Anda di halaman 1dari 12

Gambaran Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan ...

(Lusi Kristiana, Herti Maryani, dan Weny Lestari)

Gambaran Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan Tradisional


Ramuan Menggunakan Jamu Tersaintifikasi (Studi Kasus
di BKTM Makassar dan Puskesmas A Karanganyar)
Jamu Scientific on Traditional’s Health Services (Case Study on BKTM Makassar and Puskesmas
A Karanganyar)

Lusi Kristiana*, Herti Maryani, dan Weny Lestari


Pusat Penelitian dan Pengembangan Humaniora dan Manajemen Kesehatan Badan Penelitian dan Pengembangan
Kementerian Kesehatan RI, Jl. Percetakan Negara No. 29 Jakarta 10560, Indonesia.
*Korespondensi Penulis: lussup@yahoo.com

Submitted: 17-02-2017, Revised: 04-09-2017, Accepted: 11-09-2017 10-03-2017


http://dx.doi.org/10.22435/mpk.v27i3.6233.185-196

Abstrak
Pelayanan kesehatan jamu menggunakan hasil program Saintifikasi Jamu (SJ) merupakan hal yang
masih baru. Saat ini penyelenggara pelatihan SJ adalah Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT). SK Komisi Nasional Saintifikasi Jamu (Komnas
SJ) terakhir adalah tahun tahun 2013 dan berlaku selama satu tahun. Hingga kini belum ada lagi
pembentukan Komnas SJ, sehingga program ini terkesan jalan di tempat. Penelitian pelaksanaan
pelayanan jamu hasil program SJ di fasilitas pelayanan kesehatan masih belum banyak dilakukan,
bahkan data mengenai fasilitas kesehatan yang memberikan pelayanan jamu pun belum tercatat
dengan baik. Oleh sebab itu perlu dikaji gambaran pelaksanaan pelayanan kesehatan menggunakan
jamu. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain studi kasus yang dilakukan di
Puskesmas A Karanganyar dan BKTM Makassar, serta B2P2TOOT sebagai penyelenggara pelatihan
program SJ. Lokasi dipilih secara purposive, yaitu penunjukan puskesmas oleh Dinkes Karanganyar,
sedang BKTM karena merupakan institusi milik Kemenkes. Penelitian dilakukan pada tahun 2015.
Faktor yang diteliti berupa sumber daya manusia, anggaran, ketersediaan bahan jamu, serta dukungan
regulasi yang mengatur pelaksanaan pelayanan. Data diambil dengan cara wawancara mendalam
kepada responden, dan data sekunder berupa laporan tahunan, SK dan peraturan yang berlaku.
Responden adalah semua petugas yang terlibat dalam pelaksanaan pelayanan SJ meliputi dokter,
apoteker, perawat dan bagian manajemen. Data dianalisa dengan teknik analisa konten. Masalah
utama pelaksanaan program SJ adalah perlunya payung hukum penyelenggaraan program. Monitoring
dan evaluasi program SJ belum intensif. Pelatihan SJ bermanfaat dalam melaksanakan pelayanan
kesehatan jamu, namun terkendala dengan terbatasnya SDM yang terlatih, tidak tersedia anggaran
rutin, yang akhirnya mempengaruhi ketersediaan jamu. Regulasi yang melindungi pelaksana pelayanan
juga belum ada. Perlu dipikirkan aturan tentang Komnas SJ agar pelaksanaan program SJ bisa
dijalankan dengan baik. Perlu ada pembinaan dan monitoring pelaksanaan pelayanan program SJ serta
tindak lanjut yang diperlukan. Hasil penelitian jamu perlu disebarluaskan sehingga dapat diaplikasikan
oleh jejaring SJ. Regulasi yang diperlukan sebagai payung hukum agar jejaring SJ dapat melakukan
penelitian berbasis pelayanan dengan optimal.
Kata kunci: saintifikasi jamu, pelayanan kesehatan tradisional, jamu

Abstract
Health Services using jamu as the results of Saintifikasi Jamu (SJ) program is new. B2P2TOOT is the
organizer of SJ training. The last Decree of National Commission for Saintifikasi Jamu (Komnas SJ)
was signed in 2013 and valid for 1 year. Until now there is still no new formation of Komnas SJ. The
implementation of jamu as result SJ program in health service facility is rare. Therefore description of the
implementation of health services use jamu become important to be examined. This was a qualitative

185
Media Litbangkes, Vol. 27 No. 3, September 2017, 185–196

study using case study design. Study was conducted in the Puskesmas A Karanganyar, BKTM Makassar,
and B2P2TOOT as the organizer of the SJ training. The location was selected purposively. The study
was done in 2015. The factors that were examined in the form of human resources, budget, availability
of herbs, and support regulations in the implementation of services. The primary data was taken by in-
depth interviews. Secondary data were annual reports, decree and regulations. The respondents were
all officers involved in the SJ services such as doctor, pharmacy, nurses and the management. The data
had been analyzed with content analysis techniques. The main problem of implementation SJ was the
need for a penal provision. Monitoring and evaluation of the program SJ had not been done intensively.
SJ training was useful in the conduct of the health services using jamu, but hindered by the limited
number of trained personnel, availability of budget, which ultimately affected the availability of herbs.
The regulation which protects the commissioning services is urged. The regulation about Komnas SJ is
also needed, therefore, the implementation of SJ program can be conducted well. Moreover, monitoring
and evaluation of services using jamu program SJ and follow up is required. Research results from SJ
program need to be published in order to be applied by the SJ network. Some regulations that protect
SJ network is important as well so that they can do services by research based optimally.
Keywords: saintifikasi jamu, traditional health services, jamu

