Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Galung Tropika, 6 (1) April 2017, hlmn.

1 - 11 ISSN Online 2407-6279


ISSN Cetak 2302-4178

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG PADA LAHAN


SAWAH DAN TEGALAN DI KECAMATAN ULAWENG,
KABUPATEN BONE SULAWESI SELATAN

Income Analysis of Corn Farming in The Paddy Fields and Moorland in


District Ulaweng, Bone Regency South Sulawesi
Abd. Gaffar Tahir
Email : tahir.abdulgaffar@yahoo.co.id
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sulawesi Selatan
Jl. Perintis Kemedekaan Km. 17,5 Makassar

Andi Faisal Suddin


Email : andifaisals@yahoo.co.id
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sulawesi Selatan
Jl. Perintis Kemedekaan Km. 17,5 Makassar

ABSTRAK

Jagung (Zea mays) merupakan salah satu komoditas strategis karena merupakan
bahan makanan penghasil karbohidrat kedua setelah padi. Permasalahan utama dalam
usahatani jagung adalah rendahnya produksi jagung. Ini disebabkan kepemilikan luas lahan
yang terbatas oleh petani serta penggunaan benih dan pupuk yang berlebihan. Penelitian ini
bertujuan menganalisis tingkat pendapatan petani dari usahatani jagung, baik yang di lahan
sawah maupun di lahan tegalan. Penelitian dilakukan di Kecamatan Ulaweng, Kabupaten
Bone, Sulawesi Selatan mulai Oktober sampai Desember 2016. Penentuan responden
dilakukan secara acak sederhana sebanyak 64 orang petani dari populasi petani jagung
sebanyak 186 orang. Responden dibagi menjadi dua kategori yaitu petani lahan sawah dan
tegalan yang masing-masing berjumlah 32 orang. Data terdiri dari data primer dan
sekunder yang dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan
untuk mengetahui kegiatan yang berkaitan dengan usahatani jagung diuraikan secara
deskriptif. Analisis kuantitatif dilakukan dengan menggunakan analisis fungsi produksi
dan efisiensi penggunaan faktor produksi, analisis pendapatan usahatani dan analisis
imbangan penerimaan dan biaya (R/C ratio analysis). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pendapatan usahatani jagung di lahan sawah relatif lebih besar dibandingkan lahan tegalan.
Analisis rasio R/C, usahatani jagung lahan sawah maupun lahan tegalan menguntungkan
(rasio R/C > 1). Namun demikian, rasio R/C lahan tegalan lebih tinggi dibandingkan rasio
R/C lahan sawah.
Kata kunci: pendapatan; usahatani; jagung; sawah; tegalan.

ABSTRACT

Corn (Zea mays) is one of the strategic commodities because it is the second
carbohydrate-producing food after rice. The main problem in corn farming is the low
production of maize due to limited land ownership by farmers, excessive use of seeds and
fertilizers. This study aims to analyze the income level of farmers from corn farming, both
2 Tahir dan Suddin

in paddy fields and in moorlands. This research was conducted in Ulaweng District, Bone
Regency, South Sulawesi from October to December 2016. The respondent determination
was done by simple randomly counted 64 farmers from corn farmer population as much as
186 people. Respondents were divided into two categories: rice field farmers and moor,
each of which amounted to 32 people. The data consists of primary and secondary data
that are analyzed qualitatively and quantitatively. Qualitative analysis is used to determine
the activities related to corn farming described descriptively. Quantitative analysis is done
by using analysis of production function and efficiency of production factor use, farm
income analysis and revenue and expense ratio analysis (R/C ratio analysis). The results
showed that the income of maize farming in paddy field is relatively bigger than land area.
From R/C ratio analysis, corn farming and paddy field are profitable (R/C ratio> 1).
However, the R/C ratio of land is higher than the R/C ratio of paddy fields.
Keywords: corn; farming; income; moor; rice field.

