Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN MASALAH KEPENDUDUKAN

DISUSUN OLEH :

1) DAVID CHARLOS.B

SMA PLUS BINABANGSA

2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkatNyalah akhirnya saya mampu menyelesaikan tugas makalah ini sesuai dengan waktu
yang telah ditentukan.

Saya menyadari, apa yang saya sajikan pada makalah ini keberadaannya masih
sederhana dan jauh dari kata sempurna karena sumber bacaan, pengetahuan yang saya miliki
sangatlah terbatas.

Disamping itu juga, saya sangat berharap agar Mrs. Rasmiati,S.pd selaku guru mata
pelajaran sosiologi bersedia kiranya memberikan kritik, serta saran yang membangun demi
perbaikan kualitas dan bobot karya tulis ini yang lebih baik.

Demikian sepatah kata pengantar yang bisa saya sampaikan dan bila ada hal-hal yang
kurang berkenan, saya minta maaf yang sebesar-besarnya, atas perhatian Mrs saya ucapkan
banyak terima kasih.

Pekanbaru,22 September 2019

Penulis.

1
Latar Belakang

Penduduk adalah semua orang yang menempati suatu wilayah hukum tertentu dan
waktu tertentu, sehingga kita mengenal istilah penduduk tetap(penduduk yang berada dalam
suatu wilayah dalam waktu lama) dan penduduk tidak tetap (penduduk yang berada dalam
suatu wilayah untuk sementara waktu). Sedangkan Warga Negara Indonesia adalah semua
orang yang tinggal di wilayah negara Republik Indonesia, baik penduduk asli maupun
keturunan asing yang telah disyahkan oleh undang-undang sebagai warga negara Indonesia.
Oleh karena itu kita sering menemukan istlah WNI pribumi (penduduk asli Indonesia), WNI
keturunan (misalnya keturunanTiong Hoa, Belanda, Amerika dan sebagainya), dan WNA.

Adanya jumlah penduduk yang besar dan angka kemiskinan yang cukup tinggi dapat memicu
adanya masalah kependudukan yang dapat dilihatdari berbagai aspek, baik dari kesehatan,
pendidikan, ekonomi, sosial budaya dan sebagainya

RUMUSAN MASALAH :

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, rumusan masalah dari makalah ini
adalah:

1.Bagaimana masalah kependudukan yang ada di Indonesia terkini?


2.Mengapa terjadi masalah kependudukan tersebut?
3.Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan masalah kependudukantersebut?
4.Bagaimana solusi dari masalah kependudukan tersebut?

Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan dari makalah ini adalah:


1. Mengetahui masalah kependudukan yang ada di Indonesia.
2. Mengetahui penyebab masalah kependudukan tersebut.
3. Mengetahui faktor-faktor apa saja yang menyebabkan masalah kependudukan
tersebut.
4. Mengetahui solusi dari masalah kependudukan tersebut.

3
Manfaat

1. Bagi mahasiswa
Mahasiswa menjadi lebih kreatif dan berlatih berfikir kritis untuk menganalisis
masalah kependudkan yang ada di Indonesia sampai mendapatkan solusi atas masalah
tersebut.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Bahan masukan terhadap perkembangan ilmu kesehatan apabila ada penemuan baru
terkait dengan masalah kesehatan.
3. Bagi Masyarakat
Sebagai saran dan masukan kepada masyarakat dan Pemerintah dalam mengatasi
masalah kependudukan yang ada di Indonesia.

4
PEMBAHASAN

A. Kualitas Penduduk dan Kesehatan


Bagaimana kualitas penduduk Indonesia? Secara spontan kita pasti akan mengatakan
bahwa kualitas penduduk Indonesia masih tergolong rendah. Kualitas penduduk
dicerminkan dari tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, dan tingkat kesehatan.
1. Tingkat Pendapatan
Pendapatan penduduk Indonesia walaupun mengalami peningkatan tetapi masih
tergolong rendah dibandingkan dengan bangsa-bangsa lain. Perhatikan tabel berikut:

Pendapatan Per Kapita Beberapa Negara Tahun 2010


No. Negara Pendapatan Per Kapita (US $)
1. Amerika Serikat 47.140
2. Australia 43.740
3. Jepang 42.150
4. Malaysia 7.900
5. Singapura 40.920
6. Indonesia 2.580
7. Thailand 4.210
8. Filipina 2.050
9. Inggris 38.540
10. Korea Selatan 19.890
Dengan pendapatan per kapita yang masih rendah berakibat penduduk tidak mampu
memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga sulit mencapai kesejahteraan. Rendahnya
pendapatan per kapita penduduk di Indonesia terutama disebabkan oleh:
a. Pendapatan nasional yang masih rendah. Hal ini disebabkan sumber daya alam
yang dimiliki belum sepenuhnya dikelola dan dimanfaatkan untuk kesejahteraan
rakyat.
b. Jumlah penduduk yang besar dan pertumbuhan penduduk yang tinggi tiap
tahunnya.
c. Masih rendahnya penguasaan teknologi oleh penduduk sehingga pengelolaan
dan pemanfaatan sumber daya alam kurang optimal.
5
Oleh karena itu dalam upaya untuk menaikkan pendapatan perkapita,
pemerintah melakukan usaha, antara lain:
a. Meningkatkan pengolahan dan pengelolaan sumber daya alam yang ada.
b. Meningkatkan kemampuan bidang teknologi agar mampu mengolah sendiri
sumber daya alam yang dimiliki bangsa Indonesia.
c. Memperkecil pertambahan penduduk diantaranya dengan penggalakan program
KB dan peningkatan pendidikan.
d. Memperbanyak hasil produksi baik produksi pertanian, pertambangan,
perindustrian, perdagangan maupun fasilitas jasa (pelayanan)
e. Memperluas lapangan kerja agar jumlah pengangguran tiap tahun selalu
berkurang.
2. Tingkat Pendidikan
Pemerintah Indonesia telah berusaha keras untuk meningkatkan mutu pendidikan
penduduk melalui berbagai program pemerintah di bidang pendidikan, seperti
program beasiswa, adanya bantuan operasional sekolah (BOS), program wajib
belajar, dan sebagainya. Walaupun demikian, karena banyaknya hambatan yang
dialami, maka hingga saat ini tingkat pendidikan bangsa Indonesia masih tergolong
rendah. Beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya tingkat pendidikan penduduk
Indonesia sebagai berikut :
a. Rendahnya kualitas sarana fisik
Untuk sarana fisik misalnya, banyak sekali sekolah dan perguruan tinggi kita
yang gedungnya rusak, kepemilikan dan penggunaan media belajar rendah,
buku perpustakaan tidak lengkap. Sementara laboratorium tidak standar,
pemakaian teknologi informasi tidak memadai dan sebagainya. Bahkan masih
banyak sekolah yang tidak memiliki gedung sendiri, tidak memiliki
perpustakaan, tidak memiliki laboratorium dan sebagainya.

6
b. Rendahnya kualitas guru
Keadaan guru di Indonesia juga amat memprihatinkan. Kebanyakan guru belum
memiliki profesionalisme yang memadai untuk menjalankan tugasny. Bukan itu
saja, sebagian guru di Indonesia bahkan dinyatakan tidak layak mengajar.
Kelayakan mengajar itu jelas berhubungan dengan tingkat pendidikan guru itu
sendiri. Data Balitbang Depdiknas (1998) menunjukkan dari sekitar 1,2 juta
guru SD/MI hanya 13,8% yang berpendidikan diploma D2-Kependidikan ke
atas. Selain itu, dari sekitar 680.000 guru SLTP/MTs baru 38,8% yang
berpendidikan diploma D3-Kependidikan ke atas. Di tingkat sekolah menengah,
dari 337.503 guru, baru 57,8% yang memiliki pendidikan S1 ke atas. Di tingkat
pendidikan tinggi, dari 181.544 dosen, baru 18,86% yang berpendidikan S2 ke
atas (3,48% berpendidikan S3)
c. Rendahnya kesejahteraan guru
Rendahnya kesejahteraan guru mempunyai peran dalam membuat rendahnya
kualitas pendidikan Indonesia. idealnya seorang guru menerima gaji bulanan
serbesar Rp 3 juta rupiah. Sekarang, pendapatan rata-rata guru PNS per bulan
sebesar Rp 1,5 juta. guru bantu Rp 460 ribu, dan guru honorer di sekolah swasta
rata-rata Rp 10 ribu per jam. Dengan pendapatan seperti itu, terang saja, banyak
guru terpaksa melakukan pekerjaan sampingan. Ada yang mengajar lagi di
sekolah lain, memberi les pada sore hari, menjadi tukang ojek, pedagang mie
rebus, pedagang buku/LKS, pedagang pulsa ponsel.
d. Rendahnya prestasi siswa
Dengan keadaan yang demikian itu (rendahnya sarana fisik, kualitas guru, dan
kesejahteraan guru) pencapaian prestasi siswa pun menjadi tidak memuaskan.
Sebagai misal pencapaian prestasi fisika dan matematika siswa Indonesia di
dunia internasional sangat rendah. Anak-anak Indonesia ternyata hanya mampu
menguasai 30% dari materi bacaan dan ternyata mereka sulit sekali menjawab
soal-soal berbentuk uraian yang memerlukan penalaran. Hal ini mungkin karena
mereka sangat terbiasa menghafal dan mengerjakan soal pilihan ganda.
e. Masih kurangnya kesadaran penduduk terhadap pentingnya pendidikan,
sehingga anak tidak disekolahkan tetapi justru diarahkan untuk bekerja
membantu memenuhi ekonomi keluarga.
f.
7
Berbagai upaya telah ditempuh oleh pemerintah dalam mengatasi masalah
pendidikan. Usaha-usaha pemerintah untuk meningkatkan pendidikan di Indonesia yaitu:

a. Menambah jumlah sekolah dari tingkat SD sampai dengan perguruan tinggi.


b. Menambah jumlah guru (tenaga kependidikan) di semua jenjang pendidikan.
c. Pelaksanaan program wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun yang telah dimulai
tahun ajaran 1994/1995.
d. Pemberian bea siswa kepada pelajar dari keluarga tidak mampu tetapi
berprestasi di sekolahnya.
e. Membangun perpustakaan dan laboratorium di sekolah-sekolah.
f. Menambah sarana pendidikan seperti alat ketrampilan dan olah raga.
g. Meningkatkan pengetahuan para pendidik (guru/dosen) dengan penataran dan
pelatihan.

3. Tingkat Kesehatan
Tingkat kesehatan penduduk merupakan salah satu faktor yang menunjang
keberhasilan pembangunan. Tingkat kesehatan suatu negara dapat dilihat dari
besarnya angka kematian bayi dan usia harapan hidup penduduknya. Hal ini terlihat
dari tingginya angka kematian bayi dan angka harapan hidup yang lebih rendah
dibandingkan dengan negara-negara maju. Faktor-faktor yang dapat
menggambarkan masih rendahnya tingkat kesehatan di Indonesia adalah:
a. Banyaknya lingkungan yang kurang sehat.
b. Penyakit menular sering berjangkit.
c. Gejala kekurangan gizi sering dialami penduduk.

Usaha-usaha pemerintah untuk meningkatkan kualitas kesehatan penduduk Indonesia


yaitu:

a. Melaksanakan program perbaikan gizi.


b. Perbaikan lingkungan hidup dengan cara mengubah perilaku sehat penduduk,
serta melengkapi sarana dan prasarana kesehatan.
c. Penambahan jumlah tenaga medis seperti dokter, bidan, dan perawat.
d. Pencegahan dan pemberantasan penyakit menular.
e. Pembangunan Puskesmas dan rumah sakit.
8
f. Pemberian penyuluhan kesehatan kepada masyarakat.
g. Penyediaan air bersih.
h. Pembentukan Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu), kegiatan posyandu meliputi:
- Penimbangan bayi secara berkala
- Imunisasi bayi/balita
- Pemberian makanan tambahan
- Penggunaan garam oralit
- Keluarga berencana
- Peningkatan pendapatan wanita
i.
B. Kuantitas Penduduk (Jumlah Penduduk Besar Dan Pertumbuhan Penduduk
Cepat)
Menurut Badan Pusat Statistik, jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2010 adalah
sebanyak 237.641.326 jiwa, yang mencakup mereka yang bertempat tinggal di daerah
perkotaan sebanyak 118 320 256 jiwa (49,79 persen) dan di daerah perdesaan sebanyak
119 321 070 jiwa (50,21 persen).
Penyebaran penduduk menurut pulau-pulau besar adalah: pulau Sumatera yang
luasnya 25,2 persen dari luas seluruh wilayah Indonesia dihuni oleh 21,3 persen
penduduk, Jawa yang luasnya 6,8 persen dihuni oleh 57,5 persen penduduk, Kalimantan
yang luasnya 28,5 persen dihuni oleh 5,8 persen penduduk, Sulawesi yang luasnya 9,9
persen dihuni oleh 7,3 persen penduduk, Maluku yang luasnya 4,1 persen dihuni oleh 1,1
persen penduduk, dan Papua yang luasnya 21,8 persen dihuni oleh 1,5 persen penduduk.
Diantara negara-negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia, Indonesia menempati
posisi keempat setelah Cina, India, dan Amerika Serikat. Di Indonesia 60% penduduknya
berada di pulau jawa. Ketidak merataan persebaran penduduk di Indonesia menyebabkan
ketidak merataan juga pembangunan fasilitas fisik maupun non fisik. Hal tersebut akan
menarik banyak migran ke pulau jawa. Sehingga daerah yang ditinggalkan tidak
mengalami kemajuan. Jumlah penduduk Indonesia yang besar mengakibatkan
permasalahan kuantitas penduduk di Indonesia, yaitu:
1. Jumlah penduduk Indonesia, besarnya sumber daya manusia Indonesia dapat dilihat
dari jumlah penduduk yang ada. Jumlah penduduk di Indonesia berada pada urutan
keempat terbesar setelah Cina, India, dan Amerika Serikat.