Pendahuluan dibina dan diawasi oleh pemerintah agar


Pelayanan kesehatan tradisional yang dapat dipertanggungjawabkan manfaat dan
telah terbukti secara empiris kini terus berkembang keamanannya serta tidak bertentangan dengan
sesuai dengan kemajuan teknologi. Cara norma agama.1 Pembinaan sebagaimana
perawatan dalam pelayanan kesehatan tradisional dimaksud dilakukan oleh menteri dan dapat
salah satunya dilakukan dengan menggunakan dilimpahkan wewenang kepada gubernur dan
ramuan (PP no. 103/2014).1 Apresiasi pemerintah atau bupati/walikota. Pelayanan kesehatan
terhadap obat tradisional ramuan mulai menguat tradisional yang aman, berkhasiat dan berkualitas
sejak pencanangan “Tahun Kebangkitan Jamu” sangat diperlukan masyarakat seperti yang telah
oleh presiden pada tanggal 27 Mei 2008 dalam dicanangkan oleh Kementerian Kesehatan melalui
“Gelar Kebangkitan Jamu Indonesia” di Istana program Saintifikasi Jamu pada tanggal 6 Januari
Negara Jakarta. Pencanangan ini menyadarkan 2010 di Kota Kendal Jawa Tengah. Saintifikasi
semua pihak untuk mengembangkan industri Jamu (SJ) adalah pembuktian ilmiah jamu melalui
dan usaha jamu, agar dapat diterima di bidang penelitian berbasis pelayanan kesehatan. Selain
kesehatan. Pemahaman bersama muncul setelah itu juga mendorong terbentuknya jejaring dokter,
melalui proses diskusi, yaitu: 1) Jamu brand dokter gigi, dan tenaga kesehatan lainnya sebagai
Indonesia perlu jaminan keamanan, khasiat, dan peneliti dalam rangka upaya preventif, promotif,
mutu dari segi ilmiah dan etik; 2) Dinamika global rehabilitatif dan paliatif melalui penggunaan
dan iptek untuk jamu memerlukan pembuktian jamu.3,4
ilmiah dalam penelitian berbasis pelayanan Badan Penelitian dan Pengembangan
kesehatan; dan 3) Jaminan keamanan, mutu Kesehatan (Balitbangkes) merupakan salah
dan khasiat dari jamu yang telah terbukti secara satu unit utama Kementerian Kesehatan yang
ilmiah dan etik dapat digunakan dalam pelayanan aktif melakukan penelitian di bidang tanaman
kesehatan dan upaya kesejahteraan masyarakat. obat dan obat tradisional. SJ yang dilakukan
Roadmap pengembangan jamu 2011-2025 di level oleh Balitbangkes di Balai Besar Penelitian
nasional bahkan telah terbit dengan koordinasi dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat
dari Kementerian Koordinator Perekonomian Tradisional (B2P2TOOT) Tawangmangu,
dan Kementerian Koordinasi Kesejahteraan Jawa Tengah berhasil menemukan ramuan
Sosial. Roadmap tersebut menjadi acuan umum tanaman obat yang terbukti secara ilmiah.
aktivitas pelestarian dan pengembangan jamu Terdapat 7 (tujuh) macam obat tradisional
oleh lingkungan akademisi, bisnis, pemerintah, yang tersaintifikasi yaitu obat tradisional
dan masyarakat.2 untuk hipertensi, hiperurisemia, dyspepsia,
Peraturan Pemerintah RI No. 103 hemorhoid, osteoarthritis, hepatoprotektor
tahun 2014 tentang Pelayanan Kesehatan dan hiperkolesterol.5,6 B2P2TOOT masih
Tradisional dalam salah satu pasal menyebutkan terus mengembangkan penelitian ramuan obat
bahwa pelayanan kesehatan tradisional tradisional untuk dijadikan jamu tersaintifikasi.

186
Gambaran Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan ... (Lusi Kristiana, Herti Maryani, dan Weny Lestari)

Ramuan sebagai hasil penelitian ini diharapkan anggaran, ketersediaan bahan jamu, serta
selanjutnya dapat diproduksi secara massal dukungan regulasi yang mengatur pelaksanaan
oleh produsen obat tradisional sehingga dapat pelayanan. Tujuan akhir yang diharapkan adalah
dipasarkan ke masyarakat. Balitbangkes agar penyelenggaraan pelayanan obat tradisional
diharapkan mampu menjadi perantara antara ramuan ke depan dapat bertahan dan diperluas,
masyarakat dan produsen, karena obat tradisional dan ramuan atau jamu dapat diterima dan
akan diuji dan diteliti khasiatnya di laboratorium terintegrasi dalam fasilitas pelayanan kesehatan
Balitbangkes sebelum dipasarkan di masyarakat. di Indonesia, khususnya dalam upaya promotif
Dengan demikian pengobatan tradisional dapat dan preventif.
lebih dikembangkan karena jamu merupakan
kekayaan budaya bangsa yang sudah ada dari Metode
jaman dahulu di masyarakat dan harus terus Penelitian ini merupakan penelitian
dilestarikan.2,7 kualitatif dengan desain studi kasus yang
Jamu yang merupakan warisan leluhur dilakukan di Rumah Riset Jamu Hortus Medicus
bangsa, sudah sepatutnya disambut gembira B2P2TOOT sekaligus institusi Balitbangkes yang
dengan adanya pelayanan kesehatan tradisional menyelenggaraan pelatihan program SJ, jejaring
menggunakan ramuan. SK Komisi Nasional SJ yang melakukan pelayanan menggunakan
Saintifikasi Jamu (Komnas SJ) terakhir jamu tersaintifikasi yaitu Puskesmas A
dikeluarkan pada tahun 2013 dan berlaku Karanganyar, serta Balai Kesehatan Tradisional
selama 1 tahun. Sejak itu belum ada lagi Masyarakat (BKTM) Makassar sebagai
pembentukan Komnas SJ, sehingga terkesan institusi di bawah Kementerian Kesehatan yang
perkembangan program ini jalan di tempat. Saat memberikan pelayanan kesehatan tradisional
ini penyelenggaraan pelatihan SJ masih terus dan salah satunya adalah jamu tersaintifikasi.
dilaksanakan oleh B2P2TOOT. Namun sebagai Penunjukan puskesmas dilakukan oleh Dinas
institusi dengan tugas pokok di bidang penelitian, Kesehatan (Dinkes) Karanganyar dengan
maka pengadaan pelatihan belum dilaksanakan pertimbangan sebagai puskesmas yang relatif
dengan waktu yang konsisten setiap tahunnya. lancar dalam melakukan pelayanan pengobatan
Hingga November 2013, pelatihan SJ bagi tradisional ramuan. Penelitian dilakukan pada
jejaring dokter dan apoteker telah dilaksanakan tahun 2015. Komponen objek yang diteliti
sebanyak 7 angkatan dokter (198 orang) dan 1 berupa faktor yang berpengaruh terhadap
angkatan apoteker (15 orang). Namun dari sumber pelaksanaan pelayanan meliputi sumber
daya yang telah mengikuti pelatihan tersebut, daya manusia, anggaran, ketersediaan bahan
berapa jumlah yang melaksanakan praktik jamu, serta dukungan regulasi yang mengatur
pelayanan jamu tidak diketahui.8 Padahal dengan pelaksanaan pelayanan. Data berupa data primer
adanya pelatihan yang kontinu, diharapkan yang diambil dengan cara wawancara mendalam
semakin banyak sumber daya yang kompeten kepada responden, dan data sekunder berupa
dalam pelayanan jamu, sehingga konsumen laporan tahunan, SK dan peraturan yang berlaku.
mendapat kesempatan untuk memperoleh Responden penelitian adalah semua petugas
pelayanan kesehatan tradisional ramuan yang yang terlibat dalam pelaksanaan pelayanan SJ
aman, berkhasiat dan berkualitas. Penelitian meliputi dokter, apoteker, perawat dan bagian
tentang pelaksanaan pelayanan jamu di fasilitas manajemen. Wawancara juga dilakukan dengan
kesehatan masih belum banyak dilakukan. Data wakil dari Bidang Pelayanan dan Farmasi Dinkes
mengenai fasilitas kesehatan yang memberikan Karanganyar selaku unsur pelaksana Pemerintah
pelayanan jamu pun belum tercatat dengan baik. Daerah Kabupaten Karanganyar di bidang
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kesehatan yang membawahi Puskesmas A. Data
informasi mengenai pelaksanaan pelayanan SJ dianalisa dengan teknik analisa konten.
sehingga bermanfaat untuk memberi rekomendasi
dalam meningkatkan penyelenggaraan fasilitas Hasil
pelayanan kesehatan tradisional khususnya yang Hasil penelitian ini menggambarkan
menggunakan jamu tersaintifikasi. pelaksanaan pelayanan kesehatan ramuan
Penelitian ini membahas faktor yang menggunakan jamu tersaintifikasi. B2P2TOOT
berperan dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan berperan sebagai leading sector penyelenggaraan
tradisional meliputi sumber daya manusia, program SJ. Selain memberikan pelatihan,

