Nilai Cinta Terhadap Sesama Umat Beragama
Nilai Cinta Terhadap Sesama Umat Beragama
Esensi dari persaudaraan terletak pada kasih sayang yang ditampilkan bentuk
perhatian, kepedulian, hubungan yang akrab dan merasa senasib sepenanggungan. Nabi
menggambarkan hubungan persaudaraan dalam haditsnya yang artinya ” Seorang mukmin
dengan mukmin yang lain seperti satu tubuh, apabila salah satu anggota tubuh terluka, maka
seluruh tubuh akan merasakan demamnya. Ukhuwwah adalah persaudaraan yang berintikan
kebersamaan dan kesatuan antar sesama. Kebersamaan di akalangan muslim dikenal dengan
istilah ukhuwwah Islamiyah atau persaudaraan yang diikat oleh kesamaan aqidah.
Salah satu ajaran Islam yang menimbulkan rasa cinta terhadapn umat beragama
adalah adanya toleransi. Toleransi yang berasal dari kata “toleran” itu sendiri berarti bersifat
atau bersikap menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan), pendirian (pendapat,
pandangan, kepercayaan, kebiasaan, dan sebagainya) yang berbeda dan atau yang
bertentangan dengan pendiriannya.Toleransi juga berarti batas ukur untuk penambahan
atau pengurangan yang masih diperbolehkan.
Dalam bahasa Arab, toleransi biasa disebut “ikhtimal, tasamuh” yang artinya sikap
membiarkan, lapang dada (samuha-yasmuhu-samhan, wasimaahan, wasamaahatan)
artinya: murah hati, suka berderma (kamus Al Muna-wir hal.702). Jadi, toleransi (tasamuh)
beragama adalah menghargai dengan sabar, menghormati keyakinan atau kepercayaan
seseorang atau kelompok lain.
Selain Toleransi untuk terciptanya kehidupan yang rukun, damai, sejahtera dan cinta
terhadap sesama umat beragama, Islam tidak hanya mengajarkan umatnya untuk semata
beribadah kepada Allah SWT. Melainkan Islam justru sangat menekankan umatnya untuk
membina dan menjalin silaturahmi yang baik dengan tetangga dan lingkungannya.
Islam sangat menjunjung tinggi silaturahmi dan cara memuliakan tetangga. Hal ini
tercantum didalam ayat suci Al-Quran dan hadist, berikut dalilnya:
Idealitas kasih sayang yang dituntut oleh agama ialah seperti yang telah diajarkan oleh
Rasulullah saw. Beliau telah mengajarkan bahwa ukuran kasih sayang optimal yang
semetinya diberikan kepada makhluk Allah adalah seperti kasih sayang pada diri sendiri.
Sebaliknya jika kasih saying pada diri sendiri tidak berbanding lurus dengan kasih sayuang
pada orang lain, Rasulullah menilainya dengan sebutan “tidak beriman”. Dengan demikian,
kualitas keimanan menunjukkan kepekaan rasa untuk mengasihi orang lain. Sebagaimana
hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari:
شعبَةَ َعن قَتَادَة َ َعن أَنَس ُ سدَّد قَا َل َحدَّثَنَا يَحيَى َعن َ َحدَّثَنَا ُم
َ سلَّ َم َو َعن ُح
سين ال ُم َع ِّل ِّم قَا َل َحدَّثَنَا َّ صلَّى
َ ّللاُ َعلَي ِّه َو َ ِّ ّللاُ َعنهُ َعن النَّبِّي
َّ ي َ ض ِّ َر
سلَّ َم قَا َل َل يُؤ ِّم ُن أ َ َحدُ ُكم
َ ّللاُ َعلَي ِّه َو َّ صلَّىَ ِّ قَتَادَة ُ َعن أَنَس َعن النَّبِّي
[ َحتَّى يُ ِّحبَّ ِِّل َ ِّخي ِّه َما يُ ِّحب ِّلنَف ِّس ِّه3]
yang menjadi hal yang menjadi titik tekan adalah korelasi antara iman dan kasih sayang atau
cinta. Dalam suatu teks hadis yang berbunyi:
Hal yang paling membahagiakan adalah kala kita bisa saling mencintai dengan
sesama kita, dimana cinta itu berdasarkan kemuliaan dan keagungan. Dengan cinta tersebut,
kita akan diantarkan menuju singgasana tertinggi yang penuh kenikmatan. Singgasana itu
berada di dalam istana di atas istana, cinta di atas cinta, yaitu cinta yang tumbuh karena cinta
dan ketaatan kepada-Nya. “Niscaya akan mendapatkan kecintaan-Ku untuk dua insan yang
saling menyayangi karena Aku, dua insan yang duduk bersama karena Aku, dua insan yang
saling mengunjungi karena Aku, dan dua insan yang tolong menolong karena Aku.” Ini
adalah sebuah hadis Qudsi yang memberikan kabar baik tentang hikmah dan manfaat cinta
yang berlandaskan kebaikan yang meniatkan segala yang dilakukan untuk mengharapkan
ridha Allah swt.
Agar manusia dapat hidup dengan penuh keserasian dan keharmonisan dengan
manusia lainnya, tidak boleh tidak ia harus membatasi cintanya pada diri sendiri dan
egoismenya. Al-Qur'an juga menyeru kepada orang-orang yang beriman agar saling cinta
mencintai seperti cinta mereka terhadap diri sendiri.Oleh karenanya baik dalam Hadist
maupun A Quran, kita diajarkan untuk saling mencintai dan menghormati terhadap sesama
umat beragama, karena dalam mencintai itu sendiri pun terdapat nilai kebaikan dan nilai
kepuasan terhadap diri sendiri karena kita menyebarkan sekaligus menerima timbal balik rasa
cinta dan kasih sayang dari orang lain, janganlah kita sebagai umat beragama merusak nilai
cinta untuk sesama umat beragama, sebisa mungkin kita jaga nilai tersebut agar bisa terus
tumbuh dan menyebarkan rasa kecintaan baik terhadap Allah SWT, Rosulullah SAW, dan
keluarga kita (sesama umat beragama).