Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

SEJARAH ARSITEKTUR BARAT


ARSITEKTUR BIZANTIUM
TUGAS 3

DISUSUN OLEH :
NAMA : RAHMADANTI ADMAJA
NRP : 142018009
DOSEN : RENY KARTIKA SARY, ST.MT

FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
ARSITEKTUR BIZANTIUM

Byzantium (Bahasa Yunani: Βυζάντιον) adalah sebuah kota Yunani kuno, yang
menurut legenda, didirikan oleh para warga koloni Yunani dari Megara pada tahun 667
SM dan dinamai menurut nama Raja mereka Byzas atau Byzantas (Bahasa Yunani:
Βύζας atau Βύζαντας). Nama "Byzantium" merupakan Latinisasi dari nama asli kota
tersebut Byzantion. Kota ini kelak menjadi pusat Kekaisaran Byzantium, (Kekaisaran
Romawi penutur Bahasa Yunani menjelang dan pada Abad Pertengahan dengan nama
Konstantinopel. Setelah jatuhnya Konstantinopel ke tangan Kerajaan Ottoman, kota ini
selanjutnya dikenal sebagai Istanbul bagi Bangsa Turki Ottoman, tetapi nama tersebut
belum menjadi nama resmi kota ini sampai tahun 1930.

SEJARAH BIZANTIUM

Bizantium adalah sebutan untuk pecahan bagian timur dari Kekaisaran Romawi,
karena itulah Bizantium disebut juga Romawi Timur. Karena merupakan penerus
Romawi kuno, Bizantium disebut juga Romawi meskipun mayoritas penduduk dan
penguasa, bahasa, kebudayaan, serta agamanya lebih bersifat Yunani.
Pada 285 M, kaisar Diokletianus membagi
administrasi Kekaisaran Romawi menjadi bagian
barat dan timur. Antara 324 dan 330 M,
Konstantinus I memindahkan ibukota utama
Romawi dari Roma ke Bizantium, kemudian
dikenal sebagai Konstantinopel ("Kota
Konstantinus") atau Nova Roma ("Roma Baru").
Di bawah Theodosius I, militer dan administrasi Kekaisaran diatur ulang dan bahasa
Yunani menggantikan bahasa Latin sebagai bahasa resmi pemerintahan.
Wilayah Kekaisaran berubah-ubah selama keberadaannya karena mengalami
beberapa siklus kemunduran dan pemulihan. Selama pemerintahan Yustinianus I,
Kekaisaran mencapai wilayah terluasnya setelah menaklukan kembali sebagian besar
wilayah di Mediterania Barat yang dahulu pernah dikuasai oleh Romawi, termasuk
Afrika utara, Italia, dan kota Roma itu sendiri, yang mereka pertahankan selama lebih
dari dua abad. Selama pemerintahan Maurikios, perbatasan timur Kekaisaran meluas
dan wilayah utaranya distabilkan, akan tetapi pembunuhannya menyebabkan perang
dua dasawarsa melawan Persia Sasan yang menguras sumber daya Kekaisaran dan ikut
menyebabkan kehilangan wilayah besar-besaran selama penaklukan oleh Muslim pada
abad ke-7 M. Dalam waktu beberapa tahun setelahnya, Kekaisaran kehilangan dua
provinsinya yang paling kaya, Mesir dan Syria, kepada Arab.
Selama dinasti Makedonia (abad ke-10 dan 11 M), Kekaisaran lagi-lagi meluas
dan mengalami dua abad kemajuan, yang berakhir dengan lepasnya sebagian besar
Anatolia kepada Turk Sejak setelah Pertempuran Manzikert pada 1071 M. Pertempuran
ini membuka jalan bagi bangsa Turk untuk menjadikan Anatolia sebagai pusat
peradaban mereka yang baru.
Abad-abad terakhir Kekaisaran secara umum menunjukkan kecenderungan
kemunduran. Bizantium kesulitan pulih selama abad ke-12 M dan mengalami pukulan
berat dalam Perang Salib Keempat ketika Konstantinopel dijarah dan Kekaisaran
dibagi-bagi dan dipecah menjadi negara-negara Yunani dan Latin yang saling bersaing.
Meskipun Konstantinopel akhirnya kembali pulih dan Kekaisaran didirikan kembali
pada 1261 M, Bizantium hanya menjadi satu dari beberapa negara kecil yang saling
bersaling di kawasan tersebut selama dua abad terakhir keberlangsungannya. Sisa-sisa
wilayahnya kemudian terus-menerus dicaplok oleh Utsmaniyah selama abad ke-15, dan
kejatuhan Konstantinopel oleh Kesultanan Utsmaniyah pada 1453 pada akhirnya
meruntuhkan Kekaisaran Bizantium.
Pada tanggal 29 Mei 1453, kota ini jatuh ke
tangan Bangsa Turki Ottoman, dan sekali lagi,
menjadi ibu kota dari sebuah negara yang kuat, yakni
Kerajaan Ottoman. Bangsa Turki menyebut kota ini
Istanbul (meskipun tidak secara resmi diganti
namanya sampai tahun 1930) dan kemudian menjadi
kota terbesar dari Republik Turki, sekalipun yang
menjadi ibu kota Turki adalah Ankara.

