CRS Meningitis Bakterialis 97-2003
CRS Meningitis Bakterialis 97-2003
PENDAHULUAN
medulla spinalis superfisial. Lebih dari 70 % kasus meningitis terjadi pada anak usia bawah
lima tahun.1 Meningitis adalah infeksi cairan otak disertai radang yang mengenai piameter
dan arakhnoid, serta dalam derajat yang lebih ringan mengenai jaringan otak dan medula
spinalis yang superfisial.2 Meningitis dibagi menjadi dua golongan berdasarkan perubahan
yang terjadi pada cairan otak yaitu meningitis serosa dan meningitis purulenta. Meningitis
serosa ditandai dengan jumlah sel dan protein yang meninggi disertai cairan serebrospinal
yang jernih.3
Meningitis purulenta atau meningitis bakteri adalah meningitis yang bersifat akut,
yang paling sering terjadi. Penularan kuman dapat terjadi secara kontak langsung dengan
penderita dan droplet infection yaitu terkena percikan ludah, dahak, ingus, cairan bersin dan
cairan tenggorok penderita. Saluran nafas merupakan port d’entrée utama pada penularan
penyakit ini. Bakteri-bakteri ini disebarkan pada orang lain melalui pertukaran udara dari
pernafasan dan sekresi-sekresi tenggorokan yang masuk secara hematogen ke dalam cairan
dapat mengenai semua usia. Sebagai dokter layanan primer, sangat penting mengenali tanda
dan gejala meningitis. Tata laksana yang tepat akan memberikan prognosis yang baik bagi
BAB II
1
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Meningitis bakteri atau purulenta adalah radang selaput otak dan sum-sum tulang
belakang yang menimbulkan proses eksudasi berupa pus yang disebabkan oleh bakteri non
2.2 Etiologi
Kuman-kuman dapat masuk ke dalam susunan saraf pusat secara hematogen atau
langsung menyebar dari kelainan di nasofaring, paru-paru, dan jantung. Selain itu
perkontinuitatum dari peradangan organ atau jaringan di dekat selaput otak seperti abses otak,
Organisme penyebab meningitis bakteri terbagi atas beberapa golongan umur, yaitu5 :
2.3 Patogenesis
Patogen memasuki sistem saraf puast melalui pleksus koroideus, diawali dengan bakteri
bermultiplikasi di ruang subaraknoid. Hal ini memicu produksi dari mediator inflamasi
berupa sitokin, interleukin-1, tumor nekrosis faktor dan prostaglandin. Sitokin dapat
mengubah permeabilitas dari sawar darah otak. Netrofil masuk ke dalam ruang subaraknoid
2
menghasilkan eksudat purulen. Eksudat paling banyak terdapat dalam sisterna pada daerah
basal otak dan seluruh permukaan dari hemisfer dalam mulkus Sylvii dan Rolandi.7
Eksudat purulen terkumpul dalam sisterna ini dan meluas ke dalam sisterna basal dan
di atas permukan posterior dari medulla spinalis. Eksudat juga dapat meluas ke dalam
selubung arachnoid dari saraf cranial dan ruang perivaskuler dari korteks. Dalam jumlah kecil
eksudat dapat ditemukan dalam cairan ventrikel dan melekat pada dinding ventrikel dan
pleksus choroideus, sehingga cairan ventrikel tampak berawan dan hal ini terjadi pada akhir
minggu pertama.7
2.4 Diagnosis
2.4.1 Anamnesis
Adanya riwayat kejang atau penurunan kesadaran, adanya riwayat nyeri kepala, dan
demam.1,4
Hasil dari pemeriksaan fisik tergantung pada stadium penyakit. Pemeriksaan utama yang
Pasien berbaring terlentang dan dilakukan pergerakan pasif berupa fleksi dan rotasi
kepala. Tanda kaku kuduk positif (+) bila didapatkan kekakuan dan tahanan pada pergerakan
fleksi kepala disertai rasa nyeri dan spasme otot. Dagu tidak dapat disentuhkan ke dada dan
Pasien berbaring terlentang, tungkai diangkat dan dilakukan fleksi pada sendi
panggul kemudian ekstensi tungkai bawah pada sendi lutut sejauh mungkin tanpa rasa nyeri.
