Anda di halaman 1dari 23

RESUME INDIVIDU

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI Ny. “N” DENGAN BAYI BERAT


LAHIR RENDAH (BBLR)
DI POLIKLINIK RSUD KOTA YOGYAKARTA

Untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Keperawatan Anak


Dosen Pembimbing Akademik: Wiwi Kustio. P. ,A. Kep,SPd,MPH

Disusun Oleh:

Rika Dwi Lestyarum


2720162922

AKADEMI KEPERAWATAN NOTOKUSUMO


YOGYAKARTA
2018
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING

Asuhan Keperawatan pada Bayi Ny. “N” dengan Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR) di Poliklinik RSUD Kota Yogyakarta. Laporan ini disusun untuk
memenuhi tugas individu praktik klinik Keperawatan Anak pada semester V,
pada:
Hari : Jum’at
Tanggal : 30 November 2018
Tempat : RSUD Kota Yogyakarta

Praktikan

Rika Dwi Lestyarum


NIM: 2720162922

Mengetahui,

Pembimbing Klinik Rumah Sakit Pembimbing Akademik

Umul Siyam, A.Md. Keb (Wiwi Kustio. P. ,A. Kep,SPd,MPH)


KATA PENGANTAR
Segala puja dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan karunianya dan memberi kemudahan, kekuatan serta kelancaran
dalam menyusun laporan kasus dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Bayi
Ny. “N” dengan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Poliklinik RSUD Kota
Yogyakarta”.
Laporan kasus ini disusun guna melengkapi syarat menyelesaiakan tugas
Praktik Klinik Keperawatan Anak pada semester V Akademi Keperawatan
Notokusumo Yogyakarta.
Penulis menyadari laporan kasus ini dapat tersusun berkat bimbingan dan
bantuan dari semua pihak. Maka pada kesempatan ini penulis menyampaikan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Giri Susilo Adi, M.Kep, selaku direktur Akademi Keperawatan Yayasan
Notokusumo Yogyakarta.
2. Ibu Umul Siyam, A.Md.,Keb, selaku pembimbing lahan yang telah banyak
memberi asuhan dan bimbingan baik berupa motivasi maupun teknik
penyusunan laporan kasus ini.
3. Ibu Wiwi Kustio. P. ,A. Kep,SPd,MPH, selaku pembimbing akademik yang
telah memberi masukan, arahan dan motivasi dalam penyusunan laporan dan
praktik lahan keperawatan anak.
Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa laporan kasus ini terdapat
banyak kekurangan dan masih jauh sempurna. Oleh karena itu saran dan kritik
yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan laporan
kasus ini.
Penulis berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis pada
khususnya dan pembaca pada umumnya.