PEMERINTAHAN

Di Romawi Timur, kaisar adalah penguasa tunggal dan absolut. Kekuasaannya


dianggap memiliki asal usul ilahi. Senat tidak mempunyai kewenangan politik dan
legislatif yang nyata, tetapi tetap sebagai dewan kehormatan. Pada akhir abad ke-8,
pemerintahan sipil yang terpusat di istana dibentuk sebagai bagian dari konsolidasi
kekuatan di ibukota (bangkitnya posisi sakellarios berhubungan dengan perubahan ini).
Reformasi paling penting pada periode ini adalah pendirian themes. Pada themes,
pemerintahan sipil dan militer diatur oleh satu orang, yaitu strategos.
Sistem tituler dan hak pendahuluan di kekaisaran mengakibatkan pemerintahan
tampak seperti birokrasi bagi pengamat-pengamat modern. Pejabat-pejabat diatur
dalam susunan yang ketat di antara kaisar, dan jabatan mereka bergantung pada
kehendak kaisar. Di Romawi Timur terdapat pekerjaan administratif yang sebenarnya,
tetapi pemerintahan dapat digantungkan pada orang-orang tertentu daripada suatu
jawatan. Pada abad ke-8 dan ke-9, kepegawaian negeri merupakan jalan tercepat
menuju status aristokrat, tetapi sejak abad ke-9, aristokrasi sipil disaingi oleh
aristokrasi kebangsawanan. Menurut beberapa penelitian, politik abad ke-11
didominasi oleh persaingan antara aristokrasi antara sipil dan militer. Pada masa
tersebut, Alexios I melancarkan reformasi administratif penting yang meliputi
pengadaan pangkat dan jabatan istana.

AGAMA

Kelangsungan hidup kekaisaran memastikan peran aktif kaisar dalam urusan


gereja. Negara Romawi Timur mewarisi kebiasaan administratif dan finansial dalam
mengatur urusan agama dari masa pagan, dan kebiasaan ini diterapkan di gereja.
Orang-orang Romawi Timur memandang kaisar sebagai wakil atau pengabar Kristus.
Maka kaisar bertanggung jawab dalam penyebaran Kekristenan di antara orang-orang
pagan, dan untuk "luar" agama, seperti pemerintahan dan keuangan. Meskipun begitu,
peran kaisar dalam gereja tidak pernah berkembang menjadi sistem tetap yang legal.
Kekristenan tidak pernah bersatu secara penuh di
Kekaisaran Romawi Timur. Gereja Ortodoks Timur tidak
mewakili semua orang Kristen di kekaisaran. Nestorianisme,
pandangan yang diajarkan oleh Nestorius, berpisah dari
gereja kekaisaran, dan kini menjadi Gereja Timur Asiria.
Gereja Ortodoks Oriental melepaskan diri dari gereja
kekaisaran setelah deklarasi Konsili Khalsedon. Arianisme
dan sekte-sekte Kristen lain juga ada di kekaisaran, meskipun
pada masa jatuhnya Roma pada abad ke-5, Arianisme lebih
terbatas pada suku-suku Jermanik di Eropa Barat. Pada masa
akhir kekaisaran, Ortodoks Timur mewakili sebagian besar orang Kristen di sisa
kekaisaran. Sementara itu, Yahudi merupakan minoritas yang penting di kekaisaran.
Meskipun beberapa kali mengalami penganiayaan, mereka secara umum ditoleransi.
Dengan jatuhnya Roma dan pertikaian internal pada tubuh kepatriarkan lainnya,
gereja Konstantinopel menjadi pusat Kekristenan terkaya dan paling berpengaruh
antara abad ke-6 hingga abad ke-11.
SEJARAH ARSITEKTUR BIZANTIUM

Arsitektur Bizantium adalah gaya bangunan yang


berkembang di bawah kekuasaan Kaisar Romawi Justinianus
antara tahun 527 dan 565 M. Selain penggunaan luas mosaik
interior, ciri khasnya adalah kubah tinggi, hasil dari teknik
rekayasa abad keenam terbaru. Arsitektur Bizantium
mendominasi bagian timur Kekaisaran Romawi pada masa
pemerintahan Justinianus Agung, tetapi pengaruhnya
membentang berabad-abad, dari 330 hingga jatuhnya
Konstantinopel pada tahun 1453 dan berlanjut ke arsitektur gereja saat ini.
Banyak dari apa yang kita sebut arsitektur
Bizantium hari ini adalah gerejawi, yang
berhubungan dengan gereja. Kekristenan mulai
berkembang setelah Edik Milan pada tahun 313 M
ketika Kaisar Romawi Constantine (c. 285-337)
mengumumkan kekristenannya sendiri, yang
melegitimasi agama baru; Orang Kristen tidak lagi
dianiaya secara rutin. Dengan kebebasan
beragama, orang Kristen dapat beribadah secara terbuka dan tanpa ancaman, dan
agama muda itu menyebar dengan cepat. Kebutuhan akan tempat ibadat semakin
meluas seperti halnya kebutuhan akan pendekatan baru terhadap desain bangunan.
Hagia Irene (juga dikenal sebagai Haghia Eirene atau Aya İrini Kilisesi) di Istanbul,
Turki adalah situs gereja Kristen pertama yang diperintahkan dibangun oleh
Constantine pada abad ke-4. Banyak dari gereja-gereja awal ini dihancurkan tetapi
dibangun kembali di atas puing-puing mereka oleh Kaisar Justinian.

