Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Beberapa riset akuntansi mulai mencoba menghubungkan dan menganggap penting
untuk memasukkan aspek keperilakuan dalam akuntansi. Sejak meningkatnya orang
yang sudah memberikan pengakuan terhadap beberapa aspek perilaku dari akuntansi
terdapat suatu kecenderungan untuk memandang secara lebih luas terhadap bagian
akuntansi yang lebih subtansial. Perspektif perilaku menurut pandangan ini telah
dipenuhi dengan baik sehingga membuat sistem akuntansi yang lebih dapat dicerna dan
lebih bisa diterima oleh para pimpinan dan karyawannya. Pelayanan akuntansi mungkin
juga telah sampai pada puncak permasalahan yang rumit dan gagasan akuntansi dapat
muncul dari beberapa nilai yang ada.

Akuntansi keperilakuan berada di balik peran akuntansi tradisional yang berarti


mengumpulkan, mengukur, mencatat dan melaporkan informasi keuangan. Dengan
demikian, dimensi akuntansi berkaitan dengan perilaku manusia dan juga dengan
desain, konstruksi, serta penggunaan suatu sistem informasi akuntansi yang efisien.
Akuntansi keperilakuan, dengan mempertimbangkan hubungan antara perilaku manusia
dan sistem akuntansi, mencerminkan dimensi sosial dan budaya manusia dalam suatu
organisasi.

Persamaan dan perbedaan ilmu keperilakuan dan akuntansi keperilakuan mempunyai


kaitan dengan penjelasan dan prediksi keperilakuan manusia. Akuntansi keperilakuan
menghubungkan antara keperilakuan manusia dengan akuntansi. Ilmu keperilakuan
merupakan bagian dari ilmu sosial, sedangkan akuntansi keperilakuan merupakan
bagian dari ilmu akuntansi dan pengetahuan keperilakuan. Namun ilmu keperilakuan
dan akuntansi keperilakuan sama-sama menggunakan prinsip sosiologi dan psikologi
untuk menilai dan memecahkan permasalahan organisasi. Akuntansi keperilakuan,
dengan mempertimbangkan hubungan antara perilaku manusia dan sistem akuntansi,
mencerminkan dimensi sosial dan budaya manusia dalam suatu organisasi.

Akuntansi keperilakuan (behavioral accounting) adalah cabang akuntansi yang


mempelajari hubungan antara perilaku manusia dengan sistem akuntansi yang
mempelajari hubungan antara perilaku manusia dengan sistem akuntansi (Siegel, G. et
all. 1989), istilah sistem akuntansi yang dimaksud di sini dalam arti yang luas yang

1
meliputi sistem pengendalian, sistem penganggaran, desain akuntansi pertanggung
jawaban, desain organisasi seperti desentralisasi atau sentralisasi, desain pengumpulan
biaya, desain penilaian kinerja serta serta pelaporan keuangan. Secara lebih rinci ruang
lingkup akuntansi keperilakuan meliputi :

1. Mempelajari pengaruh antara perilaku manusia terhadap desain, konstruksi dan


penggunaan sistem akuntansi yang diterapkan dalam perusahaan, yang berarti
bagaimana sikap dan gaya kepemimpinan manajemen mempengaruhi sifat
pengendalian akuntansi dan desain organisasi.
2. Mempelajari pengaruh sistem akuntansi terhadap perilaku manusia, yang berarti
bagaimana sistem akuntansi mempengaruhi motivasi, produktifitas, pengambilan
keputusan, kepuasan kerja dan kerja sama.
3. Metode untuk memprediksi perilaku dan strategi untuk mengubahnya, yang berarti
bagaimana sistem akuntansi dapat dipergunakan untuk mempengaruhi perilaku.

Konsep keprilakuan dari psikologi dan psikologi sosial ini adalah bertujuan untuk
memberikan pengakuan terhadap beberapa aspek perilaku dari akuntansi untuk
memandang secara lebih luas terhadap bagian akuntansi yang lebih substansial Menurut
Robbins (2003), Ketiga hal tersebut, yaitu psikologi, sosiologi dan psikologi sosial
menjadi kontribusi utama dari ilmu keperilakuan. Ketiganya melakukan pencarian untuk
menguraikan dan menjelaskan perilaku manusia, walaupun secara keseluruhan mereka
memiliki perspektif yang berbeda mengenai kondisi manusia. terutama merasa tertarik
dengan bagaimana cara individu bertindak. Fokusnya didasarkan pada tindakan orang-
orang ketika mereka bereaksi terhadap stimuli dalam lingkungan mereka, dan perilaku
manusia dijelaskan dalam kaitannya dengan ciri, arah dan motivasi individu. Keutamaan
psikologi didasarkan pada seseorang sebagai suatu organisasi.

