Anda di halaman 1dari 15

PANGKALAN UTAMA TNI AL X

RUMKITAL dr. SOEDIBJO SARDADI

KEPUTUSAN KEPALA RUMKITAL dr. SOEDIBJO SARDADI


Nomor Kep / / VII / 2018

tentang

KEBIJAKAN CODE BLUE


RUMKITAL dr. SOEDIBJO SARDADI

KARUMKITAL dr. SOEDIBJO SARDADI

Menimbang : a. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan


Rumkital dr. Soedibjo Sardadi maka diperlukan
penyelenggaraan Pelayanan Kedokteran Rumah Sakit yang
terkoordinasi;
b. Bahwa agar Pelayanan Kedokteran Rumah Sakit di Rumkital
dr. Soedibjo Sardadi dapat terlaksana dan terkoordinasi
dengan baik, perlu adanya kebijakan Kepala Rumkital dr.
Soedibjo Sardadi sebagai landasan bagi penyelenggaraan
Pelayananan Kedokteran Rumah Sakit di Rumkital dr.
Soedibjo Sardadi;
c. bahwa sehubungan dengan hal tersebut di atas perlu
ditetapkan dengan Keputusan Kepala Rumkital dr. Soedibjo
Sardadi.
Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun
2009 Tentang Kesehatan;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun
2009 Tentang Rumah Sakit;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 tahun
2004 tentang Praktek Kedokteran;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1438/ Menkes /Per/ IX /2010 Tentang Standar Pelayanan
Kedokteran.
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
755/ Menkes /Per/ IV /2011 Tentang Penyelenggaraan
Komite Medik RS.
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1691/ Menkes /Per/ VIII /2011 Tentang Keselamatan
Pasien Rumah Sakit.
7. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 631 MENKES/ SK/
IV/ 2005 tentang Pedoman Peraturan Internal Staf Medis
di Rumah Sakit;

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA RUMKITAL dr. SOEDIBJO SARDADI


TENTANG KEBIJAKAN CODE BLUE RUMKITAL dr. SOEDIBJO
SARDADI

Kesatu : Kebijakan Code Blue Rumah Sakit, RUMKITAL dr. Soedibjo


Sardadi sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini.
Kedua : Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan Code Blue
Rumkital dr. Soedibjo Sardadi dilaksanakan oleh KA TAUD .
Ketiga : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila
dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam penetapan ini, akan
diadakan perbaikan sebagaimana mestinya

Ditetapkan di Jayapura
Pada tanggal, Juli 2018
Karumkital dr. Soedibjo Sardadi,

drg. Hari Prasetio.E, Sp.KG


Mayor Laut ( K ) NRP. 15671/P
PANGKALAN UTAMA TNI AL X Lampiran Keputusan Karumkital dr. Soedibjo Sardadi
RUMKITAL dr. SOEDIBJO SARDADI Nomor Kep / / VII / 2018
Tanggal Juli 2018

KEBIJAKAN CODE BULE


DI RUMKITAL dr. SOEDIBJO SARDADI

1. Kebijakan Umum
a. Tim Code Blue dibentuk berdasarkan surat keputusan Karumkital dr.
Soedibjo Sardadi.
b. Tim Code Blue beranggotakan sumber daya manusia yang terlatih dan
kompeten dibidangnya.
c. Tim Code Blue bekerja untuk menolong pasien gawat darurat/ pasien
yang memerlukan Resusitasi Jantung Paru di seluruh bagian rumah sakit
kecuali IGD dan ICU.
d. Koordinator tim Code Blue adalah seorang dokter.
e. Penanggung Jawab medis Tim Code Blue adalah dokter jaga atau dokter
ruangan yang ditetapkan sebagai tim code blue.
f. Alat Komunikasi untuk tim code blue adalah
g. Setiap jam dinas harus ada tim code blue dengan penunjukan minimal
terdiri dari.
h. Peralatan Resusitasi yang dibutuhkan Tim Code Blue harus di monitoring
supaya selalu dalam keadaan lengkap.
i. Semua Tim Code Blue wajib mengikuti semua pelatihan yang ditetapkan
koordinator.
2. Kebijakan Khusus
a. Tim Code Blue pada saat periode dinas adalah dokter IGD, Supervisor
Perawat, Perawat ICU, dan perawat Pelaksana yang berdinas pada jam
itu.
b. Tim Code Blue hanya bertugas di lingkungan Rumkital dr. Soedibjo
Sardadi.