Yogyakarta, November 2018

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
World Health Organization (WHO) mendefinisikan Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR) sebagai bayi yang terlahir dengan berat kurang dari 2500 gram.
BBLR masih terus menjadi masalah kesehatan masyarakat yang signifikan secara
global karena efek jangka pendek maupun panjangnya terhadap kesehatan (WHO
(2014). Pada tahun 2011, 15% bayi di seluruh dunia (lebih dari 20 juta jiwa), lahir
dengan BBLR (UNICEF, 2013). Sebagian besar bayi dengan BBLR dilahirkan di
negara berkembang termasuk Indonesia, khususnya di daerah yang populasinya
rentan (WHO, 2014).
BBLR bukan hanya penyebab utama kematian prenatal dan penyebab
kesakitan. Studi terbaru menemukan bahwa BBLR juga meningkatkan risiko
untuk penyakit tidak menular seperti diabetes dan kardiovaskuler di kemudian
hari (WHO, 2014). Begitu seriusnya perhatian dunia terhadap permasalahan ini
hingga World Health Assembly pada tahun 2012 mengesahkan Comprehensive
Implementation Plan on Maternal, Infant and Young Child Nutrition dengan
menargetkan 30% penurunan BBLR pada tahun 2025 (WHO, 2014).
Di Indonesia sendiri persentase BBLR tahun 2013 mencapai 10,2%
(Balitbangkes and Kemenkes RI, 2013), artinya, satu dari sepuluh bayi di
Indonesia dilahirkan dengan BBLR. Jumlah ini masih belum bisa menggambarkan
kejadian BBLR yang sesungguhnya, mengingat angka tersebut didapatkan dari
dokumen/catatan yang dimiliki oleh anggota rumah tangga, seperti buku
Kesehatan Ibu dan Anak dan Kartu Menuju Sehat. Sedangkan jumlah bayi yang
tidak memiliki catatan berat badan lahir, jauh lebih banyak. Hal ini berarti
kemungkinan bayi yang terlahir dengan BBLR jumlahnya jauh lebih banyak lagi.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari laporan ini yaitu untuk mendapatkan gambaran nyata
dalam melaksanakan resume Asuhan Keperawatan pada Bayi Ny. “N”
dengan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Poliklinik RSUD Kota
Yogyakarta.
2. Tujuan Khusus
Mendapatkan pengalaman nyata dalam melaksanakan resume Asuhan
Keperawatan pada Bayi Ny. “N” dengan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di
Poliklinik RSUD Kota Yogyakarta, yang meliputi:
a) Melaksanakan pengkajian
b) Merumuskan diagnosa keperawatan
c) Menyusun perencanaan keperawatan
d) Melaksanakan tindakan keperawatan
e) Melakukan evaluasi keperawatan
f) Mendokumentasikan Resume keperawatan pada pasien Bayi Ny. “N”
dengan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Poliklinik RSUD Kota
Yogyakarta.
BAB II
KONSEP DASAR TEORI

A. Definisi
BBLR ialah bayi yang dilahirkan dengan berat badan kurang dari 2.500
gram, tanpa memandang masa gestasi (Kosim, 2012).
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang berat
badannya saat lahir kurang atau sama dengan 2500 gram (Setiawan, 2014).
Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir
dengan berat badan kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa kehamilan
(Proverawati dan Ismawati, 2010).

B. Klasifikasi
Ada beberapa cara dalam mengelompokkan BBLR (Proverawati dan
Ismawati, 2010) :
1. Menurut harapan hidupnya
a. Bayi berat lahir rendah (BBLR) dengan berat lahir 1500-2500 gram.
b. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) dengan berat lahir 1000-1500 gram.
c. Bayi berat lahir ekstrim rendah (BBLER) dengan berat lahir kurang dari
1000 gram.
2. Menurut masa gestasinya
a. Prematuritas murni
Prematuritas Murni adalah bayi dengan usia kehamilan < 37 minggu dan
mempunyai berat badan sesuai masa gestasi/usia kehamilan atau disebut
juga Neonatus Kurang Bulan-Sesuai Masa Kehamilan (NKB-SMK)
Karakteristik yang dapat ditemukan pada prematur murni adalah :
1) Berat badan kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang dari 45 cm,
lingkar kepala kurang dari 33 cm lingkar dada kurang dari 30 cm
2) Gerakan kurang aktif otot masih hipotonis
3) Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
4) Kepala lebih besar dari badan rambut tipis dan halus
5) Tulang tulang tengkorak lunak, fontanela besar dan sutura besar
6) Telinga sedikit tulang rawannya dan berbentuk sederhana
7) Jaringan payudara tidak ada dan puting susu kecil
8) Pernapasan belum teratur dan sering mengalami serangan apnu
9) Kulit tipis dan transparan, lanugo (bulu halus) banyak terutama pada
dahi dan pelipis dahi dan lengan
10) Lemak subkutan kurang
11) Genetalia belum sempurna , pada wanita labia minora belum tertutup
oleh labia mayora
12) Reflek menghisap dan menelan serta reflek batuk masih lemah
13) Bayi prematur mudah sekali mengalami infeksi karena daya tahan
tubuh masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang dan
pembentukan antibodi belum sempurna . Oleh karena itu tindakan
prefentif sudah dilakukan sejak antenatal sehingga tidak terjadi
persalinan dengan prematuritas (BBLR).

