Anda di halaman 1dari 9

ARTIKEL PENELITIAN

HUBUNGAN DISTRES DAN KADAR KORTISOL


DENGAN KEJADIAN OLIGO-AMENOREA PADA
NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN
WANITA SESUMATERA BARAT
Yaslinda Yaunin1, Elita G. Ardi, Putri S. Lasmini2, Erkadius3

1. Bagian Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


2. Bagian Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
3. Bagian Fisiologi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
E-mail : linda_yns@yahoo.co.id

Abstrak
Beberapa penelitian membuktikan bahwa wanita lebih banyak mengalami
depresi dari pada pria. Stresor sebagai penyebab distres bisa datang sendiri-sendiri
atau bersamaan. Sebagai respon terhadap distres beberapa hormon dan
neurotransmitter dikeluarkan untuk mempersiapkan tubuh menahan stresor.
Hiperaktivasi HPA-aksis menyebabkan korteks adrenal mengsekresi kortisol
secara berlebihan ke dalam darah, juga menyebabkan pelepasan β-endorphin yang
berlebihan sehingga terjadi penekanan GnRH dan menghambat LH sehingga
terjadi oligomenorea dan amenorea. Penelitian ini bersifat deskriptif
analitik,dengan subjek narapidana wanita di LP wanita se-Sumatera Barat pada
bulan Juni 2007 s/d Desember 2007. Kriteria Inklusi : wanita usia 20-40 tahun,
tidak sedang menderita penyakit sistemik, haid teratur sebelum masuk penjara,
mempuyai BMI normal, bersedia ikut penelitian. Depresi ditegakkan berdasarkan
PPDGJ III, sedangkan kortisol diperiksa melalui darah yang diambil melalui vena
mediana cubiti pagi dan sore hari melalui pemeriksaan dengan sistem ECLIA.
Hasil penelitian menunjukan kadar kortisol pagi hari pada subjek yang mengalami
depresi memiliki perbedaan yang bermakna dibanding subjek yang tidak depresi,
kadar kortisol sore hari tidak ada perbedaan bermakana antara subjek yang
mengalami depresi dibanding tidak depresi. Tidak ada perbedaan kortisol pagi
hari pada subjek yang menngalami gangguan haid dengan subjek yang haidnya
normal,juga tidak terdapat hubungan yang bermakna antara gangguan haid yang
terjadi dengan depresi yang dialami subjek pada penelitian ini (P=0,209).
Kata Kunci : Depresi, Kortisol, Oligo-amenorea

Abstract
Some studies showed that women more have depression than men.In order
as the respon to stressor body will scret some hormones and some
neurotransmitters. Hiperactivation of HPA-axis induce adrenal cortex to secretion
more cortisol to blood stream and also more β endhorphin that will be pressure
GnRH & inhibit LH and the end by oligomenorrhea and amenorrhea. The design
of this study is analytic-descriptive studies with subjects prisoner women in West

138
Sumatera,age 20-40, no physical illnes, has normal menstruation before in the
prison and BMI normal range.The result showed that cortisol level in the morning
is significantly different between depression and non depression subjects. There
are no different cortisol level in the afternoon between depression and non
depression subjects, and also no different cortisol level women with disregulation
menstruation and women with normal menstruation. There are no relationship
between disregulation menstruation and depression.
Key word : Depression,Cortisol, Oligomenorrhea

139
Majalah Kedokteran Andalas Vol.34. No.2. Juli-Desember 2010 140

Pendahuluan puan individu untuk mengatasinya.