Karumkital dr. Soedibjo Sardadi,

drg. Hari Prasetio.E, Sp.KG


Mayor Laut ( K ) NRP. 15671/P
PEMANGGILAN CODE BLUE
No. Dokumen No. Revisi Halaman
SPO/ / VI / 2018 00 1/2

RUMKITAL dr.
SOEDIBJO
SARDADI

Tanggal Terbit: Ditetapkan Oleh


PROSEDUR TETAP Juni 2018 Pgs. Karumkital dr. Soedibjo Sardadi

drg. Hari Prasetio. E, Sp. KG


Mayor Laut (K) NRP 15671/ P

Code Blue adalah kondisi darurat medis di lingkungan rumah sakit.


Code Blue System merupakan strategi pencegahan kejadian henti
jantung, aktivasi sistem emergency dan resusitasi kegawatan dan
PENGERTIAN kejadian henti jantung di rumah sakit, yang melibatkan seluruh
komponen sumber daya manusia (medis dan non medis), sarana
(peralatan dan obat-obatan), sistem (SOP) serta mekanisme kontrol
dan evaluasi.
1. Mengatasi kegawat daruratan medis pasien.
TUJUAN 2. Menjamin tindakan bantuan hidup dasar dan lanjut dilakukan
secara cepat dan efektif pada korban henti jantung.
Surat Keputusan Karumkital dr. Soedibjo Sardadi Nomor : /VI /
KEBIJAKAN
2018 tanggal Juni 2018, tentang Kebijakan Code Blue.

1. Kasus emergency (Henti Jantung)


2. Dilakukan pertolongan pertama oleh petugas yang pertama
PROSEDUR kali menemukan korban dengan prinsip CPR.

Petugas ruangan memanggil tim code blue dengan


menggunakan toak.

cv
PEMANGGILAN CODE BLUE
No. Dokumen No. Revisi Halaman
SPO/ / VI / 2018 00 2/2

RUMKITAL dr.
SOEDIBJO
SARDADI

1. Tim Code Blue (posisi standby di IGD) bergegas menuju titik


panggilan (berdasarkan lampu yang menyala pada buzzer
alarm emergency all) dengan membawa Kit Emergency ,
defibrilator, serta alat transportasi.
2. Tim code blue akan menghubungi petugas informasi untuk
menyiarkan alarm code blue.
PROSEDUR
3. Tiba dilokasi, tim code blue mengambil alih proses resusitasi
yang sedang dilakukan dan melanjutkan tindakan resusitasi.

Proses resusitasi selesai


Tim code blue akan memindahkan korban ke ruang perawatan
selanjutnya tim code blue kembali ke IGD

1. Instalasi Gawat Darurat


2. Instalasi Rawat Jalan
UNIT TERKAIT
3. Instalasi Rawat Inap
PENANGANAN PASIEN CODE BLUE
No. Dokumen No. Revisi Halaman
SPO/ / VI / 2018 00 1/3

RUMKITAL dr.
SOEDIBJO
SARDADI

Tanggal Terbit: Ditetapkan Oleh


PROSEDUR TETAP Juni 2018 Pgs. Karumkital dr. Soedibjo Sardadi

drg. Hari Prasetio. E, Sp. KG


Mayor Laut (K) NRP 15671/ P

Code Blue adalah kondisi darurat medis di lingkungan rumah sakit.