b. Retardasi PertumbuhanJanin Intra Uterin (IUGR) / Dismaturitas


IUGR adalah bayi yang lahir dengan berat badan rendah dan tidak sesuai
dengan usia kehamilan, serta menunjukkan bayi mengalami retardasi.
Dismatur dapat terjadi preterm, term, dan post term. Dismatur Preterm
disebut juga Neonatus Kurang Bulan-Kecil untuk Masa Kehamilan (NKB-
KMK), Dismatur Term disebut juga Neonatus Cukup Bulan-Sesuai Masa
Kehamilan (NCB-SMK), Dismatur Posterm disebut juga Neonatus Kurang
Bulan-Sesuai Masa Kehamilan (NKB-SMK). Dismatur (IUGR) adalah bayi
lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa
kehamilan dikarenakan mengalami gangguan pertumbuhan dalam
kandungan .Menurut Renfield (1975) IUGR dibedakan menjadi dua yaitu:
1) Proportionate
IUGR Janin yang menderita distres yang lama dimana gangguan
pertumbuhan terjadi berminggu-minggu sampai berbulan bulan
sebelum bayi lahir sehingga berat,panjang dada lingkaran kepala dalam
proporsi yang seimbang akan tetapi keseluruhannya masih dibawah
masa gestasi yang sebenarnya. Bayi ini tidak menunjukkan adanya
Wasted oleh karena retardasi pada janin terjadi sebelum terbentuknya
adipose tissue.
2) Disporpotionate IUGR
Terjadi karena distres subakut gangguan terjadi beberapa minggu sampai
beberapa hari sampai janin lahir. Pada keadaan ini panjang dan lingkar
kepala normal akan tetapi berat tidak sesuai dengan masa gestasi. Bayi
tampak Wasted dengan tanda tanda sedikitnya jaringan lemak di bawah
kulit , kulit kering keriput dan mudah diangkat bayi kelihatan kurus dan
lebih panjang

C. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang tampak pada bayi berat lahir rendah menurut
Firdaus (2017) yaitu:
1. Berat badan sama dengan atau kurang dari 2500 gram.
2. Panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm.
3. Lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm.
4. Lingkar badan sama dengan atau kurang dari 30 cm.
5. Jaringan lemak sub kutan tipis atau kurang.
6. Tulang rawan daun telinga belum tumbuh sempurna.
7. Tumit mengkilap, telapak kaki halus.
8. Alat kelamin pada bayi laki-laki pigmentasi dan rogue pada skrotum kurang.
9. Testis belum turun dalam skrotum. Untuk perempuan klitoris menojol labia
minora belum tertutup oleh labia mayora.
10. Tonus otot lemah, sehingga bayi kurang aktif dan gerakan lemah.
11. Fungsi saraf yang belum atau kurang matang, mengakibatakan reflek isap,
menelan dan batuk masih lemah.atau tidak efektif, dan tangisanya lemah.
12. Jaringan kelenjar mamae masih kurang akibat pertumbuhan otot dan jaringan
lemak masih kurang.
13. Vernik kaseosa tidak ada atau sedikit.
D. Etiologi
Faktor penyebab terjadinya bayi dengan berat bayi lahir rendah (BBLR)
menurut Pariani (2015) adalah sebagai berikut:
1. Faktor ibu
a. Penyakit
Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan, misalnya:
perdarahan antepartum, trauma fisik dan psikologis, DM, toksemia
gravidarum, dan nefritis akut, malaria, anemia, sifilis, infeksi TORCH.
b. Usia ibu
Angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia < 20 tahun, dan
multigravida yang jarak kelahiran terlalu dekat. Kejadian terendah ialah
pada usia anatara 26-35 tahun.
c. Keadaan status ekonomi
Kejadian ini sangat berperan terhadap timbulnya prematuritas. Kejadian
tertinggi terdapat pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini disebabkan
oleh keadaan gizi yang kurang baik dan pengawasan antenatal yang kurang.
Demikian pula kejadian prematuritas pada bayi yang lahir dari perkawinan
yang tidak sah ternyata lebih tinggi bila dibandingkan dengan bayi yang
lahir dari perkawinan yang sah.
d. Komplikasi pada kehamilan.
Komplikasi yang tejadi pada kehamilan ibu seperti perdarahan
antepartum,pre-eklamsia berat, eklamsia, dan kelahiran preterm.
e. Faktor kebiasaan ibu
Faktor kebiasaan ibu juga berpengaruh seperti ibu perokok, ibu pecandu
alkohol dan ibu pengguna narkotika.
2. Faktor plasenta
3. Faktor janin
Adanya hidramion, kehamilan ganda dan kelainan kromosom.
4. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan yang menyebabkan BBLR antara lain tempat tinggal di
dataran tinggi, radiasi dan zat-zat racun.
E. Patofisiologi
Patofisiologi bayi berat lahir rendah menurut Behrnman (2010) adalah
sebagai berikut:
Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang
belum cukup bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan dismaturitas.
Artinya bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi berat badan (BB)
lahirnya lebih kecil dari masa kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2.500 gram.
Masalah ini terjadi karena adanya gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam
kandungan yang disebabkan oleh penyakit ibu seperti adanya kelainan plasenta,
infeksi, hipertensi dan keadaan-keadaan lain yang menyebabkan suplai makanan
ke bayi jadi berkurang.
Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin tidak
mengalami hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat badan
lahir normal. Kondisi kesehatan yang baik, sistem reproduksi normal, tidak
menderita sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada masa pra hamil maupun saat
hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih besar dan lebih sehat dari pada ibu dengan
kondisi kehamilan yang sebaliknya. Ibu dengan kondisi kurang gizi kronis pada
masa hamil sering melahirkan bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan kematian
yang tinggi, terlebih lagi bila ibu menderita anemia.
Ibu hamil umumnya mengalami deplesi atau penyusutan besi sehingga
hanya memberi sedikit besi kepada janin yang dibutuhkan untuk metabolisme besi
yang normal. Kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan atau hambatan
pada pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel otak. Anemia gizi dapat
mengakibatkan kematian janin didalam kandungan, abortus, cacat bawaan, dan
BBLR. Hal ini menyebabkan morbiditas dan mortalitas ibu dan kematian perinatal
secara bermakna lebih tinggi, sehingga kemungkinan melahirkan bayi BBLR dan
prematur juga lebih besar.
F. Pathway

Sumber: Proverawati dan Ismawati (2010).


G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan menurut Purborini (2010),
adalah sebagai berikut:
1. Radiologi
a. Foto thoraks/baby gram pada bayi baru lahir dengan usia kehamilan
kurang bulan, dapatdimulai pada umur 8 jam.
b. USG kepala terutama pada bayi dengan usia kehamilan 35 minggu dimulai
pada umur 2 hari.
2. Laboratorium
a. Darah rutin
b. Gula darah (8–12 jam post natal).
c. Analisa gas darah Elektrolit darah (k/p)
d. Tes kocok/shake test
Interpretasi:
1) (+) : Bila terdapat gelembung-gelembung yangmembentuk cincin
artinya surfaktan terdapat dalam paru dengan jumlah cukup.
2) (-) : Bila tidak ada gelembung berarti tidak adasurfaktan.
3) Ragu : Bila terdapat gelembung tapi tidak adacincin.

