Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada perkembangan farmasi di era modern ini begitu banyak obat dan juga
sediaan obat yang telah beredar di masyarakat. Pemilihan sediaan yang beragam di
karenakan kecocokan dan stabilitas zat aktifnya. Salah satu contoh dari sediaan yang ada
beredar di masyarakat yang digunakan untuk pemakaian topikal yaitu sediaan Lotion.
Lotion biasanya mengandung substansi tidak larut yang tersuspensi, dapat pula
berupa larutan dan emulsi dimana mediumnya berupa air. Lotion dimaksudkan untuk
pemakaian luar kulit sebagai pelindung. Konsistensi yang berbentuk cair memungkinkan
pemakaian yang cepat dan merata pada permukaan kulit, sehingga mudah menyebar dan
dapat segera kering setelah pengolesan serta meninggalkan lapisan tipis pada permukaan
kulit.
Dalam bidang farmasi, lotion banyak di formulasikan dan banyak di buat,
digunakan khususnya secara topikal untuk membersihkan, mempercantik diri,
menghaluskan tubuh dan lain sebagainya.
Vitamin E akan dibuat dalam sediaan lotion. Hal ini karena lotion praktik dan
memberikan rasa nyaman pada kulit. Sebagai emulsi, lotion lebih mdah dibuat dan
memberikan rasa nyaman pada kulit dibandingkan dengan krim karena lebih encer.
Vitamin E adalah vitamin larut lemak yang sangat berguna selain sebagai antioksidan
juga melindungi tubuh dari polyunsaturated fatty acid (PUFAs) seperti asam oleat, asam
linoleate dan asam arakhidonat. Selain itu vitamin E dalam tubuh sebagai penangkal radikal
bebas dan molekul oksigen yang penting dalam mencegah peroksidasi membrane asam lemak
tak jenuh.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana formulasi Lotion Vitamin E?
2. Bagaimana cara mengevaluasi sediaan Lotion Vitamin E?

1.3 Tujuan Praktikum


1. Mengetahui formulasi Lotion Vitamin E
2. Mengetahui cara mengevaluasi sediaan Lotion Vitamin E

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Dasar


Lotion menurut FI III adalah sediaan cair berupa suspense atau disperse,
digunakan sebagai obat luar. Dapat berbentuk suspense zat padat dalam bentuk serbuk
halus dengan bahan pensuspensi yang cocok atau emulsi tipe minyak dalam air (o/w atau
m/a) dengan surfaktan yang cocok.

Lotion adalah sediaan kosmetika golongan emolien (pelembut) yang mengandung


air lebih banyak. Sediaan ini memiliki beberapa sifat, yaitu sebagai sumber lembab bagi
kulit, memberi lapisan minyak yang hamper sama dengan sabun, membuat tangan dan
badan menjadi lembut, tetapi tidak berasa berminyak dan mudah di oleskan. Hand and
Body lotion (lotion tangan dan badan) merupakan sebutan umum bagi sediaan ini di
pasaran (Sularto, et al, 1995).

Lotion dapat juga di definisikan sebagai suatu sediaan dengan medium air yang
digunakan pada kulit tanpa di gosokkan. Biasanya mengandung substansi tidak larut yang
tersuspensi, dapat pula berupa larutan dan emulsi dimana mediumnya berupa air. Biasanya
ditambah gliserin untuk mencegah efek pengeringan, sebaliknya diberi alkohol untuk cepat
kering pada waktu dipakai dan memberi efek penyejuknya (Anief, 1984).
Wilkinson 1982 menyebutkan, lotion adalah produk kosmetik yang umumnya
berupa emulsi, terdiri dari sedikitnya dua cairan yang tidak tercampur dan mempunyai
viskositas rendah serta dapat mengalir dibawah pengaruh gravitasi. Lotion ditujukan untuk
pemakaian pada kulit yang sehat. Jadi, lotion adalah emulsi cair yang terdiri dari fase
minyak dan fase air yang di stabilkan oleh emulgator, mengandung satu atau lebih bahan
aktif di dalamnya.
Lotion dimaksudkan untuk pemakaian luar kulit sebagai pelindung. Konsistensi
yang berbentuk cair memungkinkan pemakaian yang cepat dan merata pada permukaan
kulit, sehingga mudah menyebar dan dapat segera kering setelah pengolesan serta
meninggalkan lapisan tipis pada permukaan kulit (Lachman et al., 1994).