Code Blue System merupakan strategi pencegahan kejadian henti
jantung, aktivasi sistem emergency dan resusitasi kegawatan dan
PENGERTIAN kejadian henti jantung di rumah sakit, yang melibatkan seluruh
komponen sumber daya manusia (medis dan non medis), sarana
(peralatan dan obat-obatan), sistem (SOP) serta mekanisme kontrol
dan evaluasi.
1. Mengatasi kegawat daruratan medis pasien.
TUJUAN 2. Menjamin tindakan bantuan hidup dasar dan lanjut dilakukan
secara cepat dan efektif pada korban henti jantung.
Surat Keputusan Karumkital dr. Soedibjo Sardadi Nomor : /VI /
KEBIJAKAN
2018 tanggal Juni 2018, tentang Kebijakan Code Blue.
1. Memastikan pasien memang membutuhkan pertolongan segera
demi menyelamatkan hidupnya.
2. Petugas yang menemukan segera menghubungi operator untuk
mengumumkan status code blue dengan menyebut lokasi
PROSEDUR
kejadian
3. Team akan dipimpin oleh dokter jaga dan perawat jaga.
4. Team medis lain berasal dari IRD dan emergency dating dengan
membawa tas emergency.
PENANGANAN PASIEN CODE BLUE
No. Dokumen No. Revisi Halaman
SPO/ / VI / 2018 00 2/3

RUMKITAL dr.
SOEDIBJO
SARDADI

5. Lakukan RJP pada pasien sesuai dengan ACLS


6. Membebaskan jalan nafas :
a. Buka mulut pasien dengan teknik cross finger, lihat adanya
benda – benda asing, bersihkan.
b. Posisi kepala extensi dengan teknik head thil chin lift
7. Melakukan observasi pernafasan dengan cara
melihat,mendengar dan merasakan (5-10detik), bila tidak ada
tanda – tanda nafas spontan lakukan ventilasi buatan dengan 2x
dengan ambu bag
8. Melakukan cek nadi karotis dengan waktu 3-5 detik, bila tidak
teraba denyut nadi, lakukan kompresi jantung luar dengan cara
30 kompresi dan 2x ventilasi dengan kecepatan komresi 100x
per menit (dengan 1 atau 2 penolong)
PROSEDUR
9. Melakukan cek nadi karotis ulang setelah 5 siklus komresi
jantung dan paru
10. Memasang monitor EKG dan lihat nilai irama jantung, jika :
a. VT/VF tanpa nadi, lakukan defibrilasi dengan hitungan jaule
: 6joule/kgBB
b. Asistole /PEA/EMD lanjutkan dengan kompresi
11. Melakukan evaluasi tindakan diatas, jika belum berhasil, lakukan
intubasi dan pemasangan infuse jika belum terpasang
12. Jika pasien sudah terintubasi maka kompresi jantung dan
ventilasi berjalan masing – masing dengan kecepatan kompresi
100x/menit, kecepatan bagging 1x/6detik atau 10x/menit
13. Member terapi sesuai sesuai dosis/instruksi dokter : adrenalin
0,1 cc/kgBB dengan konsentrasi 1/10.000
PEMANGGILAN CODE BLUE
No. Dokumen No. Revisi Halaman
SPO/ / VI / 2018 00 3/3

RUMKITAL dr.
SOEDIBJO
SARDADI

14. Melakukan CPR/resusitasi maksimal 30 menit, jika tidak berhasil


atau setelah ada tanda kematian, hentikan CPR, jika berhasil
observasi tanda vital, kesadaran,pupil dan warna kulit. Jika
PROSEDUR memungkinkan pasien dipindahkan ke ICU.
15. Membereskan pasien dan alat – alat.
16. Mencuci tangan
17. Mendokumentasikan dalam rekam medis pasien
1. Instalasi Rawat Jalan
UNIT TERKAIT 2. Instalasi Rawat Inap
3. Instalasi Gawat Darurat.
PANGKALAN UTAMA TNI AL X
RUMKITAL dr. SOEDIBJO SARDADI

