Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

KEGAWADARURATAN MATERNAL DAN NEONATAL

KOMPLIKASI DAN PENYAKIT DALAM MASA NIFAS SERTA PENANGANANNYA

DOSEN

ISMAULIDIA NURVEMBRIANTI, SST., M.Keb

TUGAS INDIVIDU

PENYUSUN

II.C

SYF.NURHASANAH
NIM.16.11.1184

AKADEMI KEBIDANAN ‘AISYIYAH PONTIANAK

TAHUN AKADEMIK 2018-2019


Kata Pengantar

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Pujisyukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat, taufik, dan hidayahnya sehingga
kami bisa menyelesaikan makalah dengan judul ‘’ Komplikasi Dan Penyakit Dalam Masa Nifas
Serta Penanganannya ‘’ tanpa ada halangan sutu apapun. kami menyadari bahwa tanpa bantuan

dan bimbingan dari pihak kampus, penulisan makalah ini tidak akan selesai dengan baik.
Adapun maksud dan tujuan makalah ini untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh
matakuliah Kegawadaruratan Maternal Dan Neonatal, juga untuk menambah wawasan kami
dalam ilmu pengetahuan terutama di bidang mobilisasi.

Penulis menyadari bahwa penyusun makalah ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak
kekurangannya atau karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
demi kesempurnaan makalah kami selanjutnya semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca.

Pontianak, 15 Maret2018
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .
DAFTAR ISI.

BAB I PENDAHULUAN.

A. Latar Belakang.
B. Rumusan Masalah.
C. Tujuan Penulisan.

BAB II ISI

Infeksi nifas

A. endometritis
B. peritonitis
C. bendungan ASI
D. infeksi payudara
E. Thrombophlebitis
F. Luka perineum

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan indikator utama derajat kesehatan masyarakat dan
ditetapkan sebagai salah satu tujuan Millenium Development Goals (MDGs). AKI Indonesia
diperkirakan tidak akan dapat mencapai target MDG yang ditetapkan yaitu 102 per 100 000
kelahiran hidup pada tahun 2015. Kematian ibu akibat kehamilan, persalinan dan nifas
sebenarnya sudah banyak dikupas dan dibahas penyebab serta langkah‐langkah untuk
mengatasinya. Meski demikian tampaknya berbagai upaya yang sudah dilakukan pemerintah
masih belum mampu mempercepat penurunan AKI seperti diharapkan. Pada Oktober yang lalu
kita dikejutkan dengan hasil perhitungan AKI menurut SDKI 2012 yang menunjukkan
peningkatan (dari 228 per 100 000 kelahiran hidup menjadi 359 per 100 000 kelahiran hidup).
Diskusi sudah banyak dilakukan dalam rangka membahas mengenai sulitnya menghitung AKI
dan sulitnya menginterpretasi data AKI yang berbeda‐beda dan fluktuasinya kadang drastis.
(Depkes, 2013)

Masa nifas (puerpurium) adalah dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung kira-kira 6 minggu.
(Prawirohardjo, 2002).

Masa nifas adalah masa segera setelah kelahiran sampai 6 minggu. Selama masa ini, saluran
reproduktif anatomi kembali ke keadaan tidak hamil yang normal. (Obstetri William).

Masa nifas (puerpurium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-
alat kandungan kembali seperti pra hamil. Lama masa nifas 6-8 minggu. (Sinopsis Obstetri).

Masa nifas merupakan masa yang rawan bagi ibu, sekitar 60% kematian ibu terjadi setelah
melahirkan dan hampir 50% dari kematian pada masa nifas terjadi pada 24 jam pertama setelah
melahirkan, diantaranya disebabkan oleh adanya komplikasi masa nifas. Selama ini perdarahan
pasca persalinan merupakan penyebab kematian ibu, namun dengan meningkatnya persediaan
darah dan system rujukan, maka infeksi menjadi lebih menonjol sebagai penyebab kematian dan
morbiditas ibu.

Infeksi nifas adalah infeksi pada dan melalui traktus genetalis setelah persalinan. Suhu 38 °C
atau lebih yang terjadi antara hari ke 2-10 postpartum dan diukur peroral sedikitnya empat kali
sehari. Istilah infeksi nifas mencakup semua peradangan yangdisebabkan oleh mesuknya kuman-
kuman kedalam alat genetalia pada waktu persalinan dan nifas. Infeksi nifas pada awalnya
adalah penyebab kematian maternal yang paling banyak,namun dengan kemajuan ilmu
kebidanan terutama pengetahuan tentang sebab-sebab infeksi nifas, pencegahan dan penemuan
obat-obat baru dari itulah dapat diminimalisir terjdinya infeksi nifas.
Dari itulah seorang bidan perlu mengetahui tentang infeksi nifas, mulai dari apa itu infeksi nifas,
bagaimana penyebab terjadinya infeksinya, pencegahanya dan pengobatan dari infeksi nifas
tersebut. Hal ini ditujukan untuk terwujudnya persalinan yang aman asuhan nifas yang higienis
sehingga komplikasi pada masa nifas tidak lagi terjadi.

B. Tujuan Penulisan

Mengetahui berbagai komplikasi dan penyulit dalam masa nifas serta penanganan yang dapat
dilakukan untuk mengurangi angka kematian ibu dan bayi dalam masa nifas.

C. Manfaat Penulisan

1. Bagi Pendidikan

2. Pendidikan mampu mengembangkan ilmu pengetahuan terutama pada asuhan kebidanan


kegawatdaruratan maternal dan neonatal mengenai komplikasi dan penyakit dalam masa
nifas serta penanganannya dengan teori yang terbaru dan penatalaksanaan sesuai teori.

3. Pendidikan mampu menjadi bahan acuan untuk penulisan selanjutnya yang berkaitan
dengan asuhan kebidanan kegawatdaruratan maternal dan neonatal mengenai komplikasi
dan penyakit dalam masa nifas serta penanganannya dengan teori yang terbaru dan
penatalaksanaan sesuai teori.

4. Bagi Klien/Masyarakat

5. Memberikan asuhan kebidanan kegawatdaruratan maternal dan neonatal mengenai


komplikasi dan penyakit dalam masa nifas sesuai kebutuhan ibu dan bayi.