H. Penatalaksanaan
Penanganan dan perawatan pada bayi dengan berat badan lahir rendah
menurut Sakti., et al (2013), dapat dilakukan tindakan sebagai berikut:
1. Mempertahankan suhu tubuh bayi
Bayi prematur akan cepat kehilangan panas badan dan menjadi hipotermia,
karena pusat pengaturan panas badan belum berfungsi dengan baik,
metabolismenya rendah, dan permukaan badan relatif luas. Oleh karena itu,
bayi prematuritas harus dirawat di dalam inkubator sehingga panas badannya
mendekati dalam rahim. Bila belum memiliki inkubator, bayi prematuritas
dapat dibungkus dengan kain dan disampingnya ditaruh botol yang berisi air
panas atau menggunakan metode kangguru yaitu perawatan bayi baru lahir
seperti bayi kanguru dalam kantung ibunya.
2. Pengawasan Nutrisi atau ASI
Alat pencernaan bayi premature masih belum sempurna, lambung kecil, enzim
pecernaan belum matang. Sedangkan kebutuhan protein 3 sampai 5 gr/ kg BB
(Berat Badan) dan kalori 110 gr/ kg BB, sehingga pertumbuhannya dapat
meningkat. Pemberian minum bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan didahului
dengan menghisap cairan lambung. Reflek menghisap masih lemah, sehingga
pemberian minum sebaiknya sedikit demi sedikit, tetapi dengan frekuensi yang
lebih sering. ASI merupakan makanan yang paling utama, sehingga ASIlah
yang paling dahulu diberikan. Bila faktor menghisapnya kurang maka ASI
dapat diperas dan diminumkan dengan sendok perlahan-lahan atau dengan
memasang sonde menuju lambung. Permulaan cairan yang diberikan sekitar
200 cc/ kg/ BB/ hari.
3. Pencegahan Infeksi
Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan tubuh yang
masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang, dan pembentukan antibodi
belum sempurna. Oleh karena itu, upaya preventif dapat dilakukan sejak
pengawasan antenatal sehingga tidak terjadi persalinan prematuritas / BBLR.
Dengan demikian perawatanan pengawasan bayi prematuritas secara khusus
dan terisolasi dengan baik.
4. Penimbangan Ketat
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi atau nutrisi bayi dan erat
kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat badan
harus dilakukan dengan ketat.
5. Ikterus
Semua bayi prematur menjadi ikterus karena sistem enzim hatinya belum
matur dan bilirubin tak berkonjugasi tidak dikonjugasikan secara efisien
sampai 4-5 hari berlalu . Ikterus dapat diperberat oleh polisetemia, memar
hemolisias dan infeksi karena hperbiliirubinemia dapat menyebabkan
kernikterus maka warna bayi harus sering dicatat dan bilirubin diperiksa bila
ikterus muncul dini atau lebih cepat bertambah coklat
6. Pernapasan
Bayi prematur mungkin menderita penyakit membran hialin. Pada penyakit ini
tanda- tanda gawat pernaasan sealu ada dalam 4 jam bayi harus dirawat
terlentang atau tengkurap dalam inkubator dada abdomen harus dipaparkan
untuk mengobserfasi usaha pernapasan
7. Hipoglikemi
Mungkin paling timbul pada bayi prematur yang sakit bayi berberat badan lahir
rendah, harus diantisipasi sebelum gejala timbul dengan pemeriksaan gula
darah secara teratur.

I. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi menurut Purborini (2010), yaitu:
1. Sindroma aspirasi mekonium (kesulitan bernafas).
Sindrom aspirasi mekonium adalah gangguan pernapasanpada bayi baru lahir
yang disebabkan oleh masuknya mekonium (tinja bayi) ke paru-paru sebelum
atau sekitar waktu kelahiran (menyebabkan kesulitan bernafas pada bayi).
2. Hipoglikemi simtomatik.
Hipoglikemi adalah kondisi ketidaknormalan kadar glokosa serum yang
rendah. Keadaan ini dapat didefinisikan sebagai kadar glukosa dibawah 40
mg/dL. Hipoglikemi sering terjadi pada BBLR, karena cadangan glukosa
rendah ,terutama pada laki-laki.
3. Asfiksis neonatorum
Asfiksia neonatorum ialah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernafas
secara spontan dan teratur segera setelah lahir.
4. Penyakit membran hialin yang disebabkan karena membran surfaktan belum
sempurna atau cukup, sehingga alveoli kolaps. Sesudah bayi mengadakan
aspirasi, tidak tertinggal udara dalam alveoli, sehingga dibutuhkan tenaga
negative yang tinggi untuk pernafasan berikutnya
5. Hiperbilirubinemia
Hiperbilirubinemia (ikterus bayi baru lahir) adalah meningginya kadar bilirubin
di dalam jaringan ekstravaskuler, sehingga kulit, konjungtiva, mukosa dan alat
tubuh lainnya berwarna kuning
BAB III
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pada saat kelahiran bayi baru harus menjalani pengkajian cepat namun
seksama untuk menentukan setiap masalah yang muncul dan mengidentifikasi
masalah yang menuntut perhatian yang cepat. Pemeriksaan ini terutama ditujukan
untuk mengevaluasi kardiopulmonal dan neurologis. Pengkajian meliputi
penyusunan nilai APGAR dan evaluasi setiap anomaly congenital yang jelas atau
adanya tanda gawat neonatus (Wong, 2008).
1. Pengkajian umum
a. Timbang bayi tiap hari, atau lebih bila ada permintaan dengan
menggunakan timbangan elektronik.
b. Ukur panjang badan, dan lingkar kepala secara berkala.
c. Jelaskan bentuk dan ukuran tubuh secara umum, postur saat istirahat,
kemudian bernafas, dan adanya lokasi edema.
d. Observasi adanya deformitas yang tampak.
e. Observasi setiap tanda kegawatan, warna yang buruk, hipotonia, tidak
responsive, dan apnea.
2. Pengkajian respirasi
a. Observasi bentuk dada (barrel, konkaf), simetri, adanya insisi, slang dada,
atau devisiasi lainnya.
b. Observasi adanya penggunaan otot penapasan tambahan cuping hidung
atau retraksi substernal, interkostal atau subklavikular.
c. Tentukan frekuensi pernapasan dan keteraturannya.
d. Lakukan auskultasi dan jelaskan suara napas (stridor, krepitasi, mengi,
suara basah berkurang, daerah tanpa suara, grunting), berkurangnya
masukan udara, dan kesamaan suara napas.
e. Tentukan apakah diperlukan pengisapan.
3. Pengkajian kardiovaskuler
a. Tentukan denyut jantung dan iramanya.
b. Jelaskan bunyi jantung, termasuk adanya bising.
c. Tentukan titik intensitas maksimal (point of maximum intensity/ PMI),
titik ketika bunyi denyut jantung paling keras terdengar dan teraba
(perubahan PMI menunjukkan adanya pergeseran imediastinum).
d. Jelaskan warna bayi ( bisa karena gangguan jantung, respirasi atau
hematopoetik), sianosis pucat, plethora, jaundis, dan bercakbercak.
e. Kaji warna dasar kuku, membran mukosa, dan bibir.
f. Tentukan tekanan darah, dan tunjukkan ekstermitas yang dipakai.
4. Pengkajian gastrointestinal
a. Tentukan adanya distensi abdomen, adanya edema dinding abdomen,
tampak pelistaltik, tampak gulungan usus, dan status umbilicus.
b. Tentukan adanya tanda regurgitasi dan waktu yang berkaitan dengan
pemberian makanan, karakter dan jumlah residu jika makanan keluar,
jika terpasang selang nasogasrtik, jelaskan tipe penghisap, dan haluaran
(warna, konsistensi, pH).
c. Palpasi batas hati (3 cm dibawah batas kosta kanan).
d. Jelaskan jumlah, warna, dan konsistensi feses, periksa adanya darah.
e. Jelaskan bising usus.
5. Pengkajian genitourinaria
a. Jelaskan setiap abnormalitas genitalia.
b. Jelaskan jumlah (dibandingkan dengan berat badan), warna pH, temuan
lab-stick, dan berat jenis kemih (untuk menyaring kecukupan hidrasi).
c. Periksa berat badan (pengukuran yang paling akurat dalam mengkaji
hidrasi).
6. Pengkajian neurologis-muskuloskeletal
a. Jelaskan gerakan bayi, kejang, kedutan, tingkat aktivitas terhadap
rangsang, dan evaluasi sesuai masa gestasinya.
b. Jelaskan posisi bayi atau perilakunya (fleksi, ekstensi).
c. Jelaskan refleks yang ada ( moro, rooting, sucking, plantar, tonick neck,
palmar).
d. Tentukan tingkat respons dan kenyamanan.
7. Suhu tubuh
a. Tentukan suhu kulit dan aksilar.
b. Tentukan hubungan dengan suhu sekitar lingkungan.
8. Pengkajian kulit
a. Terangkan adanya perubahan warna, daerah yang memerah, tanda iritasi,
melepuh, abrasi, atau daerah terkelupas, terutama dimana peralatan
pemantau infus atau alat lain bersentuhan dengan kulit. Periksa juga dan
catat preparat kulit yang dipakai (missal plester, povidone-jodine).
b. Tentukan tekstur dan turgor kulit kering, lembut, bersisik, terkelupas dan
lain-lain.
c. Terangkan adanya ruam, lesi kulit, atau tanda lahir.

