang
sudah terverifikasi sebagai basis penilaian digunakan dalam penelitian tersebut. Sedangkan
normatif . Selain pemahaman tentang nilai/
61
metode ilmu lebih memfokuskan pada aspek
value tersebut, teori ini juga menyadari bahwa epistemologi dari ilmu sosial dan ilmu politik.
selalu terdapat tanggung jawab yang disebabkan Pembahasan tentang metodologi ilmu sosial dan
oleh perkembangan ilmu pengetahuan. Dalam ilmu politik sengaja tidak dilakukan pembedaan
konteks ini, penelitian dalam ilmu politik harus dengan asumsi bahwa metodologi dalam ilmu
memiliki implikasi nyata untuk kehidupan sosial telah mencakup pembahasan mengenai
sehari-hari (memiliki tanggung jawab perubahan metodologi ilmu politik.
sosial). Permasalahan tentang objektifitas ilmu
politik ini, seperti telah disinggung sebelumnya, 2. Metodologi Ilmu
kemudian dijawab oleh Gunnar Myrdal yang Metodologi ilmu adalah mekanisme
mengemukakan bahwa konsep-konsep yang telah secara terpadu yang dilakukan melalui prosedur
lahir sebelumnya tidak dapat ditinggalkan begitu dengan cara-cara yang telah disepakati secara
saja. Dengan demikian, ilmu politik sebagai umum melalui pikir nalar, kontemplasi dan
sebuah ilmu yang memiliki objektivitas relatif realita untuk memperoleh pengetahuan yang
dengan kebenaran yang bersifat sementara. teruji dan memenuhi syarat sebagai suatu ilmu63.
Ilmu sosial sendiri mulai berkembang pada
62 Wikipedia, Methodology, http://
en.wikipedia.org/wiki/Methodology, diakses
D. METODOLOGI ILMU DAN pada 2 Januari 2008
63 Ermaya Suradinata, 1999, Filsafat dan
60 Santoso, Loc. Cit. Metodologi Ilmu Pemerintahan, Bandung: Rama-
61 Ibid. dan Citra Grafika, hlm. 5

