DISUSUN OLEH :
NAMA : RAHMADANTI ADMAJA
NRP : 142018009
DOSEN : RENY KARTIKA SARY, ST.MT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
ARSITEKTUR BIZANTIUM
Byzantium (Bahasa Yunani: Βυζάντιον) adalah sebuah kota Yunani kuno, yang
menurut legenda, didirikan oleh para warga koloni Yunani dari Megara pada tahun 667
SM dan dinamai menurut nama Raja mereka Byzas atau Byzantas (Bahasa Yunani:
Βύζας atau Βύζαντας). Nama "Byzantium" merupakan Latinisasi dari nama asli kota
tersebut Byzantion. Kota ini kelak menjadi pusat Kekaisaran Byzantium, (Kekaisaran
Romawi penutur Bahasa Yunani menjelang dan pada Abad Pertengahan dengan nama
Konstantinopel. Setelah jatuhnya Konstantinopel ke tangan Kerajaan Ottoman, kota ini
selanjutnya dikenal sebagai Istanbul bagi Bangsa Turki Ottoman, tetapi nama tersebut
belum menjadi nama resmi kota ini sampai tahun 1930.
SEJARAH BIZANTIUM
Bizantium adalah sebutan untuk pecahan bagian timur dari Kekaisaran Romawi,
karena itulah Bizantium disebut juga Romawi Timur. Karena merupakan penerus
Romawi kuno, Bizantium disebut juga Romawi meskipun mayoritas penduduk dan
penguasa, bahasa, kebudayaan, serta agamanya lebih bersifat Yunani.
Pada 285 M, kaisar Diokletianus membagi
administrasi Kekaisaran Romawi menjadi bagian
barat dan timur. Antara 324 dan 330 M,
Konstantinus I memindahkan ibukota utama
Romawi dari Roma ke Bizantium, kemudian
dikenal sebagai Konstantinopel ("Kota
Konstantinus") atau Nova Roma ("Roma Baru").
Di bawah Theodosius I, militer dan administrasi Kekaisaran diatur ulang dan bahasa
Yunani menggantikan bahasa Latin sebagai bahasa resmi pemerintahan.
Wilayah Kekaisaran berubah-ubah selama keberadaannya karena mengalami
beberapa siklus kemunduran dan pemulihan. Selama pemerintahan Yustinianus I,
Kekaisaran mencapai wilayah terluasnya setelah menaklukan kembali sebagian besar
wilayah di Mediterania Barat yang dahulu pernah dikuasai oleh Romawi, termasuk
Afrika utara, Italia, dan kota Roma itu sendiri, yang mereka pertahankan selama lebih
dari dua abad. Selama pemerintahan Maurikios, perbatasan timur Kekaisaran meluas
dan wilayah utaranya distabilkan, akan tetapi pembunuhannya menyebabkan perang
dua dasawarsa melawan Persia Sasan yang menguras sumber daya Kekaisaran dan ikut
menyebabkan kehilangan wilayah besar-besaran selama penaklukan oleh Muslim pada
abad ke-7 M. Dalam waktu beberapa tahun setelahnya, Kekaisaran kehilangan dua
provinsinya yang paling kaya, Mesir dan Syria, kepada Arab.
Selama dinasti Makedonia (abad ke-10 dan 11 M), Kekaisaran lagi-lagi meluas
dan mengalami dua abad kemajuan, yang berakhir dengan lepasnya sebagian besar
Anatolia kepada Turk Sejak setelah Pertempuran Manzikert pada 1071 M. Pertempuran
ini membuka jalan bagi bangsa Turk untuk menjadikan Anatolia sebagai pusat
peradaban mereka yang baru.
Abad-abad terakhir Kekaisaran secara umum menunjukkan kecenderungan
kemunduran. Bizantium kesulitan pulih selama abad ke-12 M dan mengalami pukulan
berat dalam Perang Salib Keempat ketika Konstantinopel dijarah dan Kekaisaran
dibagi-bagi dan dipecah menjadi negara-negara Yunani dan Latin yang saling bersaing.
Meskipun Konstantinopel akhirnya kembali pulih dan Kekaisaran didirikan kembali
pada 1261 M, Bizantium hanya menjadi satu dari beberapa negara kecil yang saling
bersaling di kawasan tersebut selama dua abad terakhir keberlangsungannya. Sisa-sisa
wilayahnya kemudian terus-menerus dicaplok oleh Utsmaniyah selama abad ke-15, dan
kejatuhan Konstantinopel oleh Kesultanan Utsmaniyah pada 1453 pada akhirnya
meruntuhkan Kekaisaran Bizantium.