2.1.1 Penggolongan Lotion


Menurut The British Pharmaceutical Codex Lotio dapat digolongkan berdasarkan
penggunaannya :

2
1. Lotion untuk irigasi aural
- Dimaksudkan untuk menjadi syringe lembut ke telinga
- Digunakan pada suhu tidak lebih dari 55°C
- Diberikan untuk menghindari injeksi udara
2. Lotion untuk mencuci mulut
- Digunakan dengan air panas/hangat
- Dipertahankan selama beberapa menit di dalam mulut
3. Lotion untuk irigasi hidung
Diterapkan dengan douche kaca/jarum suntik dengan konstruksi yang cocok
4. Lotion untuk uretra dan vaginal
Disuntikkan dengan menggunakan jarum suntik

2.1.2 Syarat Sediaan Lotion

 Organoleptis (berupa bentuk, warna dan bau)


 Homogenitas
 Stabilitas
 pH yang sesuai
 Penyebaran partikel yang merata
 Viskositas yang sesuai
 Daya serap obat

2.1.3 Sifat-Sifat Sediaan Lotion

Sediaan ini memiliki beberapa sifat, yaitu :

1. Sebagai sumber lembab bagi kulit


2. Memberi lapisan minyak yang hamper sama dengan sabun

3
3. Membuat tangan dan badan menjadi lembut, tetapi tidak berasa berminyak
dan mudah dioleskan.

2.1.4 Kegunaan Lotion

Kegunaan lotion dapat di aplikasikan ke kulit dengan kandungan obat/agen yang


berfungsi sebagai :

1. Antibiotik
2. Antiseptik
3. Anti jamur (anti fungi)
4. Kortikosteroid
5. Anti jerawat
6. Menenangkan, smoothing (pelembut), pelembab atau agen pelindung
7. Pijat
8. Memperbaiki kulit (estetika)
Selain penggunaan untuk medis, lotion banyak digunakan untuk perawatan
kulit serta kosmetik.

2.1.5 Formulasi Lotion

Bahan-bahan yang digunakan dipisah menjadi dua bagian, yaitu bahan yang
larut fase minyak dan bahan yang larut fase air. Bahan-bahan yang larut minyak
yaitu asam stearate, cethyl alcohol dan glycerin ditempatkan ke dalam cawan
penguap. Bahan-bahan yang larut air yaitu vitamin E, metil paraben, propil paraben,
trietanolamin, buthyl hidroksitoluen, aquadest. Fase minyak dan fase air dipanaskan
dan diaduk pada suhu 70-75°C secara terpisah hingga homogen. Proses campuran
kedua sediaan dilakukan pada suhu 70°C. Proses pengadukan dilakukan hingga
homogen dan mencapai suhu 40°C. Pengawet (metal paraben dan propil paraben),

4
parfum, dan zat aktif Vitamin E ditempatkan kedalam campuran pada suhu 35°C
kemudian dilakukan pengadukan selama kurang lebih satu menit.

2.1.6 Mekanisme yang Terjadi

Lotion merupakan salah satu jenis emulsi minyak dalam air. fase minyak
dan fase air yang terpisah disatukan dengan pemanasan dan pengadukan. Fase
minyak mengandung komponen bahan yang larut minyak. Fase air mengandung
komponen bahan yang larut air yang dipanaskan pada suhu yang sama dengan fase
minyak kemudian disatukan. Pencampuran antara fase minyak dan air dilakukan
pada suhu 70-75oC. Proses emulsifikasi pada pembuatan skin lotion adalah pada
suhu 70oC. Waktu pengadukan juga mempengaruhi emulsi yang dihasilkan
Pengadukan yang terlalu lama pada saat dan setelah emulsi terbentuk harus
dihindari, karena akan menyebabkan terjadinya penggabungan partikel. Lamanya
pengadukan tidak dapat ditetapkan secara pasti karena hanya dapat diketahui secara
empiris. Pengadukan akan mengurangi ukuran partikel dan mempengaruhi
viskositas emulsi yang dihasilkan. Semakin kecil ukuran partikel akan
menyebabkan semakin meningkatnya viskositas emulsi.
Pada pembuatan lotion akan terjadi kontak antara dua cairan yang tidak
bercampur karena berbeda kelarutannya dan pada saat tersebut terdapat kekuatan
yang menyebabkan masing-masing cairan menahan pecahnya menjadi
partikelpartikel yang lebih kecil. Kekuatan ini disebut tegangan antar muka. Zat-zat
yang dapat meningkatkan penurunan tahanan tersebut akan merangsang suatu
cairan untuk menjadi partikel-partikel yang lebih kecil. Penggunaan zat-zat ini
sebagai zat pengemulsi dan zat penstabil menghasilkan penurunan tegangan
antarmuka dari kedua cairan yang tidak saling bercampur, mengurangi gaya tolak
antara cairan-cairan tersebut dan mengurangi gaya tarik menarik antarmolekul dari
masing-masing cairan. Zat pengemulsi mengarahkan dirinya di sekitar dan dalam
suatu cairan yang merupakan gambaran kelarutannya pada cairan tertentu.

