tentang
MEMUTUSKAN
Ditetapkan di Jayapura
Pada tanggal, Juli 2018
Karumkital dr. Soedibjo Sardadi,
1. Kebijakan Umum
a. Tim Code Blue dibentuk berdasarkan surat keputusan Karumkital dr.
Soedibjo Sardadi.
b. Tim Code Blue beranggotakan sumber daya manusia yang terlatih dan
kompeten dibidangnya.
c. Tim Code Blue bekerja untuk menolong pasien gawat darurat/ pasien
yang memerlukan Resusitasi Jantung Paru di seluruh bagian rumah sakit
kecuali IGD dan ICU.
d. Koordinator tim Code Blue adalah seorang dokter.
e. Penanggung Jawab medis Tim Code Blue adalah dokter jaga atau dokter
ruangan yang ditetapkan sebagai tim code blue.
f. Alat Komunikasi untuk tim code blue adalah
g. Setiap jam dinas harus ada tim code blue dengan penunjukan minimal
terdiri dari.
h. Peralatan Resusitasi yang dibutuhkan Tim Code Blue harus di monitoring
supaya selalu dalam keadaan lengkap.
i. Semua Tim Code Blue wajib mengikuti semua pelatihan yang ditetapkan
koordinator.
2. Kebijakan Khusus
a. Tim Code Blue pada saat periode dinas adalah dokter IGD, Supervisor
Perawat, Perawat ICU, dan perawat Pelaksana yang berdinas pada jam
itu.
b. Tim Code Blue hanya bertugas di lingkungan Rumkital dr. Soedibjo
Sardadi.
RUMKITAL dr.
SOEDIBJO
SARDADI
cv
PEMANGGILAN CODE BLUE
No. Dokumen No. Revisi Halaman
SPO/ / VI / 2018 00 2/2
RUMKITAL dr.
SOEDIBJO
SARDADI
RUMKITAL dr.
SOEDIBJO
SARDADI
RUMKITAL dr.
SOEDIBJO
SARDADI
RUMKITAL dr.
SOEDIBJO
SARDADI
PANDUAN
CODE BLUE
BAB I
DEFINISI
A. Pengertian
1. Code Blue
Code blue adalah kondisi darurat medis yang terjadi di dalam area rumah sakit.
Kondisi darurat medis ini membutuhkan perhatian segera. Panggilan code blue
harus segera dimulai setiap kali seseorang ditemukan dalam kondisi cardiac
atau respiratory arrest (tidak responsif, nadi tidak teraba, atau tidak bernapas)
misalnya pasien yang membutuhkan resusitasi kardiopulmoner (CPR).
2. Code Blue Team
Code Blue Team adalah suatu tim yang terdiri dari dokter dan paramedis yang
dibentuk sebagai tim terlatih yang akan merespon secara cepat setiap panggilan
code blue untuk melakukan tindakan penyelamatan. Tim ini dilengkapi dengan
peralatan dan obat-obatan emergency seperti defibrilator, peralatan intubasi,
suction, oksigen, ambubag, obat-obatan resusitasi (adrenalin, atropin,
lignocaine) dan IV set untuk menstabilkan pasien.
3. BLS atau Bantuan Hidup Dasar
BLS atau Bantuan Hidup Dasar merupakan respons awal tindakan gawat darurat
yang meliputi membebaskan jalan napas (airway), pernapasan yang adekuat
(breathing) dan sirkulasi yang adekuat (circulation) dengan pijat jantung. Skills
BLS haruslah dikuasai oleh semua orang karena seringkali korban justru
ditemukan pertamakali bukan oleh tenaga medis. BLS adalah suatu cara
memberikan bantuan/pertolongan hidup dasar yang meliputi.
4. Advanced Cardiac Life Support (ACLS)
Advanced Cardiac Life Support (ACLS) adalah bantuan hidup lanjut pada kasus
henti jantung. Dengan tatalaksana penggunaan defibrillator dan obat-obatan.
5. Pasien gawat darurat
Pasien yang berada dalam ancaman kematian dan memerlukan pertolongan
RJP segera.
6. Pasien
Pasien yang terancam jiwanya tetapi belum memerlukan pertolongan RJP.
Pemilahan kondisi pasien melalui penilaian klinis pasien.
7. Perawat Terampil
Perawat Terampil adalah perawat yang telah mendapatkan pelatihan RJP
/ Code Blue Team.
B. Tujuan
1. Mengenali kegawatan dan mencegah kejadian henti jantung di rumah sakit
2. Menjamin resusitasi yang optimal pada pasien dengan kegawatan
3. Menjamin tindakan bantuan hidup dasar dan lanjut dilakukan secara cepat dan
efektif pada korban henti jantung
4. Perawatan paska henti jantung yang optimal.
BAB II
RUANG LINGKUP
Sistem respon cepat code blue dibentuk untuk memastikan bahwa semua kondisi darurat
medis kritis tertangani dengan resusitasi dan stabilisasi sesegera mungkin. Sistem respon
terbagi dalam 2 tahap:
1. Respon awal (responder pertama) berasal petugas rumah sakit yang berada di
sekitarnya, dimana terdapat layanan Basic LifeSupport (BLS).
2. Respon kedua (responder kedua) merupakan tim khusus dan terlatih yang berasal dari
departemen yang ditunjuk oleh pihak rumah sakit, yaitu tim code blue.
Sistem respon dilakukan dengan waktu respon tertentu berdasarkan standar kualitas
pelayanan yang telah ditentukan oleh rumah sakit. Untuk menunjang hal tersebut yang
dilakukan adalah :
1. Semua personil di rumah sakit harus dilatih dengan keterampilan BLS untuk menunjang
kecepatan respon untuk BLS di lokasi
2. Peralatan BLS harus ditempatkan di lokasi yang strategis dalam kawasan rumah sakit,
misalnya lobi rumah sakit, ruang tunggu poliklinik dan ruang rawat inap, dimana
peralatan dapat dipindah atau dibawa untuk memungkinkan respon yang cepat.
BAB III
TATA LAKSANA
D. Perencanaan Komunikasi
Komunikasi dalam penanganan kegawatdaruratan di rumah sakit merupakan
hal yang sangat penting, untuk itu ada hal – hal yang harus dipenuhi dalam
berkomunikasi, yaitu:
1. Komunikasi dilakukan dengan singkat, jelas dan
2. Menggunakan kata sandi Kode Biru dan menyebutkan lokasi ruangan dan
nomor kamar.
Alat – alat komunikasi yang dapat digunakan sebagai standar : Toak.
BAB IV
DOKUMENTASI
Semua kegiatan code blue dicatat dan didokumentasikan dalam dokumen rekam
medis pasien dan digunakan sebagai bukti bilamana proses ini diperlukan.