Psikologi, merupakan ilmu pengetahuan yang berusaha mengukur, menjelaskan dan


kadang mengubah perilaku manusia. Para psikolog memperhatikan studi dan upaya
memahami perilaku individual. Mereka yang telah menyumbangkan dan terus
menambah pengetahuan tentang perilaku organisasional teoritikus pembelajaran,
teoritikus keperibadian, psikologi konseling dan psikologi industri dan organisasi. Bila
psikologi memfokuskan perhatian mereka pada individu, sosiologi mempelajari sistem
sosial di mana individu-individu mengisi peran-peran mereka, jadi sosiologi
mempelajari orang-orang dalam hubungan dengan manusia-manusia sesamanya.

2
Psikologi sosial, adalah suatu bidang dalam psikologi, tetapi memadukan konsep-
konsep baik dari psikologi maupun sosiologi yang memusatkan perhatian pada perilaku
kelompok sosial. Penekanan keduanya adalah pada interaksi antara orang-orang dan
bukan pada rangsangan fisik. Perilaku diterangkan dalam hubungannya dengan ilmu
sosial, pengaruh sosial dan ilmu dinamika kelompok. Disamping itu para psikologi
sosial memberikan sumbangan yang berarti dalam bidang-bidang pengukuran,
pemahaman, dan perubahan sikap, pola komunikasi, cara-cara dalam kegiatan dapat
memuaskan kebutuhan individu dan proses pengambilan keputusan kelompok.

Pada makalah ini fokus pada perubahan faktor sosiologi ke factor psikologi dan
psikologi sosial. Faktor ini meliputi sikap dan perubahan sikap, motivasi, persepsi,
pembelajaran dan personalitas. Sasaran pembelajaran dari psikologi dan psikologi sosial
adalah sebagai berikut:

1. Sikap
2. Motivasi
3. Persepsi
4. Pembelajaran (learning)
5. Kepribadian

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan sikap?
2. Apa yang dimaksud dengan motivasi?
3. Apa yang dimaksud dengan pembelajaran?
4. Apa yang dimaksud dengan kepribadian?

1.3. Tujuan
1. Agar dapat mengetahui maksud dari sikap.
2. Agar dapat mengetahui maksud dari motivasi.
3. Agar dapat mengetahui maksud dari pembelajaran.
4. Agar dapat mengetahui maksud dari kepribadian.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Sikap
A. Pengertian Sikap

3
Sikap merupakan suatu hal mengenai kecenderunagn bereaksi baik dengan
cara yang menguntungkan maupun tidak menguntungkan secara konsisten pada
orang, objek, ide maupun gagasan, atau situasi. Istilah objek sikap digunakan untuk
menggabungkan seluruh objek terhadap seseorang yang mungkin bereaksi. Sikap
dipelajari, dibangun dengan baik, dan sulit untuk diubah. Seseorang belajar tentang
sikap dari pengalaman pribadi, orang tua, teman sebaya, dan kelompok sosial.
Akuntansi keperilakuan harus tahu tentang sikap untuk memahami dan
memprediksi perilaku seseorang. Akuntansi keperilakuan mungkin juga
berkepentinagn dalam sikap para karyawan terhadap sebuah paket kompensasi yang
diusulkan, sikap auditor internal terhadap pengenalan paket perangkat lunak yang
baru, dan sikap pelanggan terhadap sebuah perubahan pengemasan.

B. Komponen Sikap
Sikap memiliki komponen kognitif, emosional, dan perilaku. Komponen
kognitif disempurnakan dari gagasan, pandangan, dan kepercayaan slah satunya
mengenai objek sikap komponen emosional atau afektif mengarah pada perasaan
terhadap objek sikap. Perasaan positif meliputi rasa suka, hormat, atau empati.
Perasaan negatif termasuk rasa tidak suka, rasa takut, atau benci. Komponen
keperilaku mengarah pada bagaimana seseorang bereaksi terhadap objek sikap.