5
Dalam suatu emulsi yang mengandung dua cairan yang tidak saling
bercampur, zat pengemulsi akan memilih larut dalam salah satu fase dan terikat
dengan kuat dalam fase tersebut dibandingkan pada fase lainnya karena molekul-
molekul zat ini mempunyai suatu bagian hidrofilik (bagian yang suka air) dan suatu
bagian hidrofobik (bagian yang tidak suka air). Molekul-molekul tersebut akan
mengarahkan dirinya ke masingmasing fase. Suatu emulsifier memiliki
kemampuan untuk menurunkan tegangan antar muka dan tegangan permukaan.
Menurunnya tegangan antar muka ini akan mengurangi daya kohesi dan
meningkatkan daya adhesi. Emulsifier akan membentuk lapisan tipis (film) yang
menyelimuti partikel sehingga mencegah partikel tersebut bersatu dengan partikel
sejenisnya. Sistem emulsi yang stabil dapat diperoleh melalui pemilihan emulsifier
yang larut dalam fase yang dominan (pendispersi).

2.1.7 Bahan Formula Sediaan Lotion

Bahan yang terdapat dalam lotion :

1. Zat Aktif
Zat aktif yang dipakai berupa vitamin, ekstrak, whitening dan pemutih
2. Bahan tambahan dalam pembuatan lotion
a. Bahan pengental
Tujuan penambahan pengental adalah untuk mengentalkan campuran,
memperbaiki viskositas dan penstabil terhadap perubahan panas dan
pH.
b. Bahan pengawet
Tujuan penambahan bahan pengawet adalah agar tidak terjadi
penguraian dan perusakan oleh organisme.
c. Bahan pewangi dan pewarna
Tujuan penambahan bahan pengawi dan pewarna adalah untuk
memperbaiki bau serta warna sediaan.

6
2.1.8 Kelebihan dan Kekurangan Sediaan Lotion

 Kelebihan sediaan lotion


1. Lebih ekonomis (lotion menyebar dalam lapisan tipis)
2. Mudah digunakan
3. Penyebaran lotion lebih merata daripada krim
4. Umumnya dosis yang digunakan lebih rendah dan kerja sistemnya rendah

 Kekurangan sediaan lotion


1. Bahaya alergi umumnya lebih besar
2. Penyimpanan BSO (Bentuk Sediaan Obat) lotion tidak tahan lama
3. BSO kurang praktis dibawa kemana-mana

2.2 Vitamin E

2.2.1 Definisi Vitamin E

Vitamin E adalah penghenti reaksi penyebab radikal bebas yang efisien di


membrane lemak, karena bentuk radikal bebas distabilkan oleh resonansi. Oleh
karena itu radikal vitamin E memiliki kecenderungan kecil untuk mengekstraksi
sebuah atom hydrogen dari senyawa lain dan menyebarkan reaksi. Vitamin E
radikal juga bisa mengalami regenerasi dengan adanya vitamin C atau glutation.
Sebagai antioksidan, vitamin E berfungsi sebagai donor ion hydrogen yang
mampu merubah radikal peroksil (hasil peroksida lipid) menjadi radikal tocopherol
yang kurang reaktif, sehingga tidak mampu merusak rantai asam lemak.
Kemanisme antioksidan tocopherol termasuk transfer satu atom hydrogen dari grup
6-hidroksil pada cincin kroman, serta inaktifasi singlet oksigen dan spesies reaktif
lainnya. Rantai fitil tocopherol terikat pada membrane sel bilayer, sedangkan cincin
kroman yang aktif terletak pada permukaan sel. Struktur yang unik tersebut
menyebakan tocopherol dapat bekerj secara efektif dengan antioksidan lain seperti
asam askorbat.

7
2.2.2 Penggunaan Vitamin E
Penggunaan Vitamin E khususnya dalam bidang kosmetik digunakan
sebagai antioksidan karena pencegahan proses penuaan, pemeliharaan dan
perlindungan proses biologis sebagai anti inflamasi dan anti karsinogenesisdan.

8
BAB III
METODOLOGI

3.1 Monografi Zat Aktif


Nama Bahan Aktif : Vitamin E; α-tocopherol (HPE VI Hal. 31)

NO PARAMETER DATA
1. Pemerian Cairan berminyak, kental, tidak berbau, jernih atau coklat
kekuningan
2. Kelarutan Praktis tidak larut dalam air; larut dalam aseton, etanol, eter dan
minyak nabati
3. pH -
4. OTT Peroksida; ion logam terutama Fe, Cu, Ag
5. Cara Sterilisasi -
6. Indikasi Antioksidan
7. Dosis Lazim 100-200 UI
8. Cara Pemakaian Oral, topikal
9. Sediaan Lazim dan Kadar Cairan
10. Wadah dan Penyimpanan Wadah bertutup kedap dengan penambahan gas inert, tempat
sejuk dan kering, terlindung dari cahaya

3.2 Monografi Eksipien


a. Asam Stearat ((HPE IV Hal. 697)
NO. PARAMETER DATA
1. Pemerian Keras, berwarna putih sampai kuning, mengkilap,
bentuk Kristal padat atau ada juga dalam bentuk
serbuk putih sampai kuning, sedikit berasa.
2. Kelarutan Larut dalam benzen, karbon tetraklorida, kloroform,
dan eter. Larut di etanol (95%), heksan, dan
propilenglikol, praktis tidak larut di air.
3. pH -
4. OTT Hampir semua logam hidroksida, dan zat
pengoksidasi
5. Cara sterilisasi -