6. Menghindari pencegahan yang memicu terjadinya komplikasi dan penyakit yang


berkaitan dengan masa nifas pada ibu dan bayi.
BAB II

PEMBAHASAN

 INFEKSI

Infeksi nifas adalah keadaan yang mencakup semua peradangan alat-alat genitalia dalam
masa nifas. Masuknya kuman-kuman dapat terjadi dalam kehamilan, waktu persalinan, dan nifas.
Demam nifas adalah demam dalam masa nifas oleh sebab apapun. (Rustam Mochtar, 1998)

Morbiditas puerpuralis adalah kenaikan suhu badan sampai 38oC atau lebih selama 2 hari dalam
10 hari pertama postpartum, kecuali pada hari pertama. Suhu diukur 4 kali secara oral. (Rustam
Mochtar, 1998)

ETIOLOGI

Bermacam-macam jalan kuman masuk ke dalam alat kandungan, seperti eksogen (kuman datang
dari luar), autogen ( kuman masuk dari tempat lain dalam tubuh), dan endogen ( dari jalan lahir
sendiri). Penyebab yang terbanyak dari 50% adalah streptococcus anaerob yang sebenarnya tidak
patogen sebagai penghuni normal jalan lahir.

Kuman-kuman yang sering menyebabkan infeksi antaralain adalah:

 Streptococcus Haemoliticus Aerobik

Masuk secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat yang ditularkan dari penderita
lain, alat-alat yang tidak suci hama, tangan penolong, dan sebagainya.

 Staphylococcus Aureus

Masuk secara eksogen, infeksi sedang, banyak ditemukan sebagai penyebab infeksi di
Rumah Sakit.

 Escherichia Coli

Sering berasal dari kandung kemih dan rectum, menyebabkan infeksi terbatas.

 Clostridium Welchii

Kuman anaerobik yang sangat berbahaya , sering ditemukan pada abortus kriminalis dan
partus yang ditolong dukun dari luar Rumah Sakit.

Cara terjadinya infeksi:

1.Manipulasi penolong yang tidak suci hama, atau pemeriksaan dalam yang berulang-
ulang dapat membawa bakteri yang sudah ada ke dalam rongga rahim.
2.Alat-alat yang tidak suci hama.

3.Infeksi droplet, sarung tangan dan alat-alata terkena infeksi kontaminasi yang berasal
dari hidung, tenggorokan, dari penolong dan pembantunya atau orang lain.

 PREDISPOSISI

1.Partus lama, partus terlantar, dan ketuban pecah lama.

2.Tindakan obstetri operatif baik pervaginam maupun perabdominal.

3.Tertinggalnya sisa-sisa uri, selaput ketuban, dan bekuan darah dalam rongga rahim.

4.Keadaan-keadaan yang menurunkan daya tahan seperti perdarahan, kelelahan,

malnutrisi, pre-eklamsi, eklamsi, dan penyakit ibu lainnya (penyakit jantung, TBC paru,

pneumonia, dll).

 KLASIFIKASI

•Infeksi terbatas lokalisasinya pada perineum, vulva, serviks, dan endometrium.

•Infeksi yang menyebar ke tempat lain melalui: pembuluh darah vena, pembuluh limfe
dan endometrium.

 PENGOBATAN INFEKSI PADA MASA NIFAS ANTARA LAIN:

Sebaiknya segera dilakukan kultur dari sekret vagina dan servik, luka operasi dan darah,
serta uji kepekaan untuk mendapatkan antibiotika yang tepat.

Memberikan dosis yang cukup dan adekuat.

Memberi antibiotika spektrum luas sambil menunggu hasil laboratorium.

Pengobatan mempertinggi daya tahan tubuh seperti infus, transfusi darah, makanan yang
mengandung zat-zat yang diperlukan tubuh, serta perawatan lainnya sesuai komplikasi
yang dijumpai.
 PENGOBATAN KEMOTERAPI DAN ANTIBIOTIKA INFEKSI NIFAS

Infeksi nifas dapat diobati dengan cara sebagai berikut:

Pemberian Sulfonamid – Trisulfa merupakan kombinasi dari sulfadizin 185 gr,


sulfamerazin 130 gr, dan sulfatiozol 185 gr. Dosis 2 gr diikuti 1 gr 4-6 jam kemudian
peroral.

Pemberian Penisilin – Penisilin-prokain 1,2 sampai 2,4 juta satuan IM, penisilin G
500.000 satuan setiap 6 jam atau metsilin 1 gr setiap 6 jam IM ditambah ampisilin kapsul
4×250 gr peroral.

Tetrasiklin, eritromisin dan kloramfenikol.

Hindari pemberian politerapi antibiotika berlebihan.

Lakukan evaluasi penyakit dan pemeriksaan laboratorium.

Untuk menghindari terjadinya infeksi nifas, ada beberapa hal yang bisa dilakukan seperti

 Ketika masa persalinan, sebaiknya hindari partus yang terlalu lama serta ketuban yang
pecah lama. ( Baca : Bahaya bayi minum air ketuban – Air ketuban )

 Pada jalan lahir, juga sebaiknya dijahit dengan baik serta menjaga sterilitasnya sehingga
dapat mencegah terjadinya pendarahan. ( Baca : Ciri ciri air ketuban pecah atau
merembes )

 Selain itu para petugas di dalam kamar bersalin sebaiknya menutup hidung serta mulut
menggunakan masker.

 Bagi mereka yang menderita infeksi pernapasan tidak diperbolehkan masuk kekamar. (
Baca : Bahaya penyakit asma bagi ibu hamil – Ketika ibu hamil terkena asma )

 Untuk alat- alat menunjang masa persalinan sebaiknya dicuci serta hindari pemeriksaan
yang berulang- ulang.

 Untuk menghindari terjadinya infeksi selama waktu nifas, ada baiknya luka saat
persalinan dirawat dengan baik sehingga terhindar dari infeksi.

 Gunakan alat- alat yang bersih dan steril untuk digunakan ibu. ( Baca : Toxoplasma bagi
ibu hamil – Bahaya flu singapura bagi ibu hamil )
 Untuk barang ibu yang terkena infeksi di kala nifas tidak boleh bercampur dengan barang
ibu yang sehat. Ditakutkan akan ada bakteri atau mungkin infeksi yang bisa menular pada
ibu yang sehat.

1. EDOMETRITIS
Endometritis adalah adanya peradanga pada uterus, dan seringnya disertai infeksi
disana. Uterus atau rahim adalah organ reproduksi utama pada perempuan dimana pada
organ tersebut janin bayi berkembang Selama kehamilan.
Endometritis seringnya tidak mengancam jiwa, tetapi sangat penting untuk ditangani dan
diobati tuntas. Pengobatannya membutuhkan antibiotik bila disertai infeksi. Infeksi yang
tidak diobati dapat memicu komplikasi pada organ reproduksi, masalah infertilitas dan
masalah kesehatan lainnya.

Apa Penyebab Endometritis?


