Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN TUTORIAL IKD 1

DI SUSUN:

KELOMPOK III

I. MUHAMMAD AKBAR ( KETUA)


II. M. FAUZAN ALIFIKRI
III. NURSINAH ( SEKERTATIS )
IV. RABIATUL ADAWIYAH ( SCRIBER )
V. NIKEN APRIANI
VI. LINDA WULANDARI
VII. NIA SUSILAWATI
VIII. RAFINA

TUTOR: NS.ANTONIEKAPAJARMAULANA.M.KES

S1 AKADEMI KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)

MATARAM 2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan
karunia- yang telah diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan hasil Laporan
Tutorial ini sesuai waktu yang ditentukan.

Dalam penyusunan tutorial penulis menyadari sepenuhnya banyak terdapat kekurangan


didalam penyajianya. Hal ini disebabkan terbatasnya kemampuan dan pengetahuan yang
penulis miliki, penulis menyadari bahwa tanpa adanya bimbingan dan petunjuk dari semua
pihak tidaklah mungkin hasil laporan tutorial dapat diselesaikan sebagaimana mestinya.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada:

1. Allah SWT berkat rahmat karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan dengan
baik
2. Antoni Eka Fajar Maulana .,S. Kep., Ners.,M.Kep selaku dosen pembimbing
kelompok 3, atas segala masukkan , bimbingan dan kesabaran dalam menghadapi
segala keterbatasan penulis
3. Teman teman kelompok yang telah memberikan masukan dalam penyusunan laporan.

Akhir kata, segala bantuan serta amal baik yang telah diberikan kepada penulis,
mendapatkan balasan dari Allah SWT, serta Laporan Tutorial dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya, dan para pembaca umumnya.

Mataram, 15 Januari

Penulis kelompok 3 tutotial


BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kasus tutorial

Seorang laki-laki berumur 45 tahun datang ke IGD dengan keluhan sesak nafas
dan terasa nyeri. Dari hasil pemeriksaan di temukan keadaan umum pasien lemah,
pucat, mengeluh paresestian, hiperventilasi dengan RR: 38X/menit, TD : 130/80
mmHg, hasil laboratorium menunjukan nilai ph: 7,6 dan nilai HCO3-:24mEq/L.
kemudian oleh dokter diajurkan untuk melakukan respirasi lebih lambat dan memberi
obat analgetik.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam laporan tutorial adalah

1. Untuk memenuhi tugas dari dosen pembimbing tutorial ?


2. Untuk mengetahui kasus yang diderita pasien tersebut ?

C. Tujuan Masalah

1. Seberapa jauh mahasiswa mengetahui kasus tutorial yang diderita pasien.


2. Seberapa jauh mahasiswa mampu menyelesaikan tugas yang di berikan.
BAB II

PEMBAHASAN

STEP 1

Menentukan kata sulit

1. Paresetia = kesemutan
2. Hiperventilasi = pernapasan berlebihan
3. Obat analgetik = obat yang menghilangkan rasa nyeri
4. Sesak napas = pernapasan tidak normal
5. Respirasi = pernapasan
6. Nyeri = sakit yang di rasakan

STEP 2

Merumuskan Masalah

1. Apa itu parestesia ?

2. Mengapa parestesia bisa terjadi ?

3. Bagaimana cara mengatasi parestesia ?

hiperventilasi

1. Apa itu hiperventilasi ?

2. Kenapa hiperventilasi terjadi ?

3. Bagaimana cara mengetahui hiperventilasi ?

obat analgetik

1. Apa itu obat analgetik ?

2. Bagaimana cara memberikan obat pada orang sakit ?

respirasi
1. Apa itu respirasi ?

2. Apa saja gangguan respirasi ?

3. Apa saja penyebab terjadinya respirasi?

STEP 3

Brainstorming dan peryataan sementara

Paretesia

1. Parestesia adalah sensasi abnormal berupa kesemutan, tertusuk, atau terbakar pada
kulit yang umumnya di rasakan di tangan, kaki, lengan dan tungkai.

3. Banyak bergerak, mengerakan jari2 kaki, menenangkan diri

Hiperventilasi.