187
Media Litbangkes, Vol. 27 No. 3, September 2017, 185–196

B2P2TOOT juga melakukan penelitian untuk tahun B2P2TOOT merekrut lebih kurang 90
mengembangkan ramuan jamu. BKTM dan dokter sebagai jejaring SJ yang disebut dengan
Puskesmas A hingga penelitian ini dilakukan multicenter. Mereka dikumpulkan untuk meneliti
masih aktif menyelenggarakan pelayanan formula jamu baru, dimana semua bahan baku
kesehatan tradisional dengan jamu. berasal dari B2P2TOOT.
Hasil penelitian ini berisi gambaran B2P2TOOT sebagai penyelenggara SJ
pelaksanaan pelayanan kesehatan tradisional memiliki Rumah Riset Jamu Hortus Medicus
ramuan menggunakan jamu tersaintifikasi di (RRJHM) yang merupakan Klinik Tipe A, yang
B2P2TOOT sebagai leading sector SJ, Puskesmas melakukan kegiatan penelitian berbasis pelayanan.
A sebagai jejaring B2P2TOOT, serta BKTM. Pasien di RRJHM dikelompokkan menjadi 2,
Selain itu juga menggali gambaran pelaksanaan yaitu pasien sebagai subjek riset klinik dan pasien
pelayanan, serta bagaimana hambatan dan umum. Pasien umum adalah pasien yang datang
dukungan dalam pelaksanaan tersebut. secara sukarela dan dilayani menggunakan jamu
hasil riset klinis sekaligus sebagai evaluasi
B2P2TOOT dan Rumah Riset Jamu Hortus ramuan jamu saintifikasi. RRJHM memiliki 8
Medicus (RRJHM) orang dokter yang melayani pengobatan pasien
Kewenangan penelitian dan umum. Sejak tahun 2011 memiliki gedung
penyelenggaraan pelatihan SJ secara struktur dengan pelayanan yang cukup nyaman, dan sejak
berada di tangan Komnas SJ.4 Komnas SJ tahun 2012 telah memiliki standar ISO. RRJHM
beranggotakan dari lintas sektor. Selain Badan juga menyediakan laboratorium sederhana yang
Litbangkes, juga dari Badan Pemeriksaan melayani pasien umum. Sediaan jamu berasal
Obat dan Makanan, kalangan akademisi, dan dari kebun B2P2TOOT dan diberikan dalam
budayawan. Menurut salah satu dokter yang bentuk racikan atau ekstrak dalam kapsul. Sejak
melayani di B2P2TOOT kewenangan penelitian tahun 2009 minat masyarakat semakin besar
SJ maupun penyelenggaraan pendidikan dan terhadap layanan jamu hasil program SJ. Jumlah
pelatihan (diklat) SJ dilakukan oleh Komnas SJ. kunjungan pasien umum di RRJHM relatif
Penyelenggaraan diklat dibagi menjadi dua jalur, mengalami peningkatan (Tabel 1).9
undangan dan peminatan. Namun karena tidak
memiliki wilayah, maka peran penyelenggaraan Tabel 1. Jumlah Kunjungan Pasien Umum di
dilakukan oleh B2P2TOOT dengan Komnas SJ RRJHM9
sebagai koordinator saja. Tahun Jumlah Kunjungan

Penelitian berbasis pelayanan kesehatan 2009 2.438

merupakan terobosan Kementerian Kesehatan 2010 5.994

dalam upaya mengintegrasikan jamu ke dalam 2011 16.532

sistem pelayanan kesehatan, melalui riset dan


pengembangan jamu dari hulu ke hilir. Penelitian Masalah yang sering dikeluhan pasien
SJ diadakan setiap tahun dengan melibatkan adalah hingga saat ini pengobatan tradisional
dokter dan apoteker B2P2TOOT serta jejaring SJ. belum bisa ditanggung oleh BPJS. Diakui oleh
Disamping riset, yang tak kalah penting dalam dokter di B2P2TOOT bahwa hal ini menjadi salah
program SJ adalah pengembangan jejaring dokter satu kendala menjadi tidak optimalnya pelayanan
SJ yang berfungsi sebagai jejaring penelitian ini karena pasien diharuskan membayar biaya
berbasis pelayanan. B2P2TOOT telah membentuk jamu.
jejaring klinik SJ di beberapa puskesmas dan “Yang menjadi kendala adalah program
rumah sakit. Hingga tahun 2013, telah terbentuk JKN karena jamu tidak tercover. Mereka sulit
sekitar 7 klinik jejaring SJ di berbagai wilayah mengimplementasikan ke daerah, masyarakat
di Indonesia. Sebelum dilakukan pelatihan umum, terutama jika mereka berobat ke
kepada jejaring, B2P2TOOT meminta rencana puskesmas biasanya sudah banyak yang gratis,
implementasi jangka panjang para jejaring yang tapi untuk jamu diharuskan membayar.” (DG,
terdiri dari dokter dan apoteker puskesmas. Hal dokter SJ B2P2TOOT).
ini dilakukan agar pelatihan yang diberikan tidak Sesuai dengan PP Nomor 21 Tahun 2013
sia-sia. B2P2TOOT selalu melakukan monitoring Pasal 3 menyebutkan bahwa jasa pelayanan
setelah memberikan pelatihan, walaupun poliklinik dan jasa pelayanan SJ merupakan
sebenarnya ini menjadi tugas Komnas SJ. Setiap jenis penerimaan negara bukan pajak sehingga

188
Gambaran Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan ... (Lusi Kristiana, Herti Maryani, dan Weny Lestari)