Volume 17, Nomor 1, Januari 2013 13


Ilmu Sosial dan Ilmu Politik: Filsafat, Teori, dan Metodologi Budi Winarno

masa Yunani kuno. Pada waktu itu tidak ada Ilmu politik adalah sebuah disiplin akademis
pembedaan antara studi matematika dengan dan penelitian yang mengkaitkan antara teori
sejarah. Tokoh utama pada waktu itu, Plato dengan praktik politik serta mendeskripsikan
dan Aristoteles telah mengemukakan konsep- dan menganalisis sistem politik dan tingkah
konsep yang sangat mendasar dalam ilmu laku politik. Bidang-bidang kajian ilmu politik
hitung, geometri, kemanusiaan, dan sebagainya. meliputi filsafat dan teori politik, masyarakat
Dalam perkembangannya, muncul pembedaan negara, dan perbandingan politik, teori demokrasi
antara disiplin “scientific” dengan disiplin ilmu langsung, pemerintahan apolitical, partisipasi
lain (humanities). Kontribusi yang cukup besar demokrasi langsung, sistem nasional, analisis
dalam perkembangan ilmu sosial juga diberikan politik antar negara, perkembangan politik,
oleh masyarakat Muslim. Al-Biruni (973-1048), hubungan internasional, kebijakan luar negeri,
misalnya, dianggap sebagai ahli antropologi hukum internasional, politik, administrasi publik,
pertama. Ia menulis tentang studi perbandingan tingkah laku administratif, hukum publik, tingkah
dalam antropologi manusia, keagamaan, dan laku yudisial, dan kebijakan publik65.
budaya di Timur Tengah, Mediterania, dan Asia Ilmu politik memiliki keragaman
Selatan. sedangkan Ibn Khaldun disebut sebagai secara metodologis. Namun secara umum
bapak demografi, historiografi, filsafat sejarah, ilmu politik mempelajari alokasi dan transfer
sosiologi, dan ilmu sosial, serta salah satu pelopor kekuasaan dalam pembuatan kebijakan, aturan
perkembangan ilmu ekonomi modern (terkenal dan sistem pemerintahan mencakup pemerintah
melalui Muqaddimah). dan organisasi internasional, perilaku politik,
Istilah ”social science” kemudian dan kebijakan publik. Sebagian pendekatan-
diperkenalkan untuk pertamakalinya pada tahun pendekatan/ teori-teori dalam disiplin ini telah
1824 dalam karya William Thompson yang dibahas sebelumnya, namun secara menyeluruh
berjudul “An Inquiry into the Principles of the ilmu politik mencakup filsafat politik klasik,
Distribution of Wealth Most Conductive to Human interpretivisme, strukturalisme, behavioralisme,
Happiness; Applied to the Newly Proposed realisme, pluralisme, dan institusionalisme.
System of Voluntary Equality of Wealth”64. Meskipun tidak ada pengkategorian teori-
Dari penggunaan istilah ini, definisi ilmu sosial teori yang baku, namun bidang-bidang kajian
semakin jelas terlihat. Seperti telah dituliskan tersebut cukup memberikan gambaran umum
di atas, salah satu pengertian ilmu sosial adalah tentang cakupan studi ilmu politik. Sedangkan
sebuah ilmu yang membahas fenomena/gejala sebagai salah satu bidang kajian ilmu sosial, ilmu
sosial, yaitu hubungan antara manusia dengan politik menggunakan metode dan teknik yang
lingkungan sosialnya. Perkembangan ilmu berhubungan dengan beragam kebutuhan yaitu
sosial tesebut semakin jelas terlihat pada abad sumber primer (misalnya dokumen sejarah dan
pencerahan di Eropa. Berbagai pemikir besar official records), sumber sekunder (misalnya
muncul pada abad ini. Misalnya saja Thomas jurnal akademis, artikel, penelitian survey, analisis
Hobbes yang berargumen tentang rasionalitas statistik, studi kasus, dan model building)66.
deduktif. Bersamaan dengan itu, ilmu alam
juga mengalami perkembangan yang pesat
melalui tokoh-tokoh seperti Isaac Newton yang 3. Metodologi penelitian
mencetuskan sebuah revolusi keilmuan yang a) Hakekat Penelitian
disebut sebagai “natural philosophy”. Setelah itu, Perlu diingat bahwa seorang peneliti harus
ilmu sosial semakin berkembang dan semakin memahami secara sungguh-sungguh metodologi
memperjelas cakupan studinya. penelitian yang merupakan bagian yang sangat
Disiplin ilmu sosial kemudian mencakup krusial dalam setiap penelitian, sebelum si
antropologi, ekonomi, pendidikan, geografi, peneliti berhadapan dengan suatu penelitian
sejarah, hukum, bahasa, ilmu politik, sosiologi, yang akan digarapnya. Arti penting metodologi
psikologi. Pembahasan selanjutnya akan penelitian terletak pada ia mengetengahkan
difokuskan pada perkembangan ilmu politik. 65 Wikipedia, Social Science, http://
64 Wikipedia, Social Science, http:// id.wikipedia.org/wiki/Social_Science, diakses
id.wikipedia.org/wiki/Social_Science, diakses pada 20 Januari 2008
pada 20 Januari 2008 66 Ibid.

