Anda di halaman 1dari 9

TINITUS

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah Kapita Selekta Semester 5

DISUSUN OLEH
NAMA : GEDE BAYU PIPIT PERMADI
NIM : 17.007

AKADEMI AKUPUNKTUR SURABAYA


TAHUN AJARAN 2019
A. DEFINISI
Tinitus berasal dari bahas Latin ‘tinnire’ yang berarti bunyi. Tinitus didefinisikan sebagai
suatu persepsi bunyi tanpa adanya rangsangan suara dari luar, tinitus dikatakan sebagai suatu
keadaan patologis bila dialami lebih dari 5 menit dan terjadi lebih dari satu kali tiap minggunya
(Henry, 2005).
Tinitus dapat dibagi atas 2, yaitu :
a. Tinitus obyektif, bila suara tersebut dapat juga didengar oleh pemeriksa atau dengan
auskultasi di sekitar telinga. Tinitus obyektif bersifat vibritorik, berasal dari
transmisi vibrasi sistem vaskuler atau kardoivaskuler di sekitar telinga.
b. Tinitus subjektif, bila suara tersebut hanya didengar oleh pasien sendiri, jenis ini
sering terjadi. Tinitus subjektif bersifat nonvibratorik, disebabkan oleh proses iritatif
atau perubahan degeneratif traktus auditorius mulai dari sel-sel rambut getar koklea
sampai pusat saraf pendengar (Husnul, 2009).

B. PENYEBAB
Banyak hal yang dapat menyebabkan terjadinya tinitus. Beberapa diantaranya adalah:
1. Kelainan vaskular baik pada arteri atau vena.
2. Kelainan muskular: klonus otot palatum atau tensor timpani.
3. Lesi pada saluran telinga dalam: Tumor saraf kedelapan.
4. Gangguan kokhlea: trauma akibat bising, trauma tulang temporal, penyakit Meniere’s,
presbikusis, tuli saraf mendadak, emisi otoakustik.
5. Ototoksisitas: aspirin, kuinin, dan antibiotika tertentu (aminoglikosida).
6. Kelainan telinga tengah: infeksi, sklerosis, gangguan tuba eustachi.
7. Lain-lain: serumen, benda asing pada saluran telinga luar dan penyakit sistemik seperti anemia.

C. PATOFISOLOGI
Mekanisme terjadinya tinitus karena aktivitas elektrik di sekitar auditorius yang menimbulkan
perasaan adanya bunyi, tetapi impuls yang terjadi bukan berasal dari bunyi eksternal atau dari luar
yang ditransformasikan, melainkan berasal dari sumber impuls yang abnormal di dalam tubuh
penderita sendiri. Impuls abnormal itu dapat ditimbulkan oleh berbagai kelainan telinga. Tinitus
dapat terjadi dalam berbagai intensitas. Tinitus dengan nada rendah seperti bergemuruh atau nada
tinggi seperti berdengung. Tinitus dapat terus menerus atau hilang timbul terdengar. Pada
hipertensi endolimfatik seperti penyakit meniere dapat terjadi tinitus pada nada rendah dan tinggi,
sehingga terdengar bergemuruh atau berdengung. Gangguan ini disertai dengan tuli sensorineural
dan vertigo.gangguan vaskuler koklea terminalis yang terjadi pada pasien yang stres akibat
gangguan keseimbangan endokrin, seperti menjelang menstruasi, hipometabolisme atau saat hamil
dapat juga timbul tinitus atau gangguan tersebut akan hilang bila keadaannya sudah kembali
normal.
Tinitus biasanya dihubungkan dengan tuli sensorineural dan dapat juga terjadi karena
gangguan konduksi. Tinitus yang disebabkan oleh gangguan konduksi, biasanya berupa bunyi
dengan nada rendah. Jika disertai dengan inflamasi, bunyi dengung ini terasa berdenyut atau
pulsasi tinitus. Tinitus dengan nada rendah dan terdapat gangguan konduksi, biasanya terjadi pada
sumbatan liang telinga karena serumen atau tumor, tuba katar, otitis media, otosklerosis, dan lain-
lain. Tinitus dengan nada rendah yang berpulsasi.