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang bisa ditegakkan oleh seorang perawat pada bayi
dengan BBLR (NANDA, 2011):
1. Tidak efektifnya pola pernafasan.
Definisi : inspirasi dan atau ekspirasi yang tidak menyediakan ventilasi yang
adekuat.
Batasan karateristik: Napas dalam, perubahan gerakan dada, mengambil
posisi tiga titik, bradipneu, penurunan tekanan ekspirasi, penurunan tekanan
inspirasi,p enurunan ventilasi semenit, penurunan kapasitas vital, dispneu,
peningkatan diameter anterior-posterior, napas cuping hidung, ortopneu, fase
ekspirasi yang lama, pernapasan pursed-lip, takipneu dan penggunaan otot-
otot bantu untuk bernapas.
2. Termoregulasi tubuh tidak efektif.
Definisi : Fluktuasi suhu antara hipotermia dan hipertermia.
Batasan karakteristik: Kulit dingin, sianosis, fluktuasi suhu tubuh di atas dan
di bawah kisaran normal, kulit memerah, hipertensi, peningkatan frekuensi
napas, menggigil, pucat, piloereksi, penurunan suhu tubuh di bawah kisaran
normal, teraba hangat.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
Definisi: asupan nutrisi tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme.
Batasan karakteristik: Kram abnormal, sakit perut, keengganan untuk makan,
berat badan 20% atau lebih di bawah ideal, kerapuhan kapiler, diare,
kehilangan rambut yang berlebihan, hiperaktif suara usus, kekurangan
makanan, membran mukosa kering, dan merasa tidak mampu menelan
makanan.
C. Intervensi
Perencanaan
No Diagnosa Keperawatan Rasional
Tujuan Intervensi
Pola nafas tidak efektif Tujuan: 1. Letakkan bayi terlentang 1. Memberi rasa nyaman danm
berhubungan dengan Kebutuhan O2 bayi terpenuhi dengan alas yang data, engantisipasi flexi leher
maturitas pusat Kriteria: kepala lurus, dan leher yangdapat mengurangi
pernafasan, keterbatasan 1. Pernafasan normal 40-60 sedikit tengadah/ekstensi kelancaran jalan nafas.
perkembangan otot, kali permenit. dengan meletakkan bantal 2. Jalan nafas harus tetap
penurunan 2. Pernafasan teratur. atau selimut diatas bahu bayi dipertahankan bebas dari
energi/kelelahan, 3. Tidak cyanosis. sehingga bahu terangkat 2- lendir untuk
ketidakseimbangan 4. Wajah dan seluruh tubuh 3cm1. menjaminpertukaran gas
metabolik. Berwarna kemerahan 2. Bersihkan jalan yangsempurna.
(pink variable). nafas, mulut,hidung bila 3. Deteksi dini adanya
5. Gas darah normal perlu. kelainan.
PH = 7,35–7,45 3. Observasi gejala kardinal da 4. Mencegah terjadinya
PCO2 = 35 mm Hg ntanda-tanda cyanosis tiap hipoglikemia.
PO2 = 50–90 mmHg 4 jam.
4. Kolaborasi dengan team
medis dalam pemberian O2
dan pemeriksaan kadar
gasdarah arteri
Perencanaan
No Diagnosa Keperawatan Rasional
Tujuan Intervensi
Thermoregulasi tidak Tujuan: 1. Letakkan bayi terlentang 1. Mengurangi kehilangan pana
efektif berhubungan Tidak terjadi hipotermia diatas pemancar panas spada suhu lingkungan
dengan kontrol suhu yang Kriteria1. (infant warmer). sehingga meletakkan bayime
imatur dan penurunan 1. Suhu tubuh 36, – 37,5°C. 2. Singkirkan kain yang sudahd njadi hangat.
lemak tubuh subkutan. 2. Akral hangat ipakai untuk mengeringkan 2. Mencegah kehilangan tubuh
3. Warna seluruh tubuh tubuh, letakkan bayi diatas melalui konduksi.
kemerahan (tidak ada tubuh, letakkan bayi diatas 3. Perubahan suhu tubuh bayi
sianosis). handuk / kain yang kering dapat menentukan tingkat
dan hangat. hipotermia.
3. Observasi suhu bayi tiap 4. Mencegah terjadinya
6 jam. hipoglikemia.
4. Kolaborasi dengan team
medis untuk pemberian Infus
Glukosa 5% bila ASI tidak
mungkin diberikan
Perencanaan
No Diagnosa Keperawatan Rasional
Tujuan Intervensi
Gangguan Tujuan: 1. Lakukan observasi BAB dan 1. Deteksi adanya kelainan pad
kebutuhannutrisi : kurang Kebutuhan nutrisi terpenuhi. BAK jumlah dan frekuensi aeliminasi bayi dan segera
dari kebutuhan tubuh Kriteria serta konsistensi. mendapat tindakan
berhubungan dengan 1. Bayi dapat minum 2. Monitor turgor dan mukosa /perawatan yang tepat.
ketidak mampuan pespeen / personde mulut. 2. Menentukan derajat dehidras
mencerna nutrisi karena dengan baik. 3. Monitor intake dan out put. idari turgor dan mukosa
imaturitas. 2. Berat badan tidak 4. Beri ASI/PASI sesuaikebutu mulut.
turunlebih dari 10%. han. 3. Mengetahui keseimbanganca
3. Retensi tidak ada. iran tubuh (balance).
4. Kebutuhan nutrisi terpenuhis
ecara adekuat.
DAFTAR PUSTAKA