PENDAHULUAN pangan (Budiman, 2012). Menurut


Suprapto dan Marzuki (2005), konsumsi
Pembangunan pertanian periode per kapita jagung dalam negeri untuk
tahun 2005–2009 diarahkan pada pangan mencapai 15 kg, sedangkan untuk
terwujudnya pertanian tangguh untuk pakan mencapai 22,5 kg.
pemantapan ketahanan pangan, Permintaan akan bahan pangan di
peningkatan nilai tambah dan daya saing Indonesia dari tahun ke tahun semakin
produk pertanian, serta peningkatan meningkat terutama bahan pangan utama
kesejahteraan petani melalui salah satu seperti padi, jagung, dan kedelai. Jagung
program utama yaitu program adalah salah satu bahan pangan
peningkatan ketahanan pangan terpenting karena merupakan sumber
(Departemen Pertanian, 2004). Jagung karbohidrat kedua setelah padi. Selain
merupakan tanaman pangan penting sebagai bahan pangan, jagung juga
kedua setelah padi mengingat fungsinya merupakan komoditas tanaman pangan
yang multiguna dan merupakan pangan setelah padi. Komoditas ini juga dapat
penyumbang terbesar kedua terhadap digunakan sebagai pakan ternak dan
Produk Domestik Regional Bruto bahan baku industri seperti industri etanol
(PDRB) setelah padi (Zubachtiroddin (Purwono dan Hartono, 2005).
dkkl. 2007). Selain itu jagung menjadi Penggunaan jagung untuk bahan pakan
penarik bagi pertumbuhan industri hulu dalam 20 tahun ke depan, akan terus
dan pendorong pertumbuhan industri hilir meningkat. Bahkan setelah tahun 2020,
di dalam sistem dan usaha agribisnis akan melebihi 60% dari total kebutuhan
(Ditjentan, 2010). Produksi jagung di nasional (Badan Litbang Pertanian,
Indonesia masih relatif rendah dan masih 2007). Sulawesi Selatan merupakan salah
belum dapat memenuhi kebutuhan satu provinsi penghasil jagung utama di
konsumen yang cenderung terus Indonesia setelah Jawa Timur, Jawa
meningkat. Produksi jagung nasional Tengah dan Lampung. Luas panen dan
belum mampu mengimbangi permintaan produksi jagung di Sulawesi Selatan pada
yang sebagian dipacu oleh tahun 2013 masing-masing mencapai
pengembangan industri pakan dan 401.215 ha dan 1.743.000ton dengan
Analisis Pendapatan Usahatani Jagung pada Lahan Sawah dan Tegalan 3
di Kecamatan Ulaweng, Kabupaten Bone Sulawesi Selatan

produktivitas 4.22 t/ha (Dinas Pertanian menggunakan kuesioner yang telah


Tanaman Pangan dan Hortikultura dipersiapkan sebelumnya dan
Provinsi Sulawesi Selatan, 2014). mengadakan pengamatan langsung pada
Untuk dapat meningkatkan kegiatan usahatani responden di lokasi
pendapatan usahatani jagung maka penelitian. Data sekunder diperoleh dari
diperlukan berbagai informasi terkait berbagai instansi dan lembaga-lembaga
dengan faktor- faktor yang dapat lain yang terkait dengan penelitian ini
mempengaruhi pendapatan usahatani dan serta internet. Kedua data tersebut
produktivitas itu sendiri. Faktor penting digunakan sebagai sumber penelitian
dalam pengelolaan sumberdaya produksi kemudian diolah untuk mencapai tujuan
adalah faktor alam (lahan), modal, tenaga penelitian.
kerja, dan faktor manajemen (Soekartawi, Pemilihan responden (sample)
1986). Oleh karena itu penelitian yang digunakan pada penelitian ini
mengenai faktor-faktor yang adalah 64 orang petani jagung dari 186
mempengaruhi produksi tidak terlepas petani yang diambil secara acak
dari faktor penggunaan luas lahan sederhana (simple random sampling) dari
maupun input usahatani. Berdasarkan daftar nama petani diambil dari kelompok
uraian tersebut maka tujuan dari tani setempat. Responden dibagi menjadi
penelitian ini adalah menganalisis tingkat dua kategori yaitu petani lahan sawah dan
pendapatan petani dari usahatani jagung petani lahan tegalan yang masing-masing
di lahan sawah dan di lahan tegalan berjumlah 32 orang.