harus dikenakan tarif dengan besaran yang takaran dan dosis masih sangat kurang. Selama
telah ditentukan.10 Bila dibandingkan dengan ini hanya diberi jamu dalam bentuk paket siap
biaya berobat di puskesmas yang gratis karena pakai dari B2P2TOOT (paket hipertensi, paket
ditanggung BPJS, maka biaya jamu di RRJHM diabetes, dll). Dokter AR menginginkan ada
menjadi mahal. materi tentang isi paket jamu, dosis, mekanisme
kerja sekaligus efek sampingnya. Menurut
Balai Kesehatan Tradisional Masyarakat dokter AR kemasan jamu kurang bagus sehingga
(BKTM) Makassar beberapa pasien memilih produk jamu buatan
BKTM Makassar adalah unit pelaksana pabrik dengan kemasan yang lebih bagus. Hal
teknis di bidang kesehatan tradisional ini sejalan dengan pernyataan dokter AT yang
masyarakat, terbentuk pada tahun 2008.11 Secara mengikuti pelatihan pada tahun 2015. Karena
administratif BKTM berada di bawah Sekretariat tidak mengetahui isi jamu, dokter AT tidak bisa
Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu memberikan edukasi kepada masyarakat yang
dan Anak, dan secara teknis fungsional dibina dilayaninya terkait jamu yang diberikan.
oleh Direktorat Bina Pelayanan Kesehatan “Saya agak kecewa sekali waktu ikut
Tradisional Alternatif dan Komplementer. Tugas pelatihan. Oh kok cuma seperti ini, padahal kita
pokok BKTM adalah melaksanakan pemantauan membayangkan akan diajari vedimikum, sejarah
dan evaluasi pelayanan kesehatan tradisional. jamu, perkembangan kestrad, perkembangan
Adanya undang-undang dan beberapa peraturan SJ. Ternyata langsung masuk materi inti jenis
pemerintah tentang penyelenggaraan pelayanan tanaman yang bisa SJ, kegunaan, manfaat,
pengobatan tradisional, menjadi faktor pendukung komposisi. Karena ada beberapa teman yang
dalam pelaksanaan pelayanan di BKTM. Sejak saya tanyai tentang ini memang banyak yang
awal berdirinya, BKTM telah ditunjuk sebagai kecewa, bukan seperti ini yang kami harapkan.
contoh model pelayanan pengobatan tradisional, Yang kita harapkan adalah apa-apa yang kita
salah satunya dengan menggunakan ramuan.12-14 manfaatkan langsung untuk pelayanan di sini,
BKTM bermitra dengan B2P2TOOT apa ada kesulitan.” (AT, dokter SJ).
dalam pelaksanaan program SJ. Pelaksanaan Seorang petugas pelayanan BKTM
pelayanan tradisional menggunakan ramuan di ada yang mengeluhkan bahwa setelah selesai
BKTM telah terintegrasi dengan akupunktur, pelatihan, hubungan dengan B2P2TOOT tidak
akupresur, pijat bayi, dan terapi SPA (Solus Per lebih sebagai distributor dan pembeli. BKTM
Aqua) sehingga pasien bisa memilih pelayanan merasa bukan bagian jejaring B2P2TOOT
tradisional yang mereka sukai. BKTM memiliki karena tidak ada kontrol atau pemantauan selama
4 orang dokter dan 1 orang apoteker senior yang melaksanakan pelayanan. Menurut petugas
telah mengikuti pelatihan SJ, serta tenaga lain tersebut, jejaring B2P2TOOT sebagaian besar
yang melaksanakan penyelenggaraan pelayanan. adalah puskesmas, dan BKTM dalam hal ini
Berdasarkan pendapat apoteker, BKTM telah hanya sebagai model pelayanan pengobatan
mampu memberikan pelayanan tradisional tradisional supaya masyarakat lebih mengenal
ramuan ke masyarakat dengan jumlah SDM yang pelayanan tradisional.
cukup banyak tersebut. Namun demikian BKTM “BKTM bukan jejaring dari
tetap mengirim tenaga untuk mengikuti pelatihan Tawangmangu karena tidak mengontrol atau
SJ dan magang ke B2P2TOOT per tahun untuk dipantau setiap saat, justru yang menjadi jejaring
meningkatkan kualitas SDM. adalah puskesmas-puskesmas. BKTM itu hanya
Dokter AR, yang pernah mengikuti menguji, menjadi model, supaya masyarakat lebih
pelatihan SJ pada tahun 2012 menyatakan mengenal jamu.” (Seorang petugas pelayanan
bahwa hasil pelatihan sangat bermanfaat untuk SJ).
memberikan pelayanan jamu. Namun Dokter BKTM menggunakan 4 jenis jamu
AR merasa materi yang diberikan sangat kurang saintifikasi dari B2P2TOOT yaitu jamu untuk
dibanding permasalahan yang harus dihadapi hipertensi, diabetes melitus, hiperurisemia dan
sehari-hari di lapangan terutama dalam hal hiperkolesterol. BKTM juga menyediakan
farmakodinamika jamu. Selain itu pada saat obat herbal dari PT. Biofarindo Bogor dan
pelatihan, waktu untuk praktik pelayanan ke PT. Jamu Iboe untuk melengkapi pelayanan.
pasien, peracikan jamu termasuk pemberian Jamu tambahan antara lain kapsul sambiloto,

189
Media Litbangkes, Vol. 27 No. 3, September 2017, 185–196

kapsul meniran, kapsul temulawak, kapsul sebagai penyelenggara pelatihan turut membantu
kunir putih, kapsul pegagan, dan kapsul jati ketersediaan bahan baku yang seringkali menjadi
belanda. BKTM memproduksi sendiri beberapa kendala. Belum ada kebiasaan minum jamu
minuman instan seperti daun sirsat, lidah buaya, di kalangan masyarakat luar Jawa merupakan
secang, temulawak, dan jahe. Penyelenggaraan tantangan penyelenggaraan pelayanan obat
pelayanan di BKTM, sediaan jamu dalam bentuk tradisional oleh BKTM. Hal ini diatasi dengan
kapsul menjadi daya tarik masyarakat yang melakukan sosialisasi secara terus menerus, baik
selama ini memiliki anggapan bahwa jamu atau terjun langsung ke masyarakat maupun melalui
obat tradisional identik dengan rasa pahit (rasa puskesmas.
tidak enak). Pilihan terapi yang diberikan oleh Pelayanan obat tradisional adalah
dokter seperti akupunktur, akupresur, pijat bayi, pelayanan yang tidak ditanggung oleh BPJS.
jamu dan terapi SPA menjadi daya tarik tambahan Sementara itu beberapa peminat jamu berasal
bagi masyarakat untuk mengunjungi BKTM dari golongan kurang mampu yang berharap
khususnya pelayanan pengobatan jamu. pelayanan obat tradisional juga dibiayai oleh
“Kalau di sini produk SJ yang kapsul BPJS. Hal ini juga menjadi kendala, karena bila
cukup lumayan banyak, lebih tertarik karena dibandingkan berobat di puskesmas yang gratis,
ada beberapa sampel dari kami memakai pengobatan dengan jamu menjadi lebih mahal.
simplisia kering, tidak berhasil rata-rata. Tiga Tarif pengobatan dengan jamu di BKTM berkisar
kali perebusan karena yang harus tiap hari, Rp. 40.000 – Rp. 60.000 sekali datang.17 Apalagi
mereka tidak disiplin karena tidak suka rasanya. pasien pengguna jamu seringkali memanfaatkan
Kalau kapsul mereka mau, dari Tawangmangu pelayanan lainnya yang tersedia (akupunktur),
langsung, mestinya kalau dua-duanya digabung sehingga total biaya yang dibayarkan semakin
saling melengkapi ya.” (AT, dokter SJ). mahal.
“Ada juga pasien akupunktur kita BKTM sebagai instansi pemerintah
sarankan memakai jamu juga. Kunjungan memiliki APBN sebagai sumber anggaran
meningkat karena sosialisasi, juga karena ada utama, termasuk dalam melaksanakan kegiatan
pasien yang sembuh maka info dari mulut ke pelayanan tradisional jamu. Sekalipun pelayanan
mulut, ada juga webnya di BKTM, juga meng- pengobatan bukan tugas pokok, namun alokasi
combain antara akupunktur, akupresur dan anggaran untuk kegiatan ini selalu ada bahkan
herbal, akhirnya menjadi lengkap. Sementara mengalami peningkatan setiap tahunnya. Sumber
yang paling dominan tetap herbal.” (AR, dokter anggaran selain dari APBN, juga didapatkan
SJ). dari Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
Empat jenis jamu saintifikasi dari Kementerian Kesehatan, yaitu PP Nomor 21
B2P2TOOT memiliki masa simpan relatif singkat. Tahun 2013.10
Standar resmi penyimpanan simplisia jamu BKTM melakukan sosialisasi aktif ke
memang belum ada, namun simplisia jamu yang masyarakat berupa pemberian informasi tentang
diproses secara standar (bukan dengan teknologi khasiat dan manfaat jamu serta hasil pelatihan
tinggi) disarankan memiliki masa simpan hingga SJ untuk meningkatkan kunjungan pasien.
satu tahun.15,16 Masa simpan ini bisa lebih Informasi yang diberikan disesuaikan dengan
pendek bila selama proses pembuatan simplisia sasaran sosialisasi, misalnya pasien dan keluarga,
jamu dan tempat penyimpanan tidak memenuhi masyarakat umum dan kelompok masyarakat
syarat ideal. Pada awalnya, masalah ini menjadi tertentu seperti puskesmas, posyandu, mahasiswa
kendala utama dalam pelaksanaan pelayanan. dan sebagainya. BKTM juga aktif melakukan
Apabila perhitungan jumlah pemesanan tidak advokasi ke dinkes dan puskesmas sehingga
tepat, jamu berisiko kedaluwarsa. Sementara terjalin kerja sama dalam pelaksanaan tupoksinya
untuk pemesanan berikutnya, perlu waktu terutama pelayanan obat tradisional (jamu).
sekitar 1-3 bulan mulai pesan hingga barang BKTM merupakan percontohan model
sampai ke BKTM. Permasalahan ini sudah pelayanan pengobatan tradisional, oleh karena
mulai berkurang setelah BKTM melakukan itu internal BKTM selalu mengupayakan inovasi
perencanaan pemesanan/pengadaan jamu sesuai dalam pelayanan. Salah satu inovasi yang dibuat
dengan perkiraan jumlah kunjungan pasien berupa “Pojok Jamu”, yaitu tempat minum jamu
setiap bulan. BKTM berharap agar B2P2TOOT yang diberikan secara gratis kepada pasien