14 Volume 17, Nomor 1, Januari 2013


Budi Winarno Ilmu Sosial dan Ilmu Politik: Filsafat, Teori, dan Metodologi

kupasan-kupasan tentang logika, dalil-dalil, pemecahan yang bersifat trial and error karena
postulat atau prososisi yang melatarbelakangi setiap peneliti dalam pemecahan masalah harus
setiap langkah dan proses yang lazim ditempuh mampu memperkirakan data yang diperlukan
dalam setiap kegiatan penelitian. Selain itu, sehingga dapat terhindar dari kegiatan coba-coba
metodologi penelitian menawarkan alternatif- yang tidak terarah. Perkiraan yang tepat mengenai
alternatif dan petunjuk-petunjuk dalam memilih data yang diperlukan akan lebih memudahkan
alternatif-alternatif itu, dan mengomparasikan peneliti dalam memilih dan merekonstruksi alat
elemen-elemen penting dalam suatu rangkaian atau instrumen yang akan digunakan. Ketiga,
kegiatan penelitian. menghindari terjadinya bias dalam menarik
Diskusi tentang metodologi penelitian kesimpulan karena data yang cukup relevan dan
tidak terlepas dari proses perkembangan objektif akan memberikan hasil yang tinggi, baik
metodologi penelitian yang telah menghabiskan validitas maupun reliabilitasnya. Hasil penelitian
waktu yang sangat panjang dan melewati seperti itu berarti tidak saja memenuhi syarat-
berbagai tahapan. Pada dasarnya, perkembangan syarat ilmiah, tetapi juga mempertinggi tingkat
metodologi penelitian dapat digolongkan ke kemampuan baik secara teoritis maupun praktis
dalam empat kurun waktu: pertama, kurun waktu dalam kehidupan nyata69.
trial and error; kedua, kurun waktu authority b) Objektivitas Penelitian
and tradition; ketiga, kurun waktu speculation Seperti telah dikatakan sebelumnya bahwa
and argumentation; dan keempat, kurun waktu mencari kebenaran objektif dalam ilmu sosial
hypothesis and experimentation.67 bukanlah hal yang mudah. Hal tersebut disebabkan
Untuk memahami metodologi penelitian setidaknya oleh ketiga hal berikut ini: pengaruh
perlu diperhatikan bahwa esensi dan pengertian penulisan-penulisan sebelumnya yang biasanya
metodologi mempunyai kaitan erat dengan mengandung pengertian-pengertian normatif
permasalahan bagaimana mengetahui (how to dan filasafat, pengaruh lingkungan kebudayaan,
know). Metodologi merupakan pengetahuan sosial, ekonomi, dan politik masyarakat tempat
tentang berbagai cara kerja yang disesuaikan mereka hidup, dan yang terakhir adalah pengaruh
dengan objek studi ilmu-ilmu yang bersangkutan. yang bersumber pada kepribadiannya sendiri,
Cara kerja tersebut ditentukan agar dapat baik yang dibentuk oleh tradisi dan lingkungan
melakukan penelitian dengan baik, cermat, dan maupun sejarah pribadi, pembawaan, dan
objektif. Sejalan dengan pengertian tersebut, kecenderungan-kecenderungan70.
Chilcote memberikan pengertian metodologi Menurut Myrdal, setidaknya terdapat
sebagai berikut: dua konsepsi tentang kenyataan yang selama
Methodology consists of methods, ini banyak dianut oleh banyak orang, yaitu
procedures, working concepts, rules, and kepercayaan (belief) dan penilaian (valuation) 71.
the like used for testing theory and guiding Kepercayaan menyatakan pandangan seseorang
inquiry, and the search for solutions to tentang bagaimana kenyataan itu sebenarnya, yaitu
problems of the real world. Methodology apa adanya, baik sekarang maupun masa lampau.
is a particular way of viewing, organizing, Sedangkan penilaian menyatakan pandangan
and giving shape to inquiry68. seseorang tentang bagaimana kenyataan itu
seharusnya. Kepercayaan menuntut pengetahuan
Fungsi dari metodologi penelitian ini sehingga harus selalu menilai tentang benar/
adalah sebagai berikut: Pertama, menghindari salah-nya kepercayaan itu. Permasalahannya
cara pemecahan masalah dan cara berfikir adalah penilaian seseorang biasanya berubah-
spekulatif karena hasil penelitian berupa ubah atau saling bertentangan. Dari sinilah
kebenaran ilmu yang dicapai sebagai kesimpulan,
69 Nawawi, 1992, dalam Suparjono, 2004,
telah dibentengi dengan data empiris yang
Globalisasi, Perubahan Struktur Ekonomi, dan
dapat dipertanggungjawabkan, yang disebut Reposisi Birokrasi, Yogyakarta: Universitas Gad-
sebagai bukti ilmiah. Kedua, menghindari cara jah Mada (Tidak dipublikasikan), hlm. 70
67 Rummel, 1958, dalam Sutrisno Hadi, 70 Ibid, hlm.72
1997. Metodologi Research, Yogyakarta: Andi 71 Gunnar Myrdal, 1967, Objectivity in
Offset Social Research, New York: Pantheon Books,
68 Chilcote, Op. Cit. hlm. 4 hlm.3-4

