Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit hepatitis merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia
termasuk Indonesia. Indonesia merupakan negara dengan endemis tinggi Hepatitis B
terbesar kedua negara south east asian region (SEAR) setelah Myanmar. virus
hepatitis B atau HBV telah menginfeksi sejumlah 2 miliar orang di dunia sekitar 240
juta orang di antara menjadi pengidap Hepatitis B kronik. sebanyak 1,5 juta
penduduk meninggal dunia setiap tahunnya karena hepatitis. Menurut riskesdas 2013
prevalensi hepatitis 1,2% dari penduduk di Indonesia dimana 1 sampai 5% merupakan
ibu hamil dengan virus hepatitis penularan infeksi vhb dapat terjadi dengan dua cara
yaitu penularan horizontal dan vertikal penularan horizontal dapat terjadi melalui
berbagai cara yaitu penularan perkutan melalui selaput lendir atau mukosa.
Mother to Child transmission (MTCT) dari seorang ibu hamil yang menderita
Hepatitis B akut akan menularkan kepada bayi yang dikandungnya atau
dilahirkannya. penularan HBV vertikal dapat dibagi menjadi penularan HBV in utero
penularan, perinatal, dan penularan postnatal. penularan HBV in entero ini sampai
sekarang belum diketahui dengan pasti, karena salah satu fungsi dari plasenta adalah
proteksi terhadap bakteri atau virus. Bayi dikatakan mengalami infeksi in utero jika
dalam satu bulan post partum sudah menunjukkan HbsAg positif.
Penularan perinatal adalah penularan yang terjadi saat persalinan. sebagian
besar ibu dengan HBeAg positif akan menurunkan infeksi HBV vertikal kepada bayi
yang dilahirkannya sedangkan ibu yang anti hbe positif tidak akan menularkannya.
Sedangkan penularan post natal terjadi setelah bayi lahir misalnya melalui ASI yang
diduga tercemar oleh HBV lewat luka kecil dalam mulut bayi. Pada kasus persalinan
lama cenderung meningkatkan penularan vertikal.
Kehamilan tidak akan memperberat infeksi virus Akan tetapi jika terjadi
infeksi akut bisa mengakibatkan hepatitis felamin yang dapat menimbulkan mortalitas
tinggi pada ibu dan bayi. Jika penularan virus hepatitis B dapat dicegah berarti
mencegah terjadinya kanker hati secara primer yang dipengaruhi titer DNA virus
hepatitis B tinggi pada Ibu. Semakin tinggi kemungkinan bayi akan tertular infeksi
akut terjadi pada kehamilan trisemester ketiga persalinan lama dan mutasi virus
hepatitis B.
B. Rumusan Masalah
a. Apa yang di maksud dengan Hepatitis (HBV) ?
b. Bagaiaman patofisiologi hepatitis (HBV) ?
c. Bagaiaman penularan HBV ?
d. Bagaiaman Pengaruh kehamilan terhadap infeksi HBV ?
e. Bagaiaman Pengaruh hepatitis terhadap kehamilan ?
f. Bagaiaman Penatalaksanan Ibu hamil yang terkena HBV ?
g. Bagaiaman Pencegahan Infeksi HBV?
h. Bagaimana Asuhan Keperawatan Ibu Hamil dengan Hbsag?
C. Tujuan
a. Untuk mengetahui pengertian hepatitis
b. Untuk mengetahui patofisiologi hepatitis
c. Untuk mengetahui penularan HBV
d. Untuk mengetahui Pengaruh kehamilan terhadap infeksi HBV
e. Untuk mengetahui Pengaruh hepatitis terhadap kehamilan
f. Untuk mengetahui Penatalaksanan Ibu hamil yang terkena HBV
g. Untuk mengetahui Pencegahan Infeksi HBV
h. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Ibu Hamil dengan Hbsag
BAB II