190
Gambaran Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan ... (Lusi Kristiana, Herti Maryani, dan Weny Lestari)

yang sedang berobat, supaya masyarakat lebih juga ilmiah dan ini bisa berpeluang untuk
menyukai jamu. Jamu yang disediakan berupa berkembang. Konvensional kan nantinya pasti
minuman herbal yang bersifat promotif dan ada titik jenuh.
preventif, misalnya minuman jahe, minuman “Pelatihan diadakan cuma 1 minggu,
secang, minuman temulawak, dll. BKTM juga praktik jamu cuma melihat-lihat dirasa kurang,
mengembangkan lahan percontohan Toga terutama ilmu tentang khasiat tanaman obat.
(Taman Obat Keluarga) supaya masyarakat yang Belum tahu tentang isi jamu apa, kandungan apa,
berkunjung semakin tertarik dan diharapkan mekanisme kerja jamu seperti apa.
meniru untuk membuat Toga di halaman “Pengennya setelah pelatihan
rumah masing-masing. Faktor yang dirasa ya diberdayakan, dibuat pinter dan
menguntungkan oleh petugas BKTM adalah bertanggungjawab, ada monev, karena jamu
masyarakat yang saat ini mulai bergeser mencari masih beda-beda. Misal obat pelangsing, yang
pengobatan tradisional yang dapat dipercaya dan paling diminati di sini. Dikasih yang mana,
dipertanggungjawabkan. Sebagai instansi milik sembarang. Harusnya ada peningkatan pelatihan
pemerintah (Kementerian Kesehatan), BKTM yang makin mahir.” (SI, dokter SJ Puskesmas A).
sangat diuntungkan karena langsung mendapat Kendala utama dalam pelayanan obat
kepercayaan masyarakat sebagai pelaksana tradisional di Puskesmas A adalah dokter yang
pelayanan pengobatan tradisional. mengikuti pelatihan SJ hanya satu orang sehingga
tidak cukup dalam memberikan pelayanan
Puskesmas A Surakarta kepada pasien yang menginginkan pelayanan
Puskesmas A melakukan pelayanan jamu. Di pelayanan ini dokter tidak hanya
kesehatan tradisional ramuan sejak tahun 2011 memberi pelayanan ke pasien, melainkan juga
setelah seorang dokter puskesmas mengikuti mengerjakan seluruh administrasi dan manajemen
pelatihan SJ. Obat tradisional yang tersedia di terkait pelayanan jamu karena puskesmas masih
Puskesmas A berasal dari B2P2TOOT dan cukup belum memiliki tenaga apoteker. Walaupun
bervariasi antara lain hipertensi, hiperkolesterol, jumlah pasien jamu tidak sebanyak pasien umum,
diabetes melitus, osteoartritis, dispepsia, namun dokter SJ juga memberi pelayanan di poli
pelangsing, pelancar ASI, dan roborantia. umum setiap harinya dengan jumlah kunjungan
Penyelenggaraan pelayanan obat tradisional per hari rata-rata 100 orang pasien.18 Adanya
didukung oleh staf puskesmas yang sebagian besar tugas rangkap ini membuat dokter tidak bisa
ikut aktif dalam mempromosikan keberadaan mengembangkan pelayanan SJ secara optimal.
pelayanan tersebut kepada masyarakat sekitar Untuk mengatasi hal ini, dilakukan transfer ilmu
maupun di lingkungan keluarga masing-masing. secara mandiri kepada 2 dokter lain yang belum
Dokter yang mengikuti pelatihan SJ pernah mendapatkan pelatihan sehingga jumlah
mengakui bahwa pelatihan sangat bermanfaat total dokter yang memberikan pelayanan jamu di
karena mampu membuka cakrawala baru. Puskesmas A menjadi 3 orang. Transfer ilmu juga
Dokter tidak mengetahui tentang obat tradisional dilakukan dengan cara melibatkan secara langsung
jamu sebelumnya, setelah mengikuti pelatihan tenaga puskesmas lain dalam pelayanan jamu.
akhirnya menyadari bahwa ternyata ada “sesuatu” Kepala puskesmas mengupayakan agar dokter
(obat tradisional) di luar ilmu kedokteran yang lain bisa mengikuti pelatihan SJ di B2P2TOOT
memiliki peluang berkembang untuk kesehatan. dengan cara proaktif mencari informasi waktu
Materi pelatihan SJ memberikan wawasan baru, pelatihan, agar pelayanan SJ tetap berlangsung.
bahwa ternyata di luar pengobatan konvensional Secara struktural puskesmas berada di bawah
ada pengobatan menggunakan ramuan yang Dinkes Karanganyar, sehingga dinkes yang
berlandaskan ilmiah. Menurutnya pelatihan SJ mengatur peserta pelatihan dan harus mengikuti
perlu diberi tambahan berupa materi teknis yang daftar tunggu dengan puskesmas lain. Puskesmas
langsung dapat diaplikasikan dalam pelayanan secara rutin menerima mahasiswa Diploma III
sehari-hari, serta pelatihan untuk level lanjutan. jurusan jamu dari sebuah politeknis kesehatan
Dokter berharap B2P2TOOT melakukan yang berlokasi di Klaten untuk melakukan PKL
monitoring dan evaluasi setelah pelatihan. agar dapat membantu kekurangan SDM dalam
“Sebelumnya tidak tahu, ternyata ada pelayanan sehingga menambah minat masyarakat
sesuatu selain ilmu kedokteran, yang ternyata terhadap jamu.