Volume 17, Nomor 1, Januari 2013 15


Ilmu Sosial dan Ilmu Politik: Filsafat, Teori, dan Metodologi Budi Winarno

muncul bias-bias fokus kajian, pendekatan/ teori dengan metode penelitian tertentu. Dengan
hampir di setiap penelitian sosial. demikian, metode penelitian menyangkut
Untuk melindungi diri dari bias tersebut, masalah cara kerja, yaitu cara kerja untuk dapat
maka yang harus dilakukan adalah: pertama, memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang
pemahaman (insight) sosiologis dan psikologis bersangkutan. Metode penelitian memberikan
terhadap kondisi di tempat mereka hidup, dan arahan-arahan penelitian yang sangat cermat,
melakukan penelitian. Kedua, menggunakan dan mengajukan syarat-syarat yang harus
metode yang logis. Selain itu, seseorang juga ditaati. Tujuan penggunaan metode penelitian
harus berpegang pada fakta, yaitu melalui sebuah adalah mempertahankan agar pengetahuan yang
proses di mana kepercayaan-kepercayaan populer dicapai oleh suatu penelitian dapat memiliki
dan dugaan-dugaan ilmiah diuji dengan fakta nilai/bobot ilmiah setinggi-tingginya dan dapat
sehingga bias-bias tersebut dapat terungkap. memberikan sumbangan bagi perkembangan
Upaya inipun belum menjamin objektifitas yang ilmu pengetahuan. Pembahasan tentang metode
seutuhnya dari sebuah penelitian. Dalam ilmu penelitian ini mencakup metode keilmuan
sosial dan ilmu politik, proses pengumpulan (deduktif/induktif), metode kualitatif dan metode
dan interpretasi data cenderung menjadi bias, kuantitatif.
ketimbang ”pikiran murni”. d. Metode Dalam Mencari Pengetahuan
Myrdal kemudian menjawab Metode penelitian berkaitan dengan
permasalahan tentang objektifitas ilmu sosial bagaimana penalaran mencari suatu pengetahuan.
dan ilmu politik tersebut dengan mengemukakan Sumber pengetahuan dari objek yang abstrak
bahwa manusia tidak bisa memusnahkan atau adalah nalar (reason), intuisi (intuition), otoritas
meninggalkan konsep-konsep yang telah lahir (authority), wahyu (revelation), dan keyakinan
sebelumnya. Dengan demikian karya yang (faith), sedangkan dari objek yang konkrit adalah
dihasilkan oleh sebuah penelitian pun sangat pengalaman inderawi (sense of experience)73.
sulit untuk mencapai objektifitas seutuhnya. Tiap Kedua sumber pengetahuan tersebut melahirkan
peneliti hanya mampu mengusahakan objektifitas dua paham utama dalam pencarian pengetahuan.
tersebut secara maksimal. Berkaitan dengan hal Aliran pertama dipelopori oleh Plato, dan aliran
tersebut, kebenaran dalam bidang keilmuan ini kedua yang dipelopori oleh Aristoteles. Plato
tidak pernah bersifat mutlak dan kekal karena mengutamakan kekuatan rasio manusia di mana
pemikiran yang ada terus berkembang. Sangat pengetahuan murni dianggap dapat diperoleh
dimungkinkan bahwa satu kebenaran yang telah melalui rasio itu sendiri. Sedangkan Aristoteles
mendapatkan penerimaan publik yang luas memperhatikan peranan empiris terhadap obyek
kemudian ditumbangkan oleh kebenaran baru pengetahuan. Penalaran Plato berkembang
yang dapat lebih diterima. Dengan kata lain, menjadi rasionalisme yang kemudian didukung
sampai saat ini ilmu sosial pada umumnya, dan oleh Rene Descartes, Malebrace, Spinoza,
ilmu politik pada khususnya dianggap sebagai Leibnis, dan Wolff. Sedangkan penalaran
ilmu yang memiliki objektivitas relatif dengan Aristoteles berkembang menjadi empirisme dan
kebenaran yang bersifat sementara. berkembang melalui tokoh-tokoh seperti Hobbes,
c) Metode Penelitian Locke, Berkely, dan Hume (Hardiman, 1990).
Pengertian metodologi penelitian i). Deduktif-Rasional
tentunya berbeda dengan pengertian metode Anggapan dasar kaum rasionalis adalah
penelitian. Metode penelitian memfokuskan bahwa manusia memiliki sistem pemikiran yang
pada bagaimana orang memperoleh pengetahuan diturunkan dari adanya ide/gagasan. Ide/gagasan
(how get to know).72 Dalam rangka menemukan, tersebut telah ada sebagai bagian dari kenyataan
mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu dasar dan pikiran manusia. Menurut Plato,
pengetahuan, sebuah penelitian harus dibatasi manusia tidak mempelajari apapun, ia hanya
72 Kartodirjo, 1992, dalam Suparjono, 73 Anonim, 1984, dalam Haryono Se-
2004. “ Globalisasi, Perubahan Struktur Eko- mangun, �Filsafat, Filsafat Pengetahuan, dan
nomi, dan Reposisi Birokrasi,” Disertasi untuk Kegiatan Ilmiah,” Pidato Ilmiah Dalam Rangka
memeroleh derajat doktor dalam ilmu politik, Acara Pembukaan Program Pasca Sarjana Se-
Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada (tidak mester II , Tahun Akademi 1991/1992, Universi-
dipublikasikan), hlm., 69. tas Gadjah Mada, Yogyakarta, hlm 7.