A. Pengertian Hepatitis
Hepatitis berasal dari bahasa Yunani kuno “hepar” dengan akar kata “hepat”
yang berarti hati atau liver dan akhiran -tis yang berarti peradangan, sehingga dapat
diartikan peradangan hati. Hepatitis adalah istilah umum yang berarti peradangan sel-
sel hati yang bisa disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, Parasit, obat-obatan
(termasuk obat tradisional), konsumsi alkohol, konsumsi lemak yang berlebih dan
penyakit autoimun. Hepatitis dapat disebabkan oleh berbagai macam virus seperti
virus hepatitis A (HAV), hepatitis B (HBV), hepatitis C ( HCV), hepatitis D (HDV)
dan hepatitis E (HEV). (Ajeng & Putu, 2017)
Hepatitis merupakan infeksi hepar yang paling sering mengenai wanita hamil.
Hepatitis virus merupakan komplikasi yang mengenai 0,2 % dari seluruh kehamilan.
Kejadian abortus, IUFD dan persalinan preterm merupakan komplikasi yang paling
sering terjadi pada wanita hamil dengan infeksi hepatitis. Hepatitis dapat disebabkan
oleh virus, obat- obatan dan bahan kimia toksik dengan gejala klinis yang hampir
sama. Sampai saat ini telah diidentifikasi 6 tipe virus hepatitis yaitu virus hepatitis A,
B, C, D, E dan G. Infeksi virus hepatitis yang paling sering menimbulkan komplikasi
dalam kehamilan adalah virus hepatitis B dan E. (Rizky I L, 2015)