191
Media Litbangkes, Vol. 27 No. 3, September 2017, 185–196

Semua bahan jamu untuk pelayanan sekaligus dapat melakukan konsultasi dengan
di Puskesmas A berasal dari B2P2TOOT. dokter. Kepala puskesmas dan hampir seluruh
Hambatan dalam pengadaan jamu adalah kurang staf memberikan dukungan penuh terhadap
lancarnya persediaan yang siap pakai akibat Puskesmas A dalam melaksanakan pelayanan
lokasi Puskesmas A yang cukup jauh dengan pengobatan dengan jamu. Dukungan yang
B2P2TOOT, yaitu perlu waktu tempuh 2 jam diberikan berupa promosi ke masyarakat dengan
pulang-pergi dengan sepeda motor. Sementara itu cara pemberitahuan dari mulut ke mulut (Jawa:
biaya transportasi untuk pengadaan jamu tidak getok tular) oleh seluruh staf puskesmas ke
bisa dimasukkan sebagai anggaran puskesmas. tetangga sekitar tempat tinggal mereka, bahwa
Untuk mengatasi hal ini, setiap pengadaan puskesmas memberikan pelayanan pengobatan
obat tradisional puskesmas meminta jasa staf dengan jamu. Lokasi puskesmas yang berada
puskesmas yang sedang melakukan tugas luar di Jawa Tengah dengan budaya masyarakat
di sekitar lokasi B2P2TOOT. Jamu pelangsing, yang suka minum jamu semakin mempermudah
sebagai jamu yang paling diminati segera sosialisasi ke masyarakat. B2P2TOOT pun
dilakukan pengadaan begitu stok mulai menipis. memberi dukungan berupa konsultasi gratis
Puskesmas A tidak memiliki anggaran tentang jamu bila diperlukan karena jaraknya
khusus untuk pelayanan obat tradisional. Dana relatif lebih dekat bila dibanding jejaring lain.
awal untuk pelayanan jamu merupakan swadana Ada hal menarik yang disampaikan oleh
dari dana pribadi kepala puskesmas sebesar Rp. Kepala Puskesmas A, yaitu ketidaktahuannya
500.000,-. Selanjutnya dana ini diputar untuk tentang program SJ secara detail. Kepala
keberlangsungan pelayanan obat tradisional serta puskesmas menanyakan apakah program SJ
tetap mengupayakan pengembangan pelayanan ini merupakan program resmi Kementerian
meskipun dengan anggaran seadanya. Hal ini Kesehatan, jika memang resmi seharusnya
dilakukan mengingat permintaan masyarakat ada sosialisasi ke puskesmas dan ketersediaan
terhadap layanan jamu masih ada. Hingga saat anggaran rutin yang resmi untuk menunjang
ini anggaran untuk pelayanan jamu dari anggaran pelaksanaannya. Berbagai kendala tersebut
rutin masih belum ada. tidak menghentikan puskesmas untuk tetap
“Adanya program ini justru membuat melaksanakan pelayanan obat tradisional
puskesmas merasa terbebani, karena harus walaupun dengan dana sangat minim. Selain
menyediakan anggaran sendiri, tapi secara peminat dari masyarakat yang masih tetap
hukum tidak ada payung yang menaungi. Selain ada, dinkes juga meminta agar pelayanan obat
itu setelah pelatihan merasa tidak ada tindak tradisional dilanjutkan.
lanjut untuk pelayanan. “Seharusnya kalau misalnya dari
“Program baru tapi ngrepoti, tapi kalo atas itu punya suatu program itu runtutannya
mau masuk formularium susah juga. Kalau mestinya sampai ke bawah juga, kalau Kemenkes
jamu tujuannya kan untuk promotif preventif, punya program dipasrahkan sampai provinsi,
kalau komplementer tidak bisa. Kalau dari segi di kabupaten. Tapi yang di bawah belum siap.
manfaat untuk puskesmas kira-kira tidak ada. Anggaran kan dibuat satu tahun, program
Kira-kira (setelah) dilatih, berjalan ilmunya itu tiba-tiba datang dari atas jadi tidak ada
(ya) tidak, apa… ya sudah. Kalau bisa masuk ke kesinambungan itu loh… Nah, akhirnya kita yang
formularium bisa berkembang. Setelah dilatih di bawah ini yang sulit. Dinas kesehatan (berkata)
tidak ada tindak lanjut. Terus nanti kalau ada pokoke gawekne (pokoknya harus dibuatkan).
monitoring atau supervisi, ya sudah seadanya Itupun tidak ada hitam di atas putih, jadinya
gitu ajalah…(penyelenggaraan pelayanannya)”. semua seperti itu. Kita kesulitannya di sini tidak
( Kepala Puskesmas). ada payung hukumnya.” (Kepala Puskesmas).
Pelayanan jamu selain dilakukan di
dalam gedung puskesmas, juga dilakukan Dinas Kesehatan (Dinkes) Karanganyar
langsung ke masyarakat melalui posbindu yang Dinkes Karanganyar melalui Kepala
rutin diadakan setiap bulan di salah satu desa Seksi Kefarmasian dan Napza menyatakan
binaan puskesmas. Kegiatan tersebut didukung sangat mendukung adanya program SJ yang
oleh kepala desa setempat. Selain mendapatkan dilaksanakan oleh puskesmas di wilayahnya.
pelayanan pengobatan dengan jamu, pasien Dinkes telah mengirimkan stafnya untuk

192
Gambaran Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan ... (Lusi Kristiana, Herti Maryani, dan Weny Lestari)