Pada tanggal 29 Mei 1453, kota ini jatuh ke
tangan Bangsa Turki Ottoman, dan sekali lagi,
menjadi ibu kota dari sebuah negara yang kuat, yakni
Kerajaan Ottoman. Bangsa Turki menyebut kota ini
Istanbul (meskipun tidak secara resmi diganti
namanya sampai tahun 1930) dan kemudian menjadi
kota terbesar dari Republik Turki, sekalipun yang
menjadi ibu kota Turki adalah Ankara.
PEMERINTAHAN
AGAMA
Sama halnya dengan masa Kristen Awal, pada masa Byzantium juga terrdapat beberapa
karakteristik bangunan arsitktur gereja antara lain, yakni:
Denah dapat berbentuk basilika, salib, lingkaran atau polygon.
Pintu masuk di sebelah barat, altar di sebelah timur.
Bahan bangunan utama adalah bata, disusun berdasarkan pola dekoratif atau
dilapis plasteran.
Atap ditutup oleh lapisan timah.
Luar bangunan terlihat cukup sederhana, datar, dengan jendela yang kecil dan
berteralis.
Interior bangunan kaya dengan mosaik yang penuh warna, menghiasi dinding,
kubah, dan langit-langit (warna dominan adalah biru dan emas).
Gambar mosaik adalah cerita-cerita dari Injil atau cerita kekaisaran
Mosaik dibuat dari kubus-kubus kecil (dari marmer atau kaca) yang direkatkan
di lapisan semen.
Kolom-kolom pada bangunan Byzantium memiliki banyak ornamen. Biasanya
monogram (inisial) kaisar atau penguasa dipahat pada kolom tersebut.
Fitur lain yang penting pada gereja Byzantium adalah kubah. Kubah Byzantium
diletakkan di atas bukaan denah berbentuk persegi sedangkan pada kubah
Romawi diletakkan di atas bukaan denah bentuk lingkaran.
PENGARUH ROMAWI
Gaya bangunan dan style Byzantine pertama kali mengikuti arsitektur Romawi.
Mosaik dengan karakter ukiran/pahatan dekorasi dan ornamen, atap lengkung, kubah
besar (dengan material batu dan beton), material batu/batu bata. Namun kemudian
arsitektur Byzantine membawa pengaruh terhadap Eropa dan asia dan juga
Renaissance dan Dinasti Ottoman setelahnya.
Bangunan Bergaya Arsitektur Byzantine memiliki bentuk geometri yang
komplek dengan material batu sebagai material utama dan bata dan plester sebagai
material tambaha. Unsur dekorasi menjadi penting dan elemen utama dalam bangunan
publik, seperti Gereja.
Byzantine adalah perwujudan dari konsep atap
lengkung dan kubah yang menggantikan rangka atap kayu.
Sistem konstruksi perletakan batu bata yang diperkenalkan
oleh bangsa Romawi berkembang menjadi semacam
pembuatan dinding bata secara umum dan hal ini diadopsi
untuk membentuk arsitektur Byzantine. Rangka dinding
batu bata terlebih dahulu diselesaikan dan dibiarkan mapan
sebelum lapisan permukaan interior dan lantai marmer
dipasang. Bagian komponen bangunan yang berdiri sendiri ini menjadi karakterisik dari
konstruksi Byzantine.
HAGIA SOPHIA
SEJARAH
Gereja Pertama
Gereja pertama yang dibangun pada
tanah tersebut dikenal sebagai "Gereja
Agung", atau dalam bahasa Latin "Magna
Ecclesia", dikarenakan ukurannya yang sangat
besar bila dibandingkan dengan gereja saat
itu di kota Konstantinopel. Gereja ini
diresmikan pada 15 Februari 360 pada masa
pemerintahan Kaisar Konstantius II oleh
Uskup Arian, Eudoxius dari Antiokia, didirikan di sebelah tempat istana kekaisaran
dibangun. Gereja Hagia Eirene (secara harfiah bermakna "Kedamaian Suci") di dekatnya
telah diselesaikan terlebih dahulu sebelum Gereja Agung selesai. Kedua gereja ini
berperan sebagai gereja utama dari Kekaisaran Romawi Timur.
Bangunan ini dibangun sebagai sebuah basilika bertiang Latin tradisional dengan
berbagai galeri dan atap kayu, didahului dengan sebuah atrium. Bangunan ini diklaim
sebagai salah satu monumen yang paling menonjol di dunia pada saat itu.
