Perjanjian Camp David
Perjanjian Camp David
BAB 1. PENDAHULUAN
Dampak perjanjian Camp David juga dirasakan oleh dunia Arab, selepas
perjanjian Camp David beberapa negara arab yang mengalami masalah
perekonomian sama seperti Mesir mulai bersikap netral terhadap Israel dan
Amerika Serikat. Hal tersebut juga berdampak pada kesatuan sikap para anggota
Liga Arab dalam hal penyelesaian masalah Palestina. Munculnya pemahaman
bahwa berkonfrontasi dengan Israel untuk menyelesaikan masalah Palestina
malah membuat kondisi dalam negeri mereka sendiri hancur, maka hal itu
menjadi pilihan rasional bagi beberapa negara Arab seperti Lebanon dan suriah
untuk bersikap netral terhadap Israel.
Pengertian Dampak secara umum menurut Arif (2009), dalam hal ini
adalah segala sesuatu yang ditimbulkan akibat adanya ‘sesuatu’. Dampak itu
5
sendiri juga bisa berarti, konsekwensi sebelum dan sesudah adanya ‘sesuatu’.
Dampak yang dimaksud dalam penelitian ini adalah dampak perjanjian damai
Camp David yang dilakukan oleh Mesir dan Israel pada tanggal 17 September
1978. Perjanjian yang banyak ditentang oleh dunia Arab karena dengan adanya
perjanjian ini Mesir dianggap secara tidak langsung mengakui eksistensi negara
Israel.
Perjanjian Camp David sendiri merupakan perjanjian perdamaian antara
Mesir dengan Israel yang berlangsung pada tanggal 17 September 1978. Presiden
Amerika Serikat Jimmy Carter memimpin perundingan rahasia yang berlangsung
selama 12 hari antara presiden Anwar Sadat dan Perdana Mentri Israel Menachem
Begin. Perjanjian ini mendapatkan namanya dari tempat peristirahatan milik para
presiden AS, Camp David, di Frederick County, Maryland.
Ruang lingkup spasial dalam penelitian ini adalah mesir yang merupakan
negara pelaku perajanjian Camp David. Sedangkan ruang lingkup materi dalam
penelitian ini adalah:
1. Kebijakan politik luar negeri Mesir sebelum perjanjian Camp David (masa
pemerintahan Nasser)
2. Kebijakan politik luar negeri Mesir setelah perjanjian Camp David (masa
pemerintahan Anwar Sadat)
3. Dampak perjanjian Camp David terhadap hubungan Mesir dengan negara-
negara Arab
Berdasarka latar belakang dan ruang lingkup yang telah diuraikan diatas
maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. bagi peneliti, sebagai latihan dalam penelitian dan penulisan karya ilmiah,
serta memperdalam pengetahuan kita tentang kondisi politik di Timur
Tengah khususnya Mesir pasca perjanjian Camp David,
2. bagi mahasiswa calon guru sejarah, dapat menambah pengetahuan dan
penguasaan materi Sejarah Asia Barat Daya, khususnya negara Mesir,
3. bagi almamater merupakan pelaksanaan salah satu Tri Darma Perguruan
Tinggi yaitu Dharma penelitian.
8
Saikal (2006) dalam bukunya “Islam dan Barat, Konflik atau Kerjasama”
menjelaskan secara garis besar berbagai tindakan dan intervensi Amerika Serikat
di dunia Islam sejak pasca perang dunia II hingga invasinya ke Irak. Semua
tindakan memiliki tujuan untuk memperkuat kepentingan Amerika Serikat di
dunia Islam berupa hegemoni dan sumber daya minyak. Selama perang dingin,
Amerika Serikat memanfaatkan daerah Timur Tengah sebagai sarana untuk
menghentikan pengaruh Uni Soviet yang semakin meluas. Berbagai macam
bantuan ekonomi dan militer diberikan bahkan Amerika Serikat mendirikan
pangkalan militer di setiap negara. Selain itu, tak jarang Amerika Serikat, yang
selalu tampil sebagai pendekar demokrasi, menjadikan penguasa rezim diktator
sebagai “kawan baik” yang saling menguntungkan untuk kepentingannya.