PERIODE ARSITEKTUR BIZANTIUM

 Periode Byzantine awal


Dari permulaan abad ke 6 sampai pertengahan abad ke 9 adalah abad
eksperimen desain bangunan. Bentuk Basilika yang memanjang masih dipakai, akan
tetapi tidak cocok dengan kebiasaan setempat yang mempersembahkan misa di tengah-
tengah ruang utama gereja dan buka pada salah satu sudut ruangnya, sehingga denah
basilica yang memanjang tidak dapat untuk upacara tersebut.
 Periode Byzantine Pertengahan
Antara akhir abad ke 9 sampai pertengahan abad ke 13 tidak lagi
mempergunakan 1 type dasar bangunan gereja, di masa ini digunakan 4 gaya terpusat
yang berbeda masing-masing terdiri dari inti kubah yang dibentuk menjadi beraneka
ragam kombinasi antara lain segi-8 dan bujur sangkar, sedangkan bagian sudut
berkubah dihubungkan dengan ruang inti dengan mengurangi ukuran pilaster, sehingga
berkesan luas.
 Periode Byzantine Akhir
Hampir sama dengan periode pertengahan, sedangkan pengembangannya
ditekankan pada unsur vertical baik bagian luar maupun dalamnya. Gereja periode
pertengahan biasanya mempunyai satu kubah bola, pada periode akhir mempunyai 5
kubah bola, yaitu kubah besar ditengah dan kubah yang lebih kecil pada masing-masing
sudutnya.

KARAKTERISTIK ARSITEKTUR BIZANTIUM

Gereja-gereja Bizantium asli berbentuk


persegi dengan denah lantai pusat. Mereka
dirancang setelah salib Yunani atau inti immissa
quadrata bukannya Latin crux ordinaria dari
katedral Gothic. Gereja-gereja Bizantium awal
mungkin memiliki satu, kubah pusat dominan
tinggi, naik dari dasar persegi di pilar setengah-
kubah atau pendorong .
Arsitektur Bizantium memadukan detail arsitektur Barat dan Timur Tengah
serta cara melakukan sesuatu. Pembangun meninggalkan Orde Klasik demi kolom
dengan blok hiasan dekoratif yang terinspirasi oleh desain Timur Tengah. Dekorasi dan
narasi mosaik adalah hal biasa. Misalnya, gambar mosaik Justinian di Basilika San Vitale
di Ravenna, Italia menghormati Emporer Kristen Romawi.
Awal Abad Pertengahan juga merupakan masa
percobaan dengan metode dan bahan bangunan. Jendela
Clerestory menjadi cara populer untuk cahaya alami dan
ventilasi untuk memasuki gedung yang gelap dan berasap.
Bagian dinding Memakai bahan bata, dan dibagian dalam
(interiornya) dilapisi dengan mosaic yang terbuat dari
pualam warna-warni yang menggambarkan ajarannya
Arsitektur Byzantium adalah salah satu jenis
arsitektur yang menarik, karena merupakan simbiosis dari
beragam kebudayaan, merupakan perpaduan seni Eropa (barat) dan Timur (Asia), dan
kebudayaan Mediterania, serta pengaruh-pengaruh lain, baik karena letak maupun
kondisi sosial politik pada masa itu.
Penggunaan sistem kubah untuk konstruksi atap bertolak belakang dengan gaya
Kristiani kuno berupa penopang-penopang kayu dan juga gaya lengkung batu Romawi.
Cita-cita arsitektur Byzantine adalah mengkonstruksi atap gereja dengan atap kubah,
karena kubah dianggap symbol dari kekuasaan yang Maha Esa.
Sistem konstruksi beton dari Romawi dikembangkan dengan pesat. Kubah yang
merupakan ciri dari daerah timur, menjadi model atap Byzantine yang merupakan
penggabungan dari Konstruksi kubah dan sudut model Yunani dan Romawi. Karena
dominan bentuk dari seluruh bangunan menggunakan bentuk lingkaran dan lengkung
dengan bentang lebih lebar.
Type-type kubah yang diletakkan diatas
denah segi-4 dilengkapi dengan jendela kecil-kecil
diatas, disebut Pendetive, dimana pada masa
Romawi kubahnya hanya menutup bentuk denah
melingkar atau polygonal. Sedangkan bahan
pendetive tersebut dipakai bahan bata atau batu
apung yang disebut Purnise. Kubah dibuat tanpa
menggunakan penunjang sementara (bekisting).
Kubah bola utama tersebut melambangkan Surga
menurut ajarannya, sedangkan kubah kubah sudut
atau disebut Squinch untuk menggambarkan
ajarannya dalam bentuk mosaik antara Bema atau
bilik suci dengan Naos atau ruang induk atau nave,
dipisahkan oleh Iconostatis atau penyekat, sebagai screen of picture “tirai”. Bentuk
Eksterior, kadang tidak berhubungan/ tidak ada kesatuan dengan bentuk interiornya.
(Febrianita, dkk, 2014).

CIRI ARSITEKTUR BIZANTIUM

Sama halnya dengan masa Kristen Awal, pada masa Byzantium juga terrdapat beberapa
karakteristik bangunan arsitktur gereja antara lain, yakni:
 Denah dapat berbentuk basilika, salib, lingkaran atau polygon.
 Pintu masuk di sebelah barat, altar di sebelah timur.
 Bahan bangunan utama adalah bata, disusun berdasarkan pola dekoratif atau
dilapis plasteran.
 Atap ditutup oleh lapisan timah.
 Luar bangunan terlihat cukup sederhana, datar, dengan jendela yang kecil dan
berteralis.
 Interior bangunan kaya dengan mosaik yang penuh warna, menghiasi dinding,
kubah, dan langit-langit (warna dominan adalah biru dan emas).
 Gambar mosaik adalah cerita-cerita dari Injil atau cerita kekaisaran
 Mosaik dibuat dari kubus-kubus kecil (dari marmer atau kaca) yang direkatkan
di lapisan semen.
 Kolom-kolom pada bangunan Byzantium memiliki banyak ornamen. Biasanya
monogram (inisial) kaisar atau penguasa dipahat pada kolom tersebut.
 Fitur lain yang penting pada gereja Byzantium adalah kubah. Kubah Byzantium
diletakkan di atas bukaan denah berbentuk persegi sedangkan pada kubah
Romawi diletakkan di atas bukaan denah bentuk lingkaran.