3
Tanda Kernig positif (+) bila ekstensi sendi lutut tidak mencapai sudut 135° (kaki tidak dapat
di ekstensikan sempurna) disertai spasme otot paha biasanya diikuti rasa nyeri.
kepala dan tangan kanan diatas dada pasien kemudian dilakukan fleksi kepala dengan cepat
kearah dada sejauh mungkin. Tanda Brudzinski I positif (+) bila pada pemeriksaan terjadi
Pasien berbaring terlentang dan dilakukan fleksi pasif paha pada sendi panggul
(seperti pada pemeriksaan Kernig). Tanda Brudzinski II positif (+) bila pada pemeriksaan
Lumbal Punksi biasanya dilakukan untuk menganalisa jumlah sel dan protein cairan
serebrospinal dengan syarat tidak ditemukan adanya peningkatan tekanan intrakranial. Hasil
a. Pada Meningitis Serosa terdapat tekanan yang bervariasi, cairan jernih, sel darah putih
b. Pada Meningitis Purulenta terdapat tekanan meningkat, cairan keruh, jumlah sel darah
putih dan protein meningkat, glukosa menurun, kultur (+) beberapa jenis bakteri.
jam pada larutan asam sulfat. Cara pemeriksaanya adalah masukkan kedalam tabung reaksi
reagen 0,7 ml dengan menggunakan pipet, kemudian masukkan cairan LCS 0,5 ml kemudian
diamkan selama 2 – 3 menit perhatikan apakah ada terbentuk endapan putih atau tidak. Cara
4
( - ) Cincin putih tidak dijumpai
( + ) Cincin putih sangat tipis dilihat dengan latar belakang hitam dan bila dikocok tetap putih
( ++ ) Cincin putih sangat jelas dan bila dikocok cairan menjadi opolecement (berkabut)
( +++ ) Cincin putih jelas dan bila dikocok cairan menjadi keruh
(++++) Cincin putih sangat jelas dan bila dikocok cairan menjadi sangat keruh
Test pandi bertujuan untuk mengetahui apakah ada peningkatan globulin dan
albumin, prinsipnya adalah protein mengendap pada larutan jenuh fenol dalam air. Caranya
isilah tabung gelas arloji dengan 1 cc cairan reagen pandi kemudian teteskan 1 tetes cairan
LCS, perhatikan reaksi yang terjadi apakah ada kekeruhan atau tidak.
LP PURULENTA SEROSA
sedikit keruh atau ground glass appearance (apabila LCS didiamkan akan terjadi
pengendapan fibrin yang halus seperti sarang laba- laba), jumlah sel antara 10 –
500/ml dan kebanyakan limfosit, kadar glukosa rendah antara 20 – 40mg%, dan kadar
5
2.4.5 Pemeriksaan Radiologi
dengan tanda edema otak atau iskemia fokal dini, dapat juga ditemukan tuberkuloma di
2.5 Tatalaksana
Manajemen meningitis harus cepat, dengan diagnosis yang benar, pemberian terapi
antibiotik dan terapi suportif. Terapi untuk meningitis ini terbagi menjadi terapi umum dan
terapi khusus, yaitu : (1,2,4)
1. Terapi Umum
- Istirahat mutlak, bila perlu diberikan perawatan intensif
2. Terapi Khusus
- terapi antibiotik
Tabel. 1 rekomendasi terapi antibiotik empiris berdasarkan usis dan faktor spesifik8
Usia Terapi
Neonatus (1 bulan) Ampisilin + aminoglikosida atau ampisilin +
cefotaxim
Balita (1-23 bulan) Sefalosporin generasi ke 3 (cefotaksim atau
6
ceftriakson) + vankomisin
Anak dan dewasa (2-50 tahun) Sefalosporin generasi ke 3 (cefotaksim atau
ceftriakson) + vankomisin
Geriatri (>50 tahun) Sefalosporin generasi ke 3 (cefotaksim atau
ceftriakson) + vankomisin
Pasien dengan trauma kepala Vankomisin + cefepime atau ceftazidime atau
meropenem
Fraktur tulang kepala Vankomisin + ceftriakson atau ceftazidime
- Steroid
Indikasi pemberian :
- Kesadaran menurun
DAFTAR PUSTAKA
2016.
publishing.2010 : 1;,81.
3. FitzGerald MJ, Gruener G, Mtui E. Blood Supply of the Brain : overview. In: Clinical
Neuroanatomy and Neuroscience. 5th Edition. London : Elsevier Saunders, 2007: 67-
80.