Amerika Serikat tidak peduli siapapun yang menjadi kawan asalkan
kepentingannya terjaga. Melalui kerja sama ini juga Amerika Serikat dan
sekutunya mampu menguasai ladang minyak di Timur Tengah dengan
memasukkan berbagai perusahaan minyak multinasional. Amerika Serikat
mengeruk keuntungan yang besar, sedangkan pemerintah lokal hanya
mendapatkan sedikit saja keuntungan dari penjualan minyaknya.
12
Yang ketiga yaitu negara selalu menjunjung tinggi keamanan nasional dan
survival state. Asumsi yang terakhir berpendapat bahwasanya kemajuan dalam hal
politik internasional merupakan tujuan yang sebenarnya. Teori Realisme peneliti
gunakan untuk melihat bagaimana sepak terjang Anwar sadat dalam mengambil
kebijakan-kebijakannya. Kebijakan politik luar negerinya untuk berdamain
dengan Israel dan menandatangani perjanjian Camp David atas usulan Amerika
Serikat membuat Mesir diasingkan oleh negara-negara Liga Arab.
15
langkah ini untuk memperoleh keabsahan sumber yang digunakan. Untuk itu
dilakukanlah uji keabsahan tentang keaslian sumber yang dilakukan melalui
kritik ekstern dan keabsahan tentang kesahihan sumber (kredibilitas) yang
ditelusuri melalui kritik intern (Abdurrahman, 2007:68)
perjanjian Camp David terhadap hubungan Mesir dengan negara Arab pada masa
pemerintahan Anwar Sadat”
Penyajian dari hasil penelitian ini adalah penyusunan kisah sejarah dalam
bentuk karya ilmiah skripsi. Bab 1 pendahuluan berisi tentang latar belakang
ketertarikan penulis untuk mengkaji permasalahan, adanya batasan ruang
lingkup, perumusan masalah serta tujuan dan manfaat penelitian. Sementara bab 2
tinjauan pustaka yang berisi kajian dari hasil penelitian terdahulu tentang dampak
perjanjian Camp David. Sedangkan bab 3 berisi tentang penyajian metode
penelitian sejarah yang digunakan dalam penelitian ini yaitu heurisik, kritik,
interpretasi, dan hitoriografi. Penjelasan tentang kondisi ekonomi, politik dalam
dan luar negeri, serta kondisi masyarakat Mesir pada masa pemerintahan Anwar
Sadat merupakan isi dari bab 4. Bab 5 menjelaskan mengenai isi perjanjian Camp
David, dan dampak perjanjian camp david terhadap hubungan Mesir dengan
Negara-negara Arab. Bab 6 penutup berisi simpulan dari pembahasan bab-bab
sebelumnya.
18
barisan kembali. Meskipun masih menjadi partai yang tidak sah, Ikhwanul
Muslimin mengerakan kembali penerbitan-penerbitan dan aktivitasnya dan pada
awalnya mendukung pemerintah, meskipun kadang-kadang juga bersikap kritis.
Setelah didera oleh penindasan, pemenjaraaan dan siksaan, Ikhwanul Muslimin
dibawah pimpinan Ommar Tilmassani mengambil sikap tegas dengan menentang
tindakan kekerasan dan menjalankan kebijakan yang jelas untuk berusaha
mengadakan perubahan di dalam sistem.( Eposito dan Voll, 1999:236)
Hubungan baik Ikhwanul Muslimin dan Sadat tidak berlangsung lama,
para tokoh Ikhwanul Muslimin berani mengkritik masa pemerintah Anwar Sadat
dan sistem politik serta kebijakannya.( Rahmat, 2007:37)
Namun inisiatif-inisiatif Islami Anwar Sadat terbukti tidak produktif
ketika Anwar Sadat menemukan kenyataan yang telah diketahui oleh banyak
orang dalam konteks yang berbeda-beda. Organisasi-organisasi mahasiswa yang
didukung pemerintah dengan segera menjadi kekuatan besar di kampus-kampus
dan mulai menyapu bersih hasil pemilihan mahasiswa serta tampil sebagai
organisasi yang mandiri. Semakin lama rezim mendapati dirinya didikte oleh
Ikhwanul Muslimin dan Jamaah Islamiah yang militan sebuah organisasi payung
untuk kelompok mahasiswa.