Patriark Konstantinopel Yohanes Krisostomus terlibat perselisihan dengan
Permaisuri Aelia Eudoxia, istri dari Kaisar Arcadius, dan diasingkan pada 20 Juni 404.
Pada kerusuhan berikutnya, gereja pertama ini sebagian besar terbakar. Tidak ada yang
tersisa dari gereja pertama ini sekarang.
Gereja Kedua
Gereja kedua diresmikan pada 10 Oktober 415 atas perintah Kaisar Theodosius
II. Basilika ini memiliki atap kayu dan dibangun oleh arsitek bernama Rufinus. Pada
masa Kerusuhan Nika, gereja ini terbakar pada 13–14 Januari 532.
Beberapa balok marmer dari gereja kedua ini selamat sampai sekarang,
beberapa di antaranya adalah relief yang menggambarkan dua belas domba yang
mewakili dua belas rasul. Awalnya bagian dari salah satu pintu depan monumental,
balok-balok itu sekarang berada di lubang penggalian yang berdekatan dengan pintu
masuk museum setelah penemuan pada tahun 1935 di bawah halaman sisi barat oleh A.
M. Schneider. Penggalian berikutnya tidak dilanjutkan karena takut merusak keutuhan
bangunan.
Gereja Ketiga
Pada 23 Februari 532, hanya beberapa pekan setelah hancurnya basilika kedua,
Kaisar Yustinianus I memerintahkan pembangunan gereja ketiga dengan rancangan
yang lebih luas dan megah dari sebelumnya.
Gereja baru ini secara serentak diakui sebagai
karya arsitektur besar. Bersama dengan Patriark
Menas, kaisar meresmikan basilika ini pada 27
Desember 537, lima tahun sepuluh bulan setelah
pembangunan dimulai. Sedangkan mosaik yang
terdapat di dalam gereja baru selesai pada masa Kaisar
Yustinus II yang memerintah pada tahun 565–578 M.
Hagia Sophia menjadi pusat kedudukan Patriark Ortodoks Konstantinopel dan
tempat utama berbagai upacara Kekaisaran Romawi Timur, seperti penobatan kaisar.
Seperti gereja-gereja lain di seluruh dunia Kristen, basilika ini memiliki tempat
perlindungan dari penganiayaan bagi para pelanggar hukum.
Basilika ini mengalami kerusakan pertama kali dalam kebakaran besar tahun
859, dan kemudian saat gempa bumi pada 8 Januari 869, yang membuat sebagian
kubahnya runtuh. Kaisar Basilius I memerintahkan agar gereja ini diperbaiki.
Pada masa pendudukan Konstantinopel pada Perang Salib Keempat, gereja ini
dijarah dan dinodai oleh Tentara Salib. Pada masa pendudukan Latin di Konstantinopel
(1204–1261), gereja ini berubah menjadi Katedral Katolik Roma.
Setelah direbut kembali pada 1261 oleh bangsa Bizantium, gereja ini dalam
keadaan bobrok. Kubah gereja mengalami keretakan setelah gempa bumi bulan Oktober
1344, dan beberapa bagian bangunan runtuh pada 19 Mei 1346; alhasil gereja ini
ditutup sampai 1354 saat perbaikan dilakukan.
Masjid
Konstantinopel ditaklukkan oleh Utsmani pada 29 Mei 1453.
Sultan Mehmed II memberikan kebebasan bagi pasukannya untuk
melakukan penjarahan selama tiga hari atas kota yang baru
ditaklukkan, dan setelahnya ia akan mengklaim isi kota untuk
dirinya. Hagia Sophia tidak dikecualikan dari penjarahan, dan
menjadi titik fokusnya karena para penakluk meyakini bahwa di
tempat itu mengandung harta terbesar dari seluruh kota. Ketika
Sultan dan anak buahnya memasuki gereja, ia menegaskan bahwa
bangunan itu harus sekaligus diubah menjadi masjid.
Museum
Kesultanan Utsmani runtuh pada November 1922
M dan digantikan oleh Republik Sekuler Turki. Presiden
pertamanya, Mustafa Kemal Atatürk memerintahkan
penutupan Aya Sofya pada 1931 M untuk umum, dan
dibuka empat tahun setelahnya pada 1935 M sebagai
museum. Karpet untuk ibadah shalat dihilangkan, plester
dan cat-cat kaligrafi dikelupas, menampakkan kembali
lukisan-lukisan Kristen yang tertutupi selama lima abad.