9
2. Pertumbuhan Penduduk Indonesia, peningkatan penduduk dinamakan pertumbuhan
penduduk. Angka pertumbuhan penduduk Indonesia lebih kecil dibandingkan Laos,
Brunei, dan Filipina.
3. Kepadatan penduduk Indonesia, kepadatan penduduk merupakan perbandingan
jumlah penduduk terhadap luas wilayah yang dihuni. Ukuran yang digunakan
biasanya adalah jumlsh penduduk setiap satu km2 atau setiap 1 mil2. Permasalahan
dalam kepadatan penduduk adalah persebarannya yang tidak merata. Kondisi
demikian menimbulkan banyak permasalahan, misalnya pengangguran, kemiskinan,
kriminalitas, pemukiman kumuh dsb.
Susunan penduduk yang seperti itu memberikan konsekuensi terhadap hal-hal
berikut.
a. Penyediaan fasilitas kesehatan.
b. Penyediaan fasilitas pendidikan bagi anak usia sekolah
c. Penyediaan lapangan pekerjaan bagi penduduk kerja
d. Penyediaan fasilitas sosial lainnya yang mendukung perkembangan penduduk
usia muda.

Solusi untuk mengatasi masalah jumlah penduduk diantaranya adalah dengan


Program Keluarga Berencana (KB). Mencanangkan program Keluarga Berencana
(KB) sebagai gerakan nasional, yaitu dengan:
a. Memperkenalkan tujuan-tujuan program KB melalui jalur pendidikan.
b. Mengenalkan alat-alat kontrasepsi kepada pasangan usia subur, dan menepis
anggapan yang salah tentang anak.
c. Menetapkan Undang-Undang Perkawinan yang di dalamnya mengatur serta
menetapkan tentang batas usia nikah

10
C. Rendahnya Partisipasi Pria Dalam Ber-KB
Partisipasi pria adalah tanggung jawab pria dalam keterlibatan dan kesertaan ber KB
dan Kesehatan Reproduksi, serta prilaku seksual yang sehat dan aman bagi dirinya,
pasangannya dan keluarganya (BKKBN, 2000). Bentuk nyata dari partisipasi pria
tersebut adalah: sebagai peserta KB, mendukung dan memutuskan bersama istri dalam
penggunaan kontrasepsi, sebagai motivator KB merencanakan jumlah anak dalam
keluarganya (BKKBN, 2003).