16 Volume 17, Nomor 1, Januari 2013


Budi Winarno Ilmu Sosial dan Ilmu Politik: Filsafat, Teori, dan Metodologi

teringat apa yang telah ia ketahui74. Dalam diri mendapatkan jawaban yang tertentu
manusia, rasio-lah yang paling penting sehingga dari pernyataan tertentu pula77. Proses
Descartes mengemukakan pendapatnya yang penalaran dalam metode ini dapat
sangat terkenal yaitu Cogito, ergo sum (aku sadar, digambarkan dalam diagram
maka aku ada). Descartes juga sangat menghargai berikut ini:
intuisi yang dianggap sebagai sesuatu yang
muncul dari akal jernih innate ideas dan bukan
timbul dari khayalan yang membingungkan
sehingga mengakibatkan pendapat yang keliru.
Oleh karena itu, dalam melakukan penalaran,
kaum rasional selalu membandingkan dengan
teori umum sehingga paham rasionalisme
terutama melakukan penalaran secara deduktif,
yaitu dari umum ke khusus.
ii). Induktif-Empiris
Kaum empiris beranggapan bahwa
pengetahuan manusia dapat diperoleh melalui Bagan proses penalaran dalam metode
pengalaman. Artinya, pernyataan tentang ada keilmuan
dan tidaknya sesuatu harus dibuktikan melalui Dengan demikian, alur berfikir seseorang
pengujian publik. Aspek lain dalam penalaran ini dalam sebuah khasanah ilmu sebetulnya
adalah perbedaan antara yang mengetahui (subjek dimulai dari kesadaran akan adanya masalah
penelitian) dan yang diketahui (objek penelitian). dan perumusan masalah. Untuk menjawab
Setidaknya terdapat dua prinsip lain yang masalah tersebut, dibutuhkan pengamatan dan
dipegang oleh kaum empiris yaitu keteraturan pengumpulan data yang relevan. Dari data yang
dan keserupaan. Keteraturan berarti bahwa alam terkumpul, dilakukan penyusunan dan klasifikasi
memiliki keteraturan dari masa lampau, sekarang, data. Data yang telah terorganisasi ini kemudian
dan yang akan datang. Melalui konsep ini, kaum dapat dijadikan dasar perumusan hipotesis.
empiris memberikan ruang untuk melakukan Selanjutnya hipotesis tersebut membutukan
prediksi/perkiraan untuk masa yang akan tes dan pengujian kebenaran (verifikasi)78. Dari
datang. Sedangkan keserupaan berarti bahwa pengujian inilah seseorang bisa mendapatkan
bila terdapat gejala-gejala yang berdasarkan hasil penelitian. Hasil penelitian tersebut pada
pengalaman adalah identik atau sama, maka akhirnya dapat memperkaya khasanah ilmu dan
kita memiliki cukup jaminan untuk membuat dapat digunakan untuk pengembangan keilmuan
kesimpulan tentang hal itu75. Jadi pengetahuan selanjutnya. Senada dengan konsep tersebut,
harus dijabarkan menjadi pengalaman inderawi, Jujun Suriasumantri juga mengidentifikasi alur
dan apa yang tidak dijabarkan dalam pengalaman dalam mencari pengetahuan dalam langkah-
bukanlah pengetahuan. Karenanya kaum empiris langkah metodologis berikut ini:
menggunakan penalaran induktif, yaitu penalaran 1) Identifikasi variabel yang akan dipelajari,
dari yang khusus ke yang umum. 2) Menyusun sebuah hipotesis tentang
e. Metode Keilmuan hubungan antara variabel satu dengan
Seperti telah disinggung sebelumnya bahwa yang lain,
metode keilmuan merupakan gabungan antara 3) Melakukan sebuah tes nyata untuk
penalaran rasional dan empiris menjadi satu melakukan pembuktian atas hipotesis,
daur penalaran deduktif-induktif76. Atau dalam 4) Melakukan evaluasi, yaitu dengan
pengertian lain yang lebih sederhana, dapat membandingkan hubungan yang ada
dikatakan bahwa metode keilmuan merupakan dengan hipotesis awal, dan generalisasi
satu cara untuk memperoleh pengetahuan, yaitu dikembangkan,
suatu rangkaian prosedur 5) Menyusun sebuah proposisi tentang
tertentu yang harus diikuti untuk signifikansi teoritis dari penemuan
74 Suriasumantri, Op. Cit. hlm. 99
75 Ibid., 99 77 Suriasumantri,Op. Cit., hlm., 105
76 Semangun, Op. Cit., hlm. 12 78 Suriasumantri, Loc. Cit.

