Anda di halaman 1dari 4

[ LAPORAN KASUS ]

TODDLER WITH ENTEROBIASIS


Salman Alfarisi
Faculty of Medicine, Universitas Lampung

Abstract
Enterobiasis is a disease caused by Enterobius vermicularis. The disease is spread to all levels of society, in cities and villages in the
high and low social, children and adults. However, compared to adults this disease has a high prevalence in children. Personal
hygiene is a very important factor on the occurrence of Enterobiasis. Patient, 2 years and 10 months old female, came to the clinic
brought by her parents because they found two worm in patient’s stool at night, the worm was small, fine as hair, cream-colored.
The last few days the patient often feels restless and difficult to sleep at night. Physical examination found no abnormalities, but
the long and dirty nails. Patients was diagnosed with enterobiasis and treated with pyrantel pamoate 125 mg single dose. Parents
were educated to teach their children about personal hygiene with washing hand before eat and after defecation, cut the nails and
keep the nail hygiene. In this case the role of parents is very important. [J Agromed Unila 2015; 2(1):39-42]

Keywords: bad personal hygine, enterobiasis, pyrantel pamoat, toddler

Abstrak
Enterobiasis adalah penyakit yang disebabkan oleh Enterobius vermicularis. Penyakit ini menyebar pada seluruh lapisan
masyarakat, di kota maupun di desa pada sosial tinggi maupun rendah, pada usia anak maupun dewasa. Namun, dibandingkan
orang dewasa penyakit ini memiliki prevalensi yang tinggi pada anak-anak. Kebersihan perorangan adalah hal penting yang sangat
berpengaruh terhadap terjadinya enterobiasis. Pasien perempuan, usia 2 tahun 10 bulan, datang ke puskesmas dibawa orang
tuanya karena menemukan adanya cacing pada feses, cacing berukuran kecil, halus seperti rambut, berwarna putih kekuningan
sebanyak dua buah pada malam hari. Beberapa hari terakhir pasien sering merasa gelisah dan sulit tidur pada malam hari.
Pemeriksaan fisik tidak dijumpai kelainan, namun kuku pasien panjang dan kotor. Pasien didiagnosis enterobiasis dan diterapi
dengan pyrantel pamoat 125 mg dosis tunggal. Orang tua diedukasi untuk mengajarkan anaknya menjaga kebersihan pribadi
dengan membiasakan mencuci tangan sebelum makan dan setelah buang air besar, memotong kuku dan menjaga kebersihan
kuku. Pada kasus ini peranan orang tua sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pengobatan. [J Agromed Unila 2015; 2(1):39-
42]

Kata kunci: batita, enterobiasis, kebersihan individu buruk, pyrantel pamoat

Pendahuluan
Seiring dengan cepatnya protein serta kehilangan darah, sehingga
perkembangan dalam era globalisasi, serta menurunkan kualitas sumber daya manusia.
adanya transisi demografi dan epidemiologi Prevalensi cacingan di Indonesia pada umumnya
penyakit, maka masalah penyakit akibat perilaku masih sangat tinggi, terutama pada golongan
dan perubahan gaya hidup yang berkaitan penduduk yang kurang mampu mempunyai
2
dengan perilaku dan sosial budaya cenderung risiko tinggi terjangkit penyakit ini.
akan semakin kompleks. Mengingat dampak dari Manusia merupakan hospes definitif
perilaku terhadap derajat kesehatan cukup beberapa nematoda usus (cacing perut), yang
besar, maka diperlukan berbagai upaya untuk dapat mengakibatkan masalah bagi kesehatan
mengubah perilaku yang tidak sehat menjadi masyarakat. Cacing kremi (Enterobius
sehat. Salah satunya melalui program Perilaku vermicularis) adalah salah satu jenis cacing usus
1
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). yang juga masih tinggi infeksinya di Indonesia.
Penyakit yang sering muncul akibat Umumnya pemeriksaan dalam survei-survei
rendahnya PHBS adalah cacingan, diare, sakit infeksi cacing usus di Indonesia adalah
gigi, sakit kulit, gizi buruk, dan sebagainya. Di pemeriksaan tinja sehingga infeksi Enterobius
2
Indonesia cacing perut yang ditularkan melalui vermicularis jarang dilaporkan.
tanah, masih merupakan masalah kesehatan. Penyebaran cacing kremi lebih luas
Cacingan ini dapat mengakibatkan menurunnya daripada cacing lain. Penularan dapat terjadi
kondisi kesehatan, gizi, kecerdasan, dan pada suatu keluarga atau kelompok-kelompok
produktifitas penderitanya sehingga secara yang hidup dalam satu lingkungan yang sama
ekonomi banyak menyebabkan kerugian, karena (asrama, rumah piatu). Telur cacing dapat
menyebabkan kehilangan karbohidrat dan diisolasi dari debu di ruangan sekolah atau
Salman Alfarisi | Toddler with Enterobiasis