Rendahnya partisipasi pria/suami dalam KB dan kesehatan reproduksi disebabkan


oleh dua faktor utama, yaitu: (a) faktor dukungan, baik politis, sosial budaya, maupun
keluarga yang masih rendah sebagai akibat rendah/kurangnya pengetahuan pria/suami
serta lingkungan sosial budaya yang menganggap KB dan kesehatan reproduksi
merupakan urusan dan tanggung jawab perempuan, (b) faktor akses, baik akses
informasi, maupun akses pelayanan. Dilihat dari akses informasi, materi informasi pria
masih sangat terbatas, demikian halnya dengan kesempatan pria/suami yang masih
kurang dalam mendapatkan informasi mengenai KB dan kesehatan reproduksi.
Keterbatasan juga dilihat dari sisi pelayanan dimana sarana/ tempat pelayanan yang
dapat mengakomodasikan kebutuhan KB dan kesehatan reproduksi pria/suami masih
sangat terbatas, sementara jenis pelayanan kesehatan reproduksi untuk pria/suami belum
tersedia pada semua tempat pelayanan dan alat kontrasepsi untuk suami hanya terbatas
pada kondom dan vasektomi (Iman, 2008).
1. Adanya Sosial Budaya
Adanya anggapan sebagian masyarakat terutama perempuan bahwa pria yang
mengikuti KB terutama MOP atau vasektomi dimungkinkan untuk “dapat kemana-
mana” atau berlaku serong. Menghadapi suatu permasalahan yang ada di dalam
masyarakat yang terkait dengan permasalahan ini diawali dengan diskusi, konsultasi
yang terkait dengan tata nilai sosial budaya yang ada di dalam masyarakat tersebut
dengan memberikan pemahaman bahwa orang yang dapat berlaku serong itu bukan
hanya orang yang sudah melakukan vasektomi saja. Namun demikian dalam
kehidupan masyarakat siapapun yang mempunyai niatan untuk berbuat serong
tersebut siapapun bisa melakukannya.

11
Upaya melakukan pemahaman atau konsultasi ini tidak mungkin hanya dilakukan
oleh petugas KB saja tetapi dengan melibatkan tokoh masyarakat dan tokoh agama
yang ada di sekitar masyarakat tersebut untuk dapat memberikan pemantapan akan
pemahaman dan pengamalan nilai-nilai agama bagi seluruh anggota masyarakat.
Dalam prakteknya kegiatan ini diawali dengan pelatihan bagi tokoh agama dan
tokoh masyarakat tentang pentingnya Keluarga Berancana dalam kehidupan
masyarakat (Iman, 2008).
2. Pengetahuan Masyarakat
Berdasarkan pengamatan langsung dan penelitian sederhana yang pernah
dipublikasikan ternyata ada masyarakat yang belum mengetahui sama sekali adanya
jenis kontrasepsi yang diperuntukkan laki-laki/suami. Masyarakat tertentu baik laki-
laki ataupun perempuan masih ada yang beranggapan bahwa tidak ada alat
kontrasepsi yang diperuntukkan bagi laki-laki. Sehingga ada yang merasa aneh atau
merasa lucu KB kok yang melakukan laki-laki. Dari kondisi ini berarti pengetahuan
dan pemahaman masyarakat tentang kontrasepsi pria yaitu kondom dan vasektomi
bagi sebagian masyarakat masih sangat rendah (Iman, 2008).
3. Agama
Tokoh agama tertentu masih beranggapan bahwa medis operatif pria belum
dibolehkan dalam aturan agama. Kondisi yang sebenarnya hubungannya dengan
agama disampaikan bahwa yang tidak diperbolehkan adalah yang merusak atau tidak
dapat dikembalikan. Dengan demikian pelayanan vasektomi yang secara medis
disebut sebagai reversible atau dapat dikembalikan dengan melalui operasi
sederhana bedah mikro berarti bisa dipulihkan kembali sehingga memungkinkan
untuk orang yang melakukan tersebut dapat memiliki anak kembali. Oleh karena itu
untuk mengatasi masalah ini mutlak diperlukan tokoh agama yang telah memahami
secara penuh vasektomi tanpa pisau ini dapat diberikan kepada masyarakat di
lingkungannya

12
4. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat
Kondisi sosial ekonomi masyarakat yang rendah beranggapan bahwa operasi adalah
mahal sehingga tidak mampu/tidak mungkin dilakukan bagi masyarakat yang kurang
mampu. Dalam pelaksanaan program KB apapun dan berapapun kebutuhan
masyarakat terutama yang miskin dan hampir miskin untuk pemenuhan kebutuhan
program KB akan dipenuhi seluruhnya. Sehingga berapapun kebutuhan yang
diperlukan untuk vasektomi ini menjadi tanggungan pemerintah. Sehingga
masyarakat tidak harus mempunyai kekhawatiran berapa besar yang diperlukan
untuk kegiatan ini. Bahkan pemerintah memikirkan kondisi ekonomi ini dengan
memberikan ayoman pasca pelayanan untuk biaya hidup 2 hari (Iman, 2008).
5. Persepsi
Adanya persepsi bahwa wanita yang menjadi target program KB menjadi salah satu
faktor rendahnya partisipasi pria dalam KB. Hasil penelitian Purwanti (2004)
menyimpulkan bahwa suami dengan persepsi positif terhadap alat kontrasepsi pria
lebih tinggi pada kelompok suami yang menggunakan alat kontrasepsi pria dari pada
kelompok kontrol (Ekayanthi, 2005).

Solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah kurangnya partisipasi pria
dalam ber-KB antara lain:
1. Untuk petugas KB atau petugas Kesehatan
a. Perlunya peningkatan KIE (komunikasi, informasi dan edukasi) tentang
partisipasi pria dalam KB kepada pasangan usia subur sehingga mereka bisa
memahami bahwa bukan hanya perempuan saja yang ber-KB tapi pria juga
penting untuk ber-KB.
b. Perlunya peningkatan KIE melalui paguyuban atau kelompok KB pria tentang
alat kontrasepsi pria yaitu kondom untuk meningkatkan pengetahuan pria
tentang alat kontrasepsi kondom.
c. Perlunya peningkatan KIE kepada calon pengantin pria dan wanita tentang
partisipasi pria dalam KB.

13
2. Untuk Pemerintah
a. Perlunya bantuan biaya pelayanan KB dan penyelenggaraan safari KB selain
alat kontrasepsi vasektomi/MOP.
b. Perlunya peningkatan pemberian kondom gratis untuk pasangan usia subur.
c. Perlunya pengadaan metode kontrasepsi baru bagi pria selain kondom dan
vasektomi.
d. Perlunya peningkatan KIE mengenai partisipasi pria dalam KB melalui media
elektronik seperti televisi, radio dan media massa sepeti majalah dan Koran.

14
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. ________ . Persebaran dan Kepadatan Penduduk. (online).


(http://www.scribd.com/doc/70499413/Persebaran-Dan KepadataPenduduk.

3Bappenas. 2004. Bab 30 Pengendalian Pertumbuhan Penduduk, Pembangunan


Kependudukan dan Keluarga Kecil Berkualitas [Online :
http://www.bappenas.go.id/get-file-server/node/838/].

Bappenas. Pembangunan Kependudukan Dan Keluarga Kecil Berkualitas Serta Pemuda Dan
Olahraga. (online).
http://kppo.bappenas.go.id/files/PEMBANGUNAN%20KEPENDUDUKAN%20D
AN%20KELUARGA%20KECIL%20BERKUALITAS%20SERTA%20PEMUDA
%20DAN%20OLAHRAGA.pdf Diakses 14 maret 2013.

BKKBN. 2001. Operasionalisasi Program dan Kegiatan Strategis Peningkatan Partisipasi


Pria dalam Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. Jakarta.

BKKBN. 2003. Peningkatan Partisipasi Pria Dalam Keluarga Berencana dan Kesehatan
Reproduksi. Jakarta.

BKKBN. 2011. Perkawinan Muda di Kalangan Perempuan: Mengapa?. Jakarta.

Ekayanthi, Ni Wayan Dian. 2005. Persepsi Pria Pasangan Usia Subur Terhadap Partisipasi
Pria Dalam Program KB di Kecamatan Tabanan Kab. Tabanan Prop Bali. UGM.
Yogyakarta.

Ganis. 2010. Masalah Pendidikan Di Indonesia. (online).


http://ganis.student.umm.ac.id/2010/01/26/mahalnya-biaya-sekulah-di-masa-
sekarang/ di akses pada tanggal 14 Maret 2013.

15
DAFTAR ISI

Kata Pengantar................................................................................1

DAFTAR ISI...................................................................................2

Latar Belakang................................................................................3
1.Rumusan Masalah.............................................................3
2.Tujuan...............................................................................3
3.Manfaat.............................................................................4

Pembahasan....................................................................................5
1.Kualitas Penduduk dan Kesehatan....................................5
a.Tingkat Pendapatan.................................................5
b.Tingkat Pendidikan.................................................6
c.Tingkat Kesehatan..................................................8
2.Kuantitas Penduduk..........................................................9
a.Jumlah Penduduk....................................................9
b.Pertumbuhan Penduduk.........................................10
c.Kepadatan Penduduk..............................................10
3.Keluarga Berencana..........................................................11
a.Sosial Budaya.........................................................11
b.Pengetahuan Masyarakat........................................12
c.Agama.....................................................................13
d.Sosial Ekonomi.......................................................13
e.Persepsi....................................................................13

Anda mungkin juga menyukai