9
6. Indikasi Untuk melembutkan kulit
7. Dosis lazim -
8. Cara pemakaian -
9. Sediaan lazim dan kadar 15%
10. Wadah dan penyimpanan Wadah tertutup rapat dan tempat yang sejuk, kering,
dan terhindar dari cahaya

b. Cethyl Alkohol

NO. PARAMETER DATA

Terbuat dari lilin, kepingan-kepingan putih, granul-


1 Pemerian
granul, memiliki bau yang lemah

Tidak larut dalam air, larut dalam etanol dan eter,


2 Kelarutan
kelarutan bertambah dengan naiknya suhu

3 pH -

4 OTT Tidak tercampur dengan pengoksidasi kuat

5 Cara sterilisasi Sterilisasi kering

6 Indikasi Bahan pengawet, emolient

Emolient (2-5%), pengemulsi (2-5%), water


7 Dosis lazim
absorption (5%)

8 Cara pemakaian -

9 Sediaan lazim dan kadar

10 Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik

Stabil dalam asam, basa, cahaya, dan udara tidak


11 Stabilitas
menjadi tengik

10
c. Glycerin (FI III Hal. 413)

NO. PARAMETER DATA


1. Pemerian Cairan seperti sirup, jernih, tidak berwarna, tidak
berbau, manis diikuti rasa hangat, higroskopik
2. Kelarutan Dapat bercampur dengan air dan dengan etanol
95%, praktis tidak larut dalam kloroform, eter
3. pH -
4. OTT Gliserin bisa meledak jika bercampur dengan
oksidator kuat seperti kromium trioksida, potassium
klorat, dan potassium permanganat
5. Cara sterilisasi -
6. Indikasi Pelarut
7. Dosis lazim < 50%
8. Cara pemakaian -
9. Sediaan lazim dan kadar -
10. Wadah dan penyimpanan Wadah tertutup rapat dan tempat yang sejuk,
kering, dan terhindar dari cahaya matahari

d. TEA (Triethanolamin) (HPE VI Hal.754)

NO. PARAMETER DATA


1. Pemerian Cairan kental jernih, tidak berwarna atau hingga
kuning pucat, agak berbau lemah ammonia
2. Kelarutan Dapat bercampur dengan Aceton, Karbon tetra
klorida, Metanol, Air; Benzen 1:24, Etil eter 1:63
3. pH 10,5 (larutan 0,1 N)
4. OTT Dengan asam mineral membentuk garam kristal dan
ester, dengan asam lemak tinggi membentuk garam
yang larut dalam air dengan tipe seperti penyabunan,
bereaksi dengan Cu membentuk garam komplek,
perubahan warna dan endapan dapat terjadi dengan
adanya garam logam berat
5. Cara Sterilisasi -
6. Indikasi Emulgator

11
7. Dosis Lazim Emulsi M/A 2-4%, atau 2-5 kali asam lemak, atau
untuk minyak mineral hingga 5%
8. Cara Pemakaian -
9. Sediaan Lazim dan Kadar Cairan
10. Wadah dan Penyimpanan Dalam wadah bertutup kedap; terlindung dari
cahaya, pada tempat sejuk, dan kering

e. BHT (Butilated Hydroxy Tolluen) (HPE VI Hal.75)

NO. PARAMETER DATA


1. Pemerian Serbuk atau kristal padat putih atau kuning pucat,
berbau fenol lemah
2. Kelarutan Praktis tidak larut dalam air, gliserin, propilen
glikol, larutan alkali hidoksida, dan asam mineral
encer. Larut dalam aseton, benzen, etanol
95%,eter, metanol, toluen, dan minyak mineral
3. Ph -
4. OTT Oksidator kuat seperti peroksida dan permanganat,
garam besi menyebabkan perubahan warna
5. Cara Sterilisasi -
6. Indikasi Anti oksidan
7. Dosis Lazim Formula topikal 0,0075-0,1 %
8. Cara Pemakaian -
9. Sediaan Lazim dan Kadar Serbuk
10. Wadah dan Penyimpanan Wadah bertutup baik terlindung dari cahaya pada
tempat sejuk dan kering

f. Metil Paraben (Nipagin) (HPE VI Hal.441)

NO. PARAMETER DATA


1. Pemerian Serbuk kristal putih atau tidak berwarna, tidak
berbau atau hampir tidak berbau dan memberi
rasa terbakar ringan
2. Kelarutan Pelarut: Kelarutan pada 25°C kecuali
dinyatakan lain
Ethanol 1 in 2
Ethanol (95%) 1 in 3
Ethanol (50%) 1 in 6
Ether 1 in 10