C. Kepercayaan, Pendapat, Nilai, Dan Kebiasaan


Yang berhubungan dekat dengan sikap adalah konsep kepercayaan, pendapat,
nilai, dan kebiasaan. Secara luas, kepercayan mungkin didefenisikan sebagai
komponen kognitif atas sikap. Kepercayaan mungkin didasarkan pada dugaan bukti
ilmiah, atas prasangka atau sebaih intuisi.
Opini atau pendapat kadang-kadang didefenisikan sebagai sinonim untuk
sikap dan kepercayaan. Secara umum, opini dipandang sebagai konsep yang lebih
sempit dari sikap. Seperti halnya kepercayaan, pendapat dihubungkan dengan
komponen kognitif atas sikap dan dikaitkan dengan bagaimana seseorang menilai atau
mengevaluasi sebuah objek.
Nilai adalah sasaran hidup yang penting dan standar keperilakuan. Nilai
adalah dan perasaan dasar yang mana orang-orang mengorientasikan diri mereka ke
arah sasaran yang lebih tinggi dan mereka membedakan apa yang bermanfaat dan
indah dari apa yang jorok dan tidak sopan. Nilai ini akan mempengaruhi sikap dan
perilaku.
Kebiasaan adalah pola yang tanpa disadari, otomatis, dan berulang dari
tanggapan perilaku.

4
D. Fungsi Sikap

Sikap memberikan empat fungsi utama :

1. Pemahaman, pengetahuan, atau fungsi membantu seseorang memberi arti,


menyusun pengertian dari, informasi atau kejadian baru.

2. Kebutuhan akan kepuasan. Misalnya, orang cenderung untuk membentuk sikap


positif terhadap objek saat memperoleh apa yang mereka inginkan dan bersifat
negatif terhadap objek saat dihalangi untuk mendapatkan apa yang mereka
butuhkan.

3. Pembelaan diri melalui pengembangan atau perubahan untuk melindungi orang


dari dasar pengakuan kebenaran tentang diri mereka atau dunia.

4. Ekspresi nilai, orang-orang memperoleh kepuasan dengan mengekspresikan diri


mereka melalui sikapnya.

E. Pembentukan dan Perubahan Sikap


Pembentukan sikap mengarah pada pengembangan sebuah sikap terhadap
sebuah objek ketika tidak terdapat sikap sebelumnya. Perubahan sikap mengarah pada
penggantian sebuah sikap yang telah ada sebelumnya dengan sikap baru. Sikap
terbentuk atas dasar faktor psikologi, pribadi, dan social

F. Teori Perubahan Sikap

Teori perubahan sikap membantu kita memperkirakan permohonan apa yang paling
efektif, yang mana sikap kemungkinan besar berubah sebagai hasil dari permohonan,
dan dalam keadaan tersebut yang mana sebuah permohonan tidak menjadi efektif.
Ada beberapa macam teori perubahan sikap antara lain yaitu:

1. Teori Stimulus-Respon dan Penguatan

5
Teori stimulus-respon dan penguatan atas perubahan sikap fokus pada bagaimana
seseorang menanggapi stimulus khusus. Penempatan teori lebih menegaskan
komponen stimulus dari pada respon.

2. Teori Penilaian Sosial

Teori penilaian sosial dari perubahan sikap mengambil sebuah pendekatan


pandangan (persepsi). Teori ini mempertimbangkan perubahan sikap sebagai
sebuah hasil dari perubahan bagaimana orang-orang merasa sebuah objek lebih
baik dari pada sebuah perubahan akan objek tersebut. Teori menekankan bahwa
kita dapat menciptakan perubahan kecil dalam sikap individu jika kita mengetahui
struktur sikap seseorang saat ini dan jika kita membuat pemohonan untuk berubah
dengan cara sedikit mengancam.

3. Teori Konsistesi dan Ketidaksesuaian

Beberapa teori perubahan sikap mengasumsikan bahwa seseorang mencoba untuk


mempertahankan sebuah konsistensi, atau kesesuaian, antara sikap dan perilaku
mereka. Teori ini menegaskan pentingnya gagasan dan kepercayaan seseorang.