Endometritis sendiri biasanya disebabkan oleh infeksi, dan infeksi yang dapat memicu
endometritis meliputi penyakit menular seksual (IMS) seperti gonorrhea dan infeksi
klamidia trachomatis, juga infeksi tuberculosis dn infeksi dari flora normal bakteri di
vagina.
Semua wanita mempunyai flora normal bakteri di vaginanya. Penyakit ini dapa
disebabkan perubhan pola bakteri flora normal. Risiko meningkat terutama setelah
keguguran dan setelah melahirkan bayi, terutama pada operasi sesar dan lahir normal
lama (partus berdurasi lama).
Penderita juga dapat terkena endometritis setelah menjalankan prosedur medis yang
memasukkan alat ke uterus melalui servik. Prosedur tersebut dapat sebagai jalan bakteri
untuk masuk. Prosedur medis yang dapat meningkatkan risiko penyakit ini adalah :
Histerektomi, pemasagan dan pelepasan IUD, dan dilatasi serta kuretase.
Endometritis sendiri dapat terjadi bersamaan dengan komplikasi lain di area pelvis,
seperti peradangan di servik (servisitis). Kondisi ini dapat menimbulkan gejala dan juga
gejala bisa tidak tampak.

Tanda dan Gejala Endometritis?


Endometritis dapat menimbulkan beberapa gejala dibawah ini, seperti:
1.Pembengkakan abdomen/ perut
2.adanya perdarahan vagina yang tidak normal
3.adanya cairan dan discharge vagina yang tidak normal
4.konstipasi
5.perasaan tidak nyaman dan peristaltik usus meningkat.
6.demam dan merasa tidak nyaman
7.Terdapat nyeri pada pelvis, pada perut bagian bawah dan area rektum.

Bagaimana Pemeriksaan Endometritis?


Prinsipnya dalam pemeriksaan, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan gnekologis. Dokter akan melihat bagian perut, uterus dan servik untuk
melihat tanda nyeri dan cairan yang keluar disana. Adapun beberapa tes yang dapat
menunjang diagnosis seperti:
1.Pengambilan sampel kultur dari servik untuk dilakukan pemeriksaan dari bakteri yang
menjadi penyebab infeksi seperti gonorrhea dan klamidia.
2.Mengambil beberapa jaringan di uerus untuk dilakukan pemeriksaan atau kita sebut
dengan endometrial biopsy.
3.prosedur laparoskopi dimana dokter memasukkan alat ke dalam abdomen dan pelvis.
4.melihat cairan yang keluar dari vagina di atas mikroskop.
5.Pemeriksaan darah rutin juga dapat dilakukan untuk menentukan jumllah sel darah
putih (Leukosit/WBC), dan Laju endap darah (LED/ESR). Pada endometritis, kadar
leukosit dan laju endap darah cenderung meningkat.

Bagaimana Pengobatan Endometritis?


Endometritis dapat diobati dengan antibiotik. Pasangan berhubungan seksual juga harus
diobati jika dokter menemukan salah satu mengidap penyakit menular seksual. Sangat
penting untuk menyelesaikan semua proses pengobatan yang diresepkan dokter.
Pada kasus yang berat, membutuhkan cairan intravena (infus) dan perawatan dirumah
sakit, terutama pada kondisi setelah atau diikuti melahirkan bayi.
Untuk pencegahannya, anda dapat menurunkan risiko endometritis dari melahirkan bayi
dan berbagai prosedur ginekologis dengan meminta dokter memakai alat yang steril dan
teknik melahirkan atau teknk operasi yang steril.
Dokter dapat meresepkan antibiotik profilaksis untuk mencegah infeksi selama perasi
sesar sesaat sebelum memulai operasi. Anda juga dapat mengurangi risiko penyakit ini
dari penyakit menular seksual, dengan melakukan :
1.Berhubungan seksual dengan aman, seperti memakai kondom
2.melakukan skrining dan deteksi awal penyakit menular pada diri anda dan pasangan
anda
3.Menyelesaikan semua proses pengobatan yang diberikan pada anda terhadap penyakit
menular seksual yang diderita.
Prinsipnya, katakana keada dokter jika anda memiliki pengalaman dan gejala dari
penyakit ini. Sangat penting untuk diobati, dan dicegah agar tidak menjadi komplikasi
yang serius.

Bagaimana Komplikasi Endometritis?


Komplikasi dari penyakit ini muncul apabila tidak dibati dengan antibiotik. Komplikasi
ini dapat memicu : infertilitas, peritonitis yang menyebar ke pelvic atau kita sebut dengan
infeksi pervis general, adanya abses pada pelvis dan uterus.
Komplikasi lain juga dapat terjadi seperti septicemia (adanya bakteri banyak di darah),
dan syok septik yaitu menurunnya tekanan darah karena infeksi. Catatan khusus
septicemia, dimana dapat menjadi sepsis yaitu infeksi berat yang dapat memburuk
dengan cepat. Sepsis ini dapat menjadi syok septik, dan sangat mengancam jiwa.
Keduanya wajib membutuhkan perawatan di rumah sakit.

Pasien dengan gejala ini biasanya akan mengalami peningakatan suhu badan mulai dari
38 hingga 40 derajat. Selain itu pasien juga akan mengalami peningkatan sel darah putih
serta nyeri tekanan uterus, takikardi, subinvolusi dan lokea sedikit dan tidak berbau atau
banyak yang mengandung darah.

Untuk menangani endrometritis, pasien dapat dirujuk ke rumah sakit serta diberikan obat
anti mikroba spektrum luas atau terapi antibiotik tripel. Pasien penderita infeksi nifas ini
bisa dibawa pulang jika tidak terjadi panas.

 PENATALAKSANAAN
1. Antibiotika ditambah drainase yang memadai merupakan pojok sasaran terapi.
Evaluasi klinis dari organisme yang terlihat pada pewarnaan gram, seperti juga
pengetahuan bakteri yang diisolasi dari infeksi serupa sebelumnya, memberikan petunjuk
untuk terapi antibiotik.
2. Cairan intravena dan elektrolit merupakan terapi pengganti untuk dehidrasi
ditambah terapi pemeliharaan untuk pasien-pasien yang tidak mampu mentoleransi
makanan lewat mulut. Secepat mungkin pasien diberikan diit per oral untuk memberikan
nutrisi yang memadai.
3. Pengganti darah dapat diindikasikan untuk anemia berat dengan post abortus atau
post partum.
4. Tirah baring dan analgesia merupakan terapi pendukung yang banyak manfaatnya.
5. Tindakan bedah: endometritis post partum sering disertai dengan jaringan plasenta
yang tertahan atau obstruksi serviks. Drainase lokia yang memadai sangat penting.
Jaringan plasenta yang tertinggal dikeluarkan dengan kuretase perlahan-lahan dan hati-
hati. Histerektomi dan salpingo – oofaringektomi bilateral mungkin ditemukan bila
klostridia telah meluas melampaui endometrium dan ditemukan bukti adanya sepsis
sistemik klostridia (syok, hemolisis, gagal ginjal)
2. PERITONITIS