PANDUAN
CODE BLUE

RUMKITAL dr. SOEDIBJO SARDADI LANTAMAL X


JAYAPURA
2018
PANGKALAN UTAMA TNI AL X
RUMKITAL dr. SOEDIBJO SARDADI

BAB I
DEFINISI
A. Pengertian
1. Code Blue
Code blue adalah kondisi darurat medis yang terjadi di dalam area rumah sakit.
Kondisi darurat medis ini membutuhkan perhatian segera. Panggilan code blue
harus segera dimulai setiap kali seseorang ditemukan dalam kondisi cardiac
atau respiratory arrest (tidak responsif, nadi tidak teraba, atau tidak bernapas)
misalnya pasien yang membutuhkan resusitasi kardiopulmoner (CPR).
2. Code Blue Team
Code Blue Team adalah suatu tim yang terdiri dari dokter dan paramedis yang
dibentuk sebagai tim terlatih yang akan merespon secara cepat setiap panggilan
code blue untuk melakukan tindakan penyelamatan. Tim ini dilengkapi dengan
peralatan dan obat-obatan emergency seperti defibrilator, peralatan intubasi,
suction, oksigen, ambubag, obat-obatan resusitasi (adrenalin, atropin,
lignocaine) dan IV set untuk menstabilkan pasien.
3. BLS atau Bantuan Hidup Dasar
BLS atau Bantuan Hidup Dasar merupakan respons awal tindakan gawat darurat
yang meliputi membebaskan jalan napas (airway), pernapasan yang adekuat
(breathing) dan sirkulasi yang adekuat (circulation) dengan pijat jantung. Skills
BLS haruslah dikuasai oleh semua orang karena seringkali korban justru
ditemukan pertamakali bukan oleh tenaga medis. BLS adalah suatu cara
memberikan bantuan/pertolongan hidup dasar yang meliputi.
4. Advanced Cardiac Life Support (ACLS)
Advanced Cardiac Life Support (ACLS) adalah bantuan hidup lanjut pada kasus
henti jantung. Dengan tatalaksana penggunaan defibrillator dan obat-obatan.
5. Pasien gawat darurat
Pasien yang berada dalam ancaman kematian dan memerlukan pertolongan
RJP segera.
6. Pasien
Pasien yang terancam jiwanya tetapi belum memerlukan pertolongan RJP.
Pemilahan kondisi pasien melalui penilaian klinis pasien.
7. Perawat Terampil
Perawat Terampil adalah perawat yang telah mendapatkan pelatihan RJP
/ Code Blue Team.

B. Tujuan
1. Mengenali kegawatan dan mencegah kejadian henti jantung di rumah sakit
2. Menjamin resusitasi yang optimal pada pasien dengan kegawatan
3. Menjamin tindakan bantuan hidup dasar dan lanjut dilakukan secara cepat dan
efektif pada korban henti jantung
4. Perawatan paska henti jantung yang optimal.

BAB II
RUANG LINGKUP

Sistem respon cepat code blue dibentuk untuk memastikan bahwa semua kondisi darurat
medis kritis tertangani dengan resusitasi dan stabilisasi sesegera mungkin. Sistem respon
terbagi dalam 2 tahap:
1. Respon awal (responder pertama) berasal petugas rumah sakit yang berada di
sekitarnya, dimana terdapat layanan Basic LifeSupport (BLS).
2. Respon kedua (responder kedua) merupakan tim khusus dan terlatih yang berasal dari
departemen yang ditunjuk oleh pihak rumah sakit, yaitu tim code blue.
Sistem respon dilakukan dengan waktu respon tertentu berdasarkan standar kualitas
pelayanan yang telah ditentukan oleh rumah sakit. Untuk menunjang hal tersebut yang
dilakukan adalah :
1. Semua personil di rumah sakit harus dilatih dengan keterampilan BLS untuk menunjang
kecepatan respon untuk BLS di lokasi
2. Peralatan BLS harus ditempatkan di lokasi yang strategis dalam kawasan rumah sakit,
misalnya lobi rumah sakit, ruang tunggu poliklinik dan ruang rawat inap, dimana
peralatan dapat dipindah atau dibawa untuk memungkinkan respon yang cepat.
BAB III
TATA LAKSANA