Mereka mengecam Anwar Sadat atas kunjungannya ke Israel,
kesediaanya menandatangani perjanjian Camp David, dukungannya pada Syah
Iran dan kutukannya terhadap Ayatullah Khoemeini, dan pengesahannya atas
reformasi undang-undang keluarga. Tokoh-tokoh Islam mencemooh dan menolak
reformasi hukum ini karena mereka anggap sebagai hasil pengaruh Barat. Mereka
menyebut undang-undang Jihan, mengacu pada Jihan Sadat, yang ibunya berasal
dari Inggris dan dia sudah terbaratkan.
Kebijakan ekonomi pintu terbuka (infitah) Anwar Sadat dianggap
sebagai ketergantungan ekonomi Mesir yang semakin besar pada barat dan
mendorong penetrasai budaya Barat dari pakaian dan prilaku hingga televisi, musik
dan video yang menguntungkan kaum elite terbaratkan yang menikmati hak
istimewa dalam ekonomi, dengan demikian mendorong tumbunya suatu
masyarakat yang di dalamnya yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin
21
selalu berjalan mulus. Pada masanya terdapat begitu banyak korupsi dan terdapat
perbedaan stratifikasi sosial antara si kaya dan si miskin. Orang-orang yang
diuntungkan dalam kebijakan Infitah hanyalah orang-orang asing dan para
miliuner Mesir, bukan golongan para pebisnis kecil Mesir. Hanya 4 % dari
golongan muda Mesir yang mampu menemukan pekerjaan dengan imbalan baik
dan masa depan yang sukses di Mesir. Selebihnya harus menghadapi pilihan
keras. Jika mereka tinggal di Mesir maka mereka menghadapi masalah
pengangguran atau pekerjaan yang dibayar amat murah serta tidak memiliki
rumah tetap, karena bahkan apartemen kecilpun harganya amat mahal. Akhirnya
rakyat mulai merasa tidak punya harapan dan putus asa. Satu-satunya cara
memperbaiki keadaan adalah dengan emigrasi.(Amstrong, 2004:527)
Para intelektual muda Mesir dan buruh-buruh terampil biasa mendapatkan
banyak uang di negara-negara teluk yang berkembang dan makmur,. Ribuan
orang Mesir pergi meninggalkan negerinya untuk waktu yang lama, disana
mereka menabung uang untuk masa depan mereka. Di negeri asing mereka
bergabung dengan para pengungsi Palestina, yang juga hidup makmur di daerah
teluk dan kemudian bersama-sama membentuk sebuah kelompok elit baru di
dunia arab yang sering kali dibenci dan ditakuti.
Ribuan petani juga meninggalkan Mesir untuk bekerja di negara Arab
lainnya, tempat mereka biasa mendapatkan imbalan sekedar untuk membangun
sebuah rumah atau membeli traktor ketika nantinya mereka pulang kembali
kerumah. Anwar Sadat memaksa banyak rekan senegaranya melakukan hijrah
dari tanah air mereka karena Anwar Sadat telah membuat rakyat kecil mustahil
hidup di Mesir hingga masyarakatpun berpindah. (Amstrong, 2004:529)
Gaya hidup Anwar Sadat berbanding terbalik sekali dengan
Masyarakatnya yang serba kekurangan. Anwar Sadat memiliki 120 rumah
peristirahatan, banyak diantaranya dibangun kembali dengan biaya miliyaran pon
Mesir. Anwar Sadat juga semakin sering bergaul dengan para desainer Barat
bahkan Istrinya Jihan berpakaian seperti pakaian orang Barat begitupula
perilakunya. Penampilan Anwar Sadat dan Istrinya yang kebarat-baratan amat
mengejutkan bagi orang Mesir. Ketika para tamu tiba jihan seringkali mencium
23
4.3 Kondisi Politik Dalam Dan Luar Negeri Mesir Pada Masa Pemerintahan
Anwar Sadat
Party) pada bulan Juli 1978 sebagai alat dukungan politiknya dalam perpolitikan
Mesir dan membuat Anwar Sadat memperoleh kedudukan sebagai ketua NDP
(Rahman, 2001:49). Anwar Sadat mengijinkan pendirian partai-partai, namun
dengan syarat partai tidak boleh dibentuk karena etnis, geografis, atau
diskriminasi yang berdasarkan jenis kelamin. Tidak hanya itu, pembentukan
sampai anggota partai juga tidak boleh melawan isi perjanjian Camp David.