B. Patofisiologi Hepatitis
Menurut (Mustofa & Kurniawaty, 2013) Sel hati manusia merupakan target
organ bagi virus Hepatitis B. Virus Hepatitis B mula-mula melekat pada reseptor
spesifik di membran sel hepar kemudian mengalami penetrasi ke dalam sitoplasma sel
hepar. Virus melepaskan mantelnya di sitoplasma, sehingga melepaskan
nukleokapsid. Selanjutnya nukleokapsid akan menembus sel dinding hati.
Asam nukleat VHB akan keluar dari nukleokapsid dan akan menempel pada
DNA hospes dan berintegrasi pada DNA tersebut. Proses selanjutnya adalah DNA
VHB memerintahkan sel hati untuk membentuk protein bagi virus baru. Virus
Hepatitis B dilepaskan ke peredaran darah, terjadi mekanisme kerusakan hati yang
kronis disebabkan karena respon imunologik penderita terhadap infeksi
Proses replikasi virus tidak secara langsung bersifat toksik terhadap sel,
terbukti banyak carrier VHB asimtomatik dan hanya menyebabkan kerusakan hati
ringan. Respon imun host terhadap antigen virus merupakan faktor penting terhadap
kerusakan hepatoseluler dan proses klirens virus, makin lengkap respon imun, makin
besar klirens virus dan semakin berat kerusakan sel hati. Respon imun host dimediasi
oleh respon seluler terhadap epitop protein VHB, terutama HBsAg yang ditransfer ke
permukaan sel hati. Human Leukocyte Antigen (HLA) class I-restricted CD8+ cell
mengenali fragmen peptida VHB setelah mengalami proses intrasel dan
dipresentasikan ke permukaan sel hati oleh molekul Major Histocompability Complex
(MHC) kelas I. Proses berakhir dengan penghancuran sel secara langsung oleh
Limfosit T sitotoksik CD8+.
C. Penularan Infeksi HBV
Menurut (Darti Rumaitun,2019) Kelompok yang beresiko tinggi tertular HBV
diantaranya :
1. Bayi dari ibu penderita hepatitis B
2. Bekerja dengan darah dan produk darah (kecelakaan jarum suntik)
3. Pengguna jarum suntik tidak steril/bergantian (Penasun)
4. Pengguna tato,tindik, pisau cukur, jarum perawatan wajah, menicur/pedicur
tidak steril.
5. Pengguna sikat gigi bergantian dengan penderita
6. Pasangan homosex
7. Sering berganti – ganti pasangan
Penularan infeksi virus hepatitis B (HBV) bersifat parenteral, seksual, dan
prenatal. Penularan HBV bersifat prenatal merupakan persentase tertinggi di dunia. Di
Indonesia sendiri, persentase penularan HBV bersifat prenatal menunjukkan angka
95%.
Penularan infeksi HBV dapat terjadi dengan 2 cara yaitu penularan horizontal
dan vertikal. Penularan horizontal dapat terjadi melalui berbagai cara yaitu penularan
perkutan, melalui selaput lendir dan mukosa. Mother-to-child-transmission (MTCT)
terjadi dari seorang ibu hamil yang menderita hepatitis B akut atau pengidap persisten
HBV kepada bayi yang dikandungnya atau dilahirkannya. Mekanisme penularan
HbsAg terbagi menjadi :
1. Intrauterine Transmission (HBV in utero)
Intrauterine Transmission (HBV in utero) Transmisi HbsAg melalui intrauterin
dianggap paling banyak. Penularan bisa melalui transmisi seluler yang mengacu
pada sisi ke sisi janin melalui sel plasenta dan terinfeksi dari transfer darah ibu ke
dalam sistem sirkulasi janin. Berdasarkan penelitian, DNA HBV tinggi pada ibu