METODE PENELITIAN Metode Analisis Data


Analisis data yang dipakai dalam
Lokasi dan Waktu Penelitian
penelitian ini adalah analisis kualitatif
Penelitian ini dilakukan di dan kuantitatif berdasarkan data primer
Kecamatan Ulaweng, Kabupaten Bone, dan sekunder dari hasil penelitian.
Propinsi Sulawesi Selatan. Pemilihan Analisis kualitatif digunakan untuk
lokasi penelitian ini dilakukan secara mengetahui kegiatan yang berkaitan
sengaja (purposive) dengan pertimbangan dengan usahatani jagung di daerah
Kecamatan Ulaweng merupakan salah penelitian yang diuraikan secara
satu sentra jagung di Kabupaten Bone. deskriptif. Sementara, analisis kuantitatif
Penelitian dilakukan pada bulan Oktober- dilakukan dengan menggunakan analisis
Desember 2016. fungsi produksi dan efisiensi penggunaan
faktor produksi, analisis pendapatan
Metode Pengumpulan Data dan
usahatani dan analisis imbangan
Penarikan Contoh
penerimaan dan biaya (R/C ratio
Data yang dibutuhkan dalam analysis). Analisis dilakukan dengan
penelitian ini data adalah data primer dan batuan alat kalkulator, Microsoft excel,
data sekunder. Data primer diperoleh dan program komputer Minitab.
dengan melakukan wawancara langsung
kepada petani jagung dengan Analisis Pendapatan Usahatani
4 Tahir dan Suddin

Untuk menganalisis pendapatan pendapatan usahatani jagung secara


usahatani dilakukan pencatatan terhadap umum merupakan selisih antara
seluruh penerimaan dan pengeluaran penerimaan dengan biaya yang
usahatani (biaya) dalam satu musim dikeluarkan.
tanam I tahun 2016. Pendapatan Penerimaan usahatani meliputi
usahatani merupakan hasil pengurangan penerimaan secara tunai dan penerimaan
antara penerimaan dengan biaya yang diperhitungkan. Penerimaan tunai
dikeluarkan. Penerimaan usahatani merupakan hasil perkalian antara jumlah
jagung, baik lahan sawah maupun lahan produksi yang dijual dengan harga
tegalan terdiri dari penerimaan tunai dan satuannya, sedangkan penerimaan tidak
tidak tunai. Penerimaan tersebut berasal tunai berupa hasil produksi yang tidak
dari produksi jagung dikalikan dengan dijual dan biasanya dikonsumsi oleh
harga jagung. petani sendiri. Analisis pendapatan ini
Pengeluaran usahatani (biaya) juga membahas biaya usahatani yang
jagung, baik lahan sawah maupun lahan tunai dan tidak tunai. Biaya tunai adalah
tegalan dapat dikelompokkan menjadi biaya yang secara langsung dikeluarkan
dua bagian, yaitu biaya tunai dan biaya oleh petani. Biaya diperhitungkan (tidak
tidak tunai (diperhitungkan). Pengeluaran tunai) meliputi semua pengeluaran yang
biaya tunai, baik lahan sawah maupun tidak dibayarkan secara tunai tetapi
lahan tegalan terdiri dari biaya benih, diperhitungkan dalam biaya.
pupuk SP36, pupuk urea, herbisida,
insektisida, tenaga kerja luar keluarga, Analisis Penerimaan Usahatani Jagung
pajak lahan, sewa sprayer, biaya angkut. Berdasarkan hasil penelitian, rata-
Di sisi lain, pengeluaran tidak tunai di rata hasil panen petani jagung di Kec.
lahan sawah terdiri dari penyusutan Ulaweng adalah 5.880,33 kg per hektar
peralatan, tenaga kerja dalam keluarga, untuk lahan sawah dan 4.531,46 kg per
sewa lahan, pupuk kandang dan hektar untuk lahan tegalan. Produksi
pengairan, sedangkan di lahan tegalan jagung yang dijual berupa jagung pipilan
terdapat perbedaan pada biaya tidak kering. Produksi jagung tertinggi dari
tunainya yaitu tidak terdapat biaya seluruh petani responden untuk lahan
pengairan. sawah sebesar 8,95 ton per ha dan
terendah sebesar 3,17 ton per ha,
HASIL DAN PEMBAHASAN sedangkan produksi tertinggi dari seluruh
petani responden untuk lahan tegalan
Analisis Pendapatan Usahatani Jagung
sebesar 7,1 ton per ha dan terendah
Analisis pendapatan dilakukan sebesar 2,45 ton per ha. Rata-rata
untuk menentukan berapa pendapatan produktivitas usahatani jagung pada
petani yang diperoleh dari usahatani lahan sawah dan tegalan di Kec. Ulaweng
jagung. Dalam analisis pendapatan lebih rendah dibandingkan dengan rata-
menjelaskan tentang bagaimana struktur rata produktivitas nasional, yaitu sebesar
biaya, pendapatan dan rasio R/C dari 3,2 ton per ha tahun 2006. Sedangkan
usahatani jagung. Bentuk analisis hasil penelitian Djulin dkk. (2005)
Analisis Pendapatan Usahatani Jagung pada Lahan Sawah dan Tegalan 5
di Kecamatan Ulaweng, Kabupaten Bone Sulawesi Selatan