Adapun partai politik selama masa pemerintahan Anwar Sadat yaitu :
1. Egypt Arab Socialist Party (The Nasional Democratic Party) atau NDP
2. The Liberal Socialist Party
3. The National Progresive Unionist Party
4. The Wafd Party
5. The Socialist Labor Party
Meskipun sistem partai yang dijalankan adala sistem multi partai, namun
pada kenyataannya hanya partai NDP yang menguasai dan menjadi kekuatan
besar yang belum mampu diimbangi partai politik yang lain. Hal ini disebabkan
Anwar Sadat mengandalkan pada pola satu patai pemerintahan yang kuat dengan
menguasai dua pertiga parlemen Mesir. Sehingga setiap keputusan yang Anwar
Sadat ambil pasti selalu didukung oleh pemerintahan (Sihbudi,1995:157).
Dalam kancah Liga Arab, Mesir masih berperan aktif khususnya dalam
masalah pembebasan wilayah Palestina. Mesir sebagai negara yang sangat
berpengaruh dalam lingkungan Liga Arab. Namun krisis ekonomi yang dialami
Mesir karena keikut sertaan Mesir dalam beberapa perang dengan Israel, membuat
Mesir hanya bersikap normatif atas kasus palestina. Sebagai seseorang yang lahir
diwilayah Timur Tengah tentu Anwar Sadat merasa iba dengan kondisi yang
dialami oleh orang-orang Palestina, namun sebagai presiden Mesir kondisi
masayarakat dan negaranya adalah prioritas utama yang harus didahulukan dari
hal apapun (Hunter, 2001: 67).
Pada tahun 1973 hubungan Mesir dan Israel kembali memburuk dan
perang yang kesekian kalinya tidak dapat terhindarkan. Pada perang Yom Kippur
tahun 1973 Mesir kembali mengalami kekalahan atas Israel. Hal ini disebabkan
karena Israel banyak memobilisasi tentara cadangan yang berasal dari Amerika
Serikat. Terkait dengan kekalah Mesir, Anwar Sadat menyatakan bahwa untuk
menyelesaikan sengketa Arab dengan Israel haruslah diselesaikan oleh Amerika
Serikat. Hal ini dikarenakan Anwar Sadat memiliki anggapan bahwa hanya
Amerika Serikat yang merupakan sekutu Israel yang mampu menekan Israel
supaya Israel dapat mengembalikan wilayah Mesir yang diduduki. Pernyataan
Anwar Sadat tersebut membuat Amerika Serikat semakin intens mendekati Mesir
dimana Amerika Serikat dapat mempengaruhi Mesir agar mau berdamai dengan
26
Israel. Amerika Serikat yang notabene merupakan negara super power sangat
sadar bahwa Mesir merupakan negara yang memiliki kekuatan geopolitik
dikawasan Timur Tengah dan berperan sebagai pusat stabilitas politik (Hunter,
2001:72).
27
Perjanjian Damai David Camp ini terbagi menjadi tiga perjanjian, yaitu
sangat bergantung pada minyak di Timur Tengah. Selain itu hal ini juga dilakukan
untuk mengamankan posisi sekutunya Israel di Timur Tengah (Husein, 1995:188).
3) Associated Principles
meliputi pengakuan penuh antara Israel dengan tetangga-tetangganya yaitu
Mesir, Yordania, Suriah dan Lebanon, penghapusan boikot ekonomi dan
menjamin bahwa yurisdiksi masing-masing negara akan memberikan
perlindungan terhadap warga asing dari negara–negara tadi.
