Anda di halaman 1dari 5

KEJAHATAN TERHADAP JIWA

Kronologi Kasus
Kejadian diawali dengan cekcok mulut saat dagangan mulai dipersiapkan. Ketika itu, A Hiang
sedang duduk di kedai kopi. Dari kejauhan A Hiang melihat Tjiang Ming alias A Bak sedang
memindahkan kayu untuk menggantung kantong plastik miliknya. A Hiang mendatangi A Bak
dan menanyakan tentang pemindahan gantungan kantong plastik tersebut, A Bak
mengungkapkan bahwa gantungan kantong plastik itu mengenai gantungan plastik miliknya.
Cekcok mulut pun terjadi hingga A Bak mengeluarkan bahasa kotor dalam bahasa Cina.
Mendengar bahasa kotor tersebut, A Hiang naik darah dan mengambil parang yang berada di
dekatnya dan mendaratkan ke batang leher sebelah kiri A Bak hingga mengeluarkan darah segar.
A Bak berusaha melarikan diri dengan membalikkan badannya.
Tapi tebasan kedua kalinya hinggap di kepalanya dan lalu tersungkur di lantai. Setelah menebas
leher A Bak dan meninggalkannya dalam kondisi bersimbah darah, A Hiang mendatangi Polsek
Tanjungpinang Timur yang berada di depan Pasar Bestari. A Hiang mengatakan ke petugas jaga
bahwa ia baru saja membunuh orang dengan parang yang masih berada di tangannya.

Analisa Kasus
Berdasarkan kasus, pelaku termasuk melakukan tindak pidana pembunuhan
berencana (moord). Moord adalah salah satu jenis pembunuhan dimana memuat unsur yang
memberatkan (gequalificeerde doodslag) yaitu yang berupa unsur perencanaan (voorbedachte
raad). Maka, pelaku dijerat dengan pasal 340 KUHP tentang pembunuhan berencana.
Pasal 340 KUHP : “ Barangsiapa sengaja dan dengan rencana lebih dahulu merampas nyawa
orang lain, diancam, karena pembunuhan dengan rencana (moord), dengan pidana mati atau
pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun “
Unsur-unsur yang terdapat dalam pasal 340 KUHP tentang pembunuhan berencana tersebut
adalah :
1. Unsur Subjektif:
 Dengan sengaja
 Dan dengan rencana terlebih dahulu
2. Unsur Objektif
 Perbuatan Menghilangkan nyawa
 Objeknya ; nyawa orang lain
Pembunuhan berencana terdiri dari Pembunuhan dalam arti pasal 338 KUHP ditambah dengan
adanya unsur dengan rencana terlebih dahulu (mengandung 3 syarat/unsur yaitu:
a. Memutuskan kehendak dalam suiasana tenang
b. Ada tersedia waktu yang cukup sejak timbulnya kehendak sampai dengan pelaksanaan;
c. Pelaksanaan kehendak (perbuatan) dalam suasana tenang

1. Berdasarkan Pasal 1 ayat (1) KUHP : (Asas Legalitas)


“ Tiada suatu perbuatan dapat dipidana kecuali atas kekuatan aturan pidana dalam perundang-
undangan yang telah ada, sebelum perbuatan dilakukan”
Berdasarkan pasal tersebut, Tidak ada suatu tindak pidana yang dapat dipidana tanpa ada
peraturan tertulis yang mengaturnya terlebih dahulu. Dalam pasal 1 ayat (1) tersebut
mengandung asas-asas hukum pidana. A Hiang diancam dengan hukuman 14 tahun penjara atas
perbuatannya terhadap A Bak.
Antara unsur subjektif sengaja dengan wujud perbuatan menghilangkan nyawa terdapat syarat
yang harus juga dibuktikan adalah pelaksanaan perbuatan menghilangkan nyawa orang lain
harus tidak lama setelah timbulnya kehendak (niat) untuk menghilangkan nyawa orang lain itu.
Oleh karena apabila terdapat tenggang waktu yang cukup lama sejak timbulnya atau
terbentuknya kehendak untuk membunuh dengan pelaksanaannya, dimana dalam tenggang
waktu yang cukup lama itu petindak dapat memikirkan tentang berbagai hal, misalnya
memikirkan apakah kehendaknya itu akan diwujudkan dalam pelaksanaan ataukah tidak, dengan
cara apa kehendak itu akan diwujudkan. Maka pembunuhan itu masuk kedalam pembunuhan
berencana (Pasal 340 KUHP), dan bukan lagi pembunuham biasa.

Unsur dengan sengaja (dolus/opzet) merupakan suatu yang dikehendaki dan diketahui. Dalam
doktrin, berdasarkan tingkat kesengajaan terdiri dari 3 bentuk, yakni:
1. Kesengajaan sebagai maksud (opzet als oogmerk)
2. Kesengajaan sebagai kepastian (opzet bij zakerheids bewustzijn)
3. Kesengajaan sebagai kemungkinan (opzet bij mogelijkheids bewustzijn atau dolus eventualis).
Berdasarkan pandangan bahwa unsur opzettelijk bila dicantumkan dalam rumusan tindak pidana,
maka pengertian opzettelijk itu harus diartikan termasuk kedalam 3 bentuk kesengajaan tersebut.
Pandangan ini sesuai dengan praktik hukum yang dianut selama ini. Rumusan Pasal 338 KUHP
dengan menyebutkan unsur tingkah laku sebagai menghilangkan nyawa orang lain, menunjukkan
bahwa kejahatan pembunuhan adalah suatu tindak pidana materil. Tindak pidana materil adalah
suatu tindak pidana yang melarang menimbulkan akibat tertentu (akibat yang dilarang).

KESIMPULAN
Dalam kasus di atas orang tersebut maka pelaku dijerat dengan pasal 340 KUHP tentang
pembunuhan berencana:
Pasal 340 KUHP : “ Barangsiapa sengaja dan dengan rencana lebih dahulu merampas nyawa
orang lain, diancam, karena pembunuhan dengan rencana (moord), dengan pidana mati atau
pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun “
Unsur-unsur yang terdapat dalam pasal 340 KUHP tentang pembunuhan berencana tersebut
adalah :
1. Unsur Subjektif:
 Dengan sengaja :
Unsur sengaja ini bisa diliat dari sisi sipelaku (A Hiang) yang bahwasanya melakukan
pembunuhan pada saat ,A Hiang naik darah dan mengambil parang yang berada di dekatnya dan
mendaratkan ke batang leher sebelah kiri A Bak hingga mengeluarkan darah segar. A Bak
berusaha melarikan diri dengan membalikkan badannya.
 Dan dengan rencana terlebih dahulu
Unsur dengan rencana terlebih dahulu dapat dilihat pada saat si pelaku(A Hiang) Melakukan
tebasan kedua kalinya hinggap di kepalanya dan lalu tersungkur di lantai. Setelah menebas leher
A Bak dan meninggalkannya dalam kondisi bersimbah darah
2. Unsur Objektif
 Perbuatan Menghilangkan nyawa
Unsur ini dapat dilihat dari :
1. Unsur ini disyaratkan adanya orang mati. Dimana yang mati adalah orang lain dan bukan dirinya
sendiri si pembuat tersebut.
2. Pengertian orang lain adalah semua orang yang tidak termasuk dirinya sendiri si pelaku.
3. Dalam rumusan tindak pidana Pasal 338 KUHP tidak ditentukan bagaimana cara melakukan
perbuatan pembunuhan tersebut, tidak ditentukan alat apa yang digunakan tersebut, tetapi
Undang-Undang hanya menggariskan bahwa akibat dari perbuatannya itu yakni menghilangkan
jiwa orang lain atau matinya orang lain.
4. Kematian tersebut tidak perlu terjadi seketika itu atau sesegera itu, tetapi mungkin kematian
dapat timbul kemudian.
5. Untuk memenuhi unsur hilangnya jiwa atau matinya orang lain tersebut harus sesuatu perbuatan,
walaupun perbuatan itu kecil yang dapat mengakibatkan hilangnya atau matinya orang lain.
 Objeknya ; nyawa orang lain
Adapun kasus yang disebutkan diatas terdapat syarat-syarat yang merupakan perbuatan
menghilangkan nyawa orang lain yang harus dipenuhi yaitu:
1. Adanya wujud perbuatan
2. Adanya suatu kematian (orang lain)
3. Adanya hubungan sebab dan akibat (causal verband) antara perbuatan dan akiat kematian (orang
lain)
Pembunuhan berencana terdiri dari Pembunuhan dalam arti pasal 338 KUHP ditambah dengan
adanya unsur dengan rencana terlebih dahulu (mengandung 3 syarat/unsur yaitu:
a. Memutuskan kehendak dalam suiasana tenang
b. Ada tersedia waktu yang cukup sejak timbulnya kehendak sampai dengan pelaksanaan;
c. Pelaksanaan kehendak (perbuatan) dalam suasana tenang

Maka orang tersebut dapat dikenai pasal 340 KUHP , tentang pembunuhan berencana, karena
apabila terdapat tenggang waktu yang cukup lama sejak timbulnya atau terbentuknya kehendak
untuk membunuh dengan pelaksanaannya, dimana dalam tenggang waktu yang cukup lama itu
petindak dapat memikirkan tentang berbagai hal, misalnya memikirkan apakah kehendaknya itu
akan diwujudkan dalam pelaksanaan ataukah tidak, dengan cara apa kehendak itu akan
diwujudkan. Maka pembunuhan itu masuk kedalam pembunuhan berencana (Pasal 340 KUHP),
dan bukan lagi pembunuham biasa.
kejahatan tubuh dan nyawa manusia
(pembunuhan sadis seorang debtcolector)

Kasus ini adalah salah satu kasus yang terjadi di semarang. Kasus ini terjadi
pada hari kamis 5 September 2013, korbannya yaitu Sudarmanto (29), warga
Genuksari RT 03/RW 06 Semarang (Surat Kabar Harian Semarang: 2013). Korban
Dibantai secara sadis oleh sesama teman-teman debtcolectornya di rumahnya pada
pukul 01.00 dini hari. Para tersangka melalukan aksinya tersebut karena di sulut
rasa dendam kepada korban karena telah dituduh mencuri kalung korban seberat 10
gram. Karena merasa tidak terima telah dituduh mencuri (Aris) beserta 19 teman
lainnya langsung menyambangi rumah korban dan tanpa basa basi langsung
meluncurkan aksi brutalnya. Tubuh korban pun di hujani berbagai macam senjata
tajam dan tumpul hingga tak berbentuk, dan perbuatan korban itu di saksikan oleh
ibu kandung dan keluarganya sendiri, tak ada daya mereka untuk melerainya,
kakak korban yang berusaha melerainya pun turut ikut dibacok setelah puas
melihat korban tak berdaya mereka langsung meninggalkan rumah korban. Tetapi
tak lama kemudian polisi dapat menankap tersangka pembunuhan yang sedang
pesta miras disalah satu rumah tersangka juga. Karenanya korban mengalami luka
parah di sekujur tubuhnya akibat dibacok, ditusuk, dan dihantam benda tumpul
secara bertubi-tubi, bahkan dibagian punggung korban robek tembus jantung dan
paru-paru akibat senjata tajam jenis parang, nyawa korban tidak dapat tertolong
lagi saat dalam perjalanan menuju Rumah Sakit. Akibat perbuatannya ini 20 orang
tersangka pelaku pembunuhan Sudarmanto dikenai pasal berlapis 338 dan 170
KUHP yaitu mengenai pembunuhan dan pengeroyokan.

KESIMPULAN

Berdasarkan paparan kasus-kasus diatas dapat di simpulkan bahwa tindak


kejahatan terhadap tubuh dan nyawa lingkupnya sangat luas sekali dan terjadi
secara umum, meliputi tindak kejahatan, kekesaran fisik,seksual,mental,
pencurian,perampokan, dan pembunuhan. Dan semua tindakan kejahat itu sudah di
atur dalam Undang-undang dan ada sanksinya. Sebagai suatu bentuk kejahatan,
tindakan kekerasan agaknya tidak akan pernah hilang dari muka bumi ini,
sebagaimana pula tindak-tindak kejahatan lainnya. Namun, bukan berarti tindakan
kekerasan ini tidak dapat dikurangi.Untuk mencapai hal ini, selain upaya yuridis
yang diusulkan, semuanya kembali berpulang pada warga masyarakat sendiri.
Tanpa adanya partisipasi publik, maka tidak akan pernah ada perubahan. Untuk
dapat mengubah sikap dan perilaku masyarakat ini maka peran pembuat kebijakan
akan sangat menentukan, baik mereka yang berasal dari tingkat yang paling tinggi
sampai yang paling rendah. Selain itu, upaya pendidikan dan pemberdayaan
masyarakat serta perempuan sendiri perlu untuk menangani masalah-masalah yang
terjadi dalam komunitas mereka sendiri.

Anda mungkin juga menyukai