12
Glycerin 1 in 60
Mineral oil Practically insoluble
Peanut oil 1 in 200
Propylene glycol 1 in 5
Water 1 in 400
1 in 50 at 50°C
1 in 30 at 80°C
3. pH
4. OTT Surfaktan nonionik (Polysorbate 80), bentonit,
mg trisilikat, talk, tragacanth,sodium alginate,
sorbitol, atropin.
5. Cara Sterilisasi Metilparaben larutan dalam air pH 3-6 dapat
disterilakn dengan otoklaf 120° selama 20
menit tanpa terurai.
6. Indikasi Pengawet, antimikroba
7. Dosis Lazim Preparat topikal 0,02-0,03 %
8. Cara Pemakaian
9. Sediaan Lazim dan Kadar Serbuk
10. Wadah dan Penyimpanan Wadah bertutup baik pada tempat sejuk dan
kering

g. Propil Paraben (Nipasol) (HPE VI Hal.596)

NO. PARAMETER DATA

1. Pemerian Kristal putih, tidak berbau, tidak berasa


2. Kelarutan Pelarut : Kelarutan pada 20°C kecuali
dinyatakan lain
Acetone Freely soluble
Ethanol (95%) 1 in 1.1
Ethanol (50%) 1 in 5.6
Ether Freely soluble
Glycerin 1 in 250
Mineral oil 1 in 3330
Peanut oil 1 in 70
Propylene glycol 1 in 3.9
Propylene glycol (50%) 1 in 110
Water 1 in 4350 at 15°C
1 in 2500
1 in 225 at 80°C

13
3. pH -
4. OTT Aktifitas antimikroba berkurang dengan
surfaktan nonionik; Magnesium aluminium
silicate, Magnesium trisilikat, besi oksida
kuning dan biru ultramarine dilaporkan
mengabsorpsi propel paraben
5. Cara sterilisasi Larutan propilparaben dalam air pada pH 3-6
dapat disterilisasi dengan otoklaf
6. Indikasi Pengawet , Antimikroba
7. Dosis lazim Preparat topikal 0,01-0,6 %
8. Cara pemakaian Sebagai pengawet pada sediaan kosmetik,
makanan dan farmasi, kombinasi dengan
metilparaben (0,02%b/v + 0,18%b/v) sering
digunakan dalam sediaan parenteral
9. Sediaan lazim dan kadar Serbuk
10. Wadah dan penyimpanan Wadah bertutup baik pada tempat sejuk dan
kering

h. Aquadest (HPE VI Hal.766)


NO. PARAMETER DATA
1. Pemerian Cairan jernih , tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau
2. Kelarutan
3. pH 7
4. OTT Logam alkali, bahan organik tertentu, kalsium karbida
5. Cara Sterilisasi -
6. Indikasi Cairan Pembawa, pelarut
7. Dosis Lazim -
8. Cara Pemakaian Oral, topical
9. Sediaan Lazim dan Kadar -
10. Wadah dan Penyimpanan Wadah bertutup baik

i. Essens Santa Grape

14
3.3 Formulasi
3.3.1 Sediaan yang diinginkan

Spesifikasi Sediaan
No Parameter Satuan Syarat Farmakope Refrensi
yang akan dibuat
Kadar Bahan
1. % 0,5% Vitamin E 0,5% FI IV
Aktif
Pemerian:
Ungu Ungu
Warna
Anggur Anggur
2. Bau
- Manis seperti Manis seperti
Rasa FI IV
anggur anggur

3. Homogenitas - Homogen Homogen FI IV


4. Viskositas Cps 2.200-4.000 2.200-4.000 FI IV
5. Rheologi Cm/s Sistem non newton Sistem non newton
6. Penetapan Ph - 4,5 – 6,5 4,5 – 6,5 FI IV
Uji efektifitas
7. - Efektif Efektif FI IV
pengawet
Wadah Botol Wadah Botol
8. Wadah Wadah 100 ml FI IV
Plastik tertutup baik Plastik tertutup baik
Oleskan pada Oleskan pada
9. Penandaan - bagian tubuh yang bagian tubuh yang FI IV
diinginkan diinginkan
10. Sediaan Lotion Kosmetik Lotion Kosmetik FI IV