Teori konsistensi menyatakan bahwa hubungan antara sikap dan perilaku adalah
seimbang ketika tidak terdapat stress kognitif dalam sistem.

Teori Ketidaksesuaian adalah sebuah variasi dari teori konsistensi. Teori ini
berkaitan dengan hubungan antara unsur kognitif (informasi, kepercayaan, dan
gagasan). Ketidaksesuaian kognitif terjadi ketika seseorang mempunyai dua
kondisi yang bertentangan.

4. Teori Persepsi Diri

Teori ini menyatakan bahwa orang-orang mengembangkan sikap mereka


berdasarkan cara mereka mengobservasi dan menginterpretasikan perilakunya..
dengan kata lain, teori menempatkan bahwa sikap tidak menentukan perilaku,
tetapi lebih kepada sikap dibentuk setelah perilaku terjadi sehingga sikap akan
menjadi konsisten dengan perilaku. Teori fungsional menyatakan bahwa sikap
membantu orang untuk memperoleh kebutuhannya, seperti diskusi ada awal bab.

6
Sehinggan untuk mengubah sikap sesorang kita harus menemukan apa kebutuhan
dari orang tersebut.

2.2. Motivasi
Motivasi adalah proses memulai kesadaran dan tindakan dengan maksud tertentu.
Motivasi adalah kunci untuk memulai, manjalankan, memelihara dan mengarahkan
perilaku. Motivasi juga terkait dengan reaksi subjektif yang terjadi selama proses ini.
Motivasi adalah konsep yang penting untuk akuntan perilaku karena efektivitas
organisasi tergantung pada performa orang-orang sebagaimana mereka diharapkan
bekerja. Manajer dan akuntan perilaku harus memotivasi orang-orang ke tingkat performa
yang diharapkan ini agar sasaran organisasi dapat dicapai.
Motif adalah faktor tunggal yang mencetuskan proses motivasi. Sebagai contoh,
beberapa orang menginginkan uang, sementara yang lain menginginkan kekuasaan,
ketenaran, atau keamanan. Motif adalah sifat alami seseorang. Orang dari keluarga yang
sejahtera mungkin mencari pekerjaan yang memberikan rasa pencapaian dan harga diri.
Orang lain dari keluarga miskin mungkin mencari pekerjaan yang menawarkan kebebasan
dari kekhawatiran keuangan. Terdapat dua teori motivasi yaitu :
1. Teori Kebutuhan
Teori ini digunakan dimana seseorang termotivasi oleh hasrat mereka untuk
memenuhi hirarki kebutuhan yang diinginkan contohnya yaitu:
a. Kebutuhan-kebutuhan dasar psikologi.
b. Kebutuhan-kebutuhan sosial dan kepemilikan (pertemanan dan cinta).
c. Kebutuhan atas penghargaan diri (dihargai, pengakuan, kekuatan, dan status).
d. Kebutuhan akan aktualisasi diri (pemenuhan akan potensi yang dimiliki).

Berdasarkan teori Maslow, setelah seseorang memenuhi kebutuhan yang


diinginkan dari yang paling rendah sampai kebutuan yang paling tinggi, hal ini
menjadi penting dalam mengarahkan prilaku. Hal ini tidak sepenuhnya bahwa
kebutuhan yang paling rendah merupakan kepuasan yang lengkap dan selanjutnya
menjadi kebutuhan yang lebih tinggi. Teori tersebut juga merupakan salah satu
kepuasan yang diperlukan dan bukan pemotivator dalam jangka lama.

Walaupun terdapat kelemahan, teori kebutuhan penting bagi para manajer dan
prilaku akuntan untuk diketahui karena hal itu memusatkan perhatian pada kebutuhan
individu dan pengakuan yang serupa dengan pemberian insentif yang mungkin tidak
hanya merupakan kepuasan yang menjadi kebutuahan setiap orang.