usahatani jagung varietas unggul baru an tidak tunai tidak ada, karena para
(hibrida) di lahan sawah dan lahan kering petani di daerah penelitian seluruh hasil
memberikan hasil sebesar 6,14 t/ha dan produksi jagungnya dijual. Pada produksi
4,62 t/ha, dengan keuntungan masing- lahan tegalan, kondisinya sama dengan
masing Rp2,9 juta dan Rp2,1/ha. lahan sawah. Penerimaan tunai lahan
Rata-rata harga jual jagung tegalan sebesar Rp.13.835.127.39,
pipilan kering di Kec. Ulaweng adalah sedangkan penerimaan tidak tunai tidak
Rp. 3.062,5 per kg untuk lahan sawah ada.
dan Rp. 3.053 per kg untuk lahan tegalan.
Harga jual jagung per kg untuk Musim Analisis Biaya Usahatani Jagung
Tanam I 2016 paling tinggi dibandingkan Biaya total yang dikeluarkan oleh
masa panen tahun-tahun sebelumnya. petani jagung lahan sawah sebesar
Pada Tabel 1 disajikan penerimaan dari Rp.11.914.830.69, sedangkan pada lahan
usahatani jagung lahan sawah. tegalan sebesar Rp. 8.031.007.46. Biaya
Berdasarkan Tabel 1 dan Tabel 2, total terkait dengan biaya tunai dan biaya
penerimaan total jagung di Kec. Ulaweng yang diperhitungkan. Biaya tunai
MK I sebesar Rp.18.008.511 pada lahan usahatani jagung lahan sawah di daerah
sawah, sedangkan pada usahatani jagung penelitian meliputi benih, pupuk SP36,
lahan kering penerimaan totalnya sebesar pupuk urea, herbisida, insektisida, tenaga
Rp.13.835.127.39. Produksi jagung kerja luar keluarga, pajak lahan,
petani dijual ke pedagang pengumpul dan pemipilan biji jagung, biaya angkut dan
para pedagang sendiri yang datang ke sewa sprayer. Sementara, biaya yang
rumah-rumah petani. Penerimaan tunai diperhitungkan meliputi nilai penyusutan
dari lahan sawah sebesar alat, biaya tenaga kerja dalam keluarga,
Rp.18.0085.110.20, sedangkan penerima- pupuk kandang, pengairan dan sewa
6 Tahir dan Suddin

lahan. Pada usahatani jagung lahan keluarganya.


tegalan jenis biayanya sama seperti Biaya herbisida merupakan biaya
usahatani lahan sawah, yang berbeda terbesar kedua setelah tenaga kerja dalam
adalah tidak ada pengairan pada lahan struktur biaya usahatani jagung lahan
tegalan. sawah, yaitu sebesar Rp.666.973.28 atau
Biaya tunai usahatani jagung dengan penggunaan 8.36 liter per ha. Hal
lahan sawah sebesar Rp. 8.369.305.36 ini dikarenakan sebagian besar petani di
(Tabel 3). Pengeluaran terbesar dari total daerah penelitian lebih mengandalkan
biaya tunai adalah biaya untuk tenaga bahan kimia dalam memberantas gulma
kerja luar keluarga sebesar Rp. dan lebih praktis dari pada cara manual
5.470.329.96 dengan pemakaian HOK yaitu dengan penyiangan. Harga dari
sebesar 208.39 HOK. Penyebab dari herbisida adalah Rp. 79.812,50 per botol
besarnya biaya tenaga kerja luar keluarga dengan ukuran satu liter.
adalah sebagian petani di Kec. Ulaweng, Biaya pupuk TSP dan pupuk urea
keluarganya tidak ikut membantu dalam masing-masing sebesar Rp.369.936,95
usahatani jagung, sehingga untuk dan Rp.623.659,24. Pemakaian pupuk
memenuhi kekurangan tenaga kerja para TSP dan pupuk urea masing-masing
petani menyewa tenaga kerja dari luar sebesar 206,06 kg per ha dan 461,97 kg
Analisis Pendapatan Usahatani Jagung pada Lahan Sawah dan Tegalan 7
di Kecamatan Ulaweng, Kabupaten Bone Sulawesi Selatan