PENGARUH ROMAWI

Gaya bangunan dan style Byzantine pertama kali mengikuti arsitektur Romawi.
Mosaik dengan karakter ukiran/pahatan dekorasi dan ornamen, atap lengkung, kubah
besar (dengan material batu dan beton), material batu/batu bata. Namun kemudian
arsitektur Byzantine membawa pengaruh terhadap Eropa dan asia dan juga
Renaissance dan Dinasti Ottoman setelahnya.
Bangunan Bergaya Arsitektur Byzantine memiliki bentuk geometri yang
komplek dengan material batu sebagai material utama dan bata dan plester sebagai
material tambaha. Unsur dekorasi menjadi penting dan elemen utama dalam bangunan
publik, seperti Gereja.
Byzantine adalah perwujudan dari konsep atap
lengkung dan kubah yang menggantikan rangka atap kayu.
Sistem konstruksi perletakan batu bata yang diperkenalkan
oleh bangsa Romawi berkembang menjadi semacam
pembuatan dinding bata secara umum dan hal ini diadopsi
untuk membentuk arsitektur Byzantine. Rangka dinding
batu bata terlebih dahulu diselesaikan dan dibiarkan mapan
sebelum lapisan permukaan interior dan lantai marmer
dipasang. Bagian komponen bangunan yang berdiri sendiri ini menjadi karakterisik dari
konstruksi Byzantine.
HAGIA SOPHIA

Hagia Sophia atau Aya Sofya (dari


bahasa Yunani: Ἁγία Σοφία Bizantium Yunani
[aˈʝia soˈfia]; bahasa Latin: Sancta Sophia atau
Sancta Sapientia; bahasa Arab: ‫;صوفيا آيا‬
"Kebijaksanaan Suci") adalah sebuah
bangunan bekas basilika, masjid, dan
sekarang museum, di Istanbul, Republik
Turki. Dari masa pembangunannya pada
tahun 537 M sampai 1453 M, bangunan ini
merupakan katedral Ortodoks dan tempat kedudukan Patriark Ekumenis
Konstantinopel, kecuali pada tahun 1204 sampai 1261, ketika tempat ini diubah oleh
Pasukan Salib Keempat menjadi Katedral Katolik Roma di bawah kekuasaan Kekaisaran
Latin Konstantinopel. Bangunan ini menjadi masjid mulai 29 Mei 1453 sampai 1931
pada masa kekuasaan Kesultanan Utsmani. Kemudian bangunan ini disekulerkan dan
dibuka sebagai museum pada 1 Februari 1935 oleh Republik Turki.
Terkenal akan kubah besarnya, Hagia Sophia dipandang sebagai lambang
arsitektur Bizantium dan dikatakan "telah mengubah sejarah arsitektur." Bangunan ini
tetap menjadi katedral terbesar di dunia selama hampir seribu tahun sampai Katedral
Sevilla diselesaikan pada tahun 1520.
Bangunan yang sekarang ini awalnya dibangun sebagai sebuah gereja antara
tahun 532-537 atas perintah Kaisar Rowami Timur Yustinianus I dan merupakan Gereja
Kebijaksanaan Suci ketiga yang dibangun di tanah yang sama, dua bangunan
sebelumnya telah hancur karena kerusuhan. Bangunan ini didesain oleh ahli ukur
Yunani, Isidore dari Miletus dan Anthemius dari Tralles.
Gereja ini dipersembahkan kepada Kebijaksanaan Tuhan, sang Logos, pribadi
kedua dari Trinitas Suci, pesta peringatannya diadakan setiap 25 Desember untuk
memperingati kelahiran dari inkarnasi Logos dalam diri Kristus. Walaupun sesekali
disebut sebagai Sancta Sophia (seolah dinamai dari Santa Sophia), sophia sebenarnya
pelafalan fonetis Latin dari kata Yunani untuk kebijaksanaan. Nama lengkapnya dalam
bahasa Yunani adalah Ναὸς τῆς Ἁγίας τοῦ Θεοῦ Σοφίας, Naos tēs Hagias tou Theou
Sophias, "Tempat Peziarahan Kebijaksaan Suci Tuhan".[7][8]
Pada 1453 M, Konstantinopel ditaklukkan oleh Utsmani di bawah kepemimpinan
Sultan Mehmed II, yang kemudian memerintahkan pengubahan gereja utama Kristen
Ortodoks menjadi masjid. Dikenal sebagai Aya Sofya dalam ejaan Turki, bangunan yang
berada dalam keadaan rusak ini memberi kesan kuat pada penguasa Utsmani dan
memutuskan untuk mengubahnya menjadi masjid. Berbagai lambang Kristen seperti
lonceng, gambar, dan mosaik yang menggambarkan Yesus, Maria, orang-orang suci
Kristen, dan para malaikat dihilangkan atau ditutup. Berbagai atribut Keislaman seperti
mihrab, minbar, dan empat menara, ditambahkan. Aya Sofya tetap bertahan sebagai
masjid sampai tahun 1931 M. Kemudian bangunan ini
ditutup bagi umum oleh pemerintah Republik Turki
dan dibuka kembali sebagai museum empat tahun
setelahnya pada 1935. Pada tahun 2014, Aya Sofya
menjadi museum kedua di Turki yang paling banyak
dikunjungi, menarik hampir 3,3 juta wisatawan per
tahun. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh
Kementerian Budaya dan Pariwisata Turki, Aya Sofya merupakan tempat di Turki yang
paling menarik perhatian wisatawan pada 2015.
Dari pengubahan awal bangunan ini
menjadi masjid sampai pembangunan Masjid
Sultan Ahmed (juga dikenal dengan Masjid Biru)
pada 1616, Aya Sofya merupakan masjid utama di
Istanbul. Arsitektur Bizantium pada Aya Sofya
mengilhami banyak masjid Utsmani, seperti
Masjid Biru, Masjid Şehzade (Masjid Pangeran),
Masjid Süleymaniye, Masjid Rüstem Pasha, dan Masjid Kılıç Ali Pasha.