2. Teori Ekspektasi

7
Teori ekspektasi terhadap motivasi diasumsikan bahwa pada level ini, motivasi
dalam melakukan tugas bergantung pada kenyakinannya mengenai imbalan atas tugas
tersebut. Dengan kata lain, struktur motivasi ada ketika pengharapan seseorang atas
penerimaan imbalan atas kinerja dari tugas yang dilakukannya masing-masing.
Pada umumnya, motivasi adalah hasil dari harapan, instrument, dan Valance.
Ekspektasi memberikan kemungkinan yang dirasakan bahwa tindakan spesifik akan
menghasilkan sebuah hasil yang spesifik. Sebagai contoh, karyawan-karyawan
mungkin percaya bahwa kinerja yang memuaskan akan dihasilkan dengan promosi.
Valance adalah kekuatan dimana seseorang merasa untuk bagian dari hasil. Sebagai
contoh, bagaimanakah pentingnya promosi bagi karyawan ?
Instrumen menunjukkan efek kausal dari hasil awal pada hasil-hasil yang di
masa depan. Sebagai contoh, sebuah valansi memiliki nilai karena merupakan hasil
dari harapan yang dipercayai sebagai instrument yang memberikan hasil lainya.
Keinginan karyawan untuk promosi mungkin dapat dilihat sebagai instrumen yang
ditransfer ke kantor pusat.
Teori distinguish antara imbalan interistik dan imbalan ekstristik. Imbalan
intristik adalah kreasi internal dan dihasilkan dari melakukan pekerjaannya sendiri,
meliputi perasaan untuk memperoleh penyelesaian dari melakukan pekerjaan dengan
baik atau perasaan puas ketika proyek telaksana dengan lengkap dan sukses. Imbalan
ekstrinsik meliputi upah, pengakuan, keamanann kerja, dan promosi yang mewakili
pembayaran atas kinerja. Teori motivasi yang digunakan adalah sebuah fungsi antara
kedua imbalan intrinsik dan ekstrinsik.

2.3. Persepsi
a. Pengertian Persepsi
Persepsi pada hakikatnya adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap
orang di dalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan,
pendengaran, penghayatan, perasaan, dan penciuman. Kunci untuk memahami
persepsi adalah terletak pada pengenalan bahwa persepsi itu merupakan suatu
penafsiran yang unik terhadap situasi, dan bukannya suatu pencatatan yang benar
terhadap situasi. (Miftah Thoha: 1996. hal.123)
Persepsi adalah bagaimana seseorang memandang atau menginterpretasikan
kejadian, tujuan, dan manusia. Tindakan manusia yang didasarkan tanpa
memperhatikan persepsi lainnya yang secara akurat maupun tidak mencerminkan
realitas. Pada kenyataannya, realitas adalah apa yang setiap orang rasakan untuk
melakukannya. Deskripsi seseorang terhadap suatu realitas mungkin jauh dari

8
deskripsi dari orang yang lain. Definisi formal dari persepsi adalah proses dimana
seseorang dapat menseleksi, mengorganisir, dan dorongan interpretasi ke dalam
pemikiran dan koheren dengan gambaran dunia.
Para manajer dan prilaku akuntansi harus mengembangkan persepsi yang
akurat bagi seseorang yang mereka anggap ideal. Perbedaannya bahwa mereka
merasa antara kunci dari sekelompok orang dapat memberikan sejumlah kesuksesan
atau ketidaksuksesan operasi. Sebagai contoh, sebuah rencana manajer harus
mengembangkan persepsi masing-masing pembimbing, pelanngan utama, kesatuan
pekerja, penjualan yang representatif, dan manajer-manajer lainnya. Rencana manajer
harus mampu mengoreksi kekuatan maupun kelemahan dari setiap pembimbing
dalam lingkungan tersebut.
Perilaku para akuntan perlu mengetahui tentang persepsi karena persepsi
tersebut membentuk seseorang untuk berkembang ke dalam ide dan sikapnya
mempengaruhi prilaku. Jika dapat mengembangkan potensi karyawan bagi
perusahaan dengan promosi dan kompensasi yang adil, bahwa seseorang yang
bergabung dalam perusahaan dan menjadi pekerja yang memuaskan. Jika aturan yang
diberikan tidak adil, maka calon karyawan yang bergabung bersama perusahaan
lainnya atau lebih sedikit dari total pekerja yang produktif. Beberapa pengaplikasian
berdasarkan persepsi yang telah didiskusikan sebelumnya.