A. Organisasi Tim code blue


Tim code blue merupakan tim yang selalu siap setiap saat/ sepanjang
waktu, 1 (satu) tim code blue respond primer beranggotakan kru yang telah
memiliki sertifikat dan menguasai Basic Life Support (BLS). Tim code blue
terdiri dari 3 sampai 4 anggota yaitu :
1. 1 (satu) Koordinator tim
2. 1 (satu) Petugas medis
3. 1 (satu) Assisten petugas medis : 1 atau 2 perawat pelaksana dan tim
resusitasi
4. 1 (satu) kelompok pendukung (jika diperlukan seperti security/ tim K3RS
yang sudah dilatih BHD.
B. Uraian Tugas
1. Kordinator tim
Dijabat oleh dokter IRI: bertugas mengkoordinir anggota tim serta dapat
bekerjasama dengan diklat membuat pelatihan kegawatdaruratan yang
dibutuhkan oleh anggota tim .
2. Penanggung Jawab Medis
Dijabat oleh dokter jaga/ dokter ruangan: bertugas mengidentifikasi awal/
trease pasien, serta memimpin penanggulangan pasien saat terjadi
kagawatdaruratan, memimpin tim saat pelaksana RJP, dapat menentukan
sikap selanjutnya.
3. Perawat pelaksana
Bertugas bersama dokter penenggung jawab medis melakukan triage
pada pasien, membantu dokter penanggungjawab medis menangani
pasien gawat darurat diruang perawatan .
4. Tim Resusitasi (Perawat terlatih dan dokter ruangan/ dokter jaga terlatih),
bertugas memberikan bantuan hidup dasar & resusitasi jantung paru
kepada pasien gawat darurat
Daftar nama Tim Code Blue merupakan tanggung jawab Koordinator tim setiap
bulan.
C. Perencanaan Sumber Daya Manusia
Dalam satu shift harus ada 2 – 3 orang perawat terlatih yang bertugas.
Perencanaan SDM ditentukan berdasarkan kondisi kegawatdaruratan pasien,
sebagai berikut :
1. Melakukan identifikasi awal / triage pasien di ruang perawatan :
a. Dokter ruangan /dokter jaga. Bila ada pasien yang membutuhkan
IRI, dokter jaga ruangan menghubungi DPJP, mengusulkan pasien
dipindah ke
b. Perawat Pelaksana .
2. Melakukan penanggulangan pasien gawat di ruang perawatan :
a. Dokter Jaga IGD
b. Perawat Terlatih minimal 2 orang (1 orang perawat IGD, satu orang
Perawat IRI dan atau 1 orang perawat anestesi).
c. Perawat pelaksana
3. Melakukan RJP
a. Dokter Jaga IGD dengan atau tanpa bantuan dokter jaga ruangan
b. Perawat Terlatih 2 – 3 orang (dari IGD dan IRI).
c. Perawat pelaksana

D. Perencanaan Komunikasi
Komunikasi dalam penanganan kegawatdaruratan di rumah sakit merupakan
hal yang sangat penting, untuk itu ada hal – hal yang harus dipenuhi dalam
berkomunikasi, yaitu:
1. Komunikasi dilakukan dengan singkat, jelas dan
2. Menggunakan kata sandi Kode Biru dan menyebutkan lokasi ruangan dan
nomor kamar.
Alat – alat komunikasi yang dapat digunakan sebagai standar : Toak.