Isi Perjanjian Perdamaian Camp David pada tahun 1978 antara Mesir dan
Israel terdiri dari dua kerangka kerjasama atau perjanjian yaitu: A Framework for
Peace in Middle East dan A Framework for the Conclusion of a Peace Treaty
between Egypt and Israel. Kerja sama yang kedua mengarah menuju perjanjian
perdamaian Mesir dan Israel yang ditandatangani pada tahun 1979 (Husein,
1995:192)
Perjanjian yang pertama terdiri dari tiga bagian. Bagian yang pertama
adalah kerangka negosiasi untuk membangun otoritas otonomi pemerintahan
sendiri di Tepi Barat dan Jalur Gaza dan untuk sepenuhnya mengaplikasikan
Resolusi Dewan PBB 242. Perjanjannya diadakan untuk mengakui hak-hak sah
bagi warga Palestina dan prosesnya dengan diimplementasikan pemerintahan
sendiri bagi Rakyat Palestina selama lima tahun. Sudah cukup jelas bahwa
perjanjian ini menyanngkut semenanjung Sinai namun rupanya di masa
mendatang diartikan berbeda oleh Israel, Mesir dan AS. Nasib Yerussalem dengan
sengaja tidak dimasukkan dalam perjanjian ini. Bagian kedua adalah mengenai
hubungan antara Mesir dan Israel, yang isi utamanya ada pada perjanjian kedua.
Bagian ketiga adalah “Afisiliasi Prinsip” yang mengemukakan prinsip-
prinsip apa yang harus dipatuhi dalam hubungan antara Israel dan negara tetangga
Arab lainnya. Perjanjian kedua berisi basis bagi perjanjian perdamaian enam
bulan kemudian, yang khususnya menentukan nasib Semenanjung Sinai. Israel
setuju untuk menarik pasukan bersenjatanya dari Sinai, dan mengevakuasi 4500
warga sipilnya dari sana serta menngembalikannya pada mesir sebagai balasan
diplomasi, dan menjamin kebebasan untuk melewati Terusan Suez dan jalur laut
30
Jika melihat rekam jejak Mesir yang aktif dalam membangun persatuan
dan kesatuan negara-negara Timur Tengah maka sungguh sangat mengejutkan
pada masa pemerintahan Anwar Sadat Mesir berencana melakukan perjanjian
damai dengan Israel. Pro-kontra terhadap pelaksanaan perjanjian camp david
sudah terlihat sejak rencana awal kunjungan kenegaraan antara mesir dan Israel.
Banyaknya negara-negara di Timur Tengah yang tidak setuju dikarenakan dengan
dilakukannya kunjungan tersebut maka secara tidak langsung Mesir telah
mengakui akan ada dan berdirinya negara Israel di wilayah Palestina.
Disisi lain, terdapat beberapa alasan mengapa Anwar Sadat memilih
melakukan perjanjian tersebut, meskipun banyak pihak yang tidak senang akan
keputusannya. Salah satu alasan utama Anwar Sadat adalah untuk mengatasi
krisis ekonomi dalam negeri Mesir yang sudah terjadi pada masa pemerintahan
Gamal Abdul Nasser. Krisis ekonomi yang diwariskan dari pemerintahan
sebelumnya tidak memberikan banyak pilihan pada Anwar Sadat. Keikut sertaan
31
Mesir dalam bebrapa perang dengan Israel sedikit banyak memberikan dampak
terhadap perekonomian Mesir sendiri. Sejak tahun 1968 – 1973 Mesir telah
mengeluarkan ± 9 ribu juta dollar hanya untuk kepentingan peperangan, hingga
puncaknya pada tahun 1973 Mesir mengalami krisis moneter yang menyebabkan
harga barang pokok melambung tinggi (Elposito & Voll, 1982:242).
Anwar Sadat memilih melakukan perjanjian damai dengan Israel agar
mendapatkan kembali wilayah Semenanjung Sinai yang dikuasai Israel untuk
mengangkat kembali roda perekonomian Mesir. Semenajung Sinai adalah sebuah
dataran strategis yang menghubungkan Benua Afrika dengan Asia Barat Daya dan
Laut Merah dengan Laut Tengah. Keinginan Anwar Sadat untuk mendapatkan
kembali wilayah Semenanjung Sinai dikarenakan Semenanjung Sinai memiliki
posisi yang sangat strategis dilihat dari berbagai segi terutama dalam aspek
geopolitik dan ekonomi internasional. Pasca terbukanya Terusan Suez tahun 1869,
nilai Semenanjung Sinai di mata internasional semakin bertambah besar dan
menggiurkan karena siapapun yang menguasai Semenanjung Sinai maka akan
menguasai jalur perdagangan besar dunia.