7
4. Lumbantobing, SM. Neurologi klinik pemeriksaan fisik dan mental. Jakarta: Badan
The Biologic Basis for Disease in Adult and Children. Elseiver. Philadelphia. 2012 :
548-585
BAB III
ILUSTRASI KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn.D
Umur : 82 tahun
ANAMNESIS
Seorang pasien laki-laki umur 82 tahun dirawat di bangsal Syaraf RS Dr. M. Djamil
Penurunan kesadaran sejak 7 hari sebelum masuk rumah sakit, kesadaran turun secara
berangsur-angsur. Pasien terlihat lebih banyak tidur, namun masih dapat membuka
mata dan menyahut ketika dipanggil oleh keluarga. Namun sejak 3 hari ini kesadaran
semakin menurun, pasien tidak bisa membuka mata dan menyahut ketika dipanggil
keluarga.
Demam sejak 10 hari sebelum masuk rumah sakit, demam tinggi, terus menerus
Pasien batuk berdahak sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit disertai sesak
nafas
Riwayat hipertensi sejak 10 tahun yang lalu, dengan tekanan darah sistolik tertinggi
berjalan dengan tongkat, kemudian 10 hari yang lalu, pasien kembali jatuh dan telah
dilakukan pemeriksaan MRI di RS Siti Ramah Padang, sejak saat itu pasien hanya
9
PEMERIKSAAN FISIK
Nafas : 42 x/menit
Suhu : 38,2oC
STATUS INTERNUS
Thoraks :
Paru-paru :
Perkusi : Sonor
Jantung :
10
Auskultasi : Bunyi jantung murni, irama jantung reguler, bising (-)
Perkusi : Timpani
STATUS NEUROLOGIKUS
cahaya +/+,
Nervus Kranialis:
N I (Nervus Olfaktorius)
N II ( Nervus Optikus)
Kanan Kiri
11
Bola mata Bulat Bulat
Ptosis Tidak ada Tidak ada
Gerakan bulbus Ortho Ortho
Strabismus Tidak ada Tidak ada
Nistagmus Tidak dapat diperiksa Tidak dapat diperiksa
Ekso/ endopthalmus Tidak ada Tidak ada
Pupil
Bentuk Bulat, ϴ 3 mm Bulat, ϴ 3 mm
Reflek cahaya (+) (+)
Reflek akomodasi Tidak dapat diperiksa Tidak dapat diperiksa
Reflek konvergensi Tidak dapat diperiksa Tidak dapat diperiksa
N IV (Nervus Troklearis)
Kanan Kiri
Gerakan mata kebawah Tidak dapat diperiksa Tidak dapat diperiksa
Sikap bulbus Tidak dapat diperiksa Tidak dapat diperiksa
Diplopia Tidak dapat diperiksa Tidak dapat diperiksa
N V (Nervus Trigeminus)
Kanan Kiri
Motorik
Membuka mulut Tidak dapat diperiksa Tidak dapat diperiksa
Menggerakkan Tidak dapat diperiksa Tidak dapat diperiksa
Tidak dapat diperiksa Tidak dapat diperiksa
rahang Tidak dapat diperiksa Tidak dapat diperiksa
Mengigit
Mengunyah
Sensorik
Divisi ophtalmika
Refleks kornea (+) (+)
Sensibilitas (+) (+)
Divisi maksila
Refleks masseter (+) (+)
Sensibilitas (+) (+)
Divisi mandibula
Sensibilitas Tidak dapat diperiksa Tidak dapat diperiksa
N VI (Nervus Abdusen)
Kanan Kiri
Gerakan mata ke lateral Tidak dapat diperiksa Tidak dapat diperiksa
Sikap bulbus Tidak dapat diperiksa Tidak dapat diperiksa
Diplopia Tidak dapat diperiksa Tidak dapat diperiksa
Kanan Kiri
12
Raut wajah Normal, simetris
Sekresi air mata + +
Fisura palpebra Tidak dapat diperiksa Tidak dapat diperiksa
Menggerakkan dahi Tidak dapat diperiksa Tidak dapat diperiksa
Menutup mata Tidak dapat diperiksa Tidak dapat diperiksa
Mencibir/bersiul Tidak dapat diperiksa Tidak dapat diperiksa
Memperlihatkan gigi Tidak dapat diperiksa Tidak dapat diperiksa
Sensasi lidah 2/3 depan Tidak dapat diperiksa Tidak dapat diperiksa
Hiperakusis Tidak dapat diperiksa Tidak dapat diperiksa
Kanan Kiri
Suara berbisik Tidak dapat diperiksa Tidak dapat diperiksa
Detik arloji Tidak dapat diperiksa Tidak dapat diperiksa
N IX (Nervus Glossopharingeus)
Kanan Kiri
Sensasi lidah 1/3 belakang Tidak dapat diperiksa Tidak dapat diperiksa
Reflek muntah (+) (+)
N X (Nervus Vagus)
Kanan Kiri
Arkus faring Simetris