dengan positif HbsAg mampu meningkatkan resio MTCT HBV terutama dalam
transmisi HBV intrauterin melalui kapiler vili. Kehamilan tidak akan memperberat
infeksi virus, akan tetapi jika terjadi infeksi akut bisa mengakibatkan hepatitis
fulminan.
2. Intrapartum Transmission
Penularan intrapartum mengacu pada penularan yang terjadi selama persalinan dan
diakui sebagai rute terpenting MTCT HBV. Selama proses persalinan, bayi baru
lahir memiliki kemungkinan untuk terpapar cairan tubuh atau darah yang
mengandung HBV pada saat bayi melalui jalan lahir, dan juga pada saat kontraksi
rahim dapat menyebabkan laserasi plasenta dan selanjutnya menyebabkan
masuknya darah ibu ke dalam sirkulasi janin. Transmisi transplasenta jarang terjadi
dan diperkirakan hanya berkisar 5-15% dari seluruh kehamilan dengan hepatitis B.
Pada kasus persalinan lama cenderung meningkatkan penularan vertikal (lebih dari
9 jam).
3. Puerperal Transmission
Penularan nifas berarti infeksi HBV akibat kontak dengan ASI ibu akibat luka kecil
dalam mulut bayi, cairan tubuh, darah, dan atau yang lainnya.
D. Pengaruh kehamilan terhadap infeksi HBV
Menurut (Vincentia M,2001) pada ibu hamil normal sering terlihat tanda-tanda
seperti yang kita dapatkan. pada penderita sirosis hati misalnya Spider angioma dan
erythema palmaris. Hal ini wajar pada kehamilan sebagai akibat meningkatnya kadar
estrogen.
selama kehamilan masih dalam batas normal, fungsi hati tidak akan
terganggu. Pada tes laboratorium faal hati sering didapatkan nilainya yang berubah
pada kehamilan trimester III. Hal ini mungkin disebabkan karena meningkatnya
volume plasma darah sehingga terjadi hemodilusi yang digambarkan dengan
menurunnya protein total albumin, gamma globulin, dan asam urat. plasenta yang
sedang berkembang menghasilkan alkali fosfat sehingga kadar alkali fosfat meningkat
dalam darah demikian juga kolesterol, globulin, dan fibrinogen akan meningkat.
Bilirubin transaminase asam empedu tidak berubah atau bila berubah meningkat
sedikit dan akan menurun lagi pada saat aterem.
risiko infeksi pada kehamilan adalah sama dengan pada wanita yang tidak
hamil bahaya infeksi tersebut adalah sama pada semua trimester kehamilan.
pada masyarakat dengan gizi yang baik angka kematian dari infeksi pada
wanita hamil maupun wanita tidak hamil adalah sama. Tetapi pada masyarakat
dengan masalah malnutrisi angka kematiannya adalah lebih tinggi tetapi tetap sama.
Pada wanita hamil maupun tidak bila infeksi terjadi pada kehamilan trimester I atau
penularan trimester II maka gejala-gejalanya akan sama dengan gejala infeksi HBV
pada wanita tidak hamil. Sedangkan infeksi yang terjadi pada ibu hamil trimester III
akan menimbulkan gejala-gejala yang lebih berat bahkan dapat menunjukkan gejala
gejala hepatitis fulminan. Hal ini disebabkan karena pada kehamilan trimester III
terdapat defisiensi faktor lipotropik disertai kebutuhan janin akan nutrisi yang
meningkat. Hal ini menyebabkan Ibu mudah jatuh kedalam akut hepatitis nekrosis.
Angka kejadian hepatitis fulamin pada wanita hamil berkisar 10 sampai 20% terutama
terjadi pada kehamilan trimester III.