per ha. Bila dibandingkan dengan membutuhkan banyak tenaga kerja. Pada
rekomendasi Pegawai Penyuluh Pertanian umumnya, petani melakukan kedua
(PPL), nilai pemakaian kedua pupuk kegiatan tersebut tanpa bantuan tenaga
tersebut berlebihan. Pada kondisi luasan kerja luar keluarga. Biaya tidak tunai
1 hektar nilai penggunaan pupuk TSP dan terbesar kedua adalah biaya pupuk
pupuk urea masing-masing sebesar 150 kandang dengan total biaya sebesar Rp.
kg dan 250 kg. Pemakaian benih rata- 337.158,57. Tidak semua petani
rata per hektar luas lahan adalah sebesar responden menggunakan pupuk kandang.
18,26 kg dengan harga rata-rata per Petani yang menggunakan pupuk
kilogramnya adalah Rp. 34.375. Total kandang biasanya petani yang
biaya benih yang dikeluarkan per mempunyai ternak peliharaan, baik
hektarnya adalah sebesar Rp. 627.779,41. ternak sapi maupun kambing. Nilai
Nilai penggunaan insektisida sebesar 2,73 penggunaan lahan sendiri adalah sebesar
liter tiap hektarnya dengan harga Rp. Rp. 600.000,- /ha per musim tanam. Nilai
88.357,14. Di daerah penelitian, tidak penggunaan lahan didapat dari nilai sewa
seluruh petani menggunakan insektisida lahan di Kec. Ulaweng per tahunnya.
karena hama yang menyerang tidak Sewa lahan per tahun untuk lahan sawah
terlalu meresahkan petani. Sebagian besar adalah Rp.1.200.000,00, kemudian dibagi
petani responden memberikan herbisida dua musim tanam. Biaya selanjutnya
dan insektisida dengan menggunakan adalah biaya penyusutan peralatan dan
(sprayer). Biaya yang dikeluarkan untuk biaya pengairan yang masing-masing
menyewa sprayer sebesar Rp. 15.000,-. sebesar Rp.20.223,33 dan Rp. 10.000,-.
Total biaya pemipilan jagung sebesar Total dari biaya tidak tunai pada
Rp.294.016.51 dengan biaya memipil Rp. usahatani jagung lahan sawah sebesar Rp.
50,- per kilogramnya. Biaya yang tidak 3.545.525,33.
kalah penting adalah biaya pengangkutan. Biaya tunai usahatani jagung
Total biaya pengangkutan adalah sebesar lahan tegalan sebesar Rp.5.428.704,-
Rp. 25.000,-. Biaya pengangkutan yang (Tabel 4). Pengeluaran terbesar dari total
dimaksud adalah biaya mengangkut hasil biaya tunai adalah biaya untuk tenaga
panen jagung dari sawah ke rumah kerja luar keluarga sebesar
petani, sedangkan biaya angkut penjualan Rp.2.226.509.04 dengan pemakaian HOK
tidak ada, karena para pedaganglah yang sebesar 84,82 HOK. Biaya pupuk urea
datang ke rumah- rumah petani. Biaya merupakan biaya terbesar kedua setelah
tunai yang terakhir adalah pajak lahan tenaga kerja dalam struktur biaya
yaitu sebesar Rp.35.000,- per hektar. usahatani jagung lahan tegalan, yaitu
Pada Tabel 3 dapat dilihat biaya sebesar Rp. 886.461,57 dengan
tidak tunai lahan sawah, biaya yang penggunaan fisik sebesar 619.36 kg per
paling besar adalah tenaga kerja dalam ha. Biaya pupuk SP36 adalah
keluarga yaitu sebesar Rp. 2.578.143,43 Rp.498.17890 dengan penggunaan fisik
dengan biaya per HOK sebesar Rp. sebesar 269.74 kg per ha. Bila
26.250,-. Hal ini dikarenakan kegiatan dibandingkan dengan rekomendasi
pengolahan lahan dan penyiangan Pegawai Penyuluh Pertanian (PPL), nilai
8 Tahir dan Suddin