b. Dorongan Fisik Vs Kecenderungan Individu


Pengalaman seseorang di dunia berbeda-beda karena adanya kemandirian
persepsi antara kedua dorongan fisik dan kecenderungan individu. Dorongan fisik
merupakan masukan dari pancaindera seperti penglihatan, pendengaran, dan
berbicara. Kecenderungan individu termasuk tujuan, kebutuhan, sikap, pembelajaran
masa lalu dan harapan. Persepsi berbeda oleh setiap orang karena kemampuan
pancaindera dalam merespon mungkin memiliki fungsi yang berbeda, tetapi pada
dasarnya karena kecenderungan yang berbeda. Dengan demikian, kesamaan aturan
perusahaan akan mengakibatkan penangkapan yang berbeda oleh pekerja produksi,
manajer menengah, dan top manajemen. Empat faktor lainnya yang diasosiasikan
dengan kecenderungan individu adalah kekeluargaan, perasaan, kepentingan dan
emosi. Pada umumnya orang merasa tujuan sederhana lebih cepat daripada tujuan
yang tidak sederhana.
Perasaan seseorang terhadap suatu tujuan atau seseoarang juga berefek pada
persepsi. Ini merupakan sebuah tendensi bagi seseorang untuk mencari lebih banyak

9
informasi mengenai tujuan terhadap yang mereka pegang sebagai kekuatan positif
atau perasaaan negatif. Secara sederhana, yang lebih penting adalah manusia atau
tujuannya, informasi lebih yang ditunjukkan. Pada dua kasus, informasi lebih yang
didapatkan tentang sebuah tujuan, persepsi yang lebih lengkap dari tujuan.
Akhirnya, kondisi emosional seseorang dapat memberikan efek pada persepsi.
Persepsi mungkin dapat bergantung secara masing-masing, apakah kita telah
memiliki hari yang baik atau hari yang buruk, apakah perasaan riang gembira atau
depresi dan selanjutnya.
c. Penyelesaian, Pengorganisasian, dan Dorongan Interpretasi
Persepsi yang telah dikemukakan di atas merupakan proses dimana kita
menyeleksi, mengorganisasi, dan menginterpretasikan dorongan. Kita tidak hanya
untuk merasakan sedikit dari bagian untuk semua dorongan yang kita perlihatkan.
Jadi secara sadar atau tidak sadar, kita menyeleksi apa yang kita rasakan. Biasanya
kita melakukan seleksi untuk mempersepsikan sesuatu yang kita temukan lebih
menarik atau lebih penting.
Apa yang kita seleksi untuk perasaan yang secara khas bergantung pada sifat
dari dorongan, harapan kita dan motiv kita. Sifat dari dorongan yang dimaksudkan
seperti faktor-faktor seperti atribut fisik, desain, dan dorongan lainya yang berlainan,
“buzz words” dan nama-nama cabang. Harapan merupakan dasar dari pengalaman
yang kita rasakan dan kita kondisikan.
Secara frekuensinya, kita melihat apa yang kta harapkan terjadi dan
termotivasi untuk merasakan apa yang kita butuhkan dan inginkan. Sebagai contoh,
ketergantungan pada kebutuhan-kebutuhan atau harapan-harapan, kita tidak hanya
melihat “baik” atau “buruk” dari situasi-situasi yang berbeda.
Biasanya seseorang mencari simpati dari luar dan dorongan atas kesenangan
dan menghindari rasa sakit atau dorongan yang berupa ancaman. Mereka mungkin
seperti tidak merasa penting, mungkin kehilangan informasi bahwa hal itu bukan
suatu konsistensi terhadap kepercayaan yang berlebih-lebihan atau sederhana “turn
off” untuk melindungi dirinya dari dorongan yang bombarder.

d. Persepsi relevan untuk akuntan


Akuntan perilaku dapat mengaplikasikan pengetahuaan akan persepsinya ke
dalam aktivitas-aktivitas perusahaan. Misalnya, dalam evaluasi kinerja, tata cara
dimana seseorang dihargai dipengaruhi oleh akurasi dari persepsi supervisor. Dalam
keputusan seleksi karyawan manajer haruslah sensitif terhadap kemungkinan bahwa
keputusan mereka mungkin saja biasa terhadap kesan pertama yang berpengaruh atau
tidak.
10
Selalu terdapat risiko dalam mengambil keputusan bisnis. Keputusan manajer
tergantung pada risiko yang mereka tetapkan dan toleransinya pada risiko. Seseorang
yang mengambil risiko tinggi cenderung menjadi "kelompok sempit". Dan mereka
yang mengambil risiko rendah adalah "kategori luas", yang memilih wilayah lebih
luas dari alternatif.