mengikuti pelatihan SJ, yaitu satu orang dokter obat tradisional lokal untuk menyediakan bahan
dan dua orang apoteker. Hal ini dilakukan sebagai baku jamu.
upaya agar staf dinkes sebagai institusi pembina
menguasai materi yang harus dibina. Wilayah Pembahasan
Dinkes Kabupaten Karanganyar mempunyai 21 B2P2TOOT sebagai pelaksana program
puskesmas, dimana saat ini di setiap puskesmas SJ, berkepentingan untuk melakukan penelitian
minimal telah memiliki satu orang dokter yang dan pengembangan jamu tersaintifikasi agar bisa
telah mengikuti pelatihan SJ. Setelah kegiatan dimanfaatkan oleh masyarakat. Kegiatan utama
penelitian SJ selesai, hanya sedikit puskesmas yang dilakukan salah satunya adalah penelitian
yang melakukan pelayanan pengobatan tradisional berbasis pelayanan. Kegiatan ini memerlukan
jamu. Saat penelitian dilakukan, hanya ada 7 infrastruktur antara lain ketersediaan SDM yang
puskesmas yang melakukan pelayanan jamu. kompeten, peraturan perundangan, pedoman
Dinkes belum menyelenggarakan suatu sistem pelaksanaan pelayanan, serta ketersediaan materi
penyediaan bahan jamu secara khusus walaupun uji yang aman, berkhasiat dan bermutu. Salah
sudah ada rencana membuat prosedur penyediaan satu upaya yang dilakukan B2P2TOOT adalah
sehingga jamu tersedia di apotek. Saat ini, jamu membentuk jejaring dan memberikan pelatihan
untuk pelayanan di puskesmas semua dibeli dari kepada dokter dan apoteker. Dokter dan apoteker
B2P2TOOT. dalam pelaksanaan SJ yang sekaligus berperan
Dukungan dari dinkes untuk pelayanan sebagai peneliti merupakan SDM yang mutlak
tradisional ramuan antara lain penerbitan harus memiliki kompetensi. Pengembangan
SK Puskesmas tentang Pelayanan Kesehatan jejaring dokter dan apoteker dalam program SJ
Tradisional Komplementer dari Dinkes Provinsi, memungkinkan terbentuknya himpunan peneliti
dan penerbitan Surat Bukti Registrasi (SBR) untuk sekaligus dapat disediakan pasien sebagai
dokter. Penerbitan SK hanya ditujukan untuk subjek penelitian uji klinik jamu.19 Upaya
pelayanan di puskesmas dan bukan untuk praktik pemberian pelatihan SJ ini mendapat sambutan
pribadi karena peraturan untuk pelayanan obat baik di BKTM maupun Puskesmas A, terbukti
tradisional oleh dokter masih belum jelas. Dinkes adanya antusiasme untuk mengikuti diklat SJ,
menyadari bahwa masih banyak kendala yang bahkan diklat lanjutan bagi dokter atau apoteker
harus diatasi bila ingin menjalankan pelayanan yang pernah mengikuti. B2P2TOOT bahkan
pengobatan tradisional, antara lain sumber daya meminta rencana implementasi jangka panjang
manusia, anggaran rutin, ketersediaan bahan para jejaring dalam melaksanakan pelayanan
jamu, termasuk masih adanya perbedaan pola kesehatan tradisional ramuan guna memastikan
pikir SJ antara B2P2TOOT dengan puskesmas bahwa pelatihan yang diberikan tidak sia-sia di
yang dilatih. kemudian hari. Dokter dan apoteker yang telah
“Pengertian SJ di Badan Litbang dengan mengikuti pelatihan SJ, tidak sekedar berhenti
pelayanan kesehatan alternatif komplementer sebagai bagian dari penelitian SJ, namun juga
dari Kemenkes kan beda, divisinya beda. Kalau berlanjut untuk melayani masyarakat yang
pelayanan SJ, bagaimana jamu bisa diterima membutuhkan jamu sebagai pilihan pelayanan
atau digunakan di pelayanan formal. Kalau di pengobatan.
yankestrad komplementer alternatif, tidak semua BKTM dan Puskesmas A, merupakan
bisa di puskesmas, pelayanan tradisional lainnya institusi yang dengan tupoksi utama bukan
juga bisa. Lha harus ada sinkronisasi sistem”. penelitian. BKTM merupakan contoh model
(AN, Bidang Yanfar Dinkes Karanganyar). pelayanan pengobatan tradisional, sedang
Jamu sudah diterima oleh masyarakat puskesmas merupakan institusi pelayanan. Hal
di daerah Karanganyar, walaupun sistem untuk ini menimbulkan perbedaan cara pandang dalam
pelayanan obat tradisional ramuan (jamu) melaksanakan program SJ. Pelatihan SJ yang
masih belum jelas. Dinkes merencanakan untuk diselenggarakan oleh B2P2TOOT dimaksud
menyiapkan klinik jamu dengan pelayanan sebagai konsep untuk mengembangkan penelitian
oleh dokter dan apoteker di masa yang akan berbasis pelayanan, tetapi BKTM dan puskesmas
datang, dengan gedung dan biaya operasional lebih cenderung menikmati peran mereka sebagai
yang disediakan oleh Pemerintah Kabupaten pemberi pelayanan ramuan. Kondisi ini terlihat
Karanganyar, sekaligus memberdayakan petani saat mereka lebih menginginkan langsung

193
Media Litbangkes, Vol. 27 No. 3, September 2017, 185–196

mendapatkan ramuan hasil penelitian yang bisa harus membayar sendiri akhirnya menjadi mahal
diaplikasikan untuk pelayanan ke masyarakat. bila disandingkan pelayanan di puskesmas yang
Ketika mengungkapkan kendala dalam ditanggung BPJS sehingga seolah-olah gratis.
melaksanakan program SJ, permasalahan yang Kendala lain yang merupakan masalah
dianggap utama adalah adalah kurang lancarnya klasik pelayanan kesehatan tradisional adalah
distribusi jamu yang digunakan untuk pelayanan. regulasi tentang pelayanan kesehatan tradisional.
BKTM dengan lokasi yang jauh, tidak serta Sekalipun telah diterbitkan PP Nomor 103 Tahun
merta bisa mendapatkan jamu yang dibutuhkan 2014 tentang Pelayanan Kesehatan Tradisional,
bila stok habis, melainkan menunggu sekitar namun petunjuk teknis pelaksanaannya sampai
1-3 bulan. Sedangkan Puskesmas A karena tidak sekarang belum ada, meliputi payung hukum
ada anggaran transport pembelian jamu, maka untuk SDM, penyediaan jamu, anggaran, tarif,
pembelian jamu harus menunggu saat ada staf kelembagaan, dsb.
yang kebetulan sedang dinas luar sehingga biaya
transport ke B2P2TOOT yang seharusnya tidak Kesimpulan
ada bisa ditanggung transport dinas luar tersebut. Program Saintifikasi Jamu (SJ)
Baik BKTM maupun Puskesmas A, merupakan terobosan dalam penelitian pengujian
memiliki kemampuan melakukan pelayanan terkait manfaat dan keamanan jamu untuk upaya
SJ dari hasil diklat yang diselenggarakan oleh promotif, preventif dan kuratif dengan membentuk
B2P2TOOT. Keduanya menggunakan jamu yang jejaring SJ yang mampu melaksanakan penelitian
berasal dari B2P2TOOT. Mereka mengharapkan berbasis pelayanan. Pelaksanaan program SJ
B2P2TOOT melakukan monitoring dan evaluasi masih belum berjalan sempurna seperti yang
yang lebih intensif dalam proses pelaksanaan diharapkan.
pelayanan sehingga hubungan dengan Hal utama yang perlu digarisbawahi
B2P2TOOT tidak sekedar seperti distributor dan adalah bagaimanakah payung hukum
penjual jamu. Kedua instansi merasa masih perlu penyelenggaraan program SJ, mengingat
terus dilakukan pelatihan SJ lanjutan, dengan SK Komnas SJ yang dikeluarkan pada tahun
penambahan beberapa materi yang diperlukan 2013 sudah tidak berlaku. Oleh sebab itu perlu
saat memberikan pelayanan. dipikirkan aturan pengganti tentang Komnas SJ
Puskesmas A nampaknya memiliki sehingga pelaksanaan program SJ bisa dijalankan
kendala lebih berat dibanding BKTM di sisi dengan baik. Bagi BKTM dan Puskesmas A,
pendanaan. Puskesmas semula tidak memiliki pelatihan SJ diakui sangat bermanfaat karena
anggaran resmi untuk pengadaan jamu, namun menunjang pelaksanaan pelayanan kesehatan
kepala puskesmas yang memiliki perhatian tradisional ramuan. Kendala pelaksanaan SJ
besar terhadap pelayanan jamu, turun tangan antara lain terbatasnya SDM yang terlatih,
dengan meminjamkan uang pribadi sebagai tidak tersedianya anggaran rutin, yang akhirnya
modal mengawali pelayanan jamu. Kondisi mempengaruhi kelancaran peyediaan jamu untuk
ini nampaknya didorong oleh kultur budaya pelayanan. Monitoring dan evaluasi program SJ
Jawa yang sudah terbiasa menggunakan dan perlu lebih diintensifkan sehingga program ini
mempercayai manfaat jamu untuk kesehatan.20 tetap berjalan sesuai dengan tujuan awal yaitu
Dinkes Karanganyar sebagai pembina puskesmas memberikan dukungan ilmiah (evidence based)
pun memberi dukungan dengan mengeluarkan SK terhadap jamu agar dapat dimanfaatkan dalam
Puskesmas sebagai penyedia pelayanan kesehatan pelayanan kesehatan formal.
tradisional komplementer dan penerbitan Surat Regulasi tentang pelayanan kesehatan
Bukti Registrasi (SBR) untuk dokter. tradisional masih menjadi kendala terutama bagi
Dilihat dari sisi masyarakat pengguna, jejaring dokter pada saat praktik pelayanan jamu,
pelayanan jamu telah mendapat tempat tersendiri baik praktik mandiri maupun di puskesmas.
di hati masyarakat Indonesia.21 Peminat Belum adanya petunjuk teknis tentang pelayanan
pelayanan jamu cukup banyak, namun yang perlu kesehatan tradisional ramuan, mempersulit dinas
digarisbawahi adalah keluhan masyarakat tentang kesehatan sebagai unsur pelaksana Pemerintah
BPJS yang belum bisa menanggung pengobatan Daerah Kabupaten Karanganyar di bidang
tradisional ramuan. Biaya pelayanan pengobatan kesehatan, dalam melakukan pembinaan maupun
dengan jamu yang semula murah, tetapi karena regulasi yang diperlukan.