Gangguan Suasana Alam Stres patologis mencakup infeksi,
Perasaan (Gangguan Mood/Gangguan trauma, penyakit, atau tekanan mental-
Afektif) adalah sekelompok gambaran emosional yang ditimbulkan dari
klinik yang ditandai oleh hilang- keinginan–keinginan yang tidak terca-
nya/berkurangnya control emosi dan pai dalam kehidupan atau tuntutan akan
pengalaman-pengalaman subjektif yang suatu perubahan yang membuat indi-
bisa dialami oleh setiap orang. vidu harus beradaptasi. Stressor yang
Gangguan depresi adalah salah satu bekepanjangan merupakan tantangan
bentuk gangguan suasana perasaan yang bagi kemampuan untuk memperta-
bisa ditegakkan apabila sudah berlang- hankan homeostasis fisik dan emosi.(5)
sung lebih dari 2 (dua) minggu dan Sebagai respon terhadap distres
ditandai dengan paling sedikit 4 (empat) beberapa hormon dan neurotransmitter
dari gejala – gejala utama yaitu : dikeluarkan oleh tubuh. Hormon-
perubahan dalam nafsu makan dan berat hormon ini mempersiapkan tubuh untuk
badan, perubahan tidur dan aktifitas, menahan stressor dan penting untuk
kehilangan energi, rasa bersalah, gang- pertahanan mental dan fisik,(6) Kelenjar
guan dalam konsetrasi dan mengambil Adrenal, yang menyebabkan hipota-
keputusan, dan adanya fikiran yang lamus menghasilkan dan melepaskan
berlang-ulang tentang kematian dan ide- CRH kedalam sistem aliran darah portal
ide bunuh diri.(1) Pada wanita yang hipotalamus-hipofisis, CRH menyebab-
sedang menjalani masa tahanan dipen- kan hipofisis anterior mengeluarkan
jara, terpisah dari kehidupan normal, ACTH. Hormon ini beredar kedalam
jiwanya tertekan karena perubahan ling- korteks adrenal menyebabkan pelepasan
kungan yang dialaminya, seperti halnya hormon glukokortikoid yaitu kortisol,
wanita di kamp-kamp konsentrasi.(2,3) sehingga terjadi sekresi kortisol yang
Beberapa penelitian epidemiologi yang berlebihan dari kelenjar adrenal. Dalam
cukup luas telah membuktikan bahwa beberapa menit seluruh rangkaian
wanita lebih banyak mengalami depresi pengaturan mengarah kepada pening-
dibanding pria. Peningkatan prevalensi katan sekresi kortisol didalam darah dan
depresi pada wanita dimulai pada usia dapat meningkat sampai 20 kali
remaja. Walaupun faktor-faktor stressor lipat.(7,8) Pada wanita yang mengalami
psikososial dari luar sama-sama mem- distress terjadi peningkatan aktifitas
pengaruhi resiko terjadinya depresi aksis hipotalamus – hipofisis/pituitary -
pada wanita dan pria, tapi wanita lebih adrenal (HPA–Aksis), ini bisa dibuk-
banyak menjadi depresi karena kesu- tikan dengan pemerikasaan : pelepasan
litan hubungan interpersonal dalam kortisol bebas melalui urin, peme-
lingkungan keluarga dekatnya, sedang- riksaan kadar kortisol plasma, kadar
kan pada pria tampaknya lebih dipenga- kortisol dalam air ludah dan
ruhi oleh faktor pekerjaan.(4) Dexamethason Suppression Test.(1)
Stressor adalah variabel yang Young EA dan Veldhuis JD,
dapat diidentifikasi sebagai penyebab 2006, dalam penelitiannya menemukan
orang mengalami distres, datangnya terjadinya peningkatan ACTH dan
stressor dapat sendiri-sendiri atau dapat kortisol pada wanita depresi disban-
pula bersamaan. Stressor terdiri dari dingkan wanita normal. (9)
rangsangan positif (eustres) dan negatif Strickland dkk, 2002, menya-
(distres). Suatu stres menjadi patologis takan suatu hipotesis bahwa kortisol
apabila stres tersebut melebihi kemam- adalah suatu rantai biologis antara stres
Yaslinda Yaunin, Elita G. Ardi, Putri S. Lasmini, Erkadius, 141
HUBUNGAN DISTRES DAN KADAR KORTISOL DENGAN KEJADIAN
OLIGO-AMENOREA PADA NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN
WANITA SESUMATERA BARAT