Bagi Amerika Serikat perjanjian damai Mesir-Israel sangatlah penting,
apalagi Amerika Serikat memiliki kepentingan di daerah Timur Tengah.
Kepentingan Amerika Serikat diwiliyah Timur Tengah adalah untuk menanamkan
pengaruhnya karena selama beberapa tahun terakhir Uni Soviet telah terlebih
dahulu mempunya kedekatan dengan beberapa negara Arab. Perjanjian damai
Mesir-Israel atau nantinya disebut dengan Perjanjian Camp David adalah
kesempatan emas bagi Amerika Serikat untuk mempunyai kedekatan dengan
salah satu negara yang mempunya pengaruh besar di Timur Tengah yaitu Mesir.
Sumber daya minyak mentah yang melimpah juga menjadi pertimbangan bagi
Amerika Serikat, kebutuhan atas minyak bumi yang begitu penting baik bagi
transportasi masal maupun bagi angkatan bersenjata Amerika Serikat membuat
arti terlaksananya perjanjian Mesir-Israel semakin penting (Amstrong 2004: 93).
Di mata Amerika Serikat, Israel adalah sebuah aset strategis yang secara
dasar-dasar moral harus didukung penuh karena Israel adalah penganut demokrasi
sekuler dengan gaya hidup Barat. Bahkan menduduki posisi-posisi penting dalam
32
Sebenarnya krisis ekonomi yang dialami Mesir sudah terjadi sejak masa
pemerintahan Nasser yang kemudian diwariskan pada masa Anwar Sadat. Sadat
beranggapan bahwa Nasser saat menjabat sebagai presiden Mesir terlalu sibuk
memikirkan masalah Palestina sehingga masalah dalam negeri terabaikan. Nasser
juga terlalu menjaga martabatnya sebagai salah satu tokoh pemimpin dunia Arab,
hal tersebut menjadi penyebab Mesir mengalami krisis ekonomi yang
berkepanjangan. Pada masa pemerintahan Nasser, Mesir menjadi negara yang
mengambil peran besar dalam masalah Palestina dan perpolitikan di Timur
Tengah. Hal tersebut menjadi pertimbangan bagi Nasser untuk melangkah
mundur dalam perang melawan Israel, karena akan mempengaruhi reputasi Mesir
dimata negara-negara Arab.
Dalam mengatasi masalah krisis moneter di Mesir, Anwar Sadat
menerapkan kebijakan Infitah (pintu terbuka). Pada Tahun 1974 diterapkanlah
kebijakan infitah dan membuka pintu bagi investasi asing. Kebijakan baru ini
sejalan dengan persekutuan Anwar Sadat dengan Amerika Serikat dan negara-
negara Arab konservatif. Meski banyak tergantung pada investasi asing, namun
kesejahteraan rakyat terus-menerus bergantung pada ekspor minyak, pada sektor
pariwisata, bea terusan Suez, dan kiriman uang para pekerja di luar negeri.
Demikianlah, hutang Mesir luar negri Mesir berkembang semangkin besar.
Namun demikian, yang menjadi tantangan utama bagi pemerintahan
Mesir ialah pembangunan ekonomi dalam negeri. Sebab sekalipun sudah
mendapat sumber bantuan baru dari luar negeri dan pemutihan hutang luar
negerinya, Mesir masih harus berusaha untuk mencapai secepatnya tahap lepas
landas bagi pertumbuhan prekonomian, dengan memperlancar masuknya modal
asing serta mempercepat penyedian sarana dan prasarana pendukung proses
industrialisasi.
Perjanjian Camp David dilakukan Mesir karena dianggap sebagai jalan
pintas untuk memperbaiki krisis ekonomi Mesir. Anwar Sadat tidak menyadari
akan dampak yang diberikan oleh Perjanjian Camp David. Perjanjian Camp
David tidak hanya berdampak bagi Mesir saja bahkan dunia Arab juga merasakan
dampak yang berkepanjangan hingga saat ini.