194
Gambaran Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan ... (Lusi Kristiana, Herti Maryani, dan Weny Lestari)

Saran dua kota Provinsi Jawa Tengah dan dua kota/


Pelaksanaan program SJ perlu dilakukan kab. Provinsi Jawa Timur). Laporan Penelitian.
pembinaan dan monitoring secara rutin dan Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan
ditindak lanjuti. Evaluasi hasil penelitian maupun Kesehatan; 2004.
pelayanan praktik jamu perlu dilakukan dan 8. Balai Besar Litbang Tanaman Obat dan Obat
disebarluaskan sehingga dapat diaplikasikan Tradisional. Kinerja program saintifikasi jamu;
oleh jejaring SJ. Forum antar tenaga kesehatan Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan
yang terlibat dalam SJ perlu dibentuk untuk nKesehatan; 2013.
membantu terlaksananya program ini. Regulasi 9. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
yang diperlukan sebagai payung hukum agar Tanaman Obat dan Obat Tradisional. Rumah
jejaring SJ dapat melakukan penelitian berbasis Riset Hortus Medicus. Leaflet. 2010.
pelayanan dengan optimal, sehingga terjadi 10. Peraturan Pemerintah RI Nomor 21 Tahun 2013
akselerasi diterimanya jamu oleh kalangan tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan
profesi medis sebagai alternatif terapi. Negara Bukan Pajak (PNBP). 2013.
11. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatus
Ucapan Terima Kasih Negara RI Nomor B/32403/M.PAN/11/2008
Ucapan terima kasih disampaikan tentang Pembentukan BKTM. 2008.
kepada Kepala Pusat Humaniora Kebijakan 12. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1201/
Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat yang MENKES/PER/XII/2008 tentang Organisasi
telah memfasilitasi studi ini, kepada seluruh dan Tata Kerja Loka Kesehatan Tradisional
responden yang telah memberikan waktunya dan Masyarakat. 2008
ikut berpartisipasi, serta tim peneliti yang telah 13. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 2358/
membantu kesempurnaan tulisan ini. MENKES/PER/XI/2011 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di
Daftar Pustaka Bidang Kesehatan Tradisional Masyarakat.
2011.
1. Peraturan Pemerintah RI Nomor 103 14. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 002/
Tahun 2014 tentang Pelayanan Kesehatan MENKES/PER/I/2012 tentang Tata Laksana
Tradisional. 2014. Balai Kesehatan Tradisional Masyarakat
2. Kementerian Kesehatan RI. Kinerja (BKTM) dan Loka Kesehatan Tradisional
program saintifik jamu. Laporan Program. Masyarakat (LKTM). 2012.
Tawangmangu : Balai Besar Penelitian dan 15. What is the Shelf Life of Spices and Herbs?.
Pengembangan Tanaman Obat dan Obat https://www.spicesinc.com/p-780-what-
Tradisional (B2P2TOOT). Tawangmangu: is-the-shelf-life-of-spices-and-herbs.aspx.
Badan Penelitian dan Pengembangan Accessed July 27, 2017.
Kesehatan; 2013. 16. Gregerson J. How long after purchase do
3. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 003/ dried herbs and spices remain good to use?
Menkes/Per/ 2010 tentang Saintifikasi [web page on the internet] 2009 [cited 27 July
Jamu dalam Penelitian Berbasis Pelayanan 2017]. Available from: http://shelflifeadvice.
Kesehatan. 2010. com/content/how-long-after-purchase-do-
4. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor dried-herbs-and-spices-remain-good-use.
296/Menkes/SK/VIII/2013 tentang Komisi 17. Direktorat Direktorat Jendral Gizi dan KIA.
Nasional Saintifikasi Jamu. 2013. Profil Balai Kesehatan Tradisional Masyarakat
5. Ali A, Dian W. Jadikan jamu primadona. Warta (BKTM) Makassar Tahun 2012-2014. Jakarta:
Litbangkes, Januari-Maret 2015;1: 6-9. Kementerian Kesehatan RI. 2014.
6. Balai Besar Litbang Tanaman Obat dan Obat 18. Dinas Kesehatan Kabupaten Karanganyar.
Tradisional. Warta Hortusmed edisi ketiga; Profil Puskesmas A Tahun 2014. Karanganyar:
2014. Dinas Kesehatan Kabupaten Karanganyar,
7. Suharmiati. Model pembinaan pengecer obat 2015.
tradisional terkait dengan penyalahgunaan 19. Siswanto. Saintifikasi jamu sebagai upaya
bahan kimia berkhasiat obat (Studi kasus di terobosan untuk mendapatkan bukti ilmiah

195
Media Litbangkes, Vol. 27 No. 3, September 2017, 185–196

tentang manfaat dan keamanan jamu. Penelitian. Jakarta : Badan Penelitian dan
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan April Pengembangan Kesehatan; 2015.
2010;15(2):203-11. 21. Handayani L. Budaya minum jamu dalam
20. Pusat Humaniora Kebijakan Kesehatan mendukung pelayanan kesehatan di Indonesia.
dan Pemberdayaan Masyarakat. Perilaku Orasi Pengukuhan Profesor Riset Bidang
konsumen dalam pengambilan keputusan Pelayanan Kesehatan. Badan Penelitian dan
pembelian jamu yang tersaintifikasi. Laporan Pengembangan Kesehatan RI; 2015

196

Anda mungkin juga menyukai