pemakaian kedua pupuk tersebut biasanya para petani menyewanya dari


berlebihan. Pada kondisi luasan 1 hektar kelompok tani. Total biaya pemipilan
nilai penggunaan pupuk TSP dan pupuk jagung sebesar Rp.226.573,- dengan
urea masing-masing sebesar 150 kg dan biaya memipil Rp.50,- per kilogramnya.
250 kg. Biaya selanjutnya adalah biaya
Pemakaian benih rata-rata per pengangkutan yang sebesar Rp.25.000,-.
hektar luas lahan adalah sebesar 20.37 kg Biaya pengangkutan yang dimaksud
dengan harga rata-rata per kilogramnya adalah biaya mengangkut hasil panen
adalah Rp.34.125,-. Jadi, total biaya yang jagung dari tegalan ke rumah petani,
dikeluarkan per hektarnya adalah sebesar seperti kondisi pada usahatani jagung
Rp.695.096,-. Nilai penggunaan herbisida lahan sawah. Biaya tunai yang terakhir
dan insektisida masing-masing sebesar adalah pajak lahan yaitu sebesar Rp.
7.14 liter per ha dan 3.05 liter per ha. 25.000,- per hektar.
Total biaya yang dikeluarkan untuk Biaya tidak tunai pada lahan
membeli herbisida dan insektisida per tegalan yang paling besar adalah tenaga
hektar masing – masing sebesar kerja dalam keluarga yaitu sebesar
Rp.563.162.33 dan Rp.267.722,-. Biaya Rp.1.889.433,13 dengan penggunaan
yang dikeluarkan untuk menyewa tenaga kerja sebesar 71,98 HOK. Upah
sprayer sebesar Rp. 15.000,- yang yang dibayarkan untuk setiap HOK-nya
Analisis Pendapatan Usahatani Jagung pada Lahan Sawah dan Tegalan 9
di Kecamatan Ulaweng, Kabupaten Bone Sulawesi Selatan

sebesar Rp.26.250,-. Biaya pupuk Berdasarkan selisih antara penerimaan


kandang pada usahatani lahan tegalan total dengan biaya tunai didapatkan nilai
sebesar Rp.193.073,-. Tidak semua petani pendapatan atas biaya tunai sebesar
responden menggunakan pupuk kandang. Rp.9.639.205,84. Rasio R/C petani atas
Petani yang menggunakan pupuk biaya tunai adalah 2,15 yang artinya
kandang biasanya petani yang setiap biaya satu rupiah tunai yang
mempunyai ternak peliharaan, baik dikeluarkan akan mendapatkan
ternak sapi maupun kambing. Nilai penerimaan sebesar 2,15 rupiah.
penggunaan lahan sendiri adalah sebesar Sementara pendapatan atas biaya total
Rp. 500.000,- /ha per musim tanam dari adalah Rp.6.093.680,51. Rasio R/C
nilai sewa per tahun Rp.1.000.000,- /ha. petani atas biaya total adalah 1,51 yang
Biaya terakhir adalah biaya penyusutan artinya setiap satu rupiah yang
peralatan yaitu sebesar Rp. 19.796,34. dikeluarkan akan menghasilkan
penerimaan sebesar 1,51 rupiah. Dengan
Analisis Pendapatan Usahatani Jagung demikian, dapat disimpulkan bahwa
Pendapatan dan radio R/C usahatani jagung lahan sawah di Kec.
usahatani jagung pada lahan sawah Ulaweng efisien dari sisi pendapatan.
ditunjukkan pada Tabel 5. Usahatani Pendapatan atas biaya tunai
yang menguntungkan terjadi apabila usahatani jagung lahan tegalan sebesar
selisih antara penerimaan dan biaya Rp.8.406.423,29, sedangkan pendapatan
bernilai positif. Analisis pendapatan atas biaya total sebesar Rp.5.804.119,93.
usahatani jagung dibedakan menjadi dua Rasio R/C atas biaya tunai untuk
yaitu pendapatan atas biaya tunai dan usahatani lahan tegalan adalah 2,55
pendapatan atas biaya total. Tabel 5 (Tabel 6). Artinya setiap biaya yang
menunjukkan pendapatan dan rasio R/C dikeluarkan sebesar satu rupiah akan
usahatani jagung per hektar di Kec. mendapatkan penerimaan sebesar 2,55
Ulaweng pada MK tahun 2016. rupiah. Sedangkan nilai rasio R/C atas
10 Tahir dan Suddin