SEJARAH

 Gereja Pertama
Gereja pertama yang dibangun pada
tanah tersebut dikenal sebagai "Gereja
Agung", atau dalam bahasa Latin "Magna
Ecclesia", dikarenakan ukurannya yang sangat
besar bila dibandingkan dengan gereja saat
itu di kota Konstantinopel. Gereja ini
diresmikan pada 15 Februari 360 pada masa
pemerintahan Kaisar Konstantius II oleh
Uskup Arian, Eudoxius dari Antiokia, didirikan di sebelah tempat istana kekaisaran
dibangun. Gereja Hagia Eirene (secara harfiah bermakna "Kedamaian Suci") di dekatnya
telah diselesaikan terlebih dahulu sebelum Gereja Agung selesai. Kedua gereja ini
berperan sebagai gereja utama dari Kekaisaran Romawi Timur.
Bangunan ini dibangun sebagai sebuah basilika bertiang Latin tradisional dengan
berbagai galeri dan atap kayu, didahului dengan sebuah atrium. Bangunan ini diklaim
sebagai salah satu monumen yang paling menonjol di dunia pada saat itu.
Patriark Konstantinopel Yohanes Krisostomus terlibat perselisihan dengan
Permaisuri Aelia Eudoxia, istri dari Kaisar Arcadius, dan diasingkan pada 20 Juni 404.
Pada kerusuhan berikutnya, gereja pertama ini sebagian besar terbakar. Tidak ada yang
tersisa dari gereja pertama ini sekarang.
 Gereja Kedua
Gereja kedua diresmikan pada 10 Oktober 415 atas perintah Kaisar Theodosius
II. Basilika ini memiliki atap kayu dan dibangun oleh arsitek bernama Rufinus. Pada
masa Kerusuhan Nika, gereja ini terbakar pada 13–14 Januari 532.
Beberapa balok marmer dari gereja kedua ini selamat sampai sekarang,
beberapa di antaranya adalah relief yang menggambarkan dua belas domba yang
mewakili dua belas rasul. Awalnya bagian dari salah satu pintu depan monumental,
balok-balok itu sekarang berada di lubang penggalian yang berdekatan dengan pintu
masuk museum setelah penemuan pada tahun 1935 di bawah halaman sisi barat oleh A.
M. Schneider. Penggalian berikutnya tidak dilanjutkan karena takut merusak keutuhan
bangunan.