Pengertian
Adalah Peritonitis adalah peradangan pada peritonium yang merupakan
pembungkus visera dalam rongga perut. Peritoneum adalah selaput tipis dan jernih yang
membungkus organ perut dan dinding perut sebelah dalam. Peritonitis yang terlokalisir
hanya dalam rongga pelvis disebut pelvioperitonitis.
Peritonitis berasal dari penyebaran melalui pembuluh limfe uterus, parametritis yang
meluas ke peritoneum, salpingo-ooforitis meluas ke periyoneum, atau langsung sewaktu
tindakan perabdominal.
Peritoritis yang terlokalisir hanya dalam rongga pelvis disebut pelvioperitonitis, bila
meluas keseluruh rongga perineum disebut peritonitis umum, dan ini sangat berbahaya
yang menyebabkan kematian 33% dari selurih kematian karena infeksi.
•Tanda dan Gejala
•Tanda-tanda peritonitis relative sama PERITONITIS
dengan infeksi berat yaitu demam tinggi atau pasien yang sepsis bisa menjadi hipotermia,
tatikardi, dehidrasi hingga menjadi hipotensi. Nyeri abdomen yang hebat biasanya
memiliki punctum maximum ditempat tertentu sebagai sumber infeksi. Dinding perut
akan terasa tegang karena mekanisme antisipasi penderita secara tidak sadar untuk
menghindari palpasinya yang menyakinkan atau tegang karena iritasi peritoneum. Pada
wanita dilakukan pemeriksaan vagina bimanual untuk membedakan nyeri akibat pelvic
inflammatoru disease. Pemeriksaan-pemeriksaan klinis ini bisa jadi positif palsu pada
penderita dalam keadaan imunosupresi (misalnya diabetes berat, penggunaan steroid,
pascatransplantasi, atau HIV), penderita dengan penurunan kesadaran (misalnya trauma
cranial, ensefalopati toksik, syok sepsis, atau penggunaan analgesic), penderita dengan
paraplegia dan penderita geriatric.

Tanda gejala yang lain juga terjadi:


1. Nyeri seluruh perut spontan maupun pada palpasi
2. Demam menggigil
3. Pols tinggi, kecil
4. Perut gembung tapi kadang-kadang ada diarrhea
5. Muntah
6. Pasien gelisah, mata cekung
7. Pembengkakan dan nyeri di perut
8. Demam dan menggigil
9. Kehilangan nafsu makan
10. Haus
11. Mual dan muntah
12. Urin terbatas
13. Bisa terdapat pembentukan abses.
14. Sebelum mati ada delirium dan coma

Komplikasi
Menurut Chushieri komplikasi dapat terjadi pada peritonitis bakterial akut sekunder,
dimana komplikasi tersebut dapat dibagi menjadi komplikasi dini dan lanjut, yaitu:
Komplikasi dini
1. Septikemia dan syok septic
2. Syok hipovolemik
3. Sepsis intra abdomen rekuren yang tidak dapat dikontrol dengan kegagalan multi
system
4. Abses residual intraperitoneal
5. Portal Pyemia (misal abses hepar)

Komplikasi lanjut
1. Adhesi
2. Obstruksi intestinal rekuren

 PENATALAKSANAAN DAN PENGOBATAN


Menurut Netina (2001), penatalaksanaan pada peritonitis adalah sebagai berikut :
1.Penggantian cairan, koloid dan elektrolit merupakan focus utama dari penatalaksanaan
medik.
2.Analgesik untuk nyeri, antiemetik untuk mual dan muntah.
3.Intubasi dan penghisap usus untuk menghilangkan distensi abdomen.
4.Terapi oksigen dengan nasal kanul atau masker untuk memperbaiki fungsi ventilasi.
5.Kadang dilakukan intubasi jalan napas dan bantuan ventilator juga diperlukan.
6.Therapi antibiotik masif (sepsis merupakan penyebab kematian utama).
7.Tujuan utama tindakan bedah adalah untuk membuang materi penginfeksi dan
diarahkan pada eksisi, reseksi, perbaikan, dan drainase.
8.Pada sepsis yang luas perlu dibuat diversi fekal.

Pengobatan
Antibiotika memegang peranan yang sangat penting dalam pengobatan infeksi nifas.
Adanya antibiotika sangat merubah prognosa infeksi puerperalis dan pengobatan dengan
obat-obat lain merupakan usaha yang terpenting.
Dalam memilih satu antibiotik untuk mengobati infeksi, terutama infeksi yang berat harus
menyandarkan diri atas hasil test sensitivitas dari kuman penyebab. Tapi sambil
menunggu hasil test tersebut sebaiknya segera memberi dulu salah satu antibiotik supaya
tidak membuang waktu dalam keadaan yang begitu gawat.
Pada saat yang sekarang peniciline G atau peniciline setengah syntesis (ampisilin)
merupakan pilihan yang paling tepat karena peniciline bersifat baktericide (bukan
bakteriostatis) dan bersifat atoxis. Sebaiknya diberikan peniciline G sebanyak 5 juta S
tiap 4 jam jadi 20 juta S setiap hari. Dapat diberikan sebagai iv atau infus pendek selama
5-10 menit.
Dapat juga diberikan ampiciilin 3-4 gr mula-mula iv atau im. Staphylococ yang
peniciline resisten, tahan terhadap penicilin karena mengeluarkan penicilinase ialah
oxacilin, dicloxacilin dan melbiciline.
Di samping pemberian antibiotic dalam pengobatannya masih diperlukan tindakan
khusus untuk mempercepat penyembuhan infeksi tersebut. Karena peritonitis berpotensi
mengancam kehidupan. Penderita disarankan mendapat perawatan di rumah sakit.

Pada pasien yang menderita infeksi nifas ini, pasien akan mengalami peningkatan suhu
tubuh dengan nadi yang cepat dan kecil. Tidak hanya itu namun gejala lainnya adalah
rasa nyeri serta kembung dengan defense musculaire. Wajah penderita yang awalnya
kemerah – merahan, bisa menjadi pucat dengan mata cekung serta kulit muka yang
dingin.

Penanganan dari pasien dengan gejala peritonitis dapat dilakukan dengan nasogastritik
suction serta bisa pula dengan memberikan infus dan antibiotik agar panas bisa turun
selama 24 jam.

3. BENDUNGAN ASI

Bendungan ASI adalah pembendungan air susu karena penyempitan duktus


laktiferi atau oleh kelenjar yang tidak dikosongkan dengan sempurna atau karena
kelainan pada putting susu (Mochtar, 1996).
Peningkatan aliran vena dan limfe pada payudara dalam rangka mempersiapkan diri
untuk laktasi. Hal ini bukan disebabkan overdistensi dari saluran sistem laktasi.
Bendungan terjadi akibat bendungan berlebihan pada limfatik dan vena sebelum laktasi.
Payudara bengkak disebabkan karena menyusui yang tidak kontinyu, sehingga sisa ASI
terkumpul pada daerah duktus. Hal ini dapat terjadi pada hari ke tiga setelah melahirkan.
Selain itu, penggunaan bra yang ketat serta keadaan puting susu yang tidak bersih dapat
menyebabkan sumbatan pada duktus.
Gejala umum
Perlu dibedakan antara payudara bengkak dengan payudara penuh. Pada payudara
bengkak: payudara odem, sakit, puting susu kencang, kulit mengkilat walau tidak merah,
dan ASI tidak keluar kemudian badan menjadi demam setelah 24 jam. Sedangkan pada
payudara penuh: payudara terasa berat, panas dan keras. Bila ASI dikeluarkan tidak ada
demam.