15
3.3.2 Pemecahan Masalah
ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH KEPUTUSAN
NO. RUMUSAN MASALAH
KOMPONEN PROSES PENGAWASAN MUTU
1. Diinginkan sediaan lotion yang Vit E Pencampuran Homogenitas Digunakan bahan aktif vit E
berfungsi untuk melembabkan kulit
2. Diinginkan sediaan antioksidan Tipe emulsi: Pembuatan emulsi Uji Tipe Emulsi Digunakan tipe M/A tipe emulsi minyak
topikal yang mengandung Vitamin M/A M/A dalam air mudah dibersihkan dengan air
E A/M
3. Pemilihan Emulgator Tipe emulsi M/A Pencampuran Penambahan Emulgator Menggunakan emulgator TEA untuk
Emulgator tipe Air dengan jumlah yang cukup pengikat
Tween
TEA
4. Meningkatkan kelembaban kulit Glyserin Komposisi lotion Meningkatkan daya penetrasi bahan aktif
sebagai penetrasi atau basis minyak
5. Meningkatkan viskositas lotion Cetyl Alkohol Penstabil emulsi Emulsifiying agent dengan
agar mudah dituang namun tidak menggunakan Cetyl Alkohol
terlalu encer dan kental
6. Fase air dan fase minyak yang - Fase Air : Air, Peleburan&Penca Uji Homogenitas - Fase Air : Air
digunakan untuk membentuk basis mpuran
Propilenglikol, TEA - Fase Minyak: Asam Stearat
cream?
- FaseMinyak : Asam
Stearat, Vaselin Album
7. Memperbaiki bau Penambahan Parfume Pencampuran Bau harum Penambahan essens santa grape
Corigens Odoris
8. Mencegah agar sediaan tidak mudahMetil paraben, propil Pelarutan Kombinasi metil paraben dan propil
rusak oleh organisme paraben paraben
9. Mencegah agar sediaan tidak mudahBHT, BHA, asam Pelarutan Penambahan antioksidan BHT
teroksidasi galat, asam askorbat
10 Medium pendispers Air Pencampuran Homogenitas Digunakan air sebagai medium
pendispers

16
3.3.3 Alat dan Bahan
 Alat :
- Timbangan digital
- Kertas perkamen
- Cawan porselen
- Lumpang dan stamper
- Sudip
- Batang pengaduk
- Beaker glass
- Gelas ukur
- Wadah pot lotion
- Kertas pH
- Kaca Objek

17
 Bahan
Komposisi Bahan
No Nama Bahan
Fungsi % Lazim % Pakai Perunit Perbatch

1. Vitamin E Bahan Aktif 0,1 – 1% 0,5% 0,5 g 1g

2. Metil Paraben Pengawet antimikroba 0,02 - 0,3% 0,1% 0,3 g 0,6 g

3. Propil Paraben Pengawet antimikroba 0,01 – 0,6 % 0,01% 0,01 g 0,02 g

4. Buthyl Hidroksitoluen Antioksidan 0,0075 - 0,1% 0,10% 0,1 g 0,2 g

5. Santa Grape Corrigensia - qs qs qs

6. Trietanolamin Emulgator 2 - 4% 2% 2g 4g

7. Glycerin Basis minyak < 50% 10% 10 g 20 g

8. Cetyl Alkohol Emulsifiying agent 2 - 10% 5% 5g 10 g

9. Asam Stearat Basis krim fase 1 – 20% 10% 10 g 20 g


minyak

Basis air
10. Aquadest qs qs ad 100 ml ad 200 ml

18
Perhitungan Bahan :
Dibuat Lotion sebanyak 100 ml (Perunit)
 Vitamin E : 0,5% x 100 ml = 0,5 g
 Metil Paraben : 0,3% x 100 ml = 0,3 g
 Propil Paraben : 0,01% x 100 ml = 0,01 g
 Buthyl Hidroksitoluen : 0,1% x 100 ml = 0,1 g
 Santa grape : 2 tetes
 Trietanolamin : 2% x 100 ml = 2 g
 Glycerin : 10% x 100 ml = 10 g
 Cetyl Alkohol : 5% x 100 ml = 5 g
 Asam Stearat : 10% x 100 ml = 10 g
 Aquadest ad 100 ml

Penimbangan (Per Batch) :


 Vitamin E : 0,5 g x 2 = 1 g
 Metil Paraben : 0,3 g x 2 = 0,6 g
 Propil Paraben : 0,01 g x 2 = 0,02 g
 Buthyl Hidroksitoluen : 0,1 g x 2 = 0,2 g
 Santa Grape : 2 tetes x 2 = 4 tetes
 Trietanolamin :2gx2=4g
 Glycerin : 10 g x 2 = 20 g
 Cetyl Alkohol : 5 g x 2 = 10 g
 Asam Stearat : 10 g x 2 = 20 g
 Aquadest : ad 200 ml

3.3.4 Prosedur Kerja


1. Ruangan dibersihkan
2. Peralatan dan wadah dibersihkan
3. Kebersihan diperiksa
4. Pakai pelindung pernafasan dan beri label identitas pada tiap wadah
5. Pakai masker dan sarung tangan
6. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
7. Panaskan lumpang dan alu
8. Dibuat pemisahan bahan fase air dan fase minyak
 Fase air = Vitamin E, Metil Paraben, Propil Paraben, Trietanolamin,
Buthyl Hidroksitoluen, Aquadest
 Fase minyak = Cethyl Alkohol, Asam Stearat, Glycerin
9. Fase air dibuat dengan cara melarutkan bahan larut air dalam air secukupnya