 Gereja Ketiga

Pada 23 Februari 532, hanya beberapa pekan setelah hancurnya basilika kedua,
Kaisar Yustinianus I memerintahkan pembangunan gereja ketiga dengan rancangan
yang lebih luas dan megah dari sebelumnya.
Gereja baru ini secara serentak diakui sebagai
karya arsitektur besar. Bersama dengan Patriark
Menas, kaisar meresmikan basilika ini pada 27
Desember 537, lima tahun sepuluh bulan setelah
pembangunan dimulai. Sedangkan mosaik yang
terdapat di dalam gereja baru selesai pada masa Kaisar
Yustinus II yang memerintah pada tahun 565–578 M.
Hagia Sophia menjadi pusat kedudukan Patriark Ortodoks Konstantinopel dan
tempat utama berbagai upacara Kekaisaran Romawi Timur, seperti penobatan kaisar.
Seperti gereja-gereja lain di seluruh dunia Kristen, basilika ini memiliki tempat
perlindungan dari penganiayaan bagi para pelanggar hukum.
Basilika ini mengalami kerusakan pertama kali dalam kebakaran besar tahun
859, dan kemudian saat gempa bumi pada 8 Januari 869, yang membuat sebagian
kubahnya runtuh. Kaisar Basilius I memerintahkan agar gereja ini diperbaiki.
Pada masa pendudukan Konstantinopel pada Perang Salib Keempat, gereja ini
dijarah dan dinodai oleh Tentara Salib. Pada masa pendudukan Latin di Konstantinopel
(1204–1261), gereja ini berubah menjadi Katedral Katolik Roma.
Setelah direbut kembali pada 1261 oleh bangsa Bizantium, gereja ini dalam
keadaan bobrok. Kubah gereja mengalami keretakan setelah gempa bumi bulan Oktober
1344, dan beberapa bagian bangunan runtuh pada 19 Mei 1346; alhasil gereja ini
ditutup sampai 1354 saat perbaikan dilakukan.
 Masjid
Konstantinopel ditaklukkan oleh Utsmani pada 29 Mei 1453.
Sultan Mehmed II memberikan kebebasan bagi pasukannya untuk
melakukan penjarahan selama tiga hari atas kota yang baru
ditaklukkan, dan setelahnya ia akan mengklaim isi kota untuk
dirinya. Hagia Sophia tidak dikecualikan dari penjarahan, dan
menjadi titik fokusnya karena para penakluk meyakini bahwa di
tempat itu mengandung harta terbesar dari seluruh kota. Ketika
Sultan dan anak buahnya memasuki gereja, ia menegaskan bahwa
bangunan itu harus sekaligus diubah menjadi masjid.
 Museum
Kesultanan Utsmani runtuh pada November 1922
M dan digantikan oleh Republik Sekuler Turki. Presiden
pertamanya, Mustafa Kemal Atatürk memerintahkan
penutupan Aya Sofya pada 1931 M untuk umum, dan
dibuka empat tahun setelahnya pada 1935 M sebagai
museum. Karpet untuk ibadah shalat dihilangkan, plester
dan cat-cat kaligrafi dikelupas, menampakkan kembali
lukisan-lukisan Kristen yang tertutupi selama lima abad.
Sejak saat itu, Aya Sofya dijadikan salah satu objek wisata
terkenal oleh pemerintah Turki di Istambul.
Penggunaan Aya Sofya sebagai tempat ibadah dilarang
keras oleh pemerintah Turki yang berhaluan sekuler. Namun pada 2006, pemerintah
Turki mengizinkan alokasi khusus untuk sebuah ruangan doa Kristen dan museum
Muslim staf dan sejak tahun 2013 muazin mengumandangkan adzan dari menara
museum dua kali saat siang hari.
DENAH

Denah utama Hagia Sophia adalah ruang tengah berbentuk bujur sangkar yang
berukuran 32,6 x 32,6 m2. Di sudut-sudutnya terdapat kolom struktural yang sangat
masif dan besar. Kolom ini menyangga pelengkung setengah lingkaran yang menyangga
kubah utama.
Lebar gereja mencapai 305 meter dan
tinggi ± 548 meter, bentuk dasar bangunan
segi empat dengan luas 18.000 M2, dengan
sekeliling dinding yang dihias mosaic warna
warni serta cemerlang keemasan. Arsitek
(pada zaman Yustinianus) adalah Isodorus dari
Miletus dan Anthemius dari Tralles. Bangunan ini pada tahun 1453 M, diduduki oleh
bangsa Turki dan diubah menjadi Masjid, dengan mnghilangkan bagian-bagian yang
berhias gambar makhluk hidup.
Gaya arsitektur fasade Hagia Sophia
dipengaruhi oleh kebudayaan Byzantine
(abad ke-6) yang ada sebelum
Konstantinopel berdiri. Gaya Byzantine
didasari oleh karya bangunan Kristen awal
yang menempatkan area pembaptisan dan
kapel makam sebagai area yang terpusat.
Sehingga ruang-ruang atau relung yang
mendampingi ruang utama berformasi
radial dengan pusatnya yaitu makam atau meja altar di tengah. Karena formasinya yang
terpusat, denahnya pun tidak lepas dari bentuk-bentuk simetris seperti bujur sangkar
atau segi delapan/segi banyak dengan ukuran sisi-sisinya yang sama, bahkan berbentuk
lingkaran.
DINDING DAN KOLOM

Memakai bahan bata, dan dibagian dalam (interiornya) dilapisi dengan mosaik
yang terbuat dari pualam warna-warni yang
menggambarkan ajarannya. Busur setengah lingkaran
dipakai untuk menunjang galery dan bukaan pada pintu
dan jendela. Jendela-jendela kecil setengah lingkaran
mengelilingi dasar kubah (pendetive). Kolomnya
konstruktif, dengan kepala tiang (capital) bergaya Korintia
dan Komposit. Secara keseluruhan pandang, gereja Hagia Sophia merupakan kelompok
banyak kubah yang mengelilingi kubah utama secara simetris, sehingga berkesan
vertikal.

STRUKTUR DAN KONSTRUKSI

Pada bangunan Hagia sophia sistem struktur yang


digunakan adalah dinding pemikul ( Bearing wall) dan pada
dinding penggunanaan batu bata terebih dahulu diselesaikan
dan dibiarkan mapan sebelum lapisan permukaan interior
dan lantai marmer dipasang.Bagian komponen bangunan
yang berdiri sendiri ini menjadi karakterisik dari konstruksi
Byzantium dan menggunaan batu bata yang sama
dengan bata Romawi, sekitar 15 inchi tebalnya dan diletakkan pada lapisan tebal
mortar. Mortar sebagai perekat antara batu bata berupa campuran antara kapur
dan pasir dengan penahan tanah liat, keramik atau batayang hasilnya sama kerasnya
dengan bangunan terbaik di Roma.
Pada bagian atap menggunakan struktur kubah. Kubah merupakan ciri khas
arsitektur Byzantine, yang kemudian ditopang dengan struktur pendentive. Pendentive
adalah struktur yang menopang kubah, berbentuk A terbalik dengan kolom
dibawahnya.
Kubah tersebut, menjadi ciri khas tradisional bangsa Timur,
menjadi motif umum asitektur Byzantine, yang merupakan
gabungan dari konstruksi kubah dengan gaya kolumnar klasik.
Kubah dengan bermacam-macam variasi dipakai untuk menutupi
denah persegi dengan teknik ‘Pendetives’. Kubah dan lengkung
Byzantine diperkirakan dibuat tanpa menggunakan penyokong
sementara atau perancahan atau ‘centering’ dengan penggunaan
batu bata datar yang besar, hal ini merupakan sistem yang cukup
nyata yang kemungkinan didapat dari metode Timur. Jendela-
jendela disusun pada bagian bawah kubah, yang pada periode berikutnya dinaikkan
letaknya pada ‘drum‟ yang tinggi.