Tanda gejala selalu ada


1.Buah dada nyeri dan bengkak.
2.3-5 hari nifas.

Pencegahan
3.Menyusui bayi segera setelah lahir dengan posisi dan perlekatan yang benar.
4.Menyusui bayi tanpa jadwal (nir jadwal dan on demand).
5.Keluarkan ASI dengan tangan/pompa bila produksi melebihi kebutuhan bayi.
6.Jangan memberikan minuman lain pada bayi.
7.Lakukan perawatan payudara pasca persalinan (masase, dan sebagainya).

Penanganan:
Bila ibu menyusui bayinya:
1.Susukan sesering mungkin
2.Kedua payudara disusukan
3.Kompres hangat payudara sebelum disusukan
4.Keluarkan sedikit ASI sebelum menyusui agar payudara lebih lembek, sehingga lebih
mudah memasukkannya ke dalam mulut bayi.
5.Bila bayi belum dapat menyusu, ASI dikeluarkan dengan tangan atau pompa dan
diberikan pada bayi dengan cangkir/sendok.
6.Tetap mengeluarkan ASI sesering yang diperlukan sampai bendungan teratasi.
7.Untuk mengurangi rasa sakit dapat diberi kompres hangat dan dingin.
8.Bila ibu demam dapat diberikan obat penurun demam dan pengurang sakit.
9.Lakukan pemijatan pada daerah payudara yang bengkak, bermanfaat untuk membantu
memperlancar pengeluaran ASI.
10.Pada saat menyusui, sebaiknya ibu tetap rileks.
11.Makan makanan bergizi untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan perbanyak minum.
12.Bila diperlukan berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam
13.Lakukan evaluasi setelah 3 hari untuk mengevaluasi hasilnya.
Bila ibu tidak menyusui:
1.Sangga payudara
2.Kompres dingin pada payudara untuk mengurangi pembengkakan dan rasa sakit
3.Bila diperlukan berikan paracetamol 500 mg per oral setiap 4 jam
4.Jangan dipijat atau memakai kompres hangat pada payudara.

 PENANGANAN DAN PERAN BIDAN


1. Mencegah terjadinya payudara bengkak.
2. Susukan bayi segera setelah lahir.
3. Susukan bayi tanpa di jadwal.
4. Keluarkan sedikit ASI sebelum menyusui agar payudara lebih lembek.
5. Keluarkan ASI dengan tangan atau pompa bila produksi melebihi kebutuhan ASI.
6. Laksanakan perawatan payudara setelah melahirkan.
7. Untuk mengurangi rasa sakit pada payudara berikan kompres dingin dan hangat
dengan handuk secara bergantian kiri dan kanan.
8. Untuk memudahkan bayi menghisap atau menangkap puting susu berikan kompres
sebelum menyusui.
9. Untuk mengurangi bendungan divena dan pembuluh getah bening dalam payudara
lakukan pengurutan yang dimulai dari puting kearah korpus mamae,ibu harus
rileks,pijat leher dan punggung belakang.
10. Bagi ibu menyusui,dan bayi tidak menetek,bantulah memerah air susu dengan tangan
dan pompa .
11. Berikan konseling suportif
Yakinkan kembali tentang nilai menyusui, bahwa yang aman untuk diteruskan ASI
dari payudara yang terkena tidak akan membahayakan bayinya dan bahwa payudarany
akan pulih baik bentuk maupun funsinya.

4. INFEKSI PAYUDARA
Pengertian
Mastitis termasuk salah satu infeksi payudara. Mastitis adalah peradangan pada
payudara yang dapat disertai infeksi atau tidak, yang disebabkan oleh kuman terutama
Staphylococcus aureus melalui luka pada puting susu atau melalui peredaran darah.
Penyakit ini biasanya menyertai laktasi, sehingga disebut juga mastitis laktasional atau
mastitis puerperalis. Infeksi terjadi melalui luka pada puting susu, tetapi mungkin juga
melalui peredaran darah. Kadang-kadang keadaan ini bisa menjadi fatal bila tidak diberi
tindakan yang adekuat. Abses payudara, penggumpalan nanah lokal di dalam payudara,
merupakan komplikasi berat dari mastitis.

Faktor Risiko
Beberapa faktor yang diduga dapat meningkatkan risiko mastitis, yaitu :
1.Umur
Wanita berumur 21-35 tahun lebih sering menderita mastitis dari pada wanita di bawah
usia 21 tahun atau di atas 35 tahun.
2.Paritas
Mastitis lebih banyak diderita oleh primipara.
3.Serangan sebelumnya.
Serangan mastitis pertama cenderung berulang, hal ini merupakan akibat teknik
menyusui yang buruk yang tidak diperbaiki.
1.Melahirkan
Komplikasi melahirkan dapat meningkatkan risiko mastitis, walupun penggunaan
oksitosin tidak meningkatkan resiko.
2.Gizi
Asupan garam dan lemak tinggi serta anemia menjadi faktor predisposisi terjadinya
mastitis. Antioksidan dari vitamin E, vitamin A dan selenium dapat mengurangi resiko
mastitis.
3.Faktor kekebalan dalam ASI

Etiologi
Penyebab utama mastitis adalah statis ASI dan infeksi. Statis ASI biasanya merupakan
penyebab primer yang dapat disertai atau menyebabkan infeksi.
1.Statis ASI
Statis ASI terjadi jika ASI tidak dikeluarkan dengan efisien dari payudara. Hal ini terjadi
jika payudara terbendung segera setelah melahirkan, atau setiap saat jika bayi tidak
mengisap ASI, kenyutan bayi yang buruk pada payudara, pengisapan yang tidak efektif,
pembatasan frekuensi/durasi menyusui, sumbatan pada saluran ASI, suplai ASI yang
sangat berlebihan dan menyusui untuk kembar dua/lebih.

2.Infeksi
Organismen yang paling sering ditemukan pada mastitis dan abses payudara adalah
organisme koagulase-positif Staphylococcus aureus dan Staphylococcus albus.
Escherichia coli dan Streptococcus kadang-kadang juga ditemukan. Mastitis jarang
ditemukan sebagai komplikasi demam tifoid.