kehidupan dengan onset terjadinya dep- hambat pelepasan Luteinizing Hormone


resi. Pada penelitian yang mengambil (LH), terjadi oligomenorea dan
sampel dari populasi yang besar amenorea.( 6-8)
didapatkan hasil kortisol tidak mening- Amenorea adalah tidak terja-
kat pada keadaan awal depresi atau dinya haid pada seorang wanita. Secara
kondisi jiwa yang mudah jatuh ke umum dibedakan antara amenorea fisio-
depresi, tetapi meningkat setelah terjadi logik seperti keadaan prapubertas,
suatu stresor dalam kehidupan dan hamil, menyusui dan pasca menopause,
ternyata memang ada bukti poros HPA serta amenorea patologik seperti pada
sensitif terhadap stres psikososial.(10) amenorea primer dan amenorea sekun-
Banyak faktor yang mempenga- der.(12)
ruhi haid, baik faktor internal maupun  Amenorea primer
eksternal tubuh. Sejak dahulu diketahui Adalah belum datangnya haid
bahwa faktor mental-emosional sangat pada seorang wanita yang berumur
erat hubungannya dengan terjadinya 16 tahun dan telah terlihat pertum-
gangguan haid, baik jumlah, ritme mau- buhan seksual sekunder atau belum
pun lamanya haid. Faktor-faktor psi- datangnya haid pada wanita yang
kologi mempengaruhi sekresi endokrin berumur 14 tahun dan pertumbuhan
tubuh untuk kebutuhan penyesuaian diri seksual sekunder belum juga mun-
terhadap perubahan lingkungan yang cul. Penyebab dari amenorea primer
dihadapi seseorang.(11) harus dievaluasi dalam konteks ada
Aktivasi aksis hipotalamus- atau tidaknya karakteristik seksual
hipofisis-adrenal (HPA-aksis) dan sekunder.(13)
penghambatan aksis Hipotalamus-  Amenorea sekunder/functional
Hipofisis-Gonad (HPG) oleh stres hypothalamic amenorrhea
memicu hiperaktivasi dari aksis CRH - Adalah tidak adanya menstruasi
ACTH-adrenal, yang menyebabkan selama tiga bulan berturut-turut pada
hipotalamus menghasilkan dan mele- wanita yang sebelumnya mengalami
paskan CRH kedalam sistem aliran menstruasi yang normal tanpa kelai-
darah portal hipotalamus-hipofisis, nan anatomi atau organik.(13)
CRH selanjutnya menekan sekresi Amenorea sekunder dibedakan atas
GnRH secara langsung - CRH juga 2 penyebabnya, yaitu : (1) amenorea
secara tidak langsung menekan GnRH yang diinduksi oleh stres (stress
dengan merangsang hipofisis anterior induced amenorrhea), (2) amenorea
mengeluarkan hormon adrenokortiko- yang diinduksi oleh latihan fisik
tropin (ACTH) yang di korteks adrenal, yang lama, penurunan berat badan,
menyebabkan pelepasan hormon gluko- anoreksia nervosa (non stress
kortikoid yaitu kortisol, yang berlebihan induced amenorrhea).(5)
dari kelenjar adrenal. CRH juga
merangsang peningkatan pelepasan β METODE PENELITIAN
endorphin yang merupakan inhibitor Penelitian ini bersifat deskriptif
sekresi Gonadotropin-Releasing analitik dengan total sampling. Subyek
Hormone (GnRH). Akibat peningkatan penelitian adalah semua narapidana
kortisol dan β endorphin, terjadi pene- wanita yang menjalani hukuman di
kanan pada neuron GnRH dan meng- Lembaga Pemasyarakatan wanita se-
Sumatera Barat yang memenuhi kriteria
Majalah Kedokteran Andalas Vol.34. No.2. Juli-Desember 2010 142