INTERIOR
BASILIKA SAN VITALE

Basilika San Vitale adalah sebuah gereja di Ravenna , Italia , dan salah satu
contoh paling penting yang bertahan hidup dari seni dan arsitektur Bizantium Kristen
awal di Eropa. Gereja Katolik Roma telah menetapkan bangunan itu sebagai "basilika",
gelar kehormatan yang dianugerahkan pada bangunan-bangunan gereja yang memiliki
nilai historis dan gerejawi yang luar biasa, meskipun itu bukan bentuk basilika
arsitektural.

SEJARAH

Gereja ini dimulai oleh Uskup Ecclesius pada tahun 526, ketika Ravenna berada
di bawah pemerintahan Ostrogoth dan diselesaikan oleh Uskup 27 Ravenna,
Maximianus , pada tahun 547 mendahului Byzantine Exarchate of Ravenna .
Pembangunan gereja disponsori oleh Julius Argentarius, seorang bankir dan
arsitek, yang sangat sedikit yang diketahui, kecuali bahwa ia juga mensponsori
pembangunan Basilika Sant'Apollinare di Classe pada sekitar waktu yang sama. ( Potret
donor Julius Argentarius dapat muncul di antara para abdi dalem di mosaik Justinian.)
Biaya akhir sebesar 26.000 solidi (keping emas). sama dengan 36,11 pds. dari emas.
Telah dikemukakan bahwa Julian berasal dari bagian timur Kekaisaran Bizantium, di
mana ada tradisi lama kebaikan masyarakat.
Uskup Maximian menguduskan gereja di 547-48. Dalam bentuknya, San Vitale
merujuk terutama pada bangunan-bangunan besar Kristen awal, seperti San Lorenzo di
Milan , tetapi juga mengambil inspirasi dari gereja Santa Sophia di Konstantinopel .
Meskipun menggunakan model yang sama, ini adalah monumen asli, unik dalam
jenisnya.
ARSITEKTUR

Gereja memiliki rencana segi delapan. Bangunan ini


menggabungkan elemen Romawi : kubah, bentuk pintu, dan
menara loncatan; dengan unsur-unsur Bizantium : kera
poligonal, huruf besar, batu bata sempit, dan contoh awal
penopang terbang . Gereja ini paling terkenal karena
kekayaan mosaik Bizantiumnya, yang terbesar dan paling
terpelihara di luar Konstantinopel .
Gereja ini sangat penting dalam seni Byzantium,
karena ini adalah satu-satunya gereja besar dari periode
Kaisar Justinian I yang bertahan hidup hingga saat ini. Lebih
lanjut, itu dianggap mencerminkan desain Kamar Audiensi
Istana Kekaisaran Bizantium, yang tidak ada yang bertahan sama sekali. Belltower
memiliki empat lonceng, yang bertanggal satu dari abad ke-16. Menurut legenda, gereja
itu didirikan di situs martir Santo Vitalis . Namun, ada beberapa kebingungan mengenai
apakah ini adalah Santo Vitalis dari Milan , atau Santo Vitale yang tubuhnya ditemukan
bersama dengan Santo Agricola , oleh Santo Ambrosius di Bologna pada tahun 393.

DENAH

 Nave, ruang utama pada tatanan ruang pada bagian tengah disebut nave yang
berasal dari kata navis yang berarti “kapal”. Nave diperlebar sejauh
bentangan atap yang menaunginya. Nave biasanya diapit oleh lorong di
kedua sisi panjangnya. Ruang di kedua sisi nave disebut aisle. Antara nave
dan aisle terdapat kolom yang menopang bagian atas nave. Nave berfungsi
sebagai tempat beribadah utk jemaat.
 Apse. Pada bagian kanan ujung dari nave terdapat ruangan yang disebut
Apse. Apse, yang terkadang juga ditulis apsis yang merupakan istilah dalam
arsitektur untuk bagian bangunan yang melengkung ke dalam dan berbentuk
setengah bundar yang tertutup oleh semi-kubah atau kubah setengah bulat.
Apse merupakan tempat pemimpin ibadah.
 Aisle, ruang pengantar.
 Narthex, tempat penyambut tamu.
 Sacristy, bilik di gereja tempat menyimpan alat dan pakaian upacara gereja .

STRUKTUR DAN KONSTRUKSI

• Dinding: Memakai bahan bata, dan dibagian


dalam (interiornya) dilapisi dengan mosaic
yang terbuat dari pualam warna-warni yang
menggambarkan ajarannya.
• Bukaan Pintu dan Jendela :
 Busur ½ lingkaran dipakai untuk menunjang
galery dan bukaan pada pintu dan jendela
 Jendela-jendela kecil ½ lingkaran mengelilingi
dasar kubah (pendetive)
• Atap: metode pembuatan atap dari bahan
batu ataupun beton
• Kolom: kolom-kolomnya konstruktif, dengan
kepala tiang (capital) bergaya Korintia dan
Komposit
• Lantai: menggunakan marmer Italy dengan konsep geometris.