D. TANDA DAN GEJALA


Dalam hampir semua kasus, tinitus adalah suara subjektif, artinya hanya orang yang menderita
tinitus yang dapat mendengarnya. Pendengar secara subyektif menggambarkan mendengar suara
yang berbeda seperti: dering, mendesis, statis, jangkrik, melengking, mendesis, menderu,
berdenyut, gelombang laut, berdengung, nada panggil, bahkan musik.
Secara umum, ada tiga cara untuk menggambarkan persepsi pribadi pasien tentang suara
tinitus:
 Tinnitus Tonal: Persepsi suara hampir kontinu (atau suara yang tumpang tindih) dengan
frekuensi yang jelas. Volume yang dirasakan dari tinitus sering berfluktuasi. Tinnitus tonal
umumnya dikaitkan dengan tinnitus subyektif.
 Pulsatile Tinnitus: Persepsi bunyi berdenyut, sering di-detak dengan detak jantung pasien.
Tinnitus pulsatile sering dikaitkan dengan tinnitus objektif dan somatik.
 Musical Tinnitus: Persepsi musik atau bernyanyi, kadang-kadang lagu yang sama pada
loop konstan. Juga dikenal sebagai Musical Ear Syndrome, Musical Tinnitus sangat jarang.
E. FAKTOR RESIKO

Ada banyak faktor risiko untuk tinnitus, seperti:


Paparan bunyi keras.
Usia. Lanjut usia memiliki risiko lebih tinggi terkena tinnitus daripada mereka yang masih muda.
Jenis kelamin. Ini biasanya mempengaruhi lebih banyak pria dibandingkan wanita.
Merokok. masalah kardiovaskular.

F. DIAGNOSA TINNITUS
Untuk mendiagnosis tinitus diperlukan anamnesis yang akurat meliputi riwayat pengobatan,
riwayat penyakit dan dilakukan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan di bidang psikologi juga
diperlukan karena ada kasus tinnitus yang juga berkaitan
dengan keadaan depresi dan cemas.

G. PEMERIKSAAN FISIK DAN LABORATORI


Pemeriksaan fisik yang dilakukan yaitu mulai dari melihat keadaan rongga mulutnya, telinga
luar, membran timpani, cranial nerve V, VII dan VII, temporalnya, dll. Kemudian dilakukan
otoskopi untuk melihat ada atau tidaknya penyakit di telinga luar dan tengah, mengetahui ada
tidaknya infeksi cerumen, serta melihat kondisinya normal atau abnormal. Selain itu pemeriksaan
audiologi yang wajib dilakukan, diantaranya PTA (Pure Tone Audiometry), BERA, Speech Test,
Tone Decay Audiometry, dan Tone Decay Refleks. Pemeriksaan vestibuler juga dapat dilakukan
untuk mengetahui keadaan sistem vestibulernya. Saat ini, sudah diciptakan suatu alat yang dapat
digunakan untuk mengatasi tinitus, yang diistilahkan dengan tinnitus treatment, dan nama alat
tersebut adalah neuromonic.

H. PENATALAKSANAAN TINITUS
Pengobatan tinitus merupakan masalah yang kompleks dan merupakan fenomena psikoakustik
murni, sehingga tidak dapat diukur. Perlu diketahinya penyebab tinitus agar dapat diobati sesuai
dengan penyebabnya. Kadang-kadang penyebabnya itu sukar diketahui.
Pada umumnya pengobatan gejala tinitus dapat dibagi dalam 4 cara yaitu :
1. Elektrofisiologik yaitu dengan membuat stimulus elektro akustik dengan intensitas suara yang
lebih keras dari tinitusnya, dapat dengan alat bantu dengar atau tinitus masker.
2. Psikologik, dengan memberikan konsultasi psikologik untuk meyakinkan pasien bahwa
penyakitnya tidak membahayakan dan dengan mengajarkan relaksasi setiap hari.
3. Terapi medikamentosa, sampai saat ini belum ada kesepakatan yang jelas. Berbagai penelitian
untuk menemukan jenis obat masih terus dilakukan. Adapun jenis obat yang dapat secara konsisten
efektif pada pengobatan jangka panjang belum juga ditemukan. Meski demikian pemakaian
beberapa jenis obat sedikit banyak dapat memberikan perbaikan pada pasien tinitus, seperti:
a) Vitamin B dan derivatnya: nicotinamide (vasodilator) yang secara empiris telah digunakan
secara luas untuk kelainan kokhlea (contoh: penyakit Meniere’s)
b) Trimetazidine: obat anti iskemia dengan antioksidan
c) Vitamin A: pada dosis tinggi dilaporkan memperbaiki ambang persepsi dan mencegah tinnitus.
Namun perhatian terhadap toksisitasnya dapat membatasi vitamin A dalam penggunaan praktis.
d) Lidokain intravena: suatu golongan anestetik local amide dengan aktivitas system saraf pusat,
dilaporkan berguna dalam mengontrol tinnitus.
e) Tocainine: merupakan lidokain oral dengan waktu paruh yang panjang.
f) Trisiklik trimipramine: suatu anti depresan
4. Terapi non medikantosa
- Terapi kognitif dan prilaku