Volume 17, Nomor 1, Januari 2013 17


Ilmu Sosial dan Ilmu Politik: Filsafat, Teori, dan Metodologi Budi Winarno

tersebut79. filsafat, teori, dan metodologi ilmu sosial dan


ilmu politik. Pertama, tentang filsafat ilmu sosial
d. Metode Kualitatif dan Metode Kuantitatif dan ilmu politik. Kesimpulan dari bahasan pada
Jenis metode yang sering dipakai dalam bagian ini adalah bahwa ilmu politik merupakan
dunia akademis adalah metode kualitatif dan bagian yang tidak terpisahkan dari ilmu
metode kuantitatif. Metode kualitatif menunjuk sosial. Dalam perkembangannya, ilmu sosial
pada penelitian sosial yang mendasarkan pada dan ilmu politik mengalami tantangan yang
pengamatan-pengamatan non-kuantitatif, mempertanyakan keabsahan kedua disiplin ilmu
yang dilakukan di lapangan dan dianalisis ini sebagai ilmu yang sesungguhnya. Kemudian
dengan cara-cara non-statistik80. Penelitian muncullah upaya-upaya untuk menjadikan ilmu
yang menggunakan metode kualitatif disebut sosial sejajar dengan ilmu alam yang dianggap
dengan penelitian kualitatif. Penelitian ini memiliki keabsahan dan obektifitas yang tinggi.
membutuhkan pengamatan langsung dan secara Upaya-upaya tersebut melahirkan apa yang
relatif wawancara tidak terstruktur. Karakteristik dinamakan sebagai “tradisi”, yaitu positivisme
metode ini adalah fleksibel, spontan, terbuka, dan antipositivisme.
dan kurang terstruktur dibandingkan dengan Kedua, teori-teori yang berkembang
metode kuantitatif. Kelebihan dari metode dalam ilmu sosial diantaranya lahir dari
ini diantaranya adalah pengamat memiliki pemikiran Karl Marx, Max Weber, Emile
kemungkinan minimal untuk mengganggu Durkheim, Sigmund Freud, dan sebagainya.
lingkungan dan kelompok yang diamati. Selain Tokoh-tokoh ini membicarakan tentang hal-hal
itu, pengamat melihat, mendengar, dan mengalir yang mendasar dan menjadi pilar bagi pemikiran-
bersama dengan berbagai arus sosial lingkungan. pemikiran selanjutnya. Sedangkan dalam ilmu
Dengan demikian diharapkan dapat memperoleh politik terdapat sedikitnya tiga aliran utama/
persepsi yang berasal dari berbagai pandangan mahzab yaitu tradisionalisme, behavioralisme,
yang berbeda. dan post-behavioralisme. Ketiga mahzab ini
Jenis metode yang kedua adalah metode merupakan hasil dari perkembangan pemikiran
kuantitatif. Berkebalikan dengan metode politik dari masa ke masa. Tradisionalisme
kualitatif, metode ini mendasarkan pada lahir dengan memfokuskan kajian pada negara-
pengamatan atas objek yang dianalisis dengan cara negara modern. Namun setelah Perang Dunia
statistik. Penelitian yang menggunakan metode II banyak bermunculan negara-negara baru di
kuantitatif disebut dengan penelitian kuantitatif. dunia yang masih memiliki sistem politik yang
Proses pengumpulan data dan pengolahannya tergolong tradisional. Karena itu, muncullah
lebih terstruktur daripada metode kualitatif. suatu kebutuhan akan alat analisis yang mampu
Metode-metode statistika yang biasa digunakan diterapkan untuk menjelaskan fenomena politik
dalam penelitian kuantitatif diantaranya adalah di negara-negara modern maupun negara-
distribusi frekuensi, cross tabulation, korelasi, negara baru dan tradisional. Muncullah mahzab
regresi, dan sebagainya81. behavioralis yang lebih menekankan pada
perilaku aktor-aktor politik. Seiring dengan
E. KESIMPULAN perkembangan tersebut, muncullah teori-teori
Uraian sebelumnya memberikan seperti teori sistem, teori pembangunan, teori
kesimpulan bahwa ada tiga bagian dari tulisan budaya politik, teori kelas, dan sebagainya.
ini yang menjadi fokus bahasan, yaitu mengenai Perkembangan politik dunia selanjutnya
79 Kenneth R. Hoover, 1980, The Elements memunculkan mahzab post-behavioralisme yang
of Social Scientific Thinking (second edition), New berusaha menjembatani mahzab tradisionalisme
York: St. Martin’s Press, hlm., 34-35 dan behavioralisme.
80 Dooley, 1984, dalam Suparjono, 2004,
Ketiga, dalam ilmu sosial dan politik,
Globalisasi, Perubahan Struktur Ekonomi, dan
Reposisi Birokrasi, Yogyakarta: Universitas terdapat dua macam metodologi yaitu metodologi
Gadjah Mada (Tidak dipublikasikan), hlm., 83 ilmu dan metodologi penelitian. Metodologi
81 Tedi Heriyanto, 2002, Aplikasi Statis- ilmu menggambarkan proses perkembangan
tika Dalam Penelitian Kuantitatif, http://tedi. dan cakupan/ruang lingkup ilmu sosial dan
heriyanto.net/papers/aplikasi-stat.html, di- politik. Sedangkan metodologi penelitian lebih
akses pada 2 Januari 2008

