A. Latar Belakang
Air Susu Ibu (ASI) merupakan satu jenis makanan yang
mencukupi seluruh unsur kebutuhan bayi baik fisik, psikologi sosial
maupun spiritual. ASI mengandung nutrisi, hormon, unsur kekebalan
pertumbuhan, anti alergi, serta anti inflamasi.Nutrisi dalam ASI mencakup
hampir 200 unsur zat makanan.ASI adalah sebuah cairan ciptaan Allah
yang sangat bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan gizi bayi dan
melindunginya dalam melawan kemungkinan serangan penyakit.
Keseimbangan zatzat gizi dalam air susu ibu berada pada tingkat terbaik
dan air susu memiliki bentuk paling baik bagi tubuh bayi yang masih
muda dan sangat kaya akan sari-sari makanan yang mempercepat
pertumbuhan sel-sel otak serta perkembangan system saraf.Pemberian ASI
eksklusif adalah pemberian air susu ibu kepada bayi umur 0-6 bulan tanpa
diberikan makanan atau minuman tambahan selain obat untuk terapi
(pengobatan penyakit), (Badan Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan
Anak dan KB Kabupaten Grobogan, 2011).
Menyusui merupakan cara yang optimal dalam memberikan
nutrisi, mengasuh bayi, dan dengan penambahan makanan pelengkap pada
paruh kedua tahun pertama, dapat memenuhi kebutuhan nutrisi,
imunologi, dan psikososial dapat terpenuhi hingga tahun kedua dan tahun-
tahun berikutnya. Hal ini dapat menunjukan bahwa pemberian ASI bagi
bayi sangat penting (Varney, 2007).
Survey kesehatan demografi WHO (2000), menemukan bahwa
pemberian ASI eksklusif selama 4 bulan pertama sangat rendah terutama
di Afrika Tengah dan Utara, Asia dan Amerika Latin. Oleh kerena itu,
WHO menganjurkan agar bayi diberikan ASI eksklusif selama 6 bulan
pertama sebab terbukti bahwa menyusu eksklusif selama 6 bulan
menurunkan angka kematian dan kesakitan pada umumnya dibandingkan
menyusu selama 4 bulan. Sekitar ±15% bayi diseluruh dunia diberi ASI
eksklusif selama 4 bulan seringkali pemberian makanan pendamping ASI
tidak sesuai dan tidak aman sehingga menyebabkan ±1,5 juta anak
meninggal karena pemberian makanan yang tidak benar.
Di Indonesia diperkirakan 80% dari jumlah ibu yang melahirkan
ternyata mampu menghasilkan air susu dalam jumlah yang cukup untuk
keperluan bayinya secara penuh tanpa makanan tambahan, selama enam
bulan pertama. Bahkan ibu yang gizinya kurang baikpun sering dapat
menghasilkan ASI cukup tanpa makanan tambahan selama tiga bulan
pertama.Keberhasilan menyusui harus diawali dengan kepekaan terhadap
waktu yang tepat saat pemberian ASI. Kalau diperhatikan sebelum sampai
menangis bayi sudah bisa memberikan tanda-tanda kebutuhan akan ASI
berupa gerakan-gerakan memainkan mulut dan lidah atau tangan di mulut.
Kendala terhadap pemberian ASI telah teridentifikasi, hal ini
mencakup faktorfaktor seperti kurangnya informasi dari pihak perawat
kesehatan bayi, praktik-praktik rumah sakit yang merugikan seperti
pemberian air dan suplemen bayi tanpa kebutuhan medis, kurangnya
perawatan tindak lanjut pada periode pasca kelahiran dini, kurangnya
dukungan dari masyarakat luas (Hasselquist, 2006).
Berbagai alasan dikemukakan oleh ibu-ibumengapa keliru dalam
pemanfaatan ASI secara eksklusif kepada bayinya, antara lain adalah
produksi ASI kurang, kesulitan bayi dalam menghisap, keadaan puting
susu ibu yang tidak menunjang, ibu bekerja, keinginan untuk disebut
modern dan pengaruh iklan/promosi pengganti ASI dan tidak kalah
pentingnya adalah anggapan bahwa semua orang sudah memiliki
pengetahuan tentang manfaat ASI .