biaya total adalah 1,72 yang artinya demikian, dapat disimpulkan bahwa
setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan meskipun pendapatan usahatani jagung
akan menghasilkan penerimaan sebesar lahan sawah relatif lebih besar
1,72 rupiah. Dengan demikian, dapat dibandingkan pendapatan usahatani
disimpulkan bahwa usahatani jagung jagung lahan tegalan, namun jika dilihat
lahan tegalan di Kec. Ulaweng efisien dari rasio R/C, usahatani jagung lahan
dari sisi pendapatan. tegalan lebih efisien dibandingkan
Berdasarkan analisis pendapatan usahatani jagung lahan sawah.
dan analisis rasio R/C total, usahatani
jagung lahan sawah memiliki nilai KESIMPULAN
pendapatan yang lebih besar daripada
1. Pendapatan usahatani jagung di
usahatani jagung lahan tegalan yang
lahan sawah relatif lebih besar
artinya usahatani jagung lahan sawah
dibanding di lahan tegalan, baik
lebih menguntungkan daripada usahatani
dalam hal pendapatan tunai maupun
jagung tegalan. Menurut Amirullah dan
pendapatan total. Namun dari sisi
Tandisau (2005) produktivitas jagung
struktur biaya usahatani baik biaya
yang dicapai pada lahan kering belum
tunai maupun biaya yang
optimal, hal ini disebabkan kondisi lahan
diperhitungkan di lahan sawah relatif
yang marginal dan iklim yang kurang
lebih besar dibandingkan lahan
menguntungkan
tegalan.
Apabila melihat nilai rasio R/C
2. Usahatani jagung pada lahan sawah
antara kedua usahatani tersebut, nilai
dan tegalan layak dan
rasio R/C-nya sama-sama bernilai lebih
menguntungkan untuk di usahakan
dari satu, namun rasio R/C usahatani
dan dikembangkan (rasio R/C > 1).
jagung lahan tegalan lebih besar dari
Namun demikian, rasio R/C lahan
usahatani jagung lahan sawah. Dengan
tegalan lebih tinggi dibandingkan
Analisis Pendapatan Usahatani Jagung pada Lahan Sawah dan Tegalan 11
di Kecamatan Ulaweng, Kabupaten Bone Sulawesi Selatan

rasio R/C lahan sawah. Ditjentan. 2010. Road Map Swasembada


Jagung 2010-2014. Jakarta (ID):
DAFTAR PUSTAKA Direktorat Jenderal Tanaman
Pangan.
Amirullah dan P. Tandisau. 2005. Studi Djulin, A M., N. Syafaat, dan Kasryno.
indentifikasi kebutuhan 2005. Perkembangan Sistem
teknologi jagung spesifik lokasi Usahatani Jagung. Dalam
lahan kering di Jeneponto, Kasryno et al. (Editor). Ekonomi
Sulawesi Selatan. Prosiding Jagung Indonesia. Jakarta (ID):
Seminar Nasional Jagung 2005. Badan Litbang Pertanian. 73-99.
Suyamto et al. (Dewan Redaksi). Purwono dan Hartono. 2005. Bertanam
Puslibangtan. Hal. 814- 819. Jagung unggul. Penebar
Badan Litbang Pertanian. 2007. Prospek Swadaya. Jakarta.
dan Arah Pengembangan Soekartawi. 1986. Ilmu Usahatani dan
Agribisnis Jagung (Edisi Penelitian untuk Pengembangan
Kedua). Badan Penelitian dan Petani Kecil. UI-Press. Jakarta.
Pertanian, Deptan. hal 57. Suprapto dan H. A. R. Marzuki. 2005.
Budiman, Haryanto. 2012. Budidaya Bertanam Jagung. Penebar
Jagung Organik. Pustaka Baru Swadaya. Jakarta.
Press. Yogyakarta. Zubachtiroddin, Pabbage MS, dan
Departemen Pertanian RI. 2004. Rencana Subandi. 2007. Wilayah
Strategis Badan Penelitian dan Produksi dan Potensi
Pengembangan Pertanian 2005 - Pengembangan Jagung. Dalam
2009. Jakarta: Departemen Jagung Teknik Produksi dan
Pertanian RI. Pengembangan. Badan Litbang
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Pertanian, Puslitbangtan, Hal
Hortikultura Provinsi Sulawesi 462−473.
Selatan. 2014. Perkembangan
tanam, panen, produksi dan
produktivitas tanaman pangan di
Prov. Sulawesi Selatan. Distan
Hort Sulawesi Selatan.

Anda mungkin juga menyukai