19
Tea, metil paraben, propil paraben, buthyl hidroksitoluen ditambahkan air
panas sedikit demi sedikit
10. Fase minyak dibuat dengan cara melebur diatas waterbath = Asam stearat,
cethyl alkohol, dan glycerin. Kemudian hasil leburan dimasukkan ke dalam
lumpang panas digerus ad homogen. Lalu fase air dimasukkan ke dalam
lumpang gerus ad homogen. Tambahkan sisa aquadest panas sedikit demi
sedikit.
11. Masukkan kedalam wadah
12. Beri label

3.4 Pengawasan Mutu

A. In Proses Kontrol

No. Parameter yang Satuan Cara Pemeriksaan


diperiksa/diuji
1. Homogenitas - IK. Uji Homogenitas
2. Organoleptis - IK. Uji Organoleptis
3. Ketepatan Penimbangan Gram IK. Uji Ketepatan Penimbangan
4. Kestabilan - IK. Uji Type Emulsi
5. Sifat aliran - IK Uji sifat aliran
6. Viskositas Cps IK Uji sifat aliran

B. End Proses Kontrol

No. Parameter yang Satuan Cara Pemeriksaan


diperiksa/diuji
1. Organoleptik - IK.Uji Organoleptis
2. Keseragaman Sediaan % IK.Uji Keseragaman Sediaan
3. Ukuran partikel IK.Uji Ukuran partikel
4. Uji Viskositas Cps IK.Uji Viskositas

20
5. Sifat Aliran - IK. Uji Sifat Aliran
6. Efektivitas Pengawet Gram IK.Uji Efektivitas Pengawet
7. Uji Isi Minimum - IK.Uji isi minimum
10 Daya Sebar - IK Uji Daya Sebar
9. Ketengikan - IK Uji Ketengikan

3.5 Evaluasi Sediaan Lotion

No. Instruksi Kerja


I. Uji Organoleptis
1. Ambil sejumlah lotion, amati bentuk lotion
Bentuk : Lotion semi padat dan agak kental
2. Ambil sejumlah lotion, cium bau yang ada
Bau : Anggur
3. Ambil sejumlah lotion, rasakan lotion yang ada
Rasa : Manis Rasa Anggur
4. Ambil sejumlah lotion, amati warna lotion yang ada
Warna : Ungu

II. Uji Homogenitas


1. Sediaan dioleskan pada sekeping kaca atau alat lain yang cocok untuk
pengamatan.
2. Amati apakah sediaan homogen atau tidak.

Hasil pengamatan : Sediaan Homogen

III. Uji Type Lotion


1. Ambil sedikit sample
2. Larutkan dengan pelarut yang polar dan pelarut nonpolar
3. Amati proses pelarutnya

21
Hasil Type Lotion : Lotion type M/A

IV. Uji PH
1. Ambil kertas pH
2. Celupkan kedalam cream
Hasil : pH 5

22
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Uji Organoleptis
Tujuan : Untuk memastikan bahwa lotion yang telah dihasilkan memenuhi
kriteria dan syarat yang telah ditetapkan
Alat : Panca Indera
Bahan : Lotion Vitamin E
Cara :
1. Ambil sample secukupnya.
2. Letakkan diatas kaca arloji , amati warna dan cium baunya.

Keterangan Yang diinginkan Hasil

Lotion semi padat


Bentuk Lotion
dan agak kental

Warna Ungu Ungu

Bau Anggur Anggur

Rasa Manis Rasa anggur Manis Rasa anggur

4.1.2 Uji Homogenitas


Tujuan : Untuk memastikan bahwa lotion yang telah dihasilkan homogen atau
tidak serta memenuhi kriteria dan syarat yang telah ditetapkan
Alat : Kaca objek
Bahan : Lotion Vitamin E
Cara :
1. Ambil sample secukupnya
2. Letakkan sample diatas kaca objek
Hasil : Sediaan lotion homogen

23
4.1.3 Uji pH
Tujuan : Untuk mengetahui pH sediaan lotion yang telah dihasilkan memenuhi
kriteria dan syarat yang telah ditetapkan
Bahan : Lotion Vitamin E
Alat : Kertas pH
Cara :

1. Ambil sample secukupnya


2. Pemeriksaan pH dengan menggunakan kertas indikator yang dicelupkan ke
dalam lotion
3. Bandingkan dengan pH yang diinginkan

Sampel pH seharusnya pH pengamatan

Lotion Vitamin E 4,5 – 6,5 5

4.1.4 Uji Tipe Lotion


Tujuan : Untuk memastikan bahwa lotion yang telah dihasilkan memenuhi
kriteria dan syarat yang telah ditetapkan
Alat : Kertas saring, Gelas ukur
Cara :
Metode Pengenceran Fase
- Ambil sediaan 20 ml yang telah dibuat
- Lalu ditambah dengan air dapat segera diencerkan maka tipe lotion adalah
minyak dalam air
- Apabila tidak dapat diencerkan adalah tipe air dalam minyak