kantin sekolah dan mungkin ini menjadi sumber dengan riwayat ketika lahir tidak langsung
infeksi bagi anak-anak sekolah. Di berbagai menangis. Anak ketiga saat ini berusia 8 tahun.
rumah tangga dengan beberapa anggota Mereka berlima tinggal di rumah yang
2
keluarga yang mengandung cacing kremi, telur berukuran 6x8 m , ventilasi dan pencahayaan
cacing dapat ditemukan (92%) di lantai, meja, cukup namun kebersihan rumah masih kurang.
kursi, buffet, tempat duduk kakus (toilet seats), Keluarga tersebut memiliki warung di rumahnya
bak mandi, alas kasur, dan pakaian. Hasil yang menjadi sumber penghasilan utama
penelitian menunjukkan angka prevalensi pada keluarga.
berbagai golongan manusia 3-80%. Penelitian di Pasien merupakan anak yang cukup
daerah Jakarta Timur melaporkan bahwa aktif. Menurut ibunya akhir-akhir ini ia suka
kelompok usia terbanyak yang menderita bermain pasir dan tanah. Pada saat kunjungan
enterobiasis adalah kelompok usia antara 5-9 pertama, tubuh pasien terlihat cukup kotor
tahun yaitu terdapat 46 anak (54,1%) dari 85 setelah bermain dengan saudara sepupunya,
3
anak yang diperiksa. kuku-kukunya panjang dan terdapat kotoran.
Sehari-harinya ibu biasa memandikan pasien 2
Kasus kali sehari, pagi hari dan sore hari.
Pasien perempuan, usia 2 tahun 10 Pemeriksaan fisik yang dilakukan
bulan, datang ke puskesmas dibawa oleh orang menunjukan keadaaan umum tampak sakit
o
tuanya. Menurut orang tua pasien, sehari ringan; suhu 36,7 C; nadi 100 x/menit; napas 32
sebelum dibawa ke puskesmas pada malam hari, x/menit; berat badan 12 Kg; tinggi badan 72 cm;
ia menemukan adanya cacing pada feses status gizi normal (Z-score >2 s.d >-2).
anaknya. Cacing berukuran kecil, halus seperti Status generalis didapatkan kepala,
rambut, berwarna putih kekuningan sebanyak mata, telinga, hidung, mulut, leher, paru,
dua buah. Karena merasa khawatir terhadap jantung, abdomen semua dalam batas normal.
keadaan anaknya orang tua pasien mencoba Ditemukan kuku-kuku panjang dan kotor.
mencari pengobatan ke puskesmas keesokan Penatalaksanaan tidak hanya dilakukan
harinya. pada pasien, namun juga pada keluarga pasien,
Menurut orang tua, pasien akhir-akhir berupa:
ini sering gelisah dan sulit tidur pada malam a. Nonmedikamentosa :
hari. Selain itu pasien juga sering mengalami 1) Menginformasikan kepada orang
batuk pilek yang hilang timbul. Nafsu makan tua pasien segala hal tentang
normal tidak ada penurunan. Anggota keluarga kecacingan, mulai dari penyebab,
lainnya tidak ada yang sedang sakit. gejala klinis, komplikasi, penularan,
Menurut ibu selama hamil anaknya ini, pengobatan, dan pencegahan.
ia tidak pernah sakit dan rutin memeriksakan 2) Konseling orang tua tentang
kehamilannya tiap bulan ke puskesmas. Ibu perilaku hidup bersih dan sehat di
melahirkan di RSIA Restu Bunda, lahir spontan dalam rumah tangga.
dibantu oleh bidan. Pertumbuhan anaknya 3) Konseling orang tua tentang
normal dilihat dari BB/U masih dalam batas pentingnya pola asuh anak yang
normal kurva Z-score. Perkembangannya juga baik terutama dalam hal menjaga
normal untuk anak seusianya sesuai dengan kebersihan diri.
kartu menuju sehat (KMS) ia sudah bisa b. Medikamentosa :
memegang cangkir sendiri, sudah bermain Pyrantel pamoat 125 mg dosis tunggal
dengan teman, mulai belajar makan dan minum
sendiri, dapat menunjuk 1 atau lebih bagian Pembahasan
tubuhnya. Menurut ibu, anaknya mulai diberi Enterobiasis merupakan penyakit yang
makanan pendamping ASI ketika ia berusia 5 disebabkan oleh Enterobius vermicularis. Jenis
bulan. Riwayat imunisasi lengkap. cacing ini tidak termasuk dalam golongan Soil
Pasien merupakan anak ke-4 dari Transmitted Helminth, karena penularannya
3
pasangan suami-istri, Tn. M 37 tahun dan Ny. D tidak melalui tanah, namun melalui debu.
35 tahun. Pasien tinggal bersama kedua orang Diagnosis klinik utama pada pasien
tuanya dan dua saudara laki-lakinya. Anak ditegakkan berdasarkan gejala klinis pada
pertama merupakan anak laki-laki di keluarga pasien, dan ditemukannya cacing dewasa
ini, saat ini berusia 14 tahun. Anak kedua Enterobius vermicularis pada feses pasien.
meninggal saat masih bayi berumur ±2 minggu Keluhan yang timbul pada pasien berupa sering

J Agromed Unila | Volume 1 Nomor 2 | Februari 2015 | 40


Salman Alfarisi | Toddler with Enterobiasis

gelisah pada malam hari diakibatkan rasa gatal Pyrantel pamoat dipasarkan sebagai garam
pada anus, karena aktifitas cacing betina dewasa pamoat yang berbentuk kristal putih, tidak larut
pada malam hari yang bergerak ke daerah anus dalam alkohol maupun air, tidak berasa dan
untuk bertelur. Gambaran klinis lain yang dapat bersifat stabil. Pyrantel pamoat terutama
timbul pada infeksi Enterobius vermicularis digunakan untuk memberantas cacing gelang,
adalah insomnia maupun infeksi sekunder cacing kremi, dan cacing tambang. Dosis tunggal
3 7
disekitar anus akibat garukan. yang dianjurkan adalah 10 mg/KgBB.
Prevalensi enterobiasis lebih tinggi Pada pasien ini diberikan pyrantel
pada anak-anak dibandingkan dengan orang pamoat 125 mg dosis tunggal, dosis yang
dewasa. Berdasarkan penelitian yang dilakukan diberian sesuai dengan berat badan pasien yaitu
Setiawan dkk., di Mojokerto didapatkan 12 Kg. Alasan pemberian pyrantel pamoat pada
kejadian enterobiasis pada anak usia 5-9 tahun pasien ini adalah karena pyrantel pamoat dosis
sebesar 60%, usia 10-14 tahun 31,11%, usia 15- tunggal memiliki angka kesembuhan yang cukup
18 tahun 8,88%. Kebersihan pribadi merupakan tinggi untuk askariasis, ankilomatosis, dan
4
hal terpenting dalam mencegah Enterobiasis. enterobiasis. Untuk enterobiasis angka
Pada anak-anak masih kurangnya pengetahuan kesembuhan pyrantel pamoat seperti yang
dan perilaku hygiene merupakan penyebab dilaporkan oleh Han-jong dkk., adalah sebesar
utama terjadinya kecacingan. Kebiasaan anak 84,1%. Selain itu, pyrantel pamoat merupakan
seperti suka menghisap ibu jari, menggigiti kuku, obat yang paling banyak digunakan, mudah
dan menggaruk anus berkaitan dengan kejadian didapat, dan tersedia di puskesmas tempat
8
enterobiasis. Selain kebersihan pribadi, pasien berobat.
pengetahuan orang tua tentang enterobiasis Mebendazol merupakan antelmintik
juga berpengaruh terhadap insidensi spektrum luas. Mebendazol menyebabkan
5
enterobiasis pada anak. kerusakan struktur subselular dan menghambat
Berat badan pasien adalah 12 Kg, sekresi asetilkolinesterase cacing. Obat ini juga
ditimbang pada saat ia datang ke puskesmas. menghambat ambilan glukosa secara ireversibel
Usia pasien saat ini adalah 2 tahun 10 bulan. sehingga terjadi pengosongan (deplesi) glikogen
Berdasarkan berat badan per umur, status gizi pada cacing. Mebendazol sangat efektif untuk
pasien masih dalam range Z-score -2SD sampai mengobati infestasi cacing gelang, cacing kremi,
dengan SD2, yakni masih masuk ke dalam cacing tambang, dan T. trichiura, maka berguna
6
kategori gizi baik. Berbeda dengan infeksi untuk mengobati infestasi campuran cacing-
golongan Soil Transmitted Helminth yang dapat cacing tersebut. Mebendazol merupakan obat
mempengaruhi pemasukan (intake), pencernaan terpilih untuk enterobiasis dan trichuriasis
(digestif), penyerapan (absorpsi), dan dengan angka penyembuhan 90-100% untuk
7
metabolisme makanan, sehingga dapat enterobiasis pada dosis tunggal 100 mg.
mempengaruhi status gizi dan dapat Albendazol adalah obat cacing turunan
menghambat pertumbuhan anak. Pada infeksi benmidazol, berspektrum luas yang dapat
enterobius vermicularis, penurunan nafsu makan diberikan per-oral. Obat ini bekerja dengan cara
dan berat badan jarang terjadi, namun dapat berikatan dengan β-tubulin parasit sehingga
2
terjadi pada infeksi berat. menghambat polimerisasi mikrotubulus dan
Tujuan dari penatalaksanaan pasien memblok pengambilan glukosa oleh larva
yang mengalami enterobiasis adalah maupun cacing dewasa, sehingga persediaan
mengeluarkan cacing dewasa dan telur dari glikogen menurun dan pembentukan ATP
dalam tubuh dan mencegah terjadinya infeksi berkurang, akibatnya cacing akan mati. Dosis
ulang. Oleh karena itu, selain dengan tunggal 400 mg efektif untuk infeksi cacing
medikamentosa, diperlukan juga upaya aktif kremi, cacing gelang, cacing trikuris, cacing S.
7
untuk menjaga kebersihan pribadi dan Stercoralis, dan cacing tambang. Rata-rata
lingkungan. Medikamentosa yang dianjurkan penyembuhan menggunakan albendazol dengan
untuk enterobiasis adalah mebendazol, pyrantel dosis yang direkomedasikan adalah sebagai
7
pamoat, maupun albendazol. berikut, Ancylostoma duodenale (91,8%),
Pyrantel pamoat dan analognya Necator americanus (75,0%), Trichuris trichiura
menimbulkan depolarisasi pada otot cacing dan (47,7%), Enterobius vermicularis (97,8%),
9
meningkatkan frekuensi impuls, sehingga cacing Strongyloides stercoralis (62,2%).
mati dalam keadaan spastis. Pyrantel pamoat Upaya-upaya non medikamentosa yang
juga berefek menghambat enzim kolinesterase. dilakukan berupa menjaga kebersihan pribadi

J Agromed Unila | Volume 1 Nomor 2 | Februari 2015 | 41


Salman Alfarisi | Toddler with Enterobiasis

dengan membiasakan mencuci tangan sebelum 3. Abidin S, Alisah N. Parasitologi kedokteran. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2006. hlm
makan dan setelah buang air besar, memotong
26-30.
kuku dan menjaga kebersihan kuku. Mencuci 4. Setiawan H, Mansyur M, Rianti E, Dwi D. Korelasi
sprei minimal 2 kali/minggu, membersihkan antara prevalensi enterobiasis vermicularis dengan
jamban setiap hari juga bisa dilakukan sebagai higiene perorangan pada anak usia 5-18 tahun di desa
10 karang asem kecamatan Kutorejo kabupaten
upaya pencegahan ke anggota keluarga lain.
Mojokerto. Surabaya: Fakultas Kedokteran Universitas
Pada kasus ini peranan orang tua sangat Wijaya Kusuma; 2007.
berpengaruh terhadap keberhasilan 5. Kim DH, Son HM, Kim JY, Cho MK, Park MK, Kang SY, et
pengobatan. al. Parent’s knowledge about enterobiasis might be
one of the most important risk factors for enterobiasis
Setelah diberikan pengobatan pada
ini children. Korean J Parasitol. 2010; 48(2):121-6.
pasien dan edukasi tentang Eenterobiasis pada 6. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Keputusan
orang tua pasien, dilakukan pemeriksaan telur menteri kesehatan rupublik Indonesia nomor
cacing, dengan metode anal swab-scotch 1995/MENKES/SK/XII/2010 tentang standar
antropometri penilaian status gizi. Jakarta: Kementrian
adhesive tape untuk mengevaluasi hasil
Kesehatan Republik Indonesia; 2011.
pengobatan. Pemeriksaan ini dilakukan pada 7. Syarif A, Elysabeth. Farmakologi dan terapi. Jakarta:
hari ke-6 setelah minum obat dan didapatkan Balai Penerbit FKUI; 2009. hlm 541-50.
hasil yang negatif. Namun, siklus hidup 8. Rim HJ, Lee SH, Lee SI, Chang DS. Effect of
oxantel/pyrantel pamoate tablets against intestinal
Enterobius vermicularis dari telur hingga dewasa
nematodes in korea. Korean J Parasitol. 1978; 16(1):14-
berlangsung kira-kira 2 minggu sampai 2 bulan 20.
atau rata-rata 1 bulan karena telur-telur cacing 9. Horton J. Albendazole: a review of antihlmintic
dapat ditemukan kembali pada anus 5 minggu efficacy and safety in human. Parasitology. 2000;
3 121(Suppl):S113-32.
setelah pengobatan. Penelitian yang dilakukan
10. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman
oleh Kim dkk., menemukan bahwa anak yang pengobatan dasar di puskesmas. Jakarta: Kementrian
mendapatkan pengobatan 1 bulan terakhir tidak Kesehatan Republik Indonesia; 2007.
ditemukan adanya infeksi Enterobius 11. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Buku ajar infeksi dan
pediatri tropis. Jakarta: Balai Penerbit IDAI; 2012. hlm
vermicularis, tetapi setelah 1 bulan didapatkan
385-388.
hasil positif pada pemeriksaan telur cacing dan
terjadi reinfeksi. Oleh karena itu, pengobatan
Enterobiasis disarankan untuk diulangi 2-3
3
minggu kemudian. Untuk mendapatkan hasil
pengobatan yang lebih baik pengobatan harus
11
dilaksanakan oleh seluruh anggota keluarga.

Simpulan
Kecacingan merupakan infeksi yang
meluas di semua kalangan. Kecacingan erat
kaitannya dengan perilaku hidup bersih dan
sehat. Obat pilihannya adalah pyrantel pamoat,
sedang bila infeksi cacing campuran maka
pilihannya terapinya adalah mebendazole, atau
albendazole. Pada kasus enterobiasis, reinfeksi
dapat terjadi kembali sehingga dibutuhkan
pengulangan pengobatan setelah 2-3 minggu
dari pengobatan terakhir.

Daftar Pustaka
1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Perilaku
hidup bersih dan sehat [internet]. Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia; 2009 [diakses pada
tanggal 2014 Mar 4]. Tersedia dari:
http://www.depkes.go.id/downloads/Phbs.pdf
2. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Keputusan
menteri kesehatan republik Indonesia nomor
424/MENKES/SK/VI/2006 tentang pedoman
pengendalian cacingan. Jakarta: Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia; 2006.

J Agromed Unila | Volume 1 Nomor 2 | Februari 2015 | 42

Anda mungkin juga menyukai