Behrnman, R. E., 2010. Nelson Esensi Pediatri. Jakarta: EGC.


Firdaus, P. N., 2017. BAB II Tinjauan pustaka. [Online]
Available at:
http://eprints.undip.ac.id/56128/3/Pradipta_Naufal_F_22010112130039_L
ap.KTI_Bab_2.pdf
[Accessed 30 November 2018].
Kosim, M. S., 2012. Buku Ajar Neonatologi. Jakarta: Ikatan Dokter Anak.
Parianni, N. M. D., 2015. Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Berat Bayi
Lahir Rendah (BBLR). [Online]
Available at: https://www.slideshare.net/utikdesyp/laporan-pendahuluan-
lp-askaep-bblr
[Accessed 30 November 2018].
Proverawati & Ismawati, 2010. BBLR (Berat Badan Lahir Rendah). Yogyakarta:
Nuha Medika.
Purborini, N., 2010. Asuhan keperawatanpada bayi dengan berat badan lahir
rendah (BBLR)Di Ruang Nicu RSUP DR. Sardjito Yogyakarta. [Online]
Available at: https://dokumen.tips/documents/lp-bblr.html
[Accessed 30 November 2018].
Sakti, D. A., Suhindra, F. & Agustina, F., 2013. Asuhan Keperawatan Pada Bayi
Ny. “S” Dengan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) Di Ruang Perinatologi
Rsud Wates. [Online]
Available at: http://www.academia.edu/5557872/Askep_BBLR_NICU
[Accessed 30 November 2018].
Wong, D. L., 2008. Buku Ajar Keperawatan Pedriatik. 1 ed. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai