Anda di halaman 1dari 5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

Rasa nyeri dalam kebanyakan hal hanya merupakan suatu gejala yang berfungsimelindungi
tubuh. Nyeri harus dianggap sebagai isyarat bahaya tentang adanya ganguan
di jaringan, seperti peradangan, infeksi jasad renik, atau kejang otot. Nyeri yang disebabkan
oleh rangsangan mekanis, kimiawi atau fisis dapat menimbulkan kerusakan pada jaringan.
Rangsangan tersebut memicu pelepasan zat-zat tertentu yang disebut mediator nyeri. Mediator
nyeri antara lain dapat mengakibatkan reaksi radang dan kejang-kejang yang
mengaktivasireseptor nyeri di ujung saraf bebas di kulit, mukosa dan jaringan lain.
Nocireseptor ini terdapat di seluruh jaringan dan organ tubuh, kecuali di SSP. Dari sini
rangsangan di salurkan ke otak melalui jaringan lebat dari tajuk-tajuk neuron dengan amat
banyak sinaps via sumsum tulang belakang, sumsum lanjutan, dan otak
tengah. Dari thalamus impuls kemudian diteruskan ke pusat nyeri di otak besar, dimana
impuls dirasakan sebagai nyeri.

Obat analgesik antipiretik serta obat anti-inflamasi nonsteroid (NSAIDs) merupakan suatu
kelompok obat yang heterogen, dan beberapa obat memiliki perbedaan secara kimia. Namun,
obat-obat NSAID mempunyai banyak persamaan dalam efek terapi dan efek sampingnya.

2.1.1 Farmakokonetik

Obat harus diabsorbsi ke dalam darah, yang akan segera didistribusikan melalui tiap-tiap
jaringan dalam tubuh. Dalam darah obat dapat mengikat protein darah dan mengalami
metabolisme, terutama dalam melintasi hepar (hati). Meskipun obat akan didistribusikan
melalui badan, tetapi hanya sedikit yang tersedia untuk diikat pada struktur yang telah
ditentukan.

1. Absorbsi
Absorbsi adalah transfer suatu obat dari tempat pemberian ke dalam aliran darah.
Kecepatan dan efesiensi absorbsi tergantung pada cara pemberian. Untuk intravena, absorbs
sempurna yaitu dosis total obat seluruhnya mencapai sirkulasi sistemik. Proses absorbsi sangat
penting dalam menentukan efek obat. Pada umumnya obat yang tidak diabsobsi tidak
menimbulkan efek, kecuali antasida dan obat yang bekerja local. Proses absorbsi terjadi
diberbagai tempat pemberian obat, seperti saluran cerna, otot, rangka, paru-paru, kulit dan
sebagainya.
2. Distribusi
Obat setelah diabsorbsi akan tersebar melalui sirkulasi darah keseluruh badan. Dalam
peredarannya, kebanyakan obat-obat di distribusikan melalui membran badan dengan cara
yang relative lebih muda dan lebih cepat dibanding dengan eliminasi atau pengeluaran obat.
Distribusi adalah proses suatu obat yang secara reversible meninggalkan aliran darah
dan masuk ke interstisium (cairan ekstrasel) dan/atau ke sel-sel jaringan. Pengiriman obat dari
plasma ke interstinum terutama tergantung pada aliran darah, permeabilitas kapiler, derajat
ikatan ion obat tersebut dengan protein plasma atau jaringan dan hidrofobisitas dari obat
tersebut.
3. Metabolisme
Metabolisme sering disebut biotransformasi dan merupakan suatu istilah yang
menggambarkan metabolism obat. Pada dasarnya tiap obat merupakan zat asing yang tidak
diinginkan oleh badan dan badan berusaha merombak zat tersebut menjadi metabolit yang
bersifat hidrofil agar lebih lancar diekskersikan melalui ginjal, jadi reaksi biotransformasi yang
merupakan peristiwa detoksifikasi.
4. Ekskresi
Organ yang paling penting untuk ekskresi obat adalah ginjal. Obat diekskresikan dalam
struktur tidak berubah atau sebagai metabolit. Jalan lain yang utama adalah eliminasi obat
melalui system empedu masuk ke dalam usus kecil, obat atau metabolitnya dapat mengalami
reabsorbsi (siklus enterohepatik) dan eliminasi dalam feses (kotoran manusia). Jalur ekskresi
yang jumlah obat sedikit adalah melalui air ludah dan air susu merupakan suatu rute yang
menimbulkan masalah bagi bayi yang disusui. Zat yang menguap seperti gas anestesi berjalan
melalui epitel paru-paru.