INTERIOR

Interior yang luas ditandai dengan ritme massa yang


diartikulasikan dan banyak lengkungan yang membuat bentuk
geometrisnya kurang jernih dan membuat ruang tampak tidak
terbatas
Kubah hemisfer yang didukung oleh delapan lengkungan
besar yang berdiri di pilar berbentuk kipas raksasa menutupi
ruang tengah yang luas. Sebuah lengkungan terbuka menuju
presbiteri . Tujuh lengkungan lainnya membentuk exedras
besar, dibagi dalam dua urutan lengkungan di atas kolom.
Matroneum berhubungan dengan orde superior dan ambulatory oktagonal ke inferior,
yang berbalik dan pecah di presbiteri.
Bentuk-bentuk ini memberikan kesan yang
sangat khusus: arsitektur dan posisinya
menciptakan efek ekspansi dari pusat ke luar.
Seolah-olah exedras itu dipompa oleh energi
misterius dan ruang kosong pusat menyebabkan
mengembang. Pengulangan gelombang konsentris
dan ritme juga dapat dirasakan karena lengkungan
ini. Ekspedisi ini tidak memiliki fungsi struktural, tetapi estetis dan simbolis, dan milik
ide metafisika ruang . Ini mengacu pada konsep Tuhan sebagai kekuatan yang tak
terbatas, berkembang ke segala arah.
Awalnya dekorasi jauh lebih kaya: lantai dibuat oleh mosaik, tetapi hanya
beberapa fragmen yang tersisa. Kolom , diukir dengan hati-hati dalam relief dan ukiran,
menyajikan dosseret. Seluruh interior memiliki dekorasi yang kaya marmer dan mosaik
berharga.

MOSAIK

Mosaik adalah seni menciptakan gambar dengan menyusun kepingan-kepingan


kecil berwarna dari kaca, batu, atau bahan lain.
Mosaik San Vitale berasal dari zaman yang berbeda tetapi semuanya milik abad
ke- 6 . Yang tertua, dari zaman Uskup Ecclesius , adalah yang menggambarkan Teofani
di semi-kubah apsidal.

 Teofani
Teofani = penampakan Tuhan. Merupakan gambar
simbolik , abstrak dan penuh makna religius.
Di tengah, Kristus muda , berjanggut, duduk di antara dua
malaikat di dunia biru , simbol alam semesta. Di sebelah
kiri, San Vitale menerima mahkota martir dari Kristus,
tangannya ditutupi oleh mantel.
 Prosesi Justinianus
Di sebelah kanan adalah sebuah mosaik yang menggambarkan Kaisar Romawi
Timur Justinian I , dibalut dengan warna ungu Tyrian dengan lingkaran emas, berdiri di
samping pejabat pengadilan, Uskup Maximian , penjaga dan diakon palatinae .
Lingkaran kepala di sekelilingnya
memberinya aspek yang sama dengan Kristus
dalam kubah apse, tetapi merupakan bagian
dari tradisi memberikan keluarga kekaisaran
dengan lingkaran cahaya yang dijelaskan oleh
Ernst Kantorowicz dalam Dua Tubuh Raja .
Justinianus sendiri berdiri di tengah, dengan
tentara di sebelah kanan dan klerus di sebelah
kirinya, menekankan bahwa Justinianus adalah pemimpin gereja dan negara
kekaisarannya. Penyisipan kemudian nama Uskup Maximianus di atas kepalanya
menunjukkan bahwa mosaik itu mungkin telah dimodifikasi pada tahun 547,
menggantikan representasi uskup sebelumnya dengan milik Maximianus.
Latar belakang emas dari mosaik menunjukkan bahwa Justinianus dan
rombongannya ada di dalam gereja. Figur ditempatkan dalam bentuk V; Justinianus
ditempatkan di depan dan di tengah untuk menunjukkan kepentingannya dengan
Uskup Maximian di sebelah kirinya dan individu yang lebih rendah ditempatkan di
belakang mereka. Penempatan ini dapat dilihat melalui kaki yang tumpang tindih dari
individu yang ada di mosaik.

 Prosesi Theodora
Panel lain menunjukkan Permaisuri Theodora serius dan formal, dengan halo emas,
mahkota dan permata, dan sekelompok wanita istana serta kasim . Permaisuri
memegang kapal Ekaristi untuk anggur, dan panelnya berbeda dari Justinian dalam
memiliki latar belakang yang lebih kompleks, dengan air mancur, kubah, dan hiasan
mewah.
Adegan ini lebih hidup daripada yang lain
karena pakaian wanita lebih bervariasi dalam gaya
dan warna. Permaisuri dapat diidentifikasi karena
lebih tinggi, untuk mengenakan pakaian dan
perhiasan yang lebih kaya dan untuk memiliki
lingkaran cahaya. Dia membawa piala emas untuk
misa. Keliman pakaiannya disulam dengan gambar-
gambar di mana mosaik yang sama dapat ditemukan.
Dua wanita di dekat permaisuri adalah Antonina dan Joannina , istri dan anak
perempuan Belisarius. Ada gagasan tentang beberapa wanita lain yang tiba di tempat
kejadian, seolah-olah mereka datang dari balik tirai.

Anda mungkin juga menyukai