penelitian dan pemeriksaan spesimen heparin. Pemeriksaan kadar kortisol


dilakukan di Laboratorium Patologi melalui serum dengan alat Elecsys
Klinik RS Dr, M, Djamil Padang mulai Cortisol reagen Kit dengan memakai
pada bulan Juni 2007 sampai Desember system pemeriksaan Electro Chemilu-
2007, dengan kriteria inklusi : wanita minescence Immunoassay (ECLIA)
usia 20-40 tahun, tidak menderita pada alat Roche Elecsys 1010/2010 dan
penyakit sistemik, haid teratur sebelum modular analitycs E 170.
masuk penjara, mempunyai Body Mass
Index (BMI) Normal, bersedia ikut HASIL PENELITIAN
dalam penelitian. Kriteria Eksklusi Di Lembaga Pemasyarakatan
adalah : sedang mendapatkan terapi (LP) se-Sumatera Barat ditemukan
hormonal atau pil KB 3 bulan terakhir, sebanyak 53 orang narapidana wanita,
post operasi pengangkatan ovarium atau dengan 25 orang tersangkut dengan
uterus, mendapat pengobatan sitostatika masalah narkotika dan bahan adiktif.
dan radioterapi 3 bulan, menggunakan Dari sisanya, sebanyak 3 orang memi-
obat psikotropika, merokok, pecandu/- liki usia di atas 40 tahun sehingga
peminum alkohol. Variabel bebas : hanya 25 orang yang dapat dijadikan
distress, variabel tergantung : oligo- subjek penelitian. Sebanyak 12 orang
amenorea dan kortisol. dari subjek yng diteliti memenuhi
Kriteria Depresi ditentukan berda- kriteria Gangguan Depresi menurut
sarkan Pedoman Diagnostik Gangguan Pedoman Diagnosis Gangguan Jiwa di
Afektif Episode Depresi menurut Indonesia III.
Pedoman Penggolongan diagnosis Hasil penelitian tentang hubu-
Gangguan Jiwa di Indonesia III. ngan nilai kortisol pagi hari pada subjek
Pengambilan sampel darah melalui vena yang mengalami depresi dengan tidak
mediana cubiti sebelum makan pada depresi, serta hubungan kadar kortisol
pagi hari jam 08.00 WIB dan sore hari pada sore hari pada subjek yang yang
jam 18.00 WIB sebanyak 5 ml dima- mengalami depresi dengan tidak depresi
sukkan dalam tabung steril yang berisis dapat dilihat pada tabel 1 dan 2.

Tabel 1. Perbandingan nilai kortisol serum pagi hari pada subjek yang depresi
dan non depresi

Variabel Kortisol serum pagi (µg/dL)


n Mean SD t p
Depresi 12 410,8 159.5 3,013 0,006
Non depresi 13 251,2 101,4

Dari tabel diatas dapat disimpulkan kadar kortisol pagi hari pada subjek yang
mengalami depresi memiliki perbedaan yang bermakna dengan subyek yang tidak
mengalami depresi.
Yaslinda Yaunin, Elita G. Ardi, Putri S. Lasmini, Erkadius, 143
HUBUNGAN DISTRES DAN KADAR KORTISOL DENGAN KEJADIAN
OLIGO-AMENOREA PADA NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN
WANITA SESUMATERA BARAT

Tabel 2. Perbandingan nilai kortisol serum sore hari pada subyek


yang depresi dan non depresi

Variabel Kortisol serum sore (µg/dL)


n Mean SD t p
Depresi 12 144,1 85,6 1,234 0,230
Non depresi 13 108,0 59,2

Pada tabel diatas terlihat kadar kortisol sore pada subjek yang mengalami
depresi tidak memiliki perbedaan yang bermakna dengan subyek yang tidak
mengalami depresi.
Sedangkan hubungan antara nilai kortisol serum pagi hari pada subjek
yang mengalami gangguan haid dan haid normal, serta hubungan antara nilai
kortisol serum pagi hari pada subjek yang mengalami gangguan haid dan haid
normal ada pada tabel 3,4.