Seorang ibu dengan bayi pertamanya mungkin akan mengalami
berbagai masalah, hanya karena tidak mengetahui cara-cara yang
sebenarnya sangat sederhana, seperti cara menaruh bayi pada payudara
ketika menyusui, isapan yang mengakibatkan puting terasa nyeri dan
masih banyak lagi masalah lain. Untuk itu seorang ibu butuh seseorang
yang dapat membimbingnya dalam merawat bayi termasuk dalam
menyusui.Orang yang dapat membantunya terutama adalah orang yang
berpengaruh besar dalam hidupnya atau disegani seperti suami, keluarga
atau kerabat atau kelompok ibu-ibu pendukung ASI dan dokter atau tenaga
kesehatan.Untuk mencapai keberhasilan menyusui diperlukan pengetahuan
mengenai tehnik-tehnik menyusui yang benar (Soetjingsih, 1997).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan pasien dapat memahami
konsep tentang Pemberian dan Penyimpanan ASI
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan pesertadapat:
a. Menyebutkan pengertian ASI
b. Menyebutkan manfaat ASI
c. Menyebutkan efek samping bila bayi tidak diberi ASI
d. Menyebutkan dan mendemonstrasikan teknik menyusui yang baik
e. Menyebutkan cara penyimpanan ASI
C. Pokok Bahasan
Pemberian dan Penyimpanan ASI
G. Materi : Terlampir
H. Pengorganisasian
Moderator : Syf Nurhasanah
Penyaji : Sri Astuma
Fasilitator : Nengsih Anggraini
I. Uraian Tugas
1. Moderator
Bertanggung jawab dalam kelancaran diskusi pada penyuluhan
Memperkenalkan anggota kelompok dan pembimbing
Menyepakati bahasa yang akan digunakan selama penyuluhan
dengan audien
Menyampaikan kontrak waktu
Merangkum semua audien sesuai kontrak
Mengarahkan diskusi pada hal yang terkait pada tujuan diskusi
2. Penyaji
Bertangung jawab memberikan penyuluhan
Memahami topik penyuluhan
Mengexplore pengetahuan audien tentang pnemonia
Menjelaskan pnemonia sesuai bahasa uang dipahami audiens
Memberikan reinforcement positif atas partisipasi aktif audien
3. Fasilitator
Menjalankan absensi audien dan mengawasi langsung
pengisian di awal acara.
Memperhatikan presentasi dari penyaji dan memberi kode
pada moderator jika ada ketidaksesuaian dengan dibantu oleh
observer.
Memotivasi peserta untuk aktif berperan dalam diskusi, baik
dalam mengajukan pertanyaan maupun menjawab pertanyaan.
Membagikan leaflet di akhir acara.
J. Setting Tempat
KL K
P
KL m
KL P
Keterangan :
P = Penyuluh
KL = Klien
K = Keluarga Klien
Pm = Pembimbing
K. Kegiatan Penyuluhan
mungkin setelah persalinan, diberikan tanpa jadwal dan tidak diberi makanan
ASI eksklusif adalah pemberian air susu ibu kepada bayi secara
murni (tanpa makanan tambahan lain atau pengganti air susu ibu) sejak bayi
B. KEUNTUNGAN ASI
1. Manfaat untuk bayi
a. Bayi mendapat kekebalan untuk melindunginya dari banyak
penyakit dan infeksi.
D. CARA MENYUSUI
Cara menyusui sangat mempengaruhi kenyamanan bayi menghisap
air susu. Bidan / perawat perlu mamberikan bimbingan pada ibu dalam
minggu pertama setelah persalinan (nifas) tentang cara-cara menyusui yang
sebenarnya agar tidak menimbulkan masalah.
Cara-cara menyusui yang baik dan benar yakni sebagai berikut:
1. Mengatur posisi bayi terhadap payudara ibu
2. Keluarkan sedikit ASI dari putting susu, kemudian dioleskan pada putting
susu dan areola.
3. Jelaskan pada ibu bagaimana teknik memegang bayinya
Empat hal pokok yakni :
1. Kepala dan badan bayi berada pada satu garis.
2. Muka bayi harus menghadap ke payudara, sedangkan hidungnya kearah
putting susu.
3. Ibu harus memegang bayinya berdekatan dengan ibu.
4. Untuk BBL : ibu harus menopang badan bayi bagian belakang, disamping
kepala dan bahu.
5. Payudara dipegang dengan menggunakan ibu jari diatas, sedangkan jari
yang lainnya menopang bagian bawah payudara, serta gunakanlah ibu
jari untuk membentuk puting susu demikian rupa sehingga mudah
memasukkannya ke mulut bayi.