Uvula Letak di tengah
Menelan Tidak dapat diperiksa Tidak dapat diperiksa
Artikulasi Tidak dapat diperiksa Tidak dapat diperiksa
Suara Tidak dapat diperiksa Tidak dapat diperiksa
Nadi Reguler, kuat angkat Reguler, kuat angkat
N XI (Nervus Assesorius)
Kanan Kiri
Menoleh ke kanan Tidak dapat diperiksa Tidak dapat diperiksa
13
Menoleh ke kiri Tidak dapat diperiksa Tidak dapat diperiksa
Mengangkat bahu ke kanan Tidak dapat diperiksa Tidak dapat diperiksa
Mengangkat bahu ke kiri Tidak dapat diperiksa Tidak dapat diperiksa
Kanan Kiri
Kedudukan lidah dalam Normal, di tengah
Kedudukan lidah dijulurkan Tidak dapat diperiksa Tidak dapat diperiksa
Tremor Tidak dapat diperiksa Tidak dapat diperiksa
Fasikulasi Tidak dapat diperiksa Tidak dapat diperiksa
Atrofi Tidak dapat diperiksa Tidak dapat diperiksa
Pemeriksaan Koordinasi
diperiksa diperiksa
Romberg test Tidak dapat Disgrafia Tidak dapat
diperiksa diperiksa
Ataksia Tidak dapat Supinasi-pronasi Tidak dapat
diperiksa diperiksa
Rebound Tidak dapat Tes jari-hidung Tidak dapat
diperiksa diperiksa
Motorik
Superior Inferior
Kanan Kiri Kanan Kiri
Gerakan Tidak dapat dinilai
Kekuatan Tidak dapat dinilai
Trofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi
Tonus Eutonus Eutonus Eutonus Eutonus
Tes Jatuh Lateralisasi tidak jelas
Sensorik
14
Refleks
Fisiologis
Kanan Kiri
Biseps ++ ++
Triseps ++ ++
KPR ++ ++
APR ++ ++
Patologis
Kanan Kiri
Babinski - -
Chaddoks - -
Oppenheim - -
Gordon - -
Schaeffer - -
Otonom
Miksi : Terpasang kateter, neurogenic bladder (-)
Defekasi : Tidak ada
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Ht : 37 %
Leukosit : 17.230/mm3
Kesan : Leukositosis
15
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Rontgen Foto Thorak: terdapat infiltrat di basal paru kiri. Diagnosa : Pneumonia
Lumbal Punksi : aliran lancar warna keruh, jumlah sel 28/mm3 PMN 15% MN 85%,
DIAGNOSIS
TATALAKSANA
Umum:
Elevasi kepala 30o
O2 3 L/menit
IVFD NaCl 0,9% 6 jam/kolf
Pasang NGT
Pasang kateter, monitor volum urin
Khusus:
PROGNOSIS
16
FOLLOW UP
S/ Penurunan kesadaran
Demam (+)
Status Internus :
Status neurologikus
GCS 7 (E2M4V1)
Tanda rangsangan meningeal (+), Tanda peningkatan TIK (-)
Nervus kranialis:
N II : Pupil isokor, 3 mm/3mm, RC +/+, RK +/+,
Motorik : Tes jatuh : lateralisasi tidak jelas
Reflek fisiologis : ++ ++ Reflek patologis : - -
++ ++ - -
Sensorik : Respon terhadap rangsangan nyeri
Otonom : Neurogenik bladder (-)
P/
Umum:
Pantau KU & VS
Elevasi kepala 30o
O2 3 L/menit
17
IVFD NaCl 0,9% 6 jam/ kolf
Diet MC TKTP 1800 Kkal via NGT
Kateter, monitor volum urin
Khusus:
Demam (+)
Status Internus :
Status neurologikus
GCS 7 (E2M4V1)
Tanda rangsangan meningeal (+), Tanda peningkatan TIK (-)
Nervus kranialis:
N II : Pupil isokor, diameter 3 mm/3mm, RC +/+, RK +/+,
Motorik : Tes jatuh : lateralisasi tidak jelas
Reflek fisiologis : ++ ++ Reflek patologis : - -
++ ++ - -
Sensorik : Respon terhadap rangsangan nyeri
Otonom : Neurogenik bladder (-)
18
P/
Umum:
Pantau KU & VS
Elevasi kepala 30o
O2 3 L/menit
IVFD NaCl 0,9% 6 jam/ kolf
Diet MC TKTP 1800 Kkal via NGT
Kateter, monitor volum urin
Khusus:
BAB IV
DISKUSI
Telah dirawat seorang pasien laki-laki berusia 82 tahun sejak tanggal 2 Januari 2017
di RSUP Dr. M. Djamil Padang dengan keluhan utama penurunan kesadaran sejak tujuh hari
sebelum masuk rumah sakit. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik,
masuk rumah sakit, kesadaran turun secara berangsur-angsur. Pasien terlihat lebih banyak
tidur, namun masih dapat membuka mata dan menyahut ketika dipanggil oleh keluarga.