2.4. Pembelajaran ( Learning )


Pembelajaran merupakan proses di mana perilaku yang baru terjadi sebagai hasil
motivasi, pengalaman, dan pengulangan pada respon untuk situasi tertentu. Kombinasi
motivasi, pengalaman, dan terjadi pengulangan dalam bentuk kondisi klasik dan
operasional. Terdapat dua jenis dalam pembelajaran antara lain:
1. Kondisi Klasik (Pavlov’sDog)
Pavlov mengamati anjing yang mengeluarkan air liur tidak hanya ketika
makan tetapi juga ketika mereka mengamati makanan. Makanan yang tidak sesuai
dengan kondisi lingkungan menyebabkan tanggapan keperilakuan yang tidak sesuai
terjadi. Pada pengalamannya, Pavlov pertama kali membunyikan bel kemudian
memberi makan anjing. Pertama anjing hanya mengeluarkan air liur ketika
diperlihatkan makanan. Tetapi setelah perlakuan demikian dilakukan berulang-ulang,
anjing akhirnya mengeluarkan air liur pada saat bel berbunyi. Pada kasus ini bel
(ransangan) diikuti dengan respon yang sesuai kondisi. Hubungan antara sebuah
ransangan dengan respon yang sesuai kondisi disebut Classical Conditioning.
2. Operant Conditioning
Pada classical conditioning rangsangan murni diikuti oleh sebuah balasan di mana
menghasilkan respon. Pembelajaran yang bersifat prinsip telah diaplikasikan pada
kebanyakan organisasi. Hasilnya dalam bentuk pengatuan bonus dan penghargaan
lainnya yang telah dibangun untuk memperbaiki produktifitas, mengurangi perbaikan
dan ketidakhadiran dan membuat karyawan lebih tanggap kepada kebutuhan
konsumen.

2.5. KEPRIBADIAN
Kepribadian mengacu pada karakteristik psikologis dari dalam diri. Yang menentukan
dan merefleksikan bagaimana respon seseorang terhadap lingkungannya. Tidak ada dua
orang yang memiliki persamaan dalam karakter pribadi secara khusus. Aplikasi utama
dari teori kepribadian dalam organisasi merupakan prediksi keperilakuan. Pengujian
personalitas dapat menentukan siapa yang lebih efektif dalam tekanan pekerjaan, siapa
yang merespon dengan baik setiap kritikan, siapa yang pertama kali dipuji sebelum

11
berbicara tentang perilaku yang tidak diinginkan, siapa yang memiliki kemampuan
memimpin, siapa yang senang bekerja berpartisipasi dalam lingkungan kerja.
A. Penentu Kepribadian
Suatu argumen dini dalam riset kepribadian adalah apakah kepribadian
seseorang merupakan hasil keturunan atau lingkungan. Kepribadian tampaknya
merupakan hasil dari kedua pengaruh tersebut. Selain itu, dewasa ini dikenal faktor
ketiga, yaitu faktor situasi :
1. Keturunan
Pendekatan keturunan beragumentasi bahwa penjelasan paling akhir dari
kepribadian seseorang individu adalah struktur molekul dari gen yang terletak
dalam kromosom.

2. Lingkungan
Di antara faktor-faktor yang menekankan pada pembentukan kepribadian adalah
budaya dimana seseorang dibesarkan, pengondisian dini, norma-norma di antara
keluarga, temam-teman, dan kelompok-kelompok social, serta pengaruh lain
yang dialmi.
3. Situasi
Faktor ini mempengaruhi dampak keturunan dan lingkungan terhadap
kepribadian. Kepribadian seseorang walaupun kelihatannya mantap dan
konsisten , dapat berubah pada kondisi yang berbeda.

12
DAFTAR PUSTAKA

Akuntansi Keperilakuan; Arfan Ikhsan; Salemba 4

13

Anda mungkin juga menyukai