6. Berilah rangsangan pada bayi agar membuka mulut dengan cara
menyentuhkan bibir bayi ke puting susu atau dengan cara menyentuh sisi
mulut bayi.
7. Tunggulah sampai bibir bayi terbuka cukup lebar.
8. Setelah mulut bayi terbuka cukup lebar, gerakkan bayi segera ke
payudara dan bukan sebaliknya ibu atau payudara ibu yang digerakkan
ke mulut bayi
9. Arahkan bibir bawah bayi di bawah puting susu hingga dagu bayi
menyentuh payudara
10. Perhatikanlah selama menyusui itu.
Ada berbagai macam posisi menyusui. Cara menyusui yang
tergolong biasa dilakukan adalah dengan duduk, berdiri, atau berbaring. Ada
posisi khusus yang berkaitan dengan situasi tertentu seperti ibu pasca operasi
sesar. Bayi diletakan di samping kepala ibu dengan kaki di atas. Menyusui bayi
kembar dilakukan dengan cara seperti memegang bola. Kedua bayi disusui
bersamaan, di payudara kiri dan kanan.
Pada ASI yang memancar (penuh), bayi ditengkurapkan di atas
dada ibu, tangan ibu sedikit menahan kepala bayi, dengan posisi ini maka bayi
tidak akan tersedak (Ieda dkk, 2007).
Langkah-langkah menyusui yang benar sebagai berikut:
1) Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada
puting susu dan areola sekitarnya. Cara ini mempunyai manfaat sebagai
desinfektan dan menjaga kelembaban puting susu
2) Bayi diletakkan menghadap perut ibu/payudara.
Ibu duduk atau berbaring santai. Bila duduk lebih baik menggunakan
kursi yang rendah agar kaki ibu tidak tergantung dan punggung ibu
bersandar pada sandaran kursi.
Bayi dipegang dengan satu lengan,kepala bayi terletak pada lengkung siku
ibu dan bokong bayi terletak pada lengan. Kepala bayi tidak boleh
tertengadah dan bokong bayi ditahan dengan telapak tangan ibu.
Satu tangan bayi diletakan di belakang badan ibu, dan yang satu di depan.
Perut bayi menempel badan ibu, kepala bayi menghadap payudara (tidak
hanya membelokkan kepala bayi).
6) Setelah menyusui pada satu payudara sampai terasa kosong, sebaiknya ganti
menyusui pada payudara yang lain.
7) Cara melepas isapan bayi yaitu:
Jari kelingking ibu dimasukkan ke mulut bayi melalui sudut mulut bayi.
Dagu bayi ditekan ke bawah.
2. Memeras bisa dengan menggunakan alat yang bersih atau dengan menggunakan
tangan, yaitu:
a. Posisikan tangan pada salah satu payudara, kemudian letakkan ibu jari
terletak berlawanan dengan jari telunjuk pertahankan tetap pada
bagian yang coklat (areola).
b. Tekan tangan kearah dada, lalu dengan lembut tekan jari tangan secara
bersamaan
c. Tampung ASI peras pada cengkir (steril) yang bermulut lebar
menggunakan alat yang bersih atau dengan menggunakan
d. Lakukan juga pada payudara yang lainnya.
c. Cara penyimpanan:
No Metode Penyimpanan Dalam Lemari Es Waktu Penyimpanan
1 Suhu 0-4o C (32-39o F) 8 hari
2 Dalam pembeku/ freezer 2 minggu
(lemari es 1 pintu) suhu -15oC (5o F)
3 Dalam pembeku/ freezer 3 – 4 miggu
(lemari es 2 pintu) suhu -18 oC (0 oF)
4 Deep freezer -20 oC 6 – 12 minggu
Keterangan: Dalam freezer tahan hingga 3 bulan tetapi zat antibodinya
berkurang
Hangatkan ASI pada suhu tubuh (370C).jangan dimasak, sebaiknya dengan cara:
Cairkan ASI beku dengan “penurunan suhu secara bertahap” selama satu
malam dalam lemari pendingin.
Rendam susu dalam mangkuk berisi air suam kuku hingga hangat.
DAFTAR PUSTAKA
Bobak, Lowdermilk & Jensen (2005). Buku ajar keperawatan maternitas. Edisi 4.
Jakarta: EGC.
Majalah Nikita. (2005). Perawatan ditahun pertama. Cetakan I. Jakarta: PT.
Sarana Kinasis Satya Sejati.