Patofisiologi
Stasis ASI peningkatan tekanan duktus jika ASI tidak segera dikeluarkanàpeningkatan
tegangan alveoli yang berlebihanàsel epitel yang memproduksi ASI menjadi datar dan
tertekanàpermeabilitas jaringan ikat meningkatàbeberapa komponen(terutama protein dan
kekebalan tubuh dan natrium) dari plasma masuk ke dalam ASI dan jaringan sekitar
selàmemicu rrespon imunàrespon inflmasiàkerusakan jaringanàmempermudah terjadinya
infeksi (Staohylococcus aureus dan Sterptococcus) dari port d’ entry yaitu: duktus
laktiferus ke lobus sekresi dan putting yang retak ke kelenjar limfe sekitar duktus/
periduktal dan secara hematogen.
Manifestasi Klinis
1.Gejala mastitis infeksiosa
2.Lemah, mialgia, nyeri kepala seperti gejala flu dan ada juga yang di sertai takikardia
3.Demam suhu > 38,5 derajat celcius
4.Ada luka pada puting payudara
5.Kulit payudara kemerahan atau mengkilat
6.Terasa keras dan tegang
7.Payudara membengkak, mengeras, lebih hangat, kemerahan yang berbatas tegas
8.Peningkatan kadar natrium sehingga bayi tidak mau menyusu karena ASI yang terasa
asin
9.Gejala mastitis non infeksiosa
10.Adanya bercak panas/nyeri tekan yang akut
11.Bercak kecil keras yang nyeri tekan
12.Tidak ada demam dan ibu masih merasa naik-baik saja.

Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan kumpulan gejala klinis yang diperoleh dari anamesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang

Diagnosis Banding
1.Mastitis infeksiosa
2.Mastitis non infeksiosa

Pemeriksaan Penunjang
3.Lab darah
4.Kultur kuman
5.Uji sensitifitas
6.Mammografi
7.USG payudara

 PENATALAKSANAAN
1. Perbaikan pemahaman penatalaksanaan menyusui
2. Menyusui sidini mungkin setelah melahirkan
3. Menyusui dengan posisi yang benar
4. Memberikan ASI On Demand dan memberikan ASI eklusif
5. Makan dengan gizi yang seimbang
6. Hal-hal yang menganggu proses menyusui, membatasi, mengurangi isapan proses
menyusui dan meningkatkan statis ASI antara lain:
7. Penggunaan dot
8. Pemberian minuman lain pada bayi pada bulan-bulan pertama
9. Tindakan melepaskan mulut bayi dari payudara pertama sebelum ia siap untuk
menghisap payudara yang lain.
10. Beban kerja yang berat atau penuh tekanan
11. Kealpaan menyusui bila bayi mulai tidur sepanjang malam
12. Trauma payudara karena tindakan kekerasan atau penyebab lain.2. Penatalaksaan
yang efektif pada payudara yang penuh dan kencang
13. Hal-hal yang harus dilakukan yaitu :
14. Ibu harus dibantu untuk memperbaiki kenyutan pada payudara oleh bayinya untuk
memperbaiki pengeluaran ASI serta mencegah luka pada punting susu.
15. Ibu harus didorong untuk menyusui sesering mungkin dan selama bayi menghendaki
tanpa batas.
16. Perawatan payudara dengan dikompres dengan air hangat dan pemerasan ASI3.
Perhatian dini terhadap semua tanda statis ASI
17. Ibu harus memeriksa payudaranya untuk melihat adanya benjolan,
nyeri/panas/kemerahan :
18. Bila ibu mempunyai salah satu faktor resiko, seperti kealpaan menyusui.
19. Bila ibu mengalami demam/merasa sakit, seperti sakit kepala.
20. Bila ibu mempunyai satu dari tanda-tanda tersebut, maka ibu perlu untuk :
21. Beristirahat, di tempat tidur bila mungkin.
22. Sering menyusui pada payudara yang terkena.
23. Mengompres panas pada payudara yang terkena, berendam dengan air
hangat/pancuran.
24. Memijat dengan lembut setiap daerah benjolan saat bayi menyusui untuk membantu
ASI mengalir dari daerah tersebut.
25. Mencari pertolongan dari nakes bila ibu merasa lebih baik pada keesokan harinya.
Perhatian dini pada kesulitan menyusui lain
6. Ibu membutuhkan bantuan terlatih dalam menyusui setiap saat ibu mengalami
kesulitan yang dapat menyebabkan statis ASI, seperti :
7. Nyeri/puting pecah-pecah
8. Ketidaknyaman payudara setelah menyusui
9. Kompresi puting susu (garis putih melintasi ujung puting ketika bayi melepaskan
payudara)
10. Bayi yang tidak puas, menyusu sangat sering, jarang atau lama
11. Kehilangan percaya diri pada suplay ASInya, menganggap ASInya tidak cukup
12. Pengenalan makanan lain secara dini
13. Menggunakan dot
14. Pengendalian infeksi

Petugas kesehatan dan ibu perlu mencuci tangan secara menyeluruh dan sering sebelum
dan setelah kontak dengan bayi. Kontak kulit dini, diikuti dengan rawat gabung bayi
dengan ibu merupakan jalan penting untuk mengurangi infeksi rumah sakit.
Penanganan
Prinsip-prinsip utama penanganan mastitis adalah :
1.Konseling suportif
Mastitis merupakan pengalaman yang paling nyeri dan membuat frustasi, dan
membuat banyak wanita merasa sakit. Selain dalam penanganan yang efektif dan
pengendalian nyeri, wanita membutuhkan dukungan emosional. Ibu harus dinyakinkan
kembali tentang nilai menyusui, yang aman untuk diteruskan, bahwa ASI dari payudara
yang terkena tidak akan membahayakan bayinya dan bahwa payudaranya akan pulih baik
bentuk maupun fungsinya.
Ia membutuhkan bimbingan yang jelas tentang semua tindakan yang dibutuhkan untuk
penanganan, dan bagaimana meneruskan menyusui/memeras ASI dari payudara yang
terkena. Ia akan membutuhkan tindak lanjut untuk mendapat dukungan terus menerus dan
bimbingan sampai ia benar-benar pulih.