35
1979: 26).
Perdamaian Sadat dengan Israel mengundang perlawanan sengit
negara-negara Arab baik dari dalam negeri Mesir itu sendiri maupun dari
negara-negara Arab, terutama Yordania, Syria, Iraq dan Lebanon, yang tidak
menerima yang mereka sebut “perdamaian terpisah” itu dengan Israel.
Perlawanan negara-negara Arab mencapai puncak dalam Konferensi Baghdad
pada 2-5 November 1978. Konferensi ini membuat isolasi Mesir dari negara-
negara Arab. Hal ini sudah diperhitungkan Sadat sebelumnya, namun Sadat
berkeyakinan bahwa negara-negara tersebut tidak bisa terlalu lama menjauhi
Mesir. Sadat sangat sadar bahwa Mesir tergolong negara Arab yang berperan
penting sebagai salah satu aktor politik berpengaruh terhadap perkembangan
situasi di Timur Tenga khususnya yang berkaitan dengan usaha penyelesaian
sengketa Arab-Israel (Rahman, 2002:174)
Semenjak dilakukannya perjanjian Camp David hubungan Mesir dengan
negara-negara Arab semakin memburuk. Sumber bantuan yang sedianya diterima
dari beberapa negara petro-dollar Arab telah dibekukan. Sementara itu, kondisi
sosial dan ekonomi dalam negeri Mesir tidak kunjung membaik, malah semakin
memburuk. Kelompok-kelompok radikal mulai bermunculan yang semuanya
menyuarakan ketidak puasan atas Perjanjian Camp David. Masyarakat Mesir
merasa kecewa dengan keputusan yang diambil Anwar Sadat.
Pada parade kemiliteran 6 Oktober 1981 untuk memperingati perang 1967
Anwar Sadat tewas terbunuh. Sampai saat ini tidak ada yang tahu motif
pembunuhan Anwar Sadat. Apakah Anwar Sadat terbunuh karena perjanjian
damai Mesir dengan Israel atau karena krisis ekonomi Mesir yang tak kunjung
membaik, tetapi yang pasti betapapun menguntungkannya perjanjian Camp
David bagi Mesir telah membawa Anwar Sadat dalam kondisi yang sangat sulit.
Beberapa hari setelah terbunuhnya Anwar Sadat, wakil presiden Husni Mubarak
dikukuhkan sebagai presiden Mesir. Meskipun banyak yang menilai buruk
keputusan yang diambil Anwar Sadat dengan menandatangani perjanjian Camp
David, namun satu hal yang harus diakui bahwa Anwar Sadat telah berhasil
mengembalikan wilayah teritorial Mesir (Semenanjung Sinai) yang tadinya
37
BAB 6. PENUTUP
6.1 Simpulan
Dari pemaparan materi diatas
39
DAFTAR PUSTAKA
Amstrong, K. 2004. Perang Suci: dari Perang Salib Hingga Perang Teluk.
Jakarta: Serambi.
Hunter, S.T. 2001. Politik Kebangkitan Islam. Terj. Ajat S.U. Yogyakarta: Tiara
Wacana Yogni.
Husein. dkk. 1995. Prospek Perdamaian di Timur Tengah: Sebuah Tilikan Latar
Belakang. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
40
Misrawi. Z. 2010. Al- Azhar: Menara Ilmu, Reformasi dan Kiblat Keulamaan.
Jakarta: Kompas.
Sadat, A. 1983. Mencari Identitas sebuah Autobiografi, Terj. Drs. Banu Iskandar,
Marwan, dan Dra. Lanny Anggawati. Jakarta; Tiara Pustaka.
Saikal, A. 2006. Islam dan Barat, Konflik atau Kerjasama. Jakarta: Sanabil.
Sihbudi, R. 1991. Islam, Dunia Arab, Iran: Bara Timur Tengah. Bandung: Mizan.
1979. World Reaction: Camp David Could Lead to World War III.
Executive Intelligence Review, Volume 6, number 13.
Internet
25 Februari 2012 )
http://ok-review.com/pengertian-perjanjian-camp-david/
41
http://ariefhikmah.com/search/pengertian-dampak-menurut-para-ahli ( 25 Februari
2012 )