Metode Pemberian Warna

- Ambil sediaan 5 ml yang telah dibuat


- Bila ditambahkan sudan III akan terjadi warna merah, maka tipe lotion A/M
- Bila ditambahkan metilen blue akan terjadi warna biru, maka tipe lotion M/A

24
Metode Pembasahan Kertas Saring

- Lotion yang diuji ditetes pada kertas saring. Apabila menghasilkan noda akan
menghasilkan lotion tipe A/M

Hasil: Ditambah metilen blue terjadi warna biru,maka tipe lotion M/A

4.2 Pembahasan

Lotion adalah sediaan kosmetika golongan emolien (pelembut) yang mengandung


air lebih banyak. Sediaan ini memiliki beberapa sifat, yaitu sebagai sumber lembab bagi
kulit, memberi lapisan minyak yang hamper sama dengan sabun, membuat tangan dan badan
menjadi lembut, tetapi tidak berasa berminyak dan mudah di oleskan.

Pada hasil praktikum Teknologi Sediaan Semisolid dan Liquid telah dibahas mengenai
pembuatan lotion khususnya lotion yang akan di formulasikan adalah Lotion Vitamin E
dimana Vitamin E ini digunakan sebagai bahan aktifnya. Vitamin E penting bagi kesehatan
kulit yaitu dengan menjaga, meningkatkan elastisitas dan kelembapan kulit, mencegah
proses penuaan dini, melindungi kulit dari kerusakan akibat radiasi sinar ultraviolet serta
mempercepat proses penyembuhan luka.

Dari hasil praktikum yang telah dilakukan kami melakukan berbagai uji yaitu uji
organoleptis, uji homogenitas, uji pH, dan uji tipe lotion.

 Uji Organoleptis
Uji organoleptis dilakukan dengan memeriksa tampilan fisik dari sediaan lotion.
Pemeriksaan yang dilakukan meliputi bentuk, bau, warna dan rasa. Pengujian
organoleptis terhadap tampilan fisik lotion didapatkan hasil bahwa sediaan berbentuk
massa semipadat dan agak kental, bau khas anggur, berwarna ungu, dan memiliki rasa

25
anggur karena adanya penambahan essens anggur ke dalam lotion. Hasil lotion uji
organoleptis sesuai dengan formula yang kami buat.

 Uji Homogenitas
Uji homogenitas mendapatkan hasil adanya kehomogenan pada saat dioleskan pada
lempeng kaca yang transparan.

 Uji pH
Pengujian pH dilakukan untuk mengetahui berapa nilai keasaman dari sediaan lotion
yang dibuat. Berdasarkan SNI 16-4399-1996 bahwa nilai pH produk pelembab kulit
disyaratkan berkisar antara 4,5-8,0. Hasil pH yang di dapat yaitu 5, dimana Vitamin E
ini memiliki nilai keasaman ≤ 2. Nilai pH yang di dapat dari sediaan masih dapat
diterima karena masih berada pada rentang yang disyaratkan.

26
 Uji Tipe Lotion
Penentuan tipe sediaan lotion dilakukan dengan penambahan sedikit demi sedikit
metilen blue kedalam sediaan, jika larut sewaktu diaduk, maka lotion tersebut adalah
tipe minyak dalam air.

27
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Lotion menurut FI III adalah sediaan cair berupa suspense atau disperse, digunakan
sebagai obat luar. Dapat berbentuk suspense zat padat dalam bentuk serbuk halus
dengan bahan pensuspensi yang cocok atau emulsi tipe minyak dalam air (o/w atau
m/a) dengan surfaktan yang cocok.
2. Dari evaluasi yang dilakukan lotion kami termasuk tipe M/A
3. Lotion berupa cairan kental berwarna ungu, berbau khas anggur, rasa manis anggur,
sediaan lotion homogen , dengan pH 5 yang termasuk asam, lotion dengan tipe
minyak dalam air.
4. Secara umum lotion yang kami buat memenuhi syarat sediaan lotion

5.2 Saran

Diharapkan kepada semua mahasiswa/siswi untuk lebih banyak belajar mengenai


sifat, stabilitas, tipe lotion maupun cara pembuatan dan penyimpanannya. Pada saat
pembuatan lotion, praktikum harus mengetahui kelarutan dari bahan-bahan obat yang
dikerjakan, praktikum juga harus mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
stabilitas lotion, agar dapat menghasilkan lotion yang baik.

28
DAFTAR PUSTAKA

1. Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Dirjen POM : Jakarta.
2. Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Dirjen POM : Jakarta.
3. Mahfud HA. 2017. Vitamin E. Malang : Universitas Muhammadiyah Malang
4. Karina Ririn. 2014. Formulasi dan Uji Sifat Fisikokimia Sediaan Losio Dengan Berbagai
Variasi Konsentrasi Vitamin E. Pontianak : Universitas Tanjungpura

29

Anda mungkin juga menyukai