Sejak saat itu, Aya Sofya dijadikan salah satu objek wisata
terkenal oleh pemerintah Turki di Istambul.
Penggunaan Aya Sofya sebagai tempat ibadah dilarang
keras oleh pemerintah Turki yang berhaluan sekuler. Namun pada 2006, pemerintah
Turki mengizinkan alokasi khusus untuk sebuah ruangan doa Kristen dan museum
Muslim staf dan sejak tahun 2013 muazin mengumandangkan adzan dari menara
museum dua kali saat siang hari.
DENAH
Denah utama Hagia Sophia adalah ruang tengah berbentuk bujur sangkar yang
berukuran 32,6 x 32,6 m2. Di sudut-sudutnya terdapat kolom struktural yang sangat
masif dan besar. Kolom ini menyangga pelengkung setengah lingkaran yang menyangga
kubah utama.
Lebar gereja mencapai 305 meter dan
tinggi ± 548 meter, bentuk dasar bangunan
segi empat dengan luas 18.000 M2, dengan
sekeliling dinding yang dihias mosaic warna
warni serta cemerlang keemasan. Arsitek
(pada zaman Yustinianus) adalah Isodorus dari
Miletus dan Anthemius dari Tralles. Bangunan ini pada tahun 1453 M, diduduki oleh
bangsa Turki dan diubah menjadi Masjid, dengan mnghilangkan bagian-bagian yang
berhias gambar makhluk hidup.
Gaya arsitektur fasade Hagia Sophia
dipengaruhi oleh kebudayaan Byzantine
(abad ke-6) yang ada sebelum
Konstantinopel berdiri. Gaya Byzantine
didasari oleh karya bangunan Kristen awal
yang menempatkan area pembaptisan dan
kapel makam sebagai area yang terpusat.
Sehingga ruang-ruang atau relung yang
mendampingi ruang utama berformasi
radial dengan pusatnya yaitu makam atau meja altar di tengah. Karena formasinya yang
terpusat, denahnya pun tidak lepas dari bentuk-bentuk simetris seperti bujur sangkar
atau segi delapan/segi banyak dengan ukuran sisi-sisinya yang sama, bahkan berbentuk
lingkaran.
DINDING DAN KOLOM
Memakai bahan bata, dan dibagian dalam (interiornya) dilapisi dengan mosaik
yang terbuat dari pualam warna-warni yang
menggambarkan ajarannya. Busur setengah lingkaran
dipakai untuk menunjang galery dan bukaan pada pintu
dan jendela. Jendela-jendela kecil setengah lingkaran
mengelilingi dasar kubah (pendetive). Kolomnya
konstruktif, dengan kepala tiang (capital) bergaya Korintia
dan Komposit. Secara keseluruhan pandang, gereja Hagia Sophia merupakan kelompok
banyak kubah yang mengelilingi kubah utama secara simetris, sehingga berkesan
vertikal.
INTERIOR
BASILIKA SAN VITALE
Basilika San Vitale adalah sebuah gereja di Ravenna , Italia , dan salah satu
contoh paling penting yang bertahan hidup dari seni dan arsitektur Bizantium Kristen
awal di Eropa. Gereja Katolik Roma telah menetapkan bangunan itu sebagai "basilika",
gelar kehormatan yang dianugerahkan pada bangunan-bangunan gereja yang memiliki
nilai historis dan gerejawi yang luar biasa, meskipun itu bukan bentuk basilika
arsitektural.
SEJARAH
Gereja ini dimulai oleh Uskup Ecclesius pada tahun 526, ketika Ravenna berada
di bawah pemerintahan Ostrogoth dan diselesaikan oleh Uskup 27 Ravenna,
Maximianus , pada tahun 547 mendahului Byzantine Exarchate of Ravenna .
Pembangunan gereja disponsori oleh Julius Argentarius, seorang bankir dan
arsitek, yang sangat sedikit yang diketahui, kecuali bahwa ia juga mensponsori
pembangunan Basilika Sant'Apollinare di Classe pada sekitar waktu yang sama. ( Potret
donor Julius Argentarius dapat muncul di antara para abdi dalem di mosaik Justinian.)
Biaya akhir sebesar 26.000 solidi (keping emas). sama dengan 36,11 pds. dari emas.
Telah dikemukakan bahwa Julian berasal dari bagian timur Kekaisaran Bizantium, di
mana ada tradisi lama kebaikan masyarakat.