2.1.2 Farmakodinamika

Farmakodinamika adalah disiplin ilmu farmakologi yang membahas tentang pengaruh obat
terhadap tubuh. Pengaruh obat ini dapat dilihat dalam bentuk efek obat. Untuk dapat
memberikan efek terhadap tubuh, maka obat sebelumnya berinteraksi dengan makromolekul
fungsional yang biasa disebut dengan reseptor. Reseptor obat memiliki salah satu bagian
penting yang biasa disebut dengan binding site atau sisi aktif. Binding site inilah yang menjadi
tempat terikatnya obat dengan reseptor, dan reseptor obat tersebut akan memediasi kerja obat
dan timbullah efek.

2.1.3 Efek Samping Obat

Efek samping obat adalah semua efek yang tidak dikehendaki yang membahayakan atau
merugikan pasien (adverse reactions) akhibat penggunaan obat. Masalah efek samping obat
tidak bisa dikesampingkan karena dapat menimbulkan berbagai dampak dalam penggunaan
obat baik dari sisi ekonomik, psikologi dan keberhasilan terapi. Dampak ekonomi seperti
meningkatnya biaya pengobatan, dampak psikologi pada kepatuhan penderita dalam minum
obat akan berakhibat pada kegagalan terapi.

2.1.4 Interaksi Obat

Interaksi obat merupakan segala perubahan efek yang ada dalam suatu obat dengan
pemakaiannya diselingi dengan obat lainnya. Interaksi obat juga dapat dikatakan sebagai suatu
reaksi obat yang dikonsumsi dengan makanan atau obat tradisional lainnya.

2.1.5 Na-diklofenak

Natrium (Na) diklofenak merupakan obat golongan Non-Steroidal Anti Inflammatory


Drugs (NSAIDs). Na diklofenak digunakan untuk mengurangi rasa nyeri, pembengkakan
akibat peradangan, dan kekakuan sendi akibat artritis (radang sendi), seperti pada artritis
reumatoid, osteoartritis, artritis gout, spondilitis ankilosa, dan spondiloartritis.

1. Farmakokinetik

Diabsorpsi dengan baik setelah penggunaan oral. mengalami metabolisme lintas


pertama; hanya 50-60% dari dosis mencapai sirkulasi sistemik sebagai obat tidak
berubah. Konsentrasi plasma puncak biasanya dicapai dalam waktu sekitar 2 jam (tablet
natrium diklofenak tertunda-release).

2. Mekanisme kerja
Secara umum, Natrium Diklofenak bekerja dengan menghambat Cyclooxygenase
tidak secara selektif, yaitu menghambat Cyclooxygenase-1 (COX-1) dan
Cyclooxygenase-2 (COX-2). Sehingga menghasilkan penghambatan sistesis
prostaglandin (merupakan mediator nyeri).
3. Efek Samping
Kebanyakan efek samping yang umum dari diclofenac adalah gangguan pencernaan,
termasuk munculnya ulkus lambung.

2.1.6 Tramadol
Tramadol adalah salah satu obat pereda rasa sakit kuat yang digunakan untuk menangani nyeri
sedang hingga berat (misalnya nyeri setelah operasi). Tramadol bekerja dengan cara
memengaruhi reaksi kimia di dalam otak dan sistem saraf yang pada akhirnya mengurangi
sensasi rasa sakit.
1. Farmakokinetik
Mengalami metabolisme di hati dan die ekskresi di ginjal denagan masa paru
eliminasi 6 jam untuk tramado dan 7,5 jam untuk metabolit aktifnya.
2. Farmakodinamik
Untuk nyeri ringan sampai nyeri sedang , tetapi untuk nyeri berat atau kronik lemah.
3. Mekanisme Kerja
Tramadol adalah analgesik kuat yang Berikatan dengan reseptor opioid tertentudan
meninhibisi reuptake (Reabsorpsi Neurotransmiter) norepinefrin danserotonin
4. Efek Samping
Mual muntah, konstipasim mengantuk, depresi napas , kesulitan kencing,
bekeringat , muka merah, mulut kering.

2.1.7 Antalgin

Antalgin adalah salah satu obat pengurang rasa sakit (analgesik) yang termasuk golongan anti
inflamasi non-steroid (AINS). Pada umumnya digunakan untuk mengurangi rasa nyeri, demam
dan inflamasi akibat kondisi-kondisi diantaranya sakit kepala, nyeri dan radang syaraf, nyeri
paska operasi, osteoartritis, batu ginjal, artritis reumatoid, artritis psoriatik, asam urat, kolik
dan sindrom pra-haid (PMS).
2.1.8 Anatomi Mencit dan Manusia

Anda mungkin juga menyukai