E. Sistem Dan Alur Kerja Tim “Code Blue”.


Setiap shift, saat mulai bertugas sehari hari perawat pelaksana diruangan
berkeliling mengunjungi pasien yang sedang dirawat.hai ini untuk mengertahui
ada tidaknya perburukan yang terjadi atau pasien dalam kondisi gawat
darurat.Bilamana ditemukan pasien dalam keadaan tidak sadar,dokter jaga
ruangan / case manager bersama perawat melakukan tindakan
penanggulangan kegawatdaruratan sesuai kebutuhan pasien.bila tindakan
berhasil dilakukan penilaian untuk tindakan selanjutnya.Tetapi bila pasien
mengalami perburukan kondisi atau henti nafas dan henti jantung maka
perawat segera menghubungi tim code blue melalui toak rumah sakit.

F. Peralatan Tim “Code Blue”


1. Personal Kit
a. Defibrilator1
b. Stetoskope 1 bh
c. Tensimeter 1 bh
d. Senter Genggam 1 bh
2. Emergemjncy Medical Kit
3. Airway and Breathing Management Support
a. Laringoskop set lengkap (untuk bayi, anak, dewasa) 1 set
b. Suction 1 bh
c. Ambubag (bayi, anak, dewasa)
d. Endotracheal Tube 1 set (bayi, anak, dewasa)
e. Orofaring tube
4. Circulation Support
a. Set infus mikro 1 bh
b. Set infus makro 1 bh
c. Needle intraosseus 1 bh
d. Venocath 1 bh
5. Minor Surgery Set
a. 1 set lengkap
6. Obat – obatan
a. Lidokain inj. 1 bh
b. Adrenalin inj. 1 bh
c. Nalokson inj. 1 bh
d. Phenobarbital inj. 1 bh
e. Sulfas Atropin inj. 1 bh
f. Diltiazem inj. 1 bh
g. MgSO4 inj. 1 bh
h. Amiodaron inj
i. Dopamin inj
j. Dobutamin inj
k. Norepinephrine
7. Pelatihan Dan Pendidikan Tim “Code Blue”.
Perencanaan kegiatan Blue Tim meliputi :
a. Pelayanan Sehari – hari. Merupakan kegiatan sehari- hari dalam
rangka mengidentifikasi (Triage) pasien-pasien yang ada di ruangan
perawatan. Sehingga keadaan gawat / gawat darurat pasien dapat
lebih dini diketahui dan ditanggulangi sehingga mencegah kematian
dan kecacatan yang tidak perlu terjadi
b. Pelayanan Kegawatdaruratan Pasien Di Ruangan. Merupakan
kegiatan pelayanan dalam menangani pasien gawat darurat dengan
memberikan pertolongan bantuan hidup dasar dan resusitasi
jantung, paru dan otak (RJP).
c. Pelatihan dan Peningkatan SDM. Guna menjaga dan meningkatkan
kualitas kemampuan anggota tim, maka dibuatkan suatu pendidikan
dan pelatihan meliputi teori dan praktek sesuai kebutuhan tim .
d. Evaluasi dan Kendali Mutu. Pelaksanaan kegiatan penanggulangan
dan penanganan pasien gawat / gawat darurat oleh Blue Team
harus dapat dievaluasi dan kendali mutu agarkesempurnaan
kegiatan menjadi lebih baik.Oleh karena itulah Tim Pengendalian
Mutu rumah sakit diharapkan dapat turut berperan dalam hal
evaluasi dan kendali mutu Blue Team.

BAB IV
DOKUMENTASI

Semua kegiatan code blue dicatat dan didokumentasikan dalam dokumen rekam
medis pasien dan digunakan sebagai bukti bilamana proses ini diperlukan.

Pgs. Karumkital dr. Soedibjo Sardadi,

drg. Hari Prasetyo. E, Sp. KG


Mayor Laut ( K ) NRP 15671/P

Anda mungkin juga menyukai