E. Pengaruh hepatitis terhadap kehamilan


Menurut (Rizky I L, 2015) infeksi HEV dan HBV menjadi penyebab utama
dari kasus hepatitis fulminant pada kehamilan. Pada negara berkembang seperti India,
Hepatitis E adalah penyebab dari Fullminat Hepatic Failure. Dengan presentase
mortalitas pada trimester 3 adalah sekitar 15- 45%.
Dilaporkan 10-20% ibu hamil dengan HBsAg positif yang tidak mendapatkan
imunoprofilaksis menularkan virus pada neonatusnya Dan ± 90% wanita hamil
dengan seropositif untuk HBsAg dan HBeAg menularkan virus secara vertikel kepada
janinnya dengan insiden ± 10% pada trimester I dan 80-90% pada trimester III(9).
Adapun faktor predisposisi terjadinya transmisi vertikal adalah8titer DNA HBV yang
tinggi, terjadinya infeksi akut pada trimester III, dan ada partus memanjang yaitu
lebih dari 9 jam
Infeksi HBV tidak menunjukkan efek teratogenik tapi mengakibatkan insiden
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dan prematuritas yang lebih tinggi diantara ibu
hamil yang terkena infeksi akut selama kehamilan. Dalam suatu studi pada infeksi
hepatitis akut pada ibuhamil (tipe B atau non B) menunjukkan tidak ada pengaruh
terhadap kejadian malformasikongenital, lahir mati atau stillbirth, abortus, ataupun
malnutrisi intrauterine. Pada wanita dengan karier HBV tidak akan mempengaruhi
janinnya, tapi bayi dapat terinfeksi pada saat persalinan (baik pervaginam maupun
perabdominan) atau melalui ASI atau kontak dengan karier pada tahun pertama dan
kedua kehidupannya10.Pada bayi yang tidak divaksinasi dengan ibu karier
mempunyai kesempatan sampai 40% terinfeksi HBV selama 18 bulan pertama
kehidupannya dan sampai 40% menjadi karier jangka panjang dengan resiko sirosis
dan kanker hepar dikemudian harinya.
F. Penatalaksanan Ibu hamil yang terkena HBV
Menurut (Ajeng & Putu, 2017) Pada tata laksana tidak ada yang membedakan
prinsip terhadap hepatitis akut pada kehamilan dengan tanpa kehamilan. Istirahat
yang cukup dan terapi simptomatik tetap menjadi dasarnya. Terminasi kehamilan
hanya dilakukan atas indikasi obstetrik. Aspek yang perlu ditimbangkan ialah
tatalaksana terkait dengan kemungkinan terjadinya transmisi vertical virus
penyebabnya, karena hal ini dapat berpengaruh pada morbiditas dan mortalitas anak
di hari kehamilan.
Menurut American college of gastroenterology (ACG) dan American
Association for the study of liver diseases (AASLD) sangat merekomendasikan
insisiasi anti virus pada pasien dengan viremia yang tinggi pada 28-32 minggu
kehamilan untuk mengurangi MTCT (Mother To Child Transmission). Tenofovir dan
telbuvudin tetap menjadi terapi lini pertama. Selain itu juga dapat diberikan lamivudin
kepada Ibu sebelum melahirkan atau 100 mg per hari dalam trimester ketiga.
Sebuah percobaan prospektif baru-baru ini melihat tingkat penularan perinatal
pada ibu dengan viremik yang tinggi diberikan telbivudine 600 mg per hari yang
dimulai pada 20 - 32 minggu kehamilan, dibandingkan dengan yang tidak diberikan
perawatan. Hasilnya terdapat penurunan yang signifikan yang berarti bahwa viral load
dari kelompok yang mendapatkan pengobatan sebelum melahirkan tidak ada transmisi
janin yang terdeteksi, sehingga menunjukkan suatu keberhasilan yang sama untuk
telbivudin dan pencegahan MTCT.
Persalinan pada ibu hamil dengan titer HBV tinggi atau hbeag positif lebih
baik SC pada persalinan yang lebih dari 14 jam. Pada infeksi akut persalinan
pervaginam usahakan dengan trauma sekecil mungkin dan rawat bersama dengan ahli
penyakit dalam. Pada pasien ini dilakukan tindakan SC Alasannya karena infeksi
HBV yang ditularkan pada bayi yang lahir dengan operasi sesar elektif memiliki
persentase yang lebih kecil dibanding dengan persalinan pervagina atau operasi sesar
darurat. Operasi sesar darurat tidak berpengaruh oleh penularan vertikal dibanding
dengan persalinan pervaginam. Sedangkan bagi yang lahir dengan operasi sesar
elektif memiliki tingkat signifikan lebih rendah dari penularan vertikal dari mereka
yang lahir dengan operasi sesar non elektif.
G. Pencegahan Infeksi HBV
Menurut (Darti Rumaitun,2019) Pada pencegahan penularan infeksi HBV di
Indonesia dengan melakukan deteksi dini dengan melakukan pemeriksaan
laboratorium sampel darah pada ibu hamil sesuai dengan T8. pada pelayanan
antenatal terpadu lengkap. Untuk menjamin hasil yang akurat, setiap hasil yang
reaktif wajib dirujuk kepada dokter di Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)
untuk menegakkan diagnosa.
Berdasarkan penelitian, penggunaan lamivudine, tenofovir atau telbivudine
setelah kehamilan 28-32 minggu mampu meminimalkan infeksi rahim dan mencegah
HBV neonatal. Semua bayi baru lahir yang telah diberikan Lamivudine dan tenofovir
mampu mengurangi transmisi vertikal dengan Lamivudine 0% dan tenofovir 2%
dibandingkan dengan tidak ada antivirus kemungkinan transmisi 20%. Terapi
antivirus mampu digunakan sejak trimester pertama dan kedua kehamilan, namun
ketika digunakan untuk mencegah MTCT HBV harus dimulai pada trimester ketiga.
H. Asuhan Keperawatan Ibu Hamil dengan Hbsag
1. Pengkajian
a. Keluhan Utama
Nyeri pada bagian perut
b. Riwayat Penyakit Sekarang
c. Riwayat Kehamilan dan Persalinan yang Lalu
d. Riwayat Penyakit Dahulu
e. Riwayat Penyakit Keluarga
f. Pengkajian Kesehatan
1) Aktivitas
- Kelemahan
- Kelelahan
- Malaise
2) Sirkulasi
- Bradikardi
- Ikterik pada sclera, kulit, membran mukosa
3) Eliminasi
- Urine gelap
- Diare feses warna tanah liat
4) Makanan dan cairan
- Anoreksia
- Berat badan menurun
- Mual dan muntah
- Peningkatan oedema
- Asites
5) Neurosensori
- Peka terhadap rangsang
- Cenderung tidur
- Letargi
- Asteriksis
6) Nyeri/ kenyamanan
- Kram abdomen
- Nyeri tekan pada kuadran kanan
- Mialgia
- Atralgia
- Sakit kepala
- Gatal
7) Keamanan
- Demam
- Utrikaria
- Lesi makulopopuler
- Eritema
- Splenomegali
- Pembesaran nodus servikal posterior
8) Seksualitas
- Pola hidup/ perilaku yang meningkatkan resiko terpajan