18 Volume 17, Nomor 1, Januari 2013


Budi Winarno Ilmu Sosial dan Ilmu Politik: Filsafat, Teori, dan Metodologi

banyak berbicara tentang bagaimana seorang Mada, Yogyakarta.


peneliti menemukan pengetahuan dengan tetap __________, 2001. “Dari Negara ke Negara:
mengusahakan kualitas maupun objektifitas Perubahan Paradigma dalam Ilmu
yang setinggi-tingginya. Berkaitan dengan itu, Politik,” Pidato Pengukuhan Jabatan
maka seorang peneliti harus memperhatikan Guru Besar pada Fakultas Ilmu
langkah-langkah metodologis, penalaran, metode Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
penelitian dan pemahaman tentang objektifitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
itu sendiri.
Goodin, Robert E. and Hans-Dieter Klingemann,
F. DAFTAR PUSTAKA 1996, A New Handbook of Political
Science, New York: Oxford
Buku dan Jurnal: University Press
Halfpenny, Peter, 1982, Positivism and Sociology:
Almond, Gabriel and Bingham Powell, Jr. 1978. Explaining Social Life, London:
Comparative Politics: System, George Allen & Unwin Ltd.
Process, and Policy (Second Edition),
Boston: United States of America: Heywood, Andrew, 2002, Politics (Second
Little, Brown, and Company Limited. Edition), New York: Palgrave
Hoover, Kenneth R., 1980, The Elements of Social
Apsler, Alfred, 1975, In Introduction to Social Scientific Thinking (Second Edition),
Science (Second Edition), New York: New York: St. Martin’s Press
Random House Inc. Kleden, Ignas, 1987. Sikap Ilmiah dan Kritik
Beilharz, Peter, 2005, Teori-teori Sosial: Kebudayaan, Jakarta: LP3ES.
Observasi Kritis terhadap Para Kuhn, Thomas S., 1970, The Structure of Scientific
Filosof Terkemuka, Yogyakarta: Revolution: Second Edition, Chicago:
Pustaka Pelajar The University of Chicago Press
Bill, James and Robert L. Hardgrave Jr., 1973, Larson, Allan, 1980, Comparative Political
Comparative Politics: The Quest Analysis, Chicago: Nelson-Hall Inc.
of Theory, Columbus: A Bell and
Meehan, Eugene J.,1965, The Theory and Method
Howell Company
of Political Analysis, Illinois: The
Boyd, Richard, et.al, 1995, The Philosopy of Dorsey Press
Social Science, Massachusetts:
Massachusetts Instittute of Myrdal, Gunnar, 1967, Objectivity in Social
Research, New York: Pantheon
Technology (MIT)
Books
Chilcote, Ronald H.,1981, Theories of
Comparative Politics: The Search Newton-Smith, W.H., 1981. The Rationality of
Science, London and New York:
for a Paradigm, Colorado: Westview
Rouledge & Kegan Paul Ltd.
Press
Easton, David. 1957. “Empirical Ritzer, George and Douglas J. Goodman, Teori
Sosiologi Modern (Edisi Keenam),
Conceptionalizations; An Approach
Jakarta: Prenada Media
to the Analysis of Political System,”
dalam Louis J. Cantori, 174. Semangun, Haryono, 1992, “Filsafat, Filsafat
Comparative Political System: Pengetahuan, dan Kegiatan Ilmiah,”
Boston: Holbrook Press. Pidato Ilmiah Dalam Rangka Acara
Pembukaan Kuliah Program Pasca
Gaffar, Afan, 1990. “Revolusi Behavioralisme,”
Sarjana Semester II, Tahun Akademi
Diktat Kuliah, Jurusan Ilmu
1991/1992, Universitas Gadjah
Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial
Mada, Yogyakarta.
dan Ilmu Politik, Universitas Gadjah

Volume 17, Nomor 1, Januari 2013 19


Ilmu Sosial dan Ilmu Politik: Filsafat, Teori, dan Metodologi Budi Winarno

Somit, Albert and William Tanenhaus, 1982. The pada 20 Januari 2008
Development of American Political
Science, New York: Irvington
Publishers.
Suparjono, 2004, ”Globalisasi, Perubahan
Struktur Ekonomi, dan Reposisi
Birokrasi,” Disertasi Untuk
memperoleh Derajat Doktor Dalam
Ilmu Politik, Universitas Gadjah
Mada (tidak dipublikasikan),
Yogyakarta: Universitas Gadjah
Mada.
Suradinata, Ermaya, 1999, Filsafat dan
Metodologi Ilmu Pemerintahan,
Bandung: Rama dan Citra Grafika.
Suriasumantri, Jujun, 2006, Ilmu dalam
Perspektif: Sebuah Kumpulan Ka-
tentang Hakekat Ilmu, Jakarta: Yayasan
Obor Indonesia.
Usman, Sunyoto, 1998, “Ilmu Sosial Modern:
Perkembangan dan Tantangan,”
dalam Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik UGM, Volume 1, Nomor 3,
Yogyakarta: FISIPOL UGM
Winarno, Budi, 2007. Sistem Politik Indonesia
Era Reformasi, Yogyakarta: Media
Pressindo.

Situs Internet:
Purwo Santosa, Post-Behavioralism, http://elisa.
ugm.ac.id/files/PSantoso_Isipol/
nogGZ1 diakses pada 3 Januari 2007
Heriyanto, Tedi, Aplikasi Statistika Dalam
Penelitian Kuantitatif, http://tedi.
heriyanto.net/papers/aplikasi-stat.
html, diakses pada 2 Januari 2008
Wikipedia, free encyclopedia, Methodology,
http://en.wikipedia.org/wiki/
Methodology, diakses pada 2 Jan.
2008
Wikipedia, Sigmund Freud, http://id.wikipedia.
org/wiki/Sigmun_Freud, diakses
pada 2 Januari 2008
Wikipedia, Social Science, http://id.wikipedia.
org/wiki/Social_Science, diakses

20 Volume 17, Nomor 1, Januari 2013

Anda mungkin juga menyukai