Uskup Maximian menguduskan gereja di 547-48. Dalam bentuknya, San Vitale
merujuk terutama pada bangunan-bangunan besar Kristen awal, seperti San Lorenzo di
Milan , tetapi juga mengambil inspirasi dari gereja Santa Sophia di Konstantinopel .
Meskipun menggunakan model yang sama, ini adalah monumen asli, unik dalam
jenisnya.
ARSITEKTUR
DENAH
Nave, ruang utama pada tatanan ruang pada bagian tengah disebut nave yang
berasal dari kata navis yang berarti “kapal”. Nave diperlebar sejauh
bentangan atap yang menaunginya. Nave biasanya diapit oleh lorong di
kedua sisi panjangnya. Ruang di kedua sisi nave disebut aisle. Antara nave
dan aisle terdapat kolom yang menopang bagian atas nave. Nave berfungsi
sebagai tempat beribadah utk jemaat.
Apse. Pada bagian kanan ujung dari nave terdapat ruangan yang disebut
Apse. Apse, yang terkadang juga ditulis apsis yang merupakan istilah dalam
arsitektur untuk bagian bangunan yang melengkung ke dalam dan berbentuk
setengah bundar yang tertutup oleh semi-kubah atau kubah setengah bulat.
Apse merupakan tempat pemimpin ibadah.
Aisle, ruang pengantar.
Narthex, tempat penyambut tamu.
Sacristy, bilik di gereja tempat menyimpan alat dan pakaian upacara gereja .
INTERIOR
MOSAIK
Teofani
Teofani = penampakan Tuhan. Merupakan gambar
simbolik , abstrak dan penuh makna religius.
Di tengah, Kristus muda , berjanggut, duduk di antara dua
malaikat di dunia biru , simbol alam semesta. Di sebelah
kiri, San Vitale menerima mahkota martir dari Kristus,
tangannya ditutupi oleh mantel.
Prosesi Justinianus
Di sebelah kanan adalah sebuah mosaik yang menggambarkan Kaisar Romawi
Timur Justinian I , dibalut dengan warna ungu Tyrian dengan lingkaran emas, berdiri di
samping pejabat pengadilan, Uskup Maximian , penjaga dan diakon palatinae .
Lingkaran kepala di sekelilingnya
memberinya aspek yang sama dengan Kristus
dalam kubah apse, tetapi merupakan bagian
dari tradisi memberikan keluarga kekaisaran
dengan lingkaran cahaya yang dijelaskan oleh
Ernst Kantorowicz dalam Dua Tubuh Raja .
Justinianus sendiri berdiri di tengah, dengan
tentara di sebelah kanan dan klerus di sebelah
kirinya, menekankan bahwa Justinianus adalah pemimpin gereja dan negara
kekaisarannya. Penyisipan kemudian nama Uskup Maximianus di atas kepalanya
menunjukkan bahwa mosaik itu mungkin telah dimodifikasi pada tahun 547,
menggantikan representasi uskup sebelumnya dengan milik Maximianus.
Latar belakang emas dari mosaik menunjukkan bahwa Justinianus dan
rombongannya ada di dalam gereja. Figur ditempatkan dalam bentuk V; Justinianus
ditempatkan di depan dan di tengah untuk menunjukkan kepentingannya dengan
Uskup Maximian di sebelah kirinya dan individu yang lebih rendah ditempatkan di
belakang mereka. Penempatan ini dapat dilihat melalui kaki yang tumpang tindih dari
individu yang ada di mosaik.
Prosesi Theodora
Panel lain menunjukkan Permaisuri Theodora serius dan formal, dengan halo emas,
mahkota dan permata, dan sekelompok wanita istana serta kasim . Permaisuri
memegang kapal Ekaristi untuk anggur, dan panelnya berbeda dari Justinian dalam
memiliki latar belakang yang lebih kompleks, dengan air mancur, kubah, dan hiasan
mewah.
Adegan ini lebih hidup daripada yang lain
karena pakaian wanita lebih bervariasi dalam gaya
dan warna. Permaisuri dapat diidentifikasi karena
lebih tinggi, untuk mengenakan pakaian dan
perhiasan yang lebih kaya dan untuk memiliki
lingkaran cahaya. Dia membawa piala emas untuk
misa. Keliman pakaiannya disulam dengan gambar-
gambar di mana mosaik yang sama dapat ditemukan.
Dua wanita di dekat permaisuri adalah Antonina dan Joannina , istri dan anak
perempuan Belisarius. Ada gagasan tentang beberapa wanita lain yang tiba di tempat
kejadian, seolah-olah mereka datang dari balik tirai.