Terapi kognitif memfokuskan pada bagaimana seseorang berfikir mengenai tinitus dan
menghindari pemikiran negatif, dimana terapi prilaku menggunakan pendekatan desensitisasi
sistemik yang dipakai pada banyak penyakit ketakutan atau fobia (Han, 2009).
- Terapi suara
Terapi suara menggunakan suara-suara yang ditemukan secara alami, seperti suara aliran air
sungai, hujan, air terjun dan angin untuk mengurangi kuatnya saura tinitus yang berhubungan
dengan aktifitas neuron didalam sistem auditori (Tyler 2008; Han, 2009).
- Alat bantu dengar
Alat bantu dengar merupakan bentuk lain dari terapi suara yang biasanya berguna pada pasien-
pasien tinitus dengan gangguan pendengaran yang signifikan. Alat bantu dengar didesain untuk
memperbaiki kemampuan dengar dalam percakapan dan untuk memperbesar suara lingkungan
sekitar (Tyler 2008; Han, 2009).
- Masking
Dengan menggunakan satu nada atau jenis suara bising, seperti white noise, untuk menutupi suara
tinitus, telah menjadi metode pengobatan utama terhadap pasien-pasien dengan tinitus yang berat
(Noell, 2003).
- Biofeedback
Biofeedback telah digunakan untuk mengatur reaksi psikologi terhadap tinitus. Pengobatan ini
mengajarkan pasien dapat mengkontrol keadaan relaksasi untuk mengurangi stres akibat suara
tinitus. Biofeedback tidak secara langsung mengobati keluhan tinitus. Namun demikian,
keberhasilan penggunaan modalits ini bukan untuk mengurangi kuatnya suara tinitus namun untuk
mengurangi stres pasien (Noell,2003).
- Tinitus retraining therapy
Penatalaksanaan tinitus merupakan masalah yang kompleks dan merupakan fenomena
psikoakustik murni, sehingga tidak dapat diukur. Penatalaksanaan terkini yang dapat dikemukakan
oleh Jastreboff, berdasarkan pada model neurofisiologisnya adalah kombinasi konseling
terpimpin, terapi akustik, dan medikamentosa bila diperlukan. Metode ini disebut sebagai Tinnitus
Retraining Therapy (TRT). Tujuan dari Tinnitus Retraining Therapy (TRT) adalah memicu dan
menjaga reaksi habituasi dan persepsi tinitus dan atau suara lingkungan yang mengganggu.
Habituasi diperoleh sebagai hasil modifikasi hubungan sistem auditorik ke sistem limbik dan
sistem saraf otonom. TRT walau tidak dapat menghilangkan tinitus dengan sempurna, tetapi dapat
memberikan perbaikan yang bermakna berupa penurunan toleransi terhadap suara. (Basyiruddin,
2007; Aazh, 2008)
5. Pembedahan juga berperan dalam penanganan tinnitus jika diaplikasikan untuk mengoreksi
sumber penyebab. Misalnya: stapedektomi untuk kelainan otosklerotik, lainnya adalah koklear
implant. Pertimbangan juga dapat diberikan untuk melakukan terhadap pengikatan saraf ke-8
divisi koklearis, walaupun hasilnya tidak dapat diprediksikan.. dan tentu saja hanya bisa dilakukan
terhadap pasien yang memang fungsi pendengarannya sudah rusak berat alias tuli berat yang tidak
mungkin lagi dikoreksi.
I. PERSPEKTIF TCM (AKUPUNKTUR)
Dalam TCM, tinitus disebut sebagai Er Ming (telinga berdenging). Sindrom tinitus secara
garis besar dibagi menjadi tiga, yaitu hiperaktivitas Yang hati, dahak keruh naik ke atas, dan
defisiensi Qi ginjal (Yin and Liu, 2000).
Titik akupunktur yang digunakan dalam menangani tinitus yaitu Tinggong (SI19), Shenshu
(BL23), Taixi (KI3), dan Guanyuan (CV4). Tinggong (SI19) untuk meningkatkan sirkulasi Qi dan
darah pada daerah telinga serta meningkatkan kemampuan mendengar, Shenshu (BL23) untuk
tonifikasi Yang ginjal dan mempermudah aliran Qi, Taixi (KI3) mentonifikasi ginjal untuk
meningkatkan kemampuan mendengar, dan Guanyuan (CV4) menguatkan jiao tengah dan
tonifikasi Qi (Yin and Liu, 2000).