Tabel 3. Perbandingan nilai kortisol serum pagi hari pada subyek yang
mengalami gangguan haid dan haid normal

Variabel Kortisol serum pagi (µg/dL)


n Mean SD t p
Oligo-amenorea 8 345,5 147,8 0,389 0,701
Haid normal 17 319,5 159,2

Dari tabel 3 dapat dilihat kadar kortisol pagi hari pada subjek dengan
gangguan haid tidak memiliki perbedaan yang bermakna dengan subjek yang
haidnya normal.

Tabel 4. Perbandingan nilai kortisol serum sore hari pada subyek yang
mengalami gangguan haid dan haid normal

Variabel Kortisol serum sore (µg/dL)


n Mean SD t p
Oligo-amenorea 8 124,7 52,9 0,029 0,977
Haid normal 17 125,6 83,3

Dari tabel 4 dapat dilihat kadar kortisol sore hari pada subjek dengan
gangguan haid tidak memiliki perbedaan yang bermakna dengan subjek yang
haidnya normal.
Majalah Kedokteran Andalas Vol.34. No.2. Juli-Desember 2010 144

HUBUNGAN ANTARA GANGGUAN HAID DENGAN DEPRESI

Table 5. Hubungan antara gangguan haid dan depresi pada wanita


penghuni LP se Sumatera Barat

Depresi Oligo-amenorea
Ya Tidak Total

Ya 5 7 12

Tidak 3 10 13

Total 8 17 25

Fisher Exact Test P 0.209 NS


berlangsung kronik menyebabkan gang-
Dari tabel 5, dapat dilihat tidak guan sistem umpan balik HPA-aksis,
terdapat hubungan yang bermakna sehingga tidak terjadi penghambatan
antara gangguan haid yang terjadi sekresi kortisol seperti pada orang
dengan depresi yang dialami subjek (P normal. Sekresi kortisol saat bangun
dengan Fisher Exact Test = 0,209). tidur pagi meningkat 30% – 60% dan
bisa lebih tinggi lagi pada individu
PEMBAHASAN yang mengalami distres kronik.
Selama penelitian ini berlang- Sedangkan sekresi kortisol pada sore
sung ada 53 orang narapidana wanita hari mulai menurun sampai saat
penghuni LP se Sumatera Barat,25 kembali tidur malam harinya.(7,10)
orang terkait kasus penyalahgunaan Young EA dan Veldhuis JD,
narkoba dan 3 orang berusia diatas 40 pada tahun 2006, dalam penelitiannya
tahun, jadi yang bisa berpartisipasi menemukan terjadinya peningkatan
hanya 25 orang. Dari subjek yang ikut ACTH dan kortisol pada wanita depresi
penelitian ini 12 orang (48%) menga- dibandingkan wanita normal.(9)Pada
lami gangguan depresi, hal ini sesuai penelitian ini didapatkan subjek yang
dengan penelitian Affandi dan Pernol mengalami gangguan haid sejak masuk
bahwa wanita yang sedang menjalani penjara 8 orang (32%) dan kasus
tahanan penjara, terpisah dari keluarga depresi 12 orang (48%). Tidak terdapat
akan mengalami tekanan jiwa yang hubungan yang bermakna antara
cukup berat seperti gangguan depresi. ganguan haid yang terjadi dengan
Ditemukan perbedaan yang ber- depresi yang dialami subjek penelitian.
makna nilai kortisol pagi hari pada Kemungkinan hal ini terjadi karena
subjek yang mengalami depresi diban- dilihat pada tabel induk subjek yang
dingkan dengan subjek yang tidak tidak mengalami depresi dan mendapat
depresi, sedangkan nilai kortisol pada gangguan haid, hasil nilai kortisolnya
sore hari tidak ada perbedaan yang sangat tinggi sesudah masuk penjara.
bermakna antara subjek yang menga- Peningkatan kortisol ini yang
lami depresi dengan subjek yang tidak menyebabkan ganguan haid, seperti
depresi. Hal ini dimungkinkan karena diterangkan oleh Corwin dkk bahwa
depresi yang sudah terjadi
Yaslinda Yaunin, Elita G. Ardi, Putri S. Lasmini, Erkadius, 145
HUBUNGAN DISTRES DAN KADAR KORTISOL DENGAN KEJADIAN
OLIGO-AMENOREA PADA NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN
WANITA SESUMATERA BARAT

akibat peningkatan kortisol menekan Penerbit FKUI, Jakarta, 1990;