2.Pengeluaran ASI dengan efektif


Hal ini merupakan bagian terapi terpenting, antara lain :
1. Bantu ibu memperbaiki kenyutan bayi pada payudaranya
2. Dorong untuk sering menyusui, sesering dan selama bayi menghendaki, tanpa
pembatasan
3. Bila perlu peras ASI dengan tangan/pompa/botol panas, sampai menyusui dapat
dimulai lagi
4. Terapi antibiotik.
Terapi antibiotik diindikasikan pada :
1. Hitung sel dan koloni bakteri dan biakan yang ada serta menunjukkan infeksi
2. Gejala berat sejak awal
3. Terlihat puting pecah-pecah
4. Gejala tidak membaik setelah 12-24 jam setelah pengeluaran ASI diperbaiki
Antibiotik laktamase harus ditambahkan agar efektif terhadap Staphylococcusb aureus.
Untuk organisme gram negatif, sefaleksin/amoksisillin mungkin paling tepat. Jika
mungkin, ASI dari payudara yang sakit sebaiknya dikultur dan sensivitas bakteri
antibiotik ditentukan.
Antibiotik Dosis
1. Eritromisin 250-500 mg setiap 6 jam
2. Flukloksasilin 250 mg setiap 6 jam
3. Dikloksasilin 125-250 mg setiap 6 jam per oral
4. Amoksasilin (sic) 250-500 mg setiap 8 jam
5. Sefaleksin 250-500 mg setiap 6 jam
Pada kasus infeksi mastitis, penanganannya antara lain :
Berikan antibiotik
Kloksasilin 500 mg per oral 4 kali sehari setiap 6 jam selama 10 hari atau eritromisin 250
mg per oral 3 kali sehari selama 10 hari. Bantulah ibu agar tetap menyusui, bebat/sangga
payudara, kompres dingin sebelum meneteki untuk mengurangi bengkan dan nyeri,
berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam, Evaluasi 3 hari

4.Terapi simtomatik
Nyeri sebaiknya diterapi dengan analgesic. Ibuprofen dipertimbangkan sebagai obat yang
paling efektif dan dapat membantu mengurangi inflamasi dan nyeri. Parasetamol
merupakan alternatif yang paling tepat. Istirahat sangat penting, karena tirah baring
dengan bayinya dapat meningkatkan frekuensi menyusui, sehingga dapat memperbaiki
pengeluaran susu.
Tindakan lain yang dianjurkan adalah penggunaan kompres hangat pada payudara yang
akan menghilangkan nyeri dan membantu aliran ASI, dan yakinkan bahwa ibu cukup
minum cairan.
Komplikasi
Abses payudara, pengumpulan nanah di payudara, dan sepsis

5. THROMBOPHLEBITIS

Tromboflebitis adalah peradangan dan pembekuan dalam pembuluh darah.


Tromboflebitis berarti bahwa gumpalan darah telah terbentuk dalam vena dekat dengan
kulit. Tromboflebitis adalah peradangan dinding vena dan biasanya disertai pembentukan
bekuan darah (thrombus). Ketika pertama kali terjadi bekuan pada vena akibat statis atau
hiperkoagulabilitas, tanpa disertai peradangan maka proses ini dinamakan
flebotrombosis. (Smeltzer, 2001).

Penjalaran infeksi melalui vena. Sering terjadi dan menyebabkan kematian. Dua
golongan vena yg memegang peranan yaitu:
v Vena-vena dinding rahim lig. Latum (vena ovarica, vena uterina, dan
vena hipogastrika) atau disebut tromboplebitis pelvic
v Vena-vena tungkai (vena femoralis, poplitea, dan saphena) atau disebut
tromboplebitis femoralis
Tromboplebitis pelvic
· Yg paling sering meradang adalah vena ovarica, karena pd vena ini
mengalirkan darah dr luka bekas plasenta.
· Penjalarannya yaitu dr vena ovarica kiri ke vena renalis, vena ovarica kanan
ke cava inferior
Tromboplebitis femoralis
· Dari trombophelebitis vena saphena magna atau peradangan vena femoralis
sndr
· Penjalaran thrombophebitis vena terin
· Akibat parametritis : thrombophlebitis pd vena femoralis mgkn tjd krn
aliran darah lambat didaerah lipat paha krn vena tertekan lig.inguinale.
· Thrombophlebitis femoralis tjd oedem tungkai yg mulai pd jari kaki dan naik
ke kaki, betis, dan paha. Biasanya hanya 1 kaki yg bengkak tapi kadagn
keduanya.
· Penyakit ini dikenal dgn nama phlegmasia alba dolens(radang yg putih &
nyeri)

 PENATALAKSANAAN TROMBOFLEBITIS
a. Pelvio tromboflebitis
1. Lakukan pencegahan terhadap endometritis dan tromboflebitis dengan menggunakan
teknik aseptik yang baik
2. Rawat inap : penderita tirah baring untuk pemantauan gejala penyakit dan mencegah
terjadinya emboli pulmonum
3. Terapi medik: pemberian antibiotika, heparin terdapat tanda-tanda atau dugaan
adanya emboli pulmonum
4. Terapi operatif : pengikatan vena kava inferior dan vena ovarika jika emboli septik
terus berlangsung sampai mencapai paru-paru; meskipun sedang dilakukan hipernisasi,
siapkan untuk menjalani pembedahan.
b. Tromboflebitis femoralis
1. Terapi medik : Pemberian analgesik dan antibiotik.
2. Anjurkan ambulasi dini untuk meningkatkan sirkulasi pada ekstremitas bawah dan
menurunkan kemungkinan pembentukan pembekuan darah. Jauhkan tekanan dari daerah
untuk mengurangi rasa sakit dan mengurangi risiko kerusakan lebih lanjut.
3. Tinggikan daerah yang terkena untuk mengurangi pembengkakan. Pastikan Pasien
untuk tidak berada pada posisi litotomi dan menggantung kaki lebih dari 1 jam, dan
pastikan untuk memberikan alas pada penyokong kaki guna mencegah adanya tekanan
yaang kuat pada betis.
4. Sediakan stocking pendukung kepada Pasien pasca partum yang memiliki varises
vena untuk meningkatkan sirkulasi vena dan membantu mencegah kondisi stasis.
5. Instruksikan kepada Pasien untuk memakai stocking pendukung sebelum bangun
pagi dan melepaskannya 2x sehari untuk mengkaji keadaan kulit dibawahnya.
6. Anjurkan tirah baring dan mengangkat bagian kaki yang terkena.
7. Dapatkan nilai pembekuan darah perhari sebelum obat anti koagulan diberikan.
8. Berikan anti koagulan, analgesik, dan anti biotik sesuai dengan resep.
9. Berikan alat pamanas seperti lampu. Atau kompres hangat basah sesuai instruksi,
pastikan bahwa berat dari kompres panas tersebut tidak menekan kaki Pasien sehingga
aliran darah tidak terhambat.
10. Sediakan bed cradle untuk mencegah selimut menekan kaki yang terkena.
11. Ukur diameter kaki pada bagian paha dan betis dan kemudian bandingkan
pengukuran tersebut dalam beberapa hari kemudian untuk melihat adanya peningkatan
atau penurunan ukuran.
12. Dapatkan laporan mengenai lokea dan timbang berat pembalut perineal untuk
mengkaji pendarahan jika Pasien dalam terapi antikoagulan.
13. Adanya kemungkinan tanda pendarahan lain, misalnya: pendarahan pada gusi,
bercak ekimosis, pada kulit atau darah yang keluar dari jahitan episiotomi.
14. Yakinkan Pasien bahwa heparin yang diterimanya dapat dilanjutkan pada masa
menyusui karena obat ini tidak akan berada didalam air susu.
15. Siapkan pemberian protamin sulfat sebagai antagonis heparin.
16. Jelaskan pada Pasien mengenai pemberian heparin yang harus dilakukan melalui
terapi sub kutan Jelaskan kepada Pasien bahwa untuk kehamilan selanjutnya ia harus
memberitahukan tenaga kesehatan yang dia hadapi untuk memastikan bahwa pencegahan
trombofrebitis yang tepat telah dilakukan.
Pola Pengobatan Tromboflebitis
Flebitis superfisialis sering menghilang dengan sendirinya. Untuk mengurangi nyeri bisa
diberikan obat pereda nyeri (misalnya Aspirin, ibuprofen). Untuk mempercepat
penyembuhan, bisa disuntikkan anestesi (obat bius) lokal, dilakukan pengangkatan
trombus dan kemudian pemakaian perban kompresi selama beberapa hari.
Jika terjadi di daerah selangkangan, trombus bisa masuk ke dalam vena dalam dan
terlepas. Untuk mencegah hal ini, dianjurkan untuk melakukan pembedahan darurat guna
mengikat vena permukaan. Untuk rekomendasi lebih spesifik, lihat kondisi tertentu.
Secara umum, pengobatan dapat mencakup sebagai berikut: Obat analgesik (nyeri obat),
antikoagulan atau pengencer darah untuk mencegah pembentukan gumpalan baru,
Trombolitik untuk melarutkan bekuan yang sudah ada, non-steroid obat anti inflamasi
(OAINS), seperti ibuprofen untuk mengurangi rasa sakit dan peradangan, antibiotik (jika
infeksi hadir).