 DIFERENSIASI SINDROM TINNITUS :


1. Hiperaktivitas Yang Hati
Manifestasi : serangan mendadak tinitus bahkan ketulian yang diperparah oleh
stimulasi yang buruk, sakit kepala, pusing, wajah merah, mata
merah, lidah pahit, tenggorokan kering, iritasi, mudah marah.
Lidah : otot lidah merah dengan selaput kuning.
Nadi : cepat dan kuat.
Prinsip terapi: menenangkan hati dan mengendalikan aktifitas berlebih Yang hati.
Titik terapi : (LR-3) Taichong [-], (PC-6) Neiguan [-], (GB-20) Fengchi [-], (GB-
2) Tinghui [-], (SJ-3) Zhongzhu [-], (GB-43) Xiaxi [-].
Penjelasan : (LR-3) Taichong, (PC-6) Neiguan, (SJ-3) Zhongzhu, dan (GB-43)
Xiaxi menenangkan hati dan mengendalikan aktifitas berlebih Yang
hati. (GB-20) Fengchi dan (GB-2) Tinghui membersihkan meridian
kandung empedu dan membuka telinga.
2. Dahak Keruh Naik ke Atas
Manifestasi : suara berdenging di kepala, pendengaran menurun disertai sensasi
kaku di daerah telinga, perasaan sakit pada dada dan epigastrium.
Lidah : otot lidah basah dengan selaput tipis
Nadi : lemah atau licin
Prinsip terapi : menghilangkan lembab dan dahak
Titik terapi : (SJ-21) Ermen [-], (SJ-17) Yifeng [-], (SJ-5) Waiguan [-], (ST-40)
Fenglong [-], (RN-12) Zhongwan [-], (SP-9) Yinlingquan [+].
Penjelasan : (SJ-21) Ermen [-], (SJ-17) Yifeng [-] membuka telinga dan
membersihkan lubang. (SJ-5) Waiguan [-] meridian yang terhubung
dengan pendengaran. (ST-40) Fenglong [-], (RN-12) Zhongwan [-],
(SP-9) Yinlingquan [+] menghilangkan lembab dan mengeluarkan
dahak.
3. Defisiensi Qi Ginjal
Manifestasi : suara berdenging di kepala ringan tetapi berkepanjangan, apabila
diberi tekanan keluhan berkurang, kemampuan mendengar
berkurang, pusing, penglihatan kabur, kelemahan pada pinggang dan
lutut, impotensi.
Lidah : otot lidah merah atau pucat
Nadi : seperti benang dan cepat
Prinsip terapi : menutrisi Qi ginjal
Titik terapi : (SI-19) Tinggong [+], (BL-18) Ganshu [+], (BL-23) Shenshu [+],
(KI-3) Taixi [+], (RN-4) Guanyuan [+], (ST-36) Zusanli [+].
Penjelasan : (SI-19) Tinggong [+] meningkatkan sirkulasi Qi dan darah pada
daerah telinga, dan meningkatkan kemampuan mendengar. (BL-18)
Ganshu [+], (BL-23) Shenshu [+], (KI-3) Taixi [+] mentonifikasi hati
dan ginjal untuk meningkatkan kemampuan mendengar. (RN-4)
Guanyuan [+], (ST-36) Zusanli [+] menguatkan jiao tengah dan
tonifikasi Qi.
DAFTAR PUSTAKA
Aazh, H., Moore.2008. BMC Ear, Nose and throat disorder.

Basyiruddin, J. dan Soetirto, I., 2007. Gangguan Pendengaran Akibat Bising. Dalam: buku ajar
ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala leher. Edisi 6. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Henry JA, Dennis KC, Schechter MA (2005) General review of tinnitus: prevalence, mechanisms,
effects, and management. J Speech Lang Hear Res.
Noell, C.A. and Meyerhoff, W.L., 2007. Tinnitus. Proquest Medical Library.

Xu, X., Bu X., Zhou L., Xing G., Liu C., Wang D. 2011. An Epidemiologic Study of Tinnitus in
a Population in Jiangsu Province, China. Journal Am Acad Audiol, 22: 578-585.

Yin, G. and Xheng L. 2000. Advanced Modern Chinese Acupunture Therapy. Beijing, China :
New World Press.

Anda mungkin juga menyukai