GnRH dan menghambat pelepasan LH 17-28.
sehingga terjadi oligomenorea dan
amenorea.(6) 3. Pernol ML. Menstruation
abnormalities and
KESIMPULAN dan SARAN Complications. In Handbook of
 Ada perbedaan bermakna Obstetrics and Gynecology.
nilai kortisol pagi hari pada 9th ed, International Edition, Mc
subjek yang mengalami dep- Graw Hill Inc, 1994; 23: 609-
resi bila dibandingkan 626.
dengan subjek yang tidak
mengalami depresi. 4. Burt, VK, Hendrick,VC,Mood
 Tidak ada perbedaan ber- Disorder in Women in Clinical
makna nilai kortisol sore Manual of Women’s Mental
hari pada subjek yang Health, Arlington, American
mengalami depresi bila Psychiatric Publishing Inc.
dibandingkan dengan subjek 2005; 151-159.
yang tidak mengalami dep-
resi. 5. Canberra EJ. Hypothalamic
 Pada penelitian ini juga tidak Amenorrhea and Infertility.
ditemukan hubungan yang 2003; Diakses dari
bermakna antara gangguan http://www.shadygrovefertility.
depresi yang dialami subjek com.
penelitian dengan gangguan
haid yang dialami oleh para 6. Corwin JE. Stress, Dalam
wanita yang ada di LP Buku Saku Patofisiologi. EGC;
wanita se-Sumatera Barat . Jakarta, 2001; 230-238.
 Diperlukan penelitian lanjut
untuk mendapatkan subjek 7. Tyrell JB, Findling JW, Aaron
dalam jumlah yang lebih CD. Glucocorticoids and
besar lagi agar bisa Adrenal Androgens. In Basic &
membuktikan hubungan Clinical Endocrinology, 5th Edition,
depresi dengan gangguan Appleton and Lange, USA, 1997;
haid 317-345.

KEPUSTAKAAN 8. Charmandari E, Tsigos C,


1. Kaplan & Sadock’s: Mood Chrousos G. Endocrinology of
Disorder, Dalam Synosis of The Stress Response. Annu.
Psychitry, Behavioral Sciences/ Rev. Physiol, 2005; 67: 259–
Clinical psychiatry, 10th 284.
Edition, Philadelphia,
Lippincott Williams & 9. Young EA, Veldhuis JD.
Wilkins, 2007, 527-578. Disordered Adrenocorticotropin
Secretion in Women with Major
2. Affandi B. Gangguan Haid Depression. J Clin Endocrinol
pada Remaja dan Dewasa. Balai Metab, 2006; 91:1924-1928.
Majalah Kedokteran Andalas Vol.34. No.2. Juli-Desember 2010 146

10. Moore B. Cortisol, Serotonin 12. Hunter TM, Heiman DL.


and Depresion. The British Amenorrhea: Evaluation and
Journal of Psychiatry, 2002; Treatment. Am Fam Physician,
181: 348. 2006; 73: 1374-82,1387.

11. Baziad A. Gangguan Haid. 13. Schillings WJ, Clamrock HM.


Dalam Endokrinologi Amenorrhea. In Novak’s
th
Ginekologi, Edisi kedua, Gynecology. 13 ed.
Penerbit Media Aesculapius Philadelphia Lippincott
Fakultas Kedokteran Williams & Wilkins, 2002;
Universitas Indonesia, Jakarta, 843-869.
2003; 25-34.

Anda mungkin juga menyukai