2. Diagnosa Keperawatan
- Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit
- Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan gejala penyakit dan gangguan
adaptasi kehamilan
- Deficit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan
- Keletihan berhubungan dengan kondisi fisiologis
3. Intervensi
No dx Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
Hasil
1 Setelah dilakukan - Monitor suhu tubuh - Untuk mengetahui
tindakan keperawatan, perubahan suhu
diharapkan masalah - Lakukan pendinginan tubuh
hipertemia dapat teratasi eksternal - Untuk menurunkan
dengan kriteria hasil : - Anjurkan tirah baring suhu tubuh
suhu tubuh berada pada - Untuk mempercepat
rentan yang normal - Kolaborasi pemberian penurunan suhu
cairan dan elektrolit tubuh
intravena jika perlu - Untuk menurunkan
suhu tubuh

2 Setelah dilakukan - Monitor asupan - Untuk mengetahui


tindakan keperawatan, makanan jumlah makanan
diharapkan masalah yang masuk ke tubuh
deficit nutrisi dapat - Lakukan oral hygiene - Untuk membersihkan
teratasi dengan criteria sebelum makan mulut
hasil : asupan nutrisi - Ajarkan diet yang - Untuk mempercepat
terpenuhi diprogramkan penyembuhan

3 Setelah dilakukan - Identifikasi skala nyeri - Untuk mengetahui


tindakan keperawatan, skala nyeri
diharapkan masalah - Berikan teknik - Untuk mengurangi
gangguan rasa nyaman nonfarmakologis nyeri
(nyeri) dapat teratasi - Jelaskan penyebab, - Untuk member
dengan criteria hasil : periode, dan pemicu penjelasan mengenai
pasien merasa lebih nyeri nyeri yang dialami
nyaman - Kolaborasi pemberian - Untuk meredakan
analgetik nyeri

4 Setelah dilakukan - Monitor kelelahan fisik - Untuk mengetahui


tindakan keperawatan, dan emosinal penyebab keletihan
diharapkan masalah - Berikan aktivitas - Untuk melatih
keletihan dapat teratasi distraksi yang pemulihan
dengan criteria hasil : menenagkan
pasien dapat beradaptasi - Anjurkan aktivitas - Untuk mempercepat
dengan kondisinya secara bertahap pemulihan

2. Evaluasi
1. Suhu tubuh dalam batas normal
2. kebutuhan nutrisi terpenuhi
3. rasa nyeri hilang atau berkurang
4. klien menunjukkan kekuatan untuk melakukan aktivitas
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Hepatitis adalah istilah umum yang berarti peradangan sel-sel hati yang bisa
disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, Parasit, obat-obatan (termasuk obat
tradisional), konsumsi alkohol, konsumsi lemak yang berlebih dan penyakit autoimun.
Hepatitis dapat disebabkan oleh berbagai macam virus seperti virus hepatitis A
(HAV), hepatitis B (HBV), hepatitis C ( HCV), hepatitis D (HDV) dan hepatitis E
(HEV). Penularan infeksi virus hepatitis B bersifat parenteral, seksual, dan prenatal.
Penularan HBV bersifat prenatal merupakan persentase tertinggi di dunia. Mekanisme
penularan HbsAg terbagi menjadi 3 yaitu Intrauterine Transmission (HBV in utero),
Intrapartum Transmission dan Puerperal Transmission.
Dalam penatalaksanaan HbsAg Istirahat yang cukup dan terapi simptomatik
tetap menjadi dasarnya. Pemberian tenofovir dan telbuvudin tetap menjadi terapi lini
pertama.Selain itu juga dapat diberikan lamivudin. Sebaiknya Persalinan pada ibu
hamil dengan titer HBV tinggi atau HBeAg positif lebih baik SC pada persalinan
yang lebih dari 14 jam. Pada pencegahan penularan infeksi HBV di Indonesia dengan
melakukan deteksi dini dengan melakukan pemeriksaan laboratorium sampel darah
pada ibu hamil sesuai dengan T8.
B. Saran
Untuk mempelajari sesuatu tidaklah cukup hanya dengan melihat saja, kami
menyarankan kepada semuanya agar lebih banyak membaca guna memahami tentang
keperawatan maternitas khususnya untuk materi ibu hamil dengan HbsAg positf.
Kami juga memohon maaf jika terdapat kesalahan dalam penulisan kata. Semoga apa
yang kami sampaikan dalam makalah ini memberi manfaat untuk kita semua.
DAFTAR PUSTAKA

Ajeng & Putu. 2017. Tatalakasana Persalinan pada Kehamilan dengan Hepatitis B. J medulla
Unila. 7 (2) : 1 dan 3

Darti Rumaitun. 2019. Internalisasi Respectful Maternity Care dalam Pelayanan Kesehatan
Ibu dan Anak. Banten : Jurusan Kebidanan Rangkasbitung Poltekkes Kemenkes
Banten

Mustofa & kurniawati. 2013. Buku ajar keperawatan Pediatrik. Volume 2. EGC: Jakarta

Rizky I L. 2015. Penaruh Hepatitis Terhadap Kehamilan. Jurnal kesehatan. 2(2) : 78

Vincentia M. 2001. Pengelolaan hepatitis B dalam kehamilan dan persalinan. Tesis. Fakultas
kedokteran : Semarang

Anda mungkin juga menyukai