6. INFEKSI LUKA PERINEUM DAN LUKA ABDOMINAL


Pengertian
Infeksi luka perineum dan luka abdominal adalah peradangan karena masuknya
kuman-kuman ke dalam luka episotomi atau abdomen pada waktu persalinan dan nifas,
dengan tanda-tanda infeksi jaringan sekitar. Disebabkan oleh keadaan yang kurang bersih
dan tindakan pencegahan infeksi yang kurang baik.

Tanda dan Gejala


Tanda gejala selalu ada yaitu luka, keluar cairan atau darah. Tanda gejala kadang-kadang
ada yaitu eitema ringan diluar insisi.

 Penanganan
1. Bedakan antara wound abcess, wound seroma, wound hematoma dan wound
cellulitis. – wound abcess, wound seroma dan wound hematoma suatu pengerasan yang
tidak biasa dengan mengeluarkan cairan serous atau kemerahan dan tidak ada/swedikit
erithema sekitar luka insisi. Wound cellulitis didapatkan eritema dan edema meluas mulai
dari tempat insisi dan melebar.
2. Bila didapat pus dan cairan pada luka, buka dan lakukan pengeluaran
3. Daerah jaitan yang terinfeksi dihilangkan dan lakukan debridement
4. Bila infeksi sedikit tidak perlu di antibiotika
5. Bila infeksi relative superficial berikan ampisilin 500 mg per oral setiap 6 jam dan
metronidazol 500 mg per oral 3 kali/hari selama 5 hari
6. Bila infeksi dalam dan melibatkan otot dan menyebabkan nekrosis, beri penisilin
G 2 juta IV setiap 4 jam ( atau ampisilin inj 1 g 4 x/hari) ditambah dengan gentamisin 5
mg/kg berat badan perhariIV sekali ditambah dengan metronidazol 500 mg IV setiap 8
jam, sampai bebas panas selama 24 jam.
7. Berikan nasehat kebersihan dan pemakaian pembalutyang bersih dan sering
diganti.

Penatalaksanaan

Perawatan khusus perineal bagi wanita setelah melahirkan anak mengurangi rasa
ketidaknyamanan, kebersihan, mencegah infeksi, dan meningkatkan penyembuhan dengan
prosedur pelaksanaan menurut Hamilton (2002) adalah sebagai berikut:

a. Mencuci tangannya

b. Mengisi botol plastik yang dimiliki dengan air hangat

c. Buang pembalut yang telah penuh dengan gerakan ke bawah mengarah ke rectum dan letakkan
pembalut tersebut ke dalam kantung plastik.

d. Berkemih dan BAB ke toilet


e. Semprotkan ke seluruh perineum dengan air

f. Keringkan perineum dengan menggunakan tissue dari depan ke belakang.

g. Pasang pembalut dari depan ke belakang.

h. Cuci kembali tangan

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Infeksi nifas adalah keadaan yang mencakup semua peradangan alat-alat genitalia dalam masa
nifas. Masuknya kuman-kuman dapat terjadi dalam kehamilan, waktu persalinan, dan nifas.
(Rustam Mochtar, 1998)

Bermacam-macam jalan kuman masuk ke dalam alat kandungan, seperti eksogen (kuman datang
dari luar), autogen ( kuman masuk dari tempat lain dalam tubuh), dan endogen (dari jalan lahir
sendiri). Yang termasuk ke dalam infeksi masa nifas yaitu metritis, bendungan payudara, infeksi
payudara, abses payudara, abses pelvis, peritonitis, dan infeksi luka perineum dan luka
abdominal.

Saran

Bagi Pendidikan

1. Diharapkan pendidikan mampu mengembangkan ilmu pengetahuan terutama pada asuhan


kebidanan kegawatdaruratan maternal dan neonatal mengenai komplikasi dan penyakit dalam
masa nifas serta penanganannya dengan teori yang terbaru dan penatalaksanaan sesuai teori.

2. Diharapkan pendidikan mampu menjadi bahan acuan untuk penulisan selanjutnya yang
berkaitan dengan asuhan kebidanan kegawatdaruratan maternal dan neonatal mengenai
komplikasi dan penyakit dalam masa nifas serta penanganannya dengan teori yang terbaru dan
penatalaksanaan sesuai teori.
Bagi Klien/Masyarakat

1. Diharapkan masyarakat mampu memberikan asuhan kebidanan kegawatdaruratan maternal


dan neonatal mengenai komplikasi dan penyakit dalam masa nifas sesuai kebutuhan ibu dan
bayi.

2. Diharapkan masyarakat menghindari pencegahan yang memicu terjadinya komplikasi dan


penyakit yang berkaitan dengan masa nifas pada ibu dan bayi.

DAFTAR PUSTAKA

Maternal Dan Neonatal. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Manuaba Gde Ida Bagus.1999. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: Arcan

Manuaba Gde Ida Bagus.1999. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: Arcan

Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika. (hlm: 109-110)

Suherni, 2007. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya. (hlm: 56-57).

Prawirohardjo Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta:PT Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo

Prawirohardjo Sarwono. 2008. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan

Anda mungkin juga menyukai