Namun sejak 3 hari ini kesadaran semakin menurun, pasien tidak bisa membuka mata dan
Keluhan ini disertai dengan demam sejak 10 hari sebelum masuk rumah sakit, demam
tinggi, terus menerus. Pasien batuk berdahak sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit
19
disertai sesak nafas. Pasien hanya bisa berbaring ditempat tidur. Pasien memiliki riwayat
hipertensi sejak 10 tahun yang lalu, kemudian riwayat jatuh terduduk tahun 2014 dan 10 hari
yang lalu yang menyebabkan pasien hanya bisa berbaring di tempat tidur. Meingitis bakteri
memiliki manifestasi berupa demam, dapat disertai dengan penurunan kesadaran dan nyeri
kepala. Pada pasien ini sesuai dengan teori namun tidak disertai dengan nyeri kepala.
Pemeriksaan fisik pada pasien dengan meningitis dapat berupa, pemeriksaan tanda
rangsangan meningeal yang positif, kemudian pada pemeriksaan lumbal punksi secara
makroskopis dan mikroskopis. Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran pasien sopor
dengan GCS 7 (E2M4V1), tanda rangsang meningeal (+), peninggian tekanan intrakranial (-).
Pada pemeriksaan nervus kranialis didapatkan pupil isokor dengan diameter 3mm/3mm,
refleks cahaya +/+, doll’s eye manouver (+), motorik lateralisasi tidak jelas, sensorik respon
terhadap rangsangan nyeri, refleks fisiologis ++/++, dan refleks patologis -/-. Hal ini sesuai
Penatalaksanaan umum yang diberikan pada pasien ini berupa elevasi kepala, IVFD
NaCl 0,9% 6 jam/kolf, elevasi kepala 30o, O2 3L/i, memasang NGT, memasang kateter
dengan monitoring volum urin berkala. Terapi khusus yang diberikan berupa dexametason 4
Hasil pemeriksaan rontgen foto thorak memperlihatkan adanya infiltrat di basal paru
kesan meningitis bakterialis dengan hasil sebagai berikut aliran lancar warna keruh, jumlah
sel 28/mm3 PMN 15% MN 85%, glukosa 34 mg/dl, none (-) Pandy (+). Berdasarkan teori
yang ada, terapi antibiotik yang diberikan untuk pasien dnegan meningitis bakterialis yang
berusia >50 tahun adalah golongan sefalosporin generasi ke 3, dapat diberikan steroid sesuai
dengan indikasi. Pada pasien ini telah diberikan antibiotik empiris berupa ceftriaxon secara
bakteri.
BAB V
KESIMPULAN
Meningitis merupakan infeksi cairan otak yang disertai radang selaput otak dan
medulla spinalis superfisial. Meningitis purulenta atau meningitis bakteri adalah meningitis
yang bersifat akut, menghasilkan eksudat berupa pus. Penularan kuman dapat terjadi secara
kontak langsung dengan penderita dan droplet infection yaitu terkena percikan ludah, dahak,
Dari anamnesis ditemukan keluhan pasien berupa, kejang atau dengan penurunan kesadaran,
dapat disertai demam dan nyeri kepala. Pada pemeriksaan fisik didapatkan positif pada tanda
meningkat, cairan keruh, jumlah sel darah putih dan protein meningkat, glukosa menurun,
Tatalaksana dari meningitis bakterial ini harus bersifat cepat, baik terapi umum
maupun khusus. Terapi umum meliputi pemantauan dari keadaan umum dan vital sign. Terapi
21
khusus dapat berupa medikamentosa, seperti pemberian antibiotik empiris sesuai dengan usia
dan faktor risiko, dan pemberian steroid sesuai indikasi. Prognosis pada pasien meningitis
tergantung berat penyakit, ketepatan diagnosis, terapi awal yang adekuat dan kondisi pasien.
22