1. Hiperventilasi merupakan kondisi dimana pernapasan lebih cepat dari biasannya


yang memyebabkan beredarnya karbondioksida dalam darah.

2. Kecemasan atau stress, kekurangan oksigen, gagal ginjal, dan beberapa ganguan
paru paru.

Obat analgetik

1. Obat analgetik merupakan obat yang dapat mengurangi atau menghilangkan rasa
nyeri tampa menghilangkan kesadaran.

Respirasi

1. Resprasi adalah proses penyerapan oksigen dan pengeluaran karbondioksida.

STEP 4

Problem Tri
Respirasi;

- pengertian

- ganguan respirasi

- faktor-faktor

Hiperventilasi

- pengertian

- penyebab

STEP 5

L.O (learning objektif) / tujuan pembelajaran

1. Alkalosis respiratorik

STEP 6

Hasil Belajar Mandiri


A. Respirasi atau Sistem Pernafasan adalah Sistem pada manusia yang berfungsi
untuk mengambil oksigen dari udara luar dan mengeluarkan karbondioksida melalui
paru-paru. Pernapasan adalah suatu proses yang terjadi secara otomatis walau dalam
keadaan tertidur sekalipun karena sistem pernapasan dipengaruhi oleh susunan saraf
otonom.
B. Ganguan atau kelainan respirasi

1. Kanker paru-paru. Penyakit ini daapt dipicu oleh polusi udara dan polusi asap rokok
yang mengandung hidrokarbon termasuk benzopiren. Kanker paru-paru menyebabkan
paru-paru rusak dan tidak berfungsi lagi.
2. Emfisema. Penyakit paru-paru degeneratif ini terjadi karena jaringan paru-paru
kehilangan elastisitasnya akibatnya gangguan jaringan elastik dan kerusakan dinding
di antara alveoli. Pada amfisema stadium lanjut, inspirasi dan ekspirasi terganggu dan
beban pernapasan meningkat sehingga timbul komplikasi seperti hipertensi pulmonal
atau pembesaran jantung yang diikuti gagal jantung. Emfisema umumnya disebabkan
oleh kebiasaan merokok, polusi asap rokok dan polusi udara.
3. Asma. Penyakit ini terjadi karena penyempitan saluran pernapasan. Asma ditandai
dengan mengi (wheezing), batuk dan rasa sesak di dada secara berkala atau kronis.
Penyempitan saluran pernapasan dapat disebabkan oleh hal berikut: (a) Sumbatan jalan
napas yang sebagian reversible; (b) Radang jalan napas sehingga merusak sel epitel
saluran napas; (c) Reaksi yang berlebihan pada jalan napas terhadap berbagai
rangsang, misalnya reaksi alergi. Serangan asma biasanya lebih berat saat malam dan
dini hari, karena pada saat itu terjadi penyempitan pada bronkus akibat udara dingin.
Penderita asma biasanya diobati dengan obat-obatan yang disebut bronkodilator. Obat
ini tidak diminum atau disuntikkan ke penderita tetapi digunakan sebagai inhaler
(dihirup).
4. TBC (tuberkulosis). TBC dapat mengganggu proses difusi oksigen karena timbulnya
bintil-bintil kecil pada alveolus yang disebabkan bakteri Myobacterium tunerculosis.
Penderita biasanya batuk berat, yang dapat disertai batuk darah dan badan menjadi
kurus.
5. Pneumonia. Infeksi bakteri Diplococcus pneumoniae menyebabkan penyakit
pneumonia (radang paru-paru atau radang dinding alveolus).
6. B. hiperventilasi merupakan kondisi dimana pernapasan lebih cepat dari biasannya
yang memyebabkan beredarnya karbondioksida dalam darah

C. PROSES OKSIGENASI

a. Ventilasi

Merupakan proses keluar masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam alveoli atau dari
alveoli ke atmosfer. Proses ventilasi di pengaruhi oleh beberapa hal, yaitu adanya perbedaan
tekanan antara atmosfer dengan paru, semakin tinggi tempat maka tekanan udara semakin
rendah, demikian sebaliknya, semakin rendah tempat tekanan udara semakin tinggi.
Pengaruh proses ventilasi selanjutnya adalah complienci dan recoil. Complience merupakan
kemampuan paru untuk mengembang. sedangkan recoil adalah kemampuan CO2 atau
kontraksi menyempitnya paru. Pusat pernapasan, yaitu medulla oblongata dan pons, dapat
dipengaruhi oleh ventilasi. Proses ventilasi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor :

1. Adanya konsentrasi oksigen di atmosfer

2. Adanya kondisi jalan napas yang baik

3. Adanya kemampuan toraks dan alveoli pada paru-paru dalam melaksanakan ekspansi atau
kembang kempis.

b. Difusi Gas

Difusi gas merupakan pertukaran antara oksigen dialveoli dengan kapiler paru dan co2
di kapiler dengan alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu
luasnya permukaan paru, tebal membran respirasi atau permeabilitas yang terdiri atas epitel
alveoli dan interstisial (keduanya dapat mempengaruhi proses difusi apabila terjadi proses
penebalan). Perbedaan tekanan dan konsentrasi O2 (hal ini sebagai mana O2 dari alveoli
masuk kedalam darah oleh karena tekanan O2 dalam rongga alveoli lebih tinggi dari tekanan
O2 dalam darah vena pulmonalis, masuk dalam darah secara difusi).

c. Transfortasi Gas

Transfortasi gas merupakan proses pendistribusian O2 kapiler ke jaringan tubuh dan


Co2 jaringan tubuh ke kapiler. Transfortasi gas dapat dipengaruhi oleh beberapa factor, yaitu
curah jantung (kardiak output), kondisi pembuluh darah, latihan (exercise), perbandingan sel
darah dengan darah secara keseluruhan (hematokrit), serta eritrosit dan kadar Hb.

STEP 7

Laporan

A. Pembahasan

1.Alkalosis respiratorik

adalah suatu keadaan saat darah menjadi basa karena pernapasan yang cepat dan dalam
menyebabkan kadar karbondioksida dalam darah menjadi rendah.

pada kondisis klien yang mengalami hiperventilasi akan terjadi penurunan asam
karbonat yang merupakan dampak dari pengeluaran berlebih CO2 yang di keluarkan
terlalu banyak akibat peningkatan frekruansi pernapasan. dalam kondisi tersebut tubuh
beradaptasi dengan mekanisme kompensasi untuk menjaga keseimbangan kadar CO2 di
sirkulasi. apabila hemoestatis tersebut terganggu tubuh akan menurunkan refleks
komereseptor dari arterir dan cairan resebrospiral yang berupaya untuk menurunkan
frekruansi pernapasan, sehingga dapat mempertahankan pengeluaran CO2.

alkalosis respiratorik (kekurangan asam karbonat) adalah penurunan primer dari PaCO2
(hipokapnea), sehingga terjadi penurunan pH. PaCO2V < 35 mmhg dan pH >7,45.
kompensasi ginjal berupa penurunan ekskresi H+ dengan akibat lebih sedikit absorsip
HCO3. penurunan HCO3 serum berbeda beda, tergantung pada apakah keadaannya akut
atau kronis.

sebeb terjadinya alkalosis respiratorik adalah hiperventilasi alveolar atau ekskresi CO2
yang berlebihan pada udara ekspirasi. hiperventilasi tidak boleh dikacaukan dengan
peningkatan frekruansi pernapasan (takipnea), yabg dapat atau tidak menyertai
hiperhentilas. hiperfentilasi dapat terjadi pada frekruansi pernapasan normal jika tidal
volume meningkat.

2. Tabel Etiologi Dan Gambaran Klinik Alkalosis Respiratori

Kondisi klinik Etiologi


Perangsangan sentral terhadap Hiperventilasi psikogen yang
pernapasan disebabkan oleh stres emosional
Keadaan hipermetabolik; demam dan
tiroksikosis
Ganguan sps
Cedera kepala atau ganguan pembuluh
darah otak
Tumor otak
Intosikkasis silisilat

Hipoksia Pneumonia; asma

Eduma paru
Gagal jantung kongestif
Fibrosi paru
Tingal yang ditempat tinggi
Ventilasi mekanisme yang berlebih
Mekanisme yang belum jelas Sepsis garam yang negatif
Siropsis hepatitis
Latihan fisik
hiperventilasi hanya dapat ditentukan melalui penurunan PaCO2. alkalosis respiratori
mungkin merupakan ganguan keseimbangan asam basah yang paling sering terjadi.
secara klinis hiperventilasi mungkin suli untuk dikenali, diagnosa hanya dapat di
tentukan melalui pemeriksaan gas darah.

3. Etiologi Alkalosis Respiratorik

Hiperventilasi adalah penyebab tersering dari alkalosis respiratorik ini. Hiperventilasi


terjadi akibat terlalu banyak bernafas atau overbreathing. Seseorang yang hiperventilasi,
nafasnya cenderung sangat dalam dan sangat cepat.

Penyebab hipercentilasi, seperti kecemasan dan serangan panik. Adapun penyebab lain
hiperventilasi seperti : serangan jantung, nyeri, penggunaan obat-obatan, asma, demam,
PPOK, infeksi, kehamilan dan emboli paru. Jika anda mengalami hiperventilasi pertama
kali, maka jangan mengira-ira penyebabnya sendiri. Periksalah ke dokter terdekat untuk
dilakukan pemeriksaan integratif.

pada konndisi klinik seperti adanya nyeri, demamatau tirotoksikosi, serta lesi SPP
seperti ganguan pembulu darah pada otak, meningtis, cedera kepala, atau tumor notak
akan mengakibatkan terjadinya sindrom hiprventilasi

4. Tanda dan Gejala Alkalosis Respiratorik

Nafas cepat dan nafas dalam adalah tanda dari alkalosis respiratorik. Meskipun nanti ada
fase kompensasinya. Ketika kadar karbon dioksida rendah dalam darah, maka akan
mempengaruhi kondisi fisik seperti : pusing, kembung, spasme otot tangan dan kaki,
tidak nyaman area dada, mulut kering, kebas, denyut jantung meningkat dan merasa
sesak nafas.
Tatalaksana Alkalosis Respiratorik

Pengobatan penyakit ini tergantung penyebab yang mendasari.

Serangan panik dan cemas

Serangan panik dan kecemasan dapat memicu penyakit ini. Kadar karbon dioksida
dalam darah akan menurun sehingga pH darah menjadi Basa. Berikut ada beberapa tips
untuk meningkatkan pH darah :

Pertama bernafaslah menggunakan kantong kertas. Isilah kantong kertas tersebut


dengan karbon dioksida saat anda ekspirasi. Setelah itu, hiruplah kembali udara di
kantung kertas tersebut kembali ke paru-paru. Ulangilah beberapa kali. Melakukan ini
beberapa kali dapat memberi tubuh karbon dioksida dan meningkatkan kadarnya.

Kedua, menenangkan diri. Gejala penyakit ini adalah membuat penderita super aktif.
Kondisi ini sering menyebabkan nafas menjadi cepat dan dalam. Dengan menenangkan
diri maka dapat mengendalikan pernafasan sehingga karbon dioksida dapat meningkat.

Ketiga, dengan mengurangi intake oksigen ke paru-paru. Cobalah bernafas dengan satu
hidung dengan menutup nostril salah satu sisi. Sehingga aliran udara hanya melalui
lubang hidung satu saja. Dan mulut juga ditutup.

5. Pencegahan Alkalosis Respiratorik

Pencegahan ini berfokus pada hiperventilasi. Penyebab yang paling sering adalah faktor
psikologis seperti stress, panik dan kecemasan. Anda harus mulai mengenal gejalanya
dan mengendalikan penyebabnya. Olahraga nafas, meditasi, dan beberapa pengobatan
diperlukan. Strategi seperti yoga, berdzikir, menenangkan hati dan fikiran akan
mengurangi hiperventilasi sehingga dapat mencegah penyakit ini.

B. Proses Keperawatan Klien Dengan Alkalosis Respiratori

1. Pengkajian
a.Idenitas klien
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Agama :
Suku bangsa :
Alamat :
Status perkawinan :
Diagnosa medis :
Alasan masuk :
Sumber informasi :
Yang dapat dihubungi :
Pekerjaan :
Pengkajian Data Fokus
 Aktivitas dan Istirahat
- dispnea dengn aktivitas maupun istirahat
 Sirkulasi
- S3 / S4 / irama jantung, Gallop (gagal jantung sekunder tanpa efusi)
- Nadi apical (PMI) berpindah oleh adanya penyimpangan mediastinal dengan
ketegangan pneumotoraks.
- Tanda Homman (bunyi renyah sehubungan dengan denyutan jantung menunjukkan
udara dalam mediastrum)
-Tekanan drah hiperfentilasi
 Integritas emosi
- Ketakutan
- Cemas
- Gelisah
 Nyeri atau kenyamanan
- Nyeri dada unilateral, meningkat karena pernafasan, batuk
- Timbul tiba-tiba gejala sementara batuk/ regangan
- Mengerutkan wajah
 Pernafasan
- Kesulitan bernafas
- Peningkatan frekuensi/ takipnea dan kedalaman pernafasan
- Peningkatan kerja nafas, penggunaan otot aksesori pernafasan pada dada, dan leher.
- Bunyi nafas menurun atau tidak ada (sisi yang terlibat)
- Fremitus menurun (sisi yang terlibat)
- Palpasi dada : gerakan dada tidak sama (paradoksik) bila trauma/ kemps; penurunan
pada jaringan dengan palpasi)
- Inspeksi : kulit pucat, sianosis, berkeringat
 - Pemeriksaan Diagnostik
- Nilai gas darah arteri (GDA)
PaCO2 <> 7,40. Penurunan tekanan oksigen darah arteri (PaCO2).
- Elektrolit serum
Menentukan adanya gangguan metabolic asam basa.
- Fosfat serum
Mungkin turun < 0,5 mg/dl (normalnya adalah 3,0-4,5 mg/dl). Karena alkalosis yang
menyebabkan peningkatan ambilan fosfat ke sel-sel.
- EKG
Mendeteksi disritmia jantung, yang mungkin terjadi dengan alkalosis.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul diantaranya :
1. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan trauma (tembus paru)
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi
3. Nyeri berhubungan dengan agen injuri fisik
4. Resiko infeksi dengn faktor resiko trauma
5. Ansietas (kecemasan) berhubungan dengn krisis situasional
6. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kelemahan

3. Perencanaan Keperawatan

Aktual/resiko tinggi ganguan pertukaran gas yang berhubungan dengan ketidak


seimbangan paCO2 hiperventilasi.
Tujuan; dalam waktu 24 jam setelah diberikan ganguan pertukaran gas tidak terjadi
Kriteria;
 melaporkan tidak adanya penurunan dispnea
 klien menunjukan tidak ada gejala distres pernapsan
 menunjuak perbaikan ventilasi dan oksigen jaringan adekuat
 pemeriksaan gas arterir pH 7,40 >

Intervensi Rasional
Kaji klien yang dicurigai Tujuan penangan alkalosis respiratorik akut adalah
memiliki resiko tinggi memulihykan ventilasi efektif dan mengatasi sebab yang
mengalami alkalosis mendasarinya.
respiratorik secara cepat
dan tepat
Istirahatkan klien dengan Posisi ini akan meningkatkan ekspinasi paru secara
posisi flowler optimal sehingga jatung dapat beristirahat dan tekanan
darah menurun
Cari faktor penyebab yang Apabila klien mengalami hiperkapnea kroniis paCO2
memberatkan asidosis secara akut, harus dicari faktor seperti pneumonia atau
respiratorik emboli paru.
Manajemen lingkungan; Lingkungan yang tenag akan menstimulu nyeri eksternal
lingkungan tenang dan dan pembatasan kunjungan akan meningkatkan o2 pada
batasi pengungjung pasien
Evaluasi tingkat kesadaran, Akumulasi sekret dan berkurangnya jaringan paru yang
catat sianosis serta sehat dapat mengangu oksigenasi organ vital dan jaringan
perubahan warna kulit, tubuh
termasuk membran mukosa
dan kuku
Beri oksigen 4 liter/menit Pemenuhan pada pasien yang mengalami hipoksemia
Kolaborasi pemilihan cairan
Kolaborasi untuk Pemeriksaan secara lanjut dan ketat akan melihat dengan
menentukan gas darah cepat perkembangan setelah mendapat intervensi
secara ketat

Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi


Tujuan : Memepertahankan pola nafas agar efektif
Kriteria hasil :
-Tanda-tanda vital dalam batas normal (TD: 120/80mmHg, N: 60-100 x/mnt, R: 16-
24x/mnt, S: 35,5-37,5ºC)
- PaCO2 dalm batas normal (35-45 mmHg)
- HCO3- dalm batas normal (22-26 mEq/L)
- pH dalam batas normal (73,5-74,5)
- Selisih GAP anion normal (8-16 mEq/L)
Intervensi Rasiona
Mengidentifikasi etiologi/ pemahaman penyebab kolaps paru perlu untuk
factor pencetus pemasangan selang dada yang tepat dan memilih
tindakan terapeutik lain
Kaji frekuensi kedalaman mengetahui perubahan dalam kesulitan bernafas
dan kualitas pernafasan
Auskultasi dada secara memberikan informasi tentang adanya obstruksi jalan
periodic, catat bila ada nafas
kelainan bunyi pernafasan
Menutup defek dengan kassa memperbaiki kerusakan struktur yang lebih dalam
berlemak (petrolatum gauze)
dan memasang balutan kassa
tebal
Pantau tanda vital manifestasi distress tergantung pada indikasi derajat
keterlibatan paru dan status kesehatan umum

Kaji volume tidal menentukan jumlah udara inspirasi dan ekspirasi


Awasi kesesuaian pola bernafas dengan ventilator dan atau peningkatan tekan
pernafasan bila menggunakan jalan nafas didiga memburuknya kondisi atau terjadinya
ventilasi mekanik, catat komplikasi
perubahan tekanan udara

Kolaborasi untuk membantu mendiagnosa etiologi alkalosis respiratorik


pemeriksaan gas darah arteri dan untuk mengetahui keberhasilan bantuan nafas
(GDA)
Kolaborasi pemberian terapi Memenuhi kebutuhan oksigen pasien untuk
oksigen memperbaiki/ mencegah memburuknya hipoksia
Kolaborasi untuk perlunya menstabilkan pernapsan pasien dalam melakuakn
pemasangan alat jalan nafas pernapsan
§ Berikan Health Education pasien mengerti akan penyakit maupun keadaan yang
(HE) mengenai open sedang dialaminya
pneumotoraks yang dialami
pasien

4. Pelaksanaan Keperawatan
Pelaksanaan keperawatan merupakan realisasi dari rencana tindakan keperawatan yang
telah disusun.

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan mengacu pada tujuan dan kriteria hasil dari perencanaan apakah
tercapai atau tidak
1. eveluasis gas darah ateri menunjukan ph <7,35 dan PaCO2 lebih besar dari 42 mmhg
pada asidosis akut.
2. kompensasi telah terjadi secara sempurna (bikarbonat pada ginjal), ph arteri mungkin
dalam batasan normal lebih rendah.
3. bergantung pada etiologi dari asidosis respiratorik, tindakan diagnosa dapat mencakup
evaluasi elektrolit serum, ronsen dada untuk menentukan segala penyakit pernafasan.
6. Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi keperawatan adalah kumpulan informasi perawatan dan kesehatan pasien
yang dilakukan oleh perawat sebagai pertanggung jawaban dan pertanggung gugatan
dalam memberikan asuhan keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynela Juall ; Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi b.


Jakarta, EGC ; 2000.

Doenges, Marilyn. Dkk ; Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta. EGC


1999

Aziz Alimul A. ; Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia . Jakarta. Salemba

